Anda di halaman 1dari 18

MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

Oleh

Hendrawan Nurcahyo 190712854801


Imah Normasfila 190712754817
Indrya Desy Puspitarini 190712854804
Lia Nurul Fauziyah 190712854802
Moch. Fajrulsyah Syihabuddin 190712854803
Yohanes Isakus Nadu Kaud 190712854809

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PRODI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
SEPTEMBER 2019
KATA PENGANTAR

Rasa syukur ini selalu kami haturkan kepada Allah Subhanahu Wa Taalla,
yang telah memberi hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan karya tulis ini dengan berjudul “Menjadi Warga Negara Yang
Baik”. Dalam proses membuat karya tulis ini memiliki beberapa kendala yang
kami alami, akan tetapi motivasi yang diberikan rekan-rekan membantu kami
untuk segera menyelesaikan karya tulis ini.
Tidak lupa kami haturkan terimakasih kedapa dosen pengampu mata kuliah
yang telah memberikan arahan serta bimbingan kepada kami dalam
menyelesaikan karya tulis ini. Tak lupa kepada teman-teman yang telah membatu
kami dalam menyelesaikan karya tulis ini baik berupa material maupun motivasi
yang mana tidak bisa kami sebutkan satu persatu.
Tentu ada pesan yang ingin kami sampaikan kepada para pembaca karya
tulis ini, maka dari itu besar harapan kepada para pembaca untuk memberikan
kritik serta saran berkaitan dengan karya tulis yang kami buat guna mampu
memjadi bahan evaluasi dalam pembuatan karya tulis lebih baik. Semoga hasil
karya tulis yang kami memberikan sedikit manfaat bagi para pembaca dan bisa
menjadi motivasi untuk dikembangkan lagi menjadi lebih baik.

Malang, 18 September 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL 1

KATA PENGANTAR.........................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................4
D. Metode Penulisan.......................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN

A. Arti Warga Negara......................................................................................................6


B. Ciri Atau Kriteria Warga Negara................................................................................7
C. Hak dan Kewajiban Warga Negara.............................................................................9
D. Hubungan Warga negara dengan Negara..................................................................11
E. Asas, Sifat Warga Negara.........................................................................................12
F. Menjadi Warga Negara Yang Baik............................................................................14
G. Kenyataan Sikap Warga Negara Yang Terjadi di Indonesia......................................16
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..............................................................................................................17
B. Saran........................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Zoon politicon merupakan istilah yang paling sering kita dengar dimana
manusia tidak bisa hidup sendiri, mereka memerlukan bantuan manusia lainnya.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan kegiatan yang saling
menguntungkan disegala urusan.

Salah satu kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan


hubungan antar warga negara maupun dengan negara. Konsep menjadi warga negar
yang baik begitu erat dengan pemenuhan kewajiban sebagai warga negara. Menjadi
warga negara hakikatnya juga tidak terlepas dari keinginan memperoleh hak
segabagai warga negara. Pasal 27 ayat 3 menyatakan bahwa setiap warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pasal tersebut
menegaskan hak dan kewajiban warga negara menjadi sebuah kesatuan.

Hak dan kewajiban warga negara juga tidak dapat dipisahkan, karena
bagaimanapun dari kewajiban itulah muncul hak-hak dan sebagainya. Akan tetapi
sering terjadi beberapa pertentangan dikarenakan hak dan kewajiban tidak seimbang.
Misal seperti hak warga negara memiliki kehidupan yang layak akan tetapi
kenyataannya banyak warga negara yang belum merasakan kesejahteraan dalam
menjalani kehidupan. Hal ini menunjukkan ketidak seimbangan antara hak dan
kewajiban.

Maka dari itu diperlukan referensi mengenai hubungan kita menjadi warga
negara yang baik yang berusaha mengembalikan dan mengamalkan nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan bermyarakat. Dimulai dari menjadi warga negara yang
baik otomatis dalam pemerintahan akan berpengaruh besar dalam menciptakan
kebijakan yang didasarkan pada tujuan rakyat yang telah dijabarkan pada
pembukaan UUD 1945. Dalam karya tulis ini mencoba untuk menggambarkan
bagaimana menjadi warga negara yang baik dan menghadirkan fakta dalam
kehidupan bermasyarakat warga negara yang sekarang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dari makalah ini, maka masalah yang diangkat
ialah:
1. Apa arti warga negara ?
2. Apa Ciri-ciri atau kriteria warga negara ?
3. Apa hak dan kewajiban warga negara ?
4. Bagaiman hubungan warga negara dengan negara ?
5. Bagaimana asas, sifat warga negara ?
6. Bagaiman menjadi warga negara yang baik ?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan perumusan masalah dari makalah ini, maka tujannya ialah:
1. Apa arti warga negara ?
2. Apa Ciri-ciri atau kriteria warga negara ?
3. Apa hak dan kewajiban warga negara ?
4. Bagaiman hubungan warga negara dengan negara ?
5. Bagaimana asas, sifat warga negara ?
6. Bagaiman menjadi warga negara yang baik ?

D. Metode Penulisan
Sesuai dengan masalah yang akan di tulis oleh K2, metode yang dilakukan adalah
tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka yang dimaksud adalah dengan membaca sumber-
sumber, seperti buku, teks bacaan, dan internet.BAB II
PEMBAHASAN

A. Arti Warga Negara

Pengertian warga negara adalah semua penduduk di suatu negara atau


bangsa yang berdasarkan keturunan, tempat kelahiran, dan sebagainya, serta
memiliki hak dan kewajiban penuh sebagai seorang warga negara di negara tersebut.
Selanjutnya di dalam bukunya Suparlan Al Hakim yang berjudul Pendidikan
Kewarganegaraan Dalam Konteks Indonesia, Halaman 107 telah dijelaskan bahwa
pengertian Warga Negara adalah suatu negara. Di dalam Pasal 26 UUD 1945,
menegaskan bahwa: “Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa
indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang
sebagai warga negara.”

Mengenai siapa saja yang termasuk sebagai Warga Negara Indonesia, telah
diatur dalam Pasal 4 UU Nomor 12 Tahun 2006, yang menegaskan :

1. setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang- undangan dan/atau


berdasarkan perjanjian Pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain
sebelum Undang- Undang ini berlaku sudah menjadi Warga Negara Indonesia
2. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu
Warga Negara Indonesia
3. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah Warga
Negara Indonesia dan ibu warga negara asing
4. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga
negara asing dan ibu Warga Negara Indonesia
5. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga Negara
Indonesia, tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum negara
asal ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut
6. anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah
ayahnya meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya Warga Negara
Indonesia
7. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu Warga
Negara Indonesia;
8. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga
negara asing yang diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesia sebagai
anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berusia 18 (delapan
belas) tahun atau belum kawin
9. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu
lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya
10. anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik
Indonesia selama ayah dan ibunya tidak diketahui;
11. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan
ibunya tidak mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya;
12. anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia dari
seorang ayah dan ibu Warga Negara Indonesia yang karena ketentuan dari
negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan kepada
anak yang bersangkutan;
13. anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan
kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum
mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia.

B. Ciri Atau Kriteria Warga Negara

Menurut Ricey salah satu ciri warga negara adalah cerdas, dengan tujuan
memperluas wawasan dan pikiran, mengetahui perkembangan informasi yang
terjadi, meningkatkan suatu keterampilan, dan mendorong berpikir kritis dan kreatif.
Pada umum Adapun ciri atau kriteria warga negara sebagai berikut:

1. Mempunyai status kewarganegaraan


Didalam suatu negara pentingnya ada status kewarganegaraan bagi
warga negara, dalam keterkaitan dengan keduukannya dalam suatu negara,
jadi status kewarganegaraan ini merupakan kedudukan warga negara dalam
negara yang memiliki keterkaitan secara hukum dengan sebuah negara. Ada
dua aspek yang berhubungan dengan status kewarganegaraan antara lain.
a. Status dalam hukum, status dalam hukum merupakan status
kewarganegaraan yang disah secara hukum / legal
b. Status dalam sosial status kewarganegaraan seseorang dalam
aspek sosial ialah merupakan kedudukan seseorang sebagai warga
negara yang kedudukannya diakui secara sosial namun belum memiliki
kekuatan hukum atas status tersebut

Salah satu syarat untuk diterimanya status seseorang menjadi warga


negara dan memiliki status kewarganegaraan secara legal ialah dengan adanya
ketentuan hukum yang berlaku di sebuah negara. Seperti yang tertera dalam
UUD 1945 pasal 28D ayat (4) UUD 1945, yaitu “setiap orang berhak atas
status kewarganegaraan”. Dengan adanya Undang-undang yang menjadi
sebuah landasan hukum persamaan kedudukan warga negara, maka
kedudukan warga negara dalam negara menjadi semakin jelas dan kuat.

2. Berperilaku/ bertindak sesuai dengan norma yang ada

Mengingat banyaknya kepentingan, terlebih kepentingan antar


pribadi, tidak mustahil terjadi konflik antar sesama manusia, karena
kepentingannya saling bertentangan. Agar kepentingan pribadi tidak terganggu
dan setiap orang merasa merasa aman, maka setiap bentuk gangguan terhadap
kepentingan harus dicegah. Manusia selalu berusaha agar tatanan masyarakat
dalam keadaan tertib, aman, dan damai, yang menjamin kelangsungan
hidupnya. Menurut Aristoteles, manusia itu adalah Zoon Politikon, artinya
manusia itu adalah mahluk sosial yang dikodratkan hidup dalam kebersamaan.
Kehidupan dalam kebersamaan berarti adanya hubungan antara manusia yang
satu dengan manusia yang lainnya. Hubungan yang dimaksud dengan
hubungan sosial (social relation) atau relasi sosial. Dalam hubungan sosial itu
selalu terjadi interaksi sosial yang mewujudkan jaringan relasi-relasi sosial
yang disebut sebagai masyarakat.
Dinamika kehidupan masyarakat menuntut cara berperilaku antara
satu dengan yang lainnya untuk mencapai suatu ketertiban. Ketertiban
didukung oleh tatanan yang mempunyai sifat berlain-lainan karena norma-
norma yang mendukung masing-masing tatanan mempunyai sifat yang tidak
sama. Oleh karena itu, dalam masyarakat yang teratur setiap manusia sebagai
anggota masyarakat harus memperhatikan norma atau kaidah, atau peraturan
hidup yang ada dan hidup dalam masyarakat demi tercapainya suatu
kedamaian dan ketentraman dalam pada suatu negara.

3. Berpastsipasi dalam membangun Pemerintahan maupun Negara


Dalam pelaksanaan pembangunan harus ada sebuah rangsangan dari
pemerintah agar masyarakat dalam keikutsertaannya memiliki motivasi.
Menurut Simatupang (dalam Yuwono, 2001:124) memberikan beberapa
rincian tentang partisipasi sebagai berikut :
a. Partisipasi berarti apa yang kita jalankan adalah bagian dari
usaha bersama yang dijalankan bahu-membahu dengan saudara kita
sebangsa dan setanah air untuk membangun masa depan bersama
b. Partisipasi berarti pula sebagai kerja untuk mencapai tujuan
bersama diantara semua warga negara yang mempunyai latar belakang
kepercayaan yang beraneka ragam dalam negara pancasila kita, atau
dasar hak dan kewajiban yang sama untuk memberikan sumbangan
demi terbinanya masa depan yang baru dari bangsa kita
c. Partisipasi tidak hanya berarti mengambil bagian dalam
pelaksanaan-pelaksanaan, perencanaan pembangunan. Partisipasi
berarti memberikan sumbangan agar dalam pengertian kita mengenai
pembangunan kita nilai-nilai kemanusiaan dan cita-cita mengenai
keadilan sosial tetap dijunjung tinggi
d. Partisipasi dalam pembangunan berarti mendorong ke arah
pembangunan yang serasi dengan martabat manusia. Keadilan sosial
dan keadilan Nasional dan yang memelihara alam sebagai lingkungan
hidup manusia juga untuk generasi yang akan datang

Dari pendapat para ahli, diatas diarti kan sebagai bukti kecintaanya
warga negara dalam membela suatu negara dengan ikut sertaa atau
berpartisipasi dalam membangun Pemerinatahan maupun Negara demi
tercapainya suatu cita ciat atau tujaun Negara. Dalam beraprtispasi kita tidak
hanyak ikut langsung dalam pemerintahan, akan tetatapi dengan berpegang
teguh dalam satu kesatuan , tanpa memandang SARA, juga merupakan
sumbangan atau bentuk partispasi dalam membangun tujusan suatu bangsa
dan negara

4. Memiliki rasa tanggung jawab dan mandiri


Pada hakekatnya sebagai warga negara, mempunyai tugas atau
kewajiban untuk mewujudkan ciata cita suatu bangsa dan negara, disitulah
peran serta warga negara yang memiliki rasa tanggung jawab dalam
menjalankan tugas ataupun kewajiban sebagai warga negara, seperti halnya
saling menghormati antar sesama, menjaga suatu keharmonisan dan
kerukunan antar sesama, adapun rasa tanggung jawab yang harus diimilki oleh
suatu warga negara yaitu, rasa bertanggung jawab dalam menghadapi
kemajuan jaman, dengan cara memilliki kemampuan berpikir rasional yang
baik, demi terjaga identitas suatu negara. Selain rasa tanggung jawab yang
dimilki, sebagai warga negara perlu adanya suatu kemandirian dalam
menumbuh dan mengembang suatu kreatifitas yang ada, dengan cara terus
belajar, dan mengeksplor kemampuan atapun usaha yang dimilki oleh warga
negara, karena hal ini akan berdampak positif dan memberikan suatu
kebanggaan pada bangsa dan negara

C. Hak dan Kewajiban Warga Negara

Peranan (role) dalam mewujudkan hubungan yang harmonis antara warga


negara dan negara diperlukan saling kepercayaan dan masing masing harus
mengetahui hak dan kewajibannya yang telah dijabarkan dalam peraturan
perundang-undangan yang sah seperti dalam pasal 27 sampai pasal 34 UUD 1945,
adapun penjabaran hak dan kewajiban sebagai warga negara sebagi berikut :

a. Hak Warga Negara


1) Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan (pasal 27 ayat 2)
2) Hak untuk ikut serta dalam upaya pembelaan negara (pasal 27
ayat 3)
3) Hak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya (pasal 28A)
4) Hak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah (pasal 28B ayat 1)
5) Hak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta
berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi (pasal 28B ayat
2) Pasal 28C
6) Hak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya (pasal 28C ayat 1)
7) Hak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas
hidupnya (pasal 28C ayat 1)
8) Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya
secara kolektif (pasal 28C ayat 2)
9) Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum (pasal
28D ayat 1)
10) Hak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang
adil dan layak dalam hubungan kerja (pasal 28D ayat 2)
11) Hak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan
(pasal 28D ayat 3)
12) Hak memeluk agama dan beribadat menurut agamanya (pasal
28E ayat 1)
13) Hak memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan,
memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan
meninggalkannya, serta berhak kembali (pasal 28E ayat 1)
14) Hak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran
dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya (pasal 28E ayat 2)
15) Hak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan
pendapat (pasal 28E ayat 3)
16) Hak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya (pasal 28F)
17) Hak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan,
mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala
jenis saluran yang tersedia (pasal 28F)
18) Hak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,
martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya (pasal 28G ayat
1)
19) Hak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan
untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi
(pasal 28G ayat 1)
20) Hak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang
merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka
politik dari negara lain (pasal 28G ayat 2)
21) Hak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat (pasal 28H ayat 1)
22) Hak memperoleh pelayanan kesehatan (pasal 28H ayat 1)
23) Hak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk
memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai
persamaan dan keadilan (pasal 28H ayat 2)
24) Hak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan
dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat (pasal 28H ayat 3)
25) Hak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak
boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun (pasal 28H
ayat 4)
26) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak untuk
kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak
diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dihadapan hukum, dan hak
untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi
manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun (pasal 28I
ayat 1)
27) Hak untuk bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas
dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan
yang bersifat diskriminatif itu (pasal 28I ayat 2)
28) Hak untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk
beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu (pasal 29 ayat 2)
29) Hak ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara
(pasal 30 ayat 1)
30) Hak mendapat pendidikan (pasal 31 ayat 1).
b. Kewajiban Warga Negara
1) Wajib menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) UUD
1945 berbunyi : segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam
hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya
2) Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pasal 27 ayat
(3) UUD 1945 menyatakan : setiap warga negara berhak dan wajib ikut
serta dalam upaya pembelaan negara”
3) Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Pasal 28J ayat
1 mengatakan : Setiap orang wajib menghormati hak asai manusia orang
lain
4) Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan
undang-undang. Pasal 28J ayat 2 menyatakan : “Dalam menjalankan hak
dan kebebasannya,setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang
ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud untuk menjamin
pengakuan serta penghormatan atas hak kebebasan orang lain dan untuk
memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-
nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat
demokratis.”
5) Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.
Pasal 30 ayat (1) UUD 1945. menyatakan: “tiap-tiap warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara.”

D. Hubungan Warga negara dengan Negara

Teori hubungan warga negara dengan negara

1. Teori Marxis
Menurut teori Marxis, negara hanyalah sebuah panitia yang mengelola
kepentingan kaum borjuis, sehingga sebenarnya tidak memiliki kekuasaan yang
nyata. Justru kekuasaan nyata terdapat pada kelompok atau kelas yang dominan
dalam masyarakat (kaum borjuis dalam sistem kapitalis dan kaum bangsawan
dalam sistem feodal).

2. Teori Pluralis
Dalam pandangan teori pluralis, negara merupakan alat dari masyarakat
sebagai kekuatan eksternal yang mengatur negara. Dalam masyarakat terdapat
banyak kelompok yang berbeda kepentingannya, sehingga tidak ada kelompok
yang terlalu dominan. Untuk menjadi mayoritas, kepentingan yang beragam ini
dapat melakukan kompromi.

3. Teori Organis
Menurut teori Organis, negara bukan merupakan alat dari
masyarakatnya, tetapi merupakan alat dari dirinya sendiri. Negara mempunyai
misinya sendiri, yaitu misi sejarah untuk menciptakan masyarakat yang lebih
baik. Oleh karena itu, negara harus dipatuhi oleh warganya sebagai lembaga
diatas masyarakat. Negaralah yang tahu apa yang baik bagi masyarakat secara
keseluruhan. Pandangan ini merupakan dasar bagi terbentuknya negara-negara
kuat yang seringkali bersifat otoriter bahkan totaliter.

4. Teori Elite Kekuasaan


Teori ini muncul sebagai bentuk kritik terhadap teori pluralis. Menurut
teori ini, meskipun masyarakatnya terdiri dari bermacam-macam kelompok
yang pluralitas, tetapi dalam kenyataannya kelompok elite penguasa datang
hanya dari kelompok masyarakat tertentu, meskipun secara hukum semua orang
memang bisa menempati jabatan-jabatan dalam negara/pemerintah

E. Asas, Sifat Warga Negara

a. Asas Hubungan Warga Negara


1. Asas Pancasila
Dalam hubungan warga negara asas Pancasila merupakan asas yang
paling dasar, dimana Pancasila dalam negara memiliki dua fungsi yaitu
sebagai pandangan hidup dan dasar negara.
Sebagai pandangan hidup yang dimaksud yaitu sebagai pedoman
atau petunjuk dalam kehidupan sehari-hari, yang memiliki satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.
Sedangkan sebagai dasar negara yaitu sebagai dasar atau falsafah
atau filosofi negara, yang mana dalam dalam menjalankan roda pemerintahan
harus berlandaskan pada Pancasila yang sesuai dengan bunyi dan isi yang
tercantum dalam pembukaan UUD 1945.

2. Asas Keadulatan Rakyat


Pada zaman Renaissance, timbulnya teori yang mengajarkan bahwa
dasar hukum itu ialah “akal” atau “rasio” manusia (aliran rsionalisme).
Kemudian pada abad ke 18 Jean Jacque Rousseau memperkenalkan teorinya
bahwa dasar terjadinya suatu negara ialah “perjanjian rakyat” (contact social)
yang memiliki pengertian dimana pemberian kekuasaan kepada pemerintah
melalui perjanjian masyarakat dan apabila pemerintah dalam menjalankan
tugasnya bertentangan dengan keinginan rakyat, maka pemerintah dapat
dijatuhkan oleh rakyat.
Kedaulatan artinya kekuasaan atau wewenang tertinggi dalam suatu
wilayah. Sedangkan kedaulatan rakyat artinya kekuasaan itu ada ditangan
rakyat, sehingga dalam pemerintahan harus sesuai dengan keinginan rakyat
Pasal 1 ayat 2 UUD 1945 mengatakan “kedaulatan berada ditangan
rakyat dan dilaksanakan menurut UUD”. Hal tersebut menegaskan dengan
jelas bahwasannya kedaulatan ada ditangan rakyat yang diatur dalam UUD
1945, dimana UUD 1945 menjadi dasar dalam pelaksanaan suatu kedaulatan
rakyat baik itu wewenang, fungsi, tugas yang diatur dalam UUD 1945.
Rasa saling percaya dalam penyelenggaraan negara yang diberikan
oleh rakyat tidak boleh disalahgunakan oleh negara dan sebaliknya harapan
dari penguasa dalam batasan-batasan tertentu diperlukan kepatuhan dari
rakyat terhadap aturan-aturan yang ditetapkan oleh negara.
3. Asas Negara Hukum
Setelah mengalami perubahan atau amandemen dalam rentang empat
tahun terhitung semenjak tahun 1999 hingga tahun 2002, UUD 1945 di dalam
pasal 1 ayat (3) menegaskan bahwa Indonesia adalah negara hukum. Atas
ketentuan yang tegas ini, maka setiap kebijakan publik dan tindakan segenap
rakyat Indonesia haruslah berpegang pada peraturan perundang-undangan
yang berlaku di negara ini dan juga di dunia internasional.
Dalam mewujudkan negara hukum ini, maka prinsip yang digunakan
adalah rule of law and not of the man. Konsep dari negara hukum ini
merupakan warisan dari konsep ‘Rechtstaat’ yang sudah ada lebih dahulu di
benua Eropa pada abad pertengahan. Konsep ini menentang adanya
pemerintahan yang bersifat absolut, dimana penguasa adalah hukum itu
sendiri.

4. Asas Kekeluargaan
Kekeluargaan disini berdasarkan nusantara memiliki beragam suku,
adat, bahasa, dan agama. Perlu adanya kerukunan di dalam kereagaman di
nusantara akan tetapi akan menjadi bumerang bagi nusantara jiga keragaman
ini mudah terpancang dan alhasil menjadi terpecah belah, oleh sebab itu
konsep kekeluargaan yang mengutamakan permusyawaratan dan menjunjung
nilai toleransi dalam sesama serta menumbuhkan sikap kewaspadaan kepada
pihak-pihak yang memiliki tujuan untuk memecah belah dari kekeluargaan
tersebut.

5. Asas Pembagian Kekuasaan


Supaya penyelenggaraan negara dapat berjalan dengan efektif dan
efisien maka diperlakukan pembagian kekuasaan seperti yang dikemukakan
teori Montesquie, yaitu kekuasaan legislatif (membentuk undang-undang),
kekuasaan eksekutif (melaksanakan undang-undang), dan kekuasaan
yudikatif (kuasa kehakiman). Maka check and balances dapat terjadi, artinya
diantara lembaga negara dapat terjadi saling mengawasi dan saling
menginbangi.
Pada hakikatnya dalam pembagian kekuasaan itu dibagi menjadi dua
cara yaitu vertikal dan horizontal.
1) Vertikal
yaitu pembagian kekuasaan secara bertingkat. Maksudnya kekuasaan
itu dibagi dalam beberapa tingkat. Misalnya antara pemerintah pusat
dan pemerintahan daerah dalam suatu negara kesatuan atau antara