Anda di halaman 1dari 11

MANAJEMEN RISIKO

DAN BISNIS

ANALISA MANAJEMEN RISIKO


DAN ORGANISASI USAHA

RAYI DINDA PRADIPTA


(181110239)

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI KESATUAN


BOGOR
MANAJEMEN RISKO

Manajemen Risiko

Manajemen Risiko adalah Proses identifikasi, pengukuran, dan evaluasi untuk menolak, memitigasi, atau
menerima risiko dalam kesuksesan. Bertanggung jawab atas risiko-risiko murni (pure risk) dan risiko-
risiko spekulatif (speculative risk) tertentu, akan tetapi tidak bertanggung jawab secara menyeluruh atas
kemungkinan kerugian karena timbulnya risiko yang terjadi di dalam perusahaan.

Tujuan Manajemen Rsiko

Tujuan manajemen risikp adalah untuk membangun dan memelihara kerangka kerja manajemen risiko
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kerangka kerja Tata Kelola Perusahaan, guna mengelola risiko
yang dapat menghambat pencapaian tujuan Perseroan, serta mendorong manajemen agar bertindak
proaktif untuk mengurangi risiko dan mengutamakan prinsip kehati-hatian.

Fungsi Pokok Manajemen Risiko

1. Menemukan Kerugian Potensial


Berupaya menemukan atau mengidentifikasi seluruh risiko murni yang dihadapi perusahaan
2. Mengevaluasi Kerugian Potensial
Evaluasi dan penilaian terhadap semua kerugian potensial yang dihadapi oleh perusahaan
3. Memilih teknik yang tepat untuk menanggulangi kerugian
Umumnya ada 4 cara; Mengurangi kesempatan terjadinya kerugian, Meretensi
(Mengendalikan), Mengasuransikan dan Menghindari

Jenis-Jenis Manajemen Risiko

1. Manajemen Risiko Operasional


Manajemen ini berkaitan dengan resiko yang timbul akibat gagal fungsi proses internal,
misalnya karena human error, kegagagalan sistem, faktor luar seperti bencana dsb. Dalam
menejemen resiko operasional, ada empat faktor penyebab resiko antara lain manusia, proses,
sistem dan kejadian eksternal.
Dengan memahami manajemen risiko ini, perusahaan bisa mengambil langkah preventif atau
bahkan sanksi supaya kapasitas produksi dan layanan terjaga semisal ada hal yang tidak
diinginkan terjadi.

2. Manajemen Hazard
Manajemen hazard berkaitan dengan kondisi potensial yang mengakibatkan kebangkrutan dan
kerusakan. Resiko perilaku yaitu peristiwa yang bisa menimbulkan kerugian bisnis. Dalam hal ini
ada tiga macam hazard yang harus diketahui, antara lain
a) Legal Hazard, pelanggaran atau pengabaian peraturan bisnis yang bisa menyebabkan
kebangkrutan, seperti pelanggaran SOP atau peraturan perusahaan yang akhirnya
berakibat fatal
b) Physical Hazard, berupa mesin yang sudah tua dan menimbulkan resiko kerugian saat
produksi. Seperti kecelakaan pegawai karena mesin dan sebagainya.
c) Moral Hazard, sikap seorang karyawan dilingkungan kerja yang menimbulkan kerugian.
Misalnya karyawan tidak jujur dan sering korupsi uang. Atau karyawan yang tidak
melayani konsumen dengan baik sehingga berakibat buruk pada perusahaan.

3. Manajemen Resiko Finansial


Manajemen resiko finansial yaitu upaya pengawasan resiko dan perlindungan hak milik,
keuntungan, harta dan aset sebuah badan usaha. Manajemen ini sangat penting karena ini
merupakan salah satu sumber daya perusahaan. Karena itu seorang akuntan harus benar-benar
mempertimbangkan berbagai resiko lainnya yang berhubungan dengan keuangan, seperti:
a) Resiko likuiditas
b) Diskpntinuitas pasar
c) Resiko kredit
d) Resiko regulasi
e) Resiko pajak
f) Resiko akuntansi
Menejemen ini juga tidak lepas dari perubahan kurs mata uang yang erat kaitannya dengan
perubahan inflasi, neraca perdagangan, kapasitas utang, suku bunga dsb.

4. Manajemen Resiko Strategis


Manajemen ini berkaitan dengan pengambilan keputusan. Resiko yang biasanya muncul adalah
kondisi tak terduga yang mengurangi kemampuan pelaku bisnis untuk menjalankan strategi
yang direncanakan. Dalam hal ini beberapa faktor seperti resiko operasi, resiko asset
impairment, resiko kompetitif atau bahkan resiko frenchise (bila ada).
Seperti yang tertulis dalam pengertian enterprise risk management di atas, untuk mengetahui
resiko yang kemungkinan besar terjadi dan merugikan perusahaan adalah dengan menuliskan
item penting

Komponen dan Proses Manajemen Risiko. (Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway
Commission / COSO)

1. Lingkungan Internal (Internal Environment)


Komponen ini adalah sikap manajemen di semua level terhadap operasi secara umum dan
konsep kontrol secara khusus. Hal ini mencakup: etika, kompetensi, serta integritas dan
kepentingan terhadap kesejahteraan organisasi.

2. Penentuan Sasaran (Objective Setting)


Perusahaan menetapkan tujuan operasional sebagai dasar untuk mengidentifikasi dan
mengelola segala risiko. Sasaran ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu
a) Strategic objective; fokus pada upaya realisasi visi dan misi (baca: pengertian visi dan
misi)
b) Activity objective: fokus pada kegiatan operasional, reportasi, dan kompliansi
3. Identifikasi Peristiwa (Event Identification)
Manajemen melakukan identifikasi terhadap berbagai kejadian potensial yang berpengaruh
pada strategi dan pencapaian tujuan perusahaan. Berbagai kejadian tak pasti tersebut bisa
memberikan dampak positif, namu bisa juga memberikan risiko.

4. Penilaian Risiko (Risk Assessment)


Risk assessment memungkinkan sebuah organisasi untuk menilai sebuah kejadian atau keadaan
dan kaitannya dengan pencapaian tujuan organisasi. Manajemen perlu melakukan analisis
(baca: pengertian analisis) dampak yang mungkin terjadi akibat risiko tersebut dengan dua
perspektif, yaitu:
a) Likelihood (kecenderungan/ peluang)
b) Impact/ consequnce (besaran dari realisasi risiko)

5. Tanggapan Risiko (Risk Response)


Manajemen melakukan penilaian terhadap risiko, lalu menentukan sikap atau respon terhadap
risiko tersebut. Respon dari manajemen ini tergantung apa risiko yang dihadapi
Respon atau tanggapan tersebut bisa dalam bentuk:
a) Menghindari risiko (Avoidance)
b) Mengurangi risiko (Reduction)
c) Memindahkan risiko (Sharing)
d) Menerima risiko (Acceptance)

6. Aktivitas Pengendalian (Control Activities)


Proses ini merupakan penyusunan prosedur atau kebijakan yang membantu memastikan bahwa
respon terhadap risiko yang dipilih memadai dan terlaksana dengan baik. Aktivitas ini meliputi:
a) Pembuatan kebijakan dan prosedur
b) Delegasi wewenang
c) Pengamanan kekayaan perusahaan
d) Pemisahan fungsi
e) Supervisi

7. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)


Aktivitas ini fokus pada identifikasi informasi dan menyampaikannya kepada pihak terkait
melalui media komunikasi yang sesuai. Dengan begitu, setiap orang yang mendapatkan
informasi tersebut dapat melakukan tugas dan tanggungjawabnya dengan baik.
Beberapa faktor penting dalam penyampaian informasi tersebut diantaranya:
a) Kualitas informasi
b) Arah komunikasi
c) Alat komunikasi

8. Pemantauan (Monitoring)
Monitoring adalah komponen terakhir dalam manajemen risiko. Proses pemantauan dilakukan
secara terus menerus untuk memastikan setiap komponen lainnya berfungsi sebagaimana
mestinya. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam proses monitoring adalah pelaporan yang
tidak lengkap atau berlebihan.

Prinsip Manajemen Risiko

1. Melindungi dan menciptakan nilai tambah


2. Merupakan bagian yang terintegrasi dalam proses organisasi
3. Merupakan bagian dari proses pengambilan keputusan
4. Secara eksplisit menangani ketidakpastian
5. Diterapkan secara sistematis, terstruktur dan tepat waktu
6. Diterapkan berdasarkan informasi terbaik yang ada

ORGANISASI USAHA

Organisasi adalah tempat atau wadah berkumpulnya dua orang atau lebih yang bekerja sama untuk
mencapai tujuan bersama

Penentuan Jenis dan Bentuk Organisasi dapat dilakukan berdasarkan

1. Bidang Usaha yang Dijalankan


2. Kebutuhan Organisasi
3. Tujuan Perusahaan
4. Efisiensi dan Efektivitasnya

Bentuk Organisasi Berdasarkan hubungan wewenangnya

1. Lini / Garis
Bentuk struktur organisasi yang semata-mata memiliki hubungan wewenang lini dalam
organisasinya. Biasanya merupakan bentuk organisasi berskala kecil dan sedikit memiliki
spesialisasi.

Ciri-ciri Organisasi Lini / Garis


a) Jumlah Karyawan relative sedikit
b) Struktur organisasi masih sederhana dan kecil
c) Pucuk pimpinan biasanya pemilik perusahaan
d) Pucuk pimpinan dipandang sebagai sumber kekuasaan tunggal, segala
keputusan/kebijaksanaan dan tanggung jawab berada pada satu tangan
e) Hubungan antara arasan dan bawahan masih bersifat langsung melalui suatu garis
wewenang
f) Pimpinan dengan karyawan biasanya saling mengenal dan dapat berhubungan setiap hari
kerja
g) Masing-masing kepala unit mempunyai wewenang dan tangung jawab penuh atas degala
bidang pekerjaan yang ada dalam unitnya
h) Tingkat spesialisasi belum terlalu tinggi, sehingga alat-alat yang diperlukan tidak
beraneka ragam
Keuntungan Organisasi Garis / Lini
a) Kesatuan pimpinan terjamin sepenuhnya karena pimpinan berada dalam satu tangan
b) Koordinasi relative mudah dilaksanakan
c) Proses pengambilan keputusan dan instruksi berjalan cepat, tidak bertele-tele.
d) Garis pimpinan tegas karena pimpinan langsung berhubungan dengan karyawan
e) Disiplin dan militansi kerja para karyawan pada umunya tinggi
f) Rasa solidaritas para karyawan pada umumnya tinggi, karena saling mengenal
g) Pengendalian secara ketat terhadap kegiatan para bawahan dapat dilaksanakan

Kelemahan Organisasi Garis / Lini


a) Tujuan pribadi pucuk pimpinan sering kali tidak dapat dibedakan dengan tujuan
organisasi
b) Ada kecenderungan pimpinan untuk bertindak secara otoriter dan ditaktor
c) Kesempatan karyawan untuk berkembang terbatas karena wewenang untuk
merencanakan, mengarahkan, dan mengendalikan ada pada pimpinan
d) Organisasi secara keseluruhan terlalu bergantung pada satu orang sehingga kalua
pimpinan tidak mampu / berhalangan, seluruh organisasi terancam kehancuran.

2. Lini dan Staf


Bentuk struktur organisasi yang berlangsung secara vertical dan memiliki kesatuan komandi
terutama dalam hal pelimpahan tertinggi kepada unit di bawahnya.

Dalam organisasi ini wewenang staff dibagi menjadi dua kategori;


a) Staf Ahli (Specialist Staff)
1) Staf Penasihat (Advisory Staff)
2) Staf Pelayan (Service Staff)
3) Staf Pengendali (Control Staff)
4) Staf Fungsional (Functional Staff)
b) Staf Pribadi (Personal Staff)
1) Pembantu (Assisten)
2) Staf Umum (General Staff)

Ciri-ciri Umum Organisasi Lini dan Staf


a) Jumlah karyawan relative banyak
b) Organisasinya besar dan bersifat kompleks
c) Hubungan antara atasan dan bawahan tidak bersifat langsung
d) Pimpinan dan karyawan semuanya tidak begitu saling mengenal
e) Kesatuan perintah tetap dipertahankan, setiap atasannya mempunyai bawahan-
bawahan tertentu dan setiap bawahan hanya mempunyai seorang atasan langsung

Kelebihan Organisasi Lini dan Staf


a) Adanya pembagian tugas yang jelas antara orang-orang yang melaksanakan tugas pokok
dengan orang-orang yang melaksanakan tugas bantuan sebagai penunjang (Staf)
b) Bakat yang berbeda-beda dari para anggota organsasi dapat dikembangkan menjadi
suatu spesialisasi
c) Koordinasi dalam setiap kelompok mudah dijalankan
d) Disiplin serta moril biasanya tinggi, karena tugas yang dilaksanakan oleh seseorang sesuai
dengan bakat, keahlian, pendidikan dan pengalamannya
e) Penerapan prinsip The Right Man In The Right Place lebih mudah dilakukan
f) Bentuk organisasi ini dapat dipergunakan oleh setiap organisasi yang bagaimanapun
besarnya, apapun tujuannya dan betapapun kompleksnya

Kekurangan Organisasi Lini dan Staf


a) Bagi para pelaksana operasional, tidak selalu jelas mana yang bersifat instruksi/perintah
dan mana yang bersifat nasihat
b) Para pelaksana operasional mempunyai dua macam pimpinan
1) Atasan langsung yang berhak memerintah sesuai dengan Line Of Command
2) Pimpinan staf yang mempunyai wewenang fungsional (Functional Authority)

3. Fungsional
Disusun berdasarkan sifat dan macam fungsi yang harus dilaksanakan, misalnya; fungsi
pengelolaan keuangan, fungsi pemasaran, fungsi pengawasan, dan lainnya.

Ciri-ciri Umum Organisasi Fungsional


a) Pembidangan tugas secara tegas dan jelas dapat dibedakan
b) Bawahan akan menerima perintah dari beberapa orang atasan
c) Koordinasi menyeluruh pada umumnya cukup pada level manajemen atas
d) Koordinasi antara karyawan yang menjalankan fungsi yang sama biasanya mudah karena
masing-masing sudah mempunyai pengertian mendalam mengenai bidangnya

Kebelihan Organisasi Fungsional


a) Profesionalisme atau Keahlian yang Lebih
b) Perusahaan Lebih Produktif
c) Memunculkan Inovasi
d) Perusahaan lebih Berkembang dan Maju

Kekurangan Organisasi Fungsional


a) Karena banyak orang yang ahli dan kompeten dibidangnya maka muncul konflik-konflik
baik secara vertical maupun horizontal
b) Sulit mengontrol perusahaan karena banyaknya bidang, divisi, serta ilmuan-ilmuan di
masing-masing bidang
c) Muncul persaingan yang tidak sehat karena masing-masing individu merasa ahli dan
berperan dalam perusahaan.
Macam-macam Organisasi Usaha

1. Organisasi Niaga
Organisasi yang tujuan utamanya mencari keuntungan
a) Perseroan Terbatas (PT)
Suatu persekutuan untuk menjalankan usahayang memiliki modal terdiri dari saham-
saham, yang pemiliknya memiliki bagian sebanyak saham yang dimiliki. Perubahan
kepemilikan perusahaan dapat dilakukan tanpa perlu membubarkan perusahaan. Pemilik
saham tidak perlu menanggung utang perusahaan tetapi dapat menerima keuntungan
perusahaan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan
Perseroan Terbatas ada 3
1) PT Terbuka
Menjual saham kepada masyarakat umum melalui pasar modal (Go Public) dan
setiap orang berhak membeli saham perusahaan tersebut.
2) PT Tertutup
Modalnya berasal dari kelangan tertentu saja, missal dari kalangan kerabat atau
keluarga dan tidak dijual ke umum
3) PT Kosong
Perseroan terbatas yang tidak memiliki kegiatan apa-apa tetapi telah memiliki
izin usaha dan izin lainnya

b) Persekutuan Komanditer (CV)


Suatu persekutuan yang didirikan oleh seorang atau beberapa orang yang
mempercayakan uang atau barang kepada seorang atau beberapa orang yang
menjalankan perusahaan dan bertindak sebagai pemimpin
Persekutuan Komanditer dibagi mejadi 3
1) CV Murni
Hanya terdapat satu sekutu komplemeter, yang lain merupakan sekutu
komanditer
2) CV Campuran
Terbentuk dari suatu firma yang membutuhkan tambahan modal. Dimana sekutu
firma tersebut mejadi sekutu komplementer sedangkan sekutu lain menjadi
sekutu komanditer.
3) CV Bersaham
CV yang mengeluarkan saham yang tidak dapat diperjualbelikan. Sekutu
komplementer maupun komanditer mengambil satu saham atau lebih

c) Joint Ventura
Joint Ventura / Perusahaan Patungan adalah sebuah kesatuan yang dibentuk antara 2
pihak atau lebih untuk menjalankan kegiatan ekonomi bersama. Perusahaan ini
umumnya untuk suatu proyek khusus saja dan bisa berupa badan hukum, kemitraan atau
struktur resmi lainnya bergantung pada jumlah pertimbangan seperti
pertanggungjawaban pajak dan kerugian.
d) Firma
Suatu persekutuan untuk menjalankan usaha antara dua orang atau lebih dengan nama
bersama, dalam mana tanggung jawab masing-masing anggota firma (disebut firmant)
tidak terbatas. Sedangkan laba yang akan diperoleh dari usaha tersebut akan dibagi
bersama-sama. Demikian pula halnya jika menderita rugi, semuanya ikut menanggung
Ciri-ciri Badan Usaha Firma
1) Anggota firma biasanya sudah saling mengenal dan saling mempercayai
2) Perjanjian firma dapat dilakukan dihadapan notaris maupun dibawah tangan
3) Memakai nama bersama dalam kegiatan usaha
4) Adanya tanggung jawab resiko kerugian yang tidak terbatas
Kebaikan Badan Usaha Firma
1) Jumlah modalnya relative besar dari usaha perseorangan sehingga lebih mudah
untuk memperluas usahanya
2) Lebih mudah memperoleh kredit karena mempunyai kemampuan finansial yang
lebih besar
3) Kemampuan manajemen lebih besar karena adanya pembagian kerja diantara
para anggota. Disamping itu semua keputusan diambil secara besama-sama
4) Perhatian sekutu yang sungguh-sungguh pada perusahaan
Keburukan Badan Usaha Firma
1) Tanggung jawab pemilik tidak terbatas terhadap seluruh utang perusahaan
2) Pimpinan dipegang oleh lebih dari satu orang.

e) Koperasi
Koperasi adalah suatu jenis badan usaha yang beranggotaka orang-orang atau badan
hokum yang melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip gerakan ekonomi rakyat yang
berasaskan kekeluargaan.
Tujuan koperasi adalah mensejahterakan anggotanya (UUD 1945 Pasal 33 Ayat1)
Jenis-Jenis Koperasi
1) Koperasi Simpan Pinjam, yaitu koperasi yang bergerak di bidang simpanan dan
pinjaman
2) Koperasi Konsumen, yaitu koperasi yang beranggotakan para konsumen dengan
menjalankan kegiatan jual beli barang konsumen
3) Koperasi Produsen, yaitu koperasi yang beranggotakan para pengusaha UKM
dengan menjalankan kegiatan pengadaan bahan baku dan penolong untuk
anggotanya
4) Koperasi Pemasaran, yaitu koperasi yang menjalankan kegiatan penjualan
produk atau jasa koperasi anggotanya
5) Koperasi Jasa, yaitu koperasi yang bergerak di bidang usaha jasa lainnya

f) Trust
Trust atau kepercayaan yaitu suatu kepercayaan dari atasan untuk bawahan atau
sebaliknya. Hubungan tersebut merupakan hal yang sangat penting agar kerjasama dapat
tercipta dengan efektif. Bentuk trust yang muncul sangat jelas terjadi ketika atasan dan
bawahan saling mengenal Knowledge Based Trust atau pengetahuan berdasarkan
kepercayaan.

g) Kartel
Kartel adalah kelompok produsen mandiri yang bertujuan menetapkan harga,
membatasi suplai dan kompetisi

h) Holding Company
Perusahaan Induk / Holding Company adalah perusahaan utama yang membawahi
beberapa perusahaan yang tergabung ke dalam satu grup perusahaan. Melalui
pengelompokan perusahaan ke dalam induk perusahaan, bertujuan untuk meningkatkan
atau menciptakan nilai pasar perusahaan (Market Value Creation)

2. Organisasi Sosial
Organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan
hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi
masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara. Sebagai makhluk yang selalu hidup
bersama-sama, manusia membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu
yang tidak dapat mereka capai sendiri.
Organisasi-organisasi itu adalah;
a) Organisasi Normatif
Pihak elit menjalankan organisasi / mengawasi anggota lebih dominan menggunakan
kekuasaan normative (persuasive). Bentuk partisipasi anggota dengan komitmen moral
b) Organisasi Utilitarian
Pihak elit mengawasi anggota dominan menggunakan kekuasaan utilitarian. Partisipasi
anggota berdasarkan komitmen perhitungan yaitu pemikiran hubungan bisnis, sangat
perhitungkan untung rugi.
c) Organisasi Koersi
Pihak elit menggunakan kekuasaan koersi dalam mengawasi anggotanya. Koersi adalah
segala jenis paksaan, ancaman, dan intimidasi yang digunakan untuk mempengaruhi
perilaku orang lain.

3. Organisasi Regional dan Internasional


a) Organisasi Regional
Organisasi yang luas wilayahnya meliputi beberapa negara tertentu saja
b) Organisasi Internasional
Organisasi yang aggota-anggotanya meliputi negara di dunia
CONTOH KASUS MANAJEMEN RISIKO

KASUS SEKTOR PERBANKAN

(BANK MANDIRI)

1. Permasalahan
a) Penggelapan Bank Mandiri
Salah satu oknum pegawai Kantor Cabang Pembantu Rawa Lumbu Bekasi PT Bank Mandri
Tbk melakuka kerja sama illegal dengan Manajer Keuangan PT Mexdie Sekawan Utama,
Yeki Sartono mencarikan cek illegal di Bank Mandiri senilai Rp720 juta pada 5 Mei 2010
b) Pengambilan cek ini menyalahi prosedur perbankan karena otoritas adalah dua orang,
yakni Anang Syifudin dan Muhammar Fauzan serta stempel perusahaan yang harus
diterangkan
c) Namun cek ini hanya diandatangani satu orang dan itu diduga dipalsukan (Stempel palsu
dan asli berbeda denga specimen yang ada di bank)
2. Analisa
a) Kerugian yang dialami
Kerugian yang dialami adalah Kerugian Finansial, Kerugian Likuiditas, dan Kerugian
Reputasi

b) Sumber Risiko
Sumber risiko berasal dari permasalahan social. Ada sekelompok orang yang melakukan
pencurian sehingga menimbulkan kerugian besar terhadap Bank Mandiri. Oknum yang
terlibat dalam kasus pencairan cek ini secara langsung dikatakan sebagai pihak yang
bertanggung jawab atas kerugian bank. Risiko ini cenderung bisa lebih membahayakan
disbanding Risiko Fisik atau Ekonomi, karena risiko ini datangnya dari hati nurani
seseorang, maka yang harus diperbaiki adalah pihak tersebut.

c) Jenis Risiko
Risiko Spekulatif, karena risiko ini dapat memberikan dua alternative bagi pelaku
pencairan cek illegal, apabila tidak diketahui tindakan ini akan menguntungkan si pelaku,
namun disisi lain merugikan perbankan. Sebaliknya bila diketahui seperti yang telah
terjadi, maka ini akan menimbulkan kerugian bagi si pelaku kejahatan tersebut dan bank
dapat dihindarkan dari permasalahan yang lebih serius lagi

d) Pengendalian Risiko
Bank Mandiri dapat mencegah hal yang sama terjadi dengan melakukan;
1. Tata kelola resiko secara terpadu dengan pengimplementasian tanggung jawab
dan kesesuaian kompetensi masing-masing pihak yang tekait.
2. Bank Mandiri menyusun profil risiko dalam suatu Laporan Profil Risiko, dan
digunakan sebagai Laporan kepada Bank Indonesia
3. Kepatuhan para pegawai yang lebih diperhatikan
4. Bank menetapkan kebijakan pengelolaan risiko likuiditas

Anda mungkin juga menyukai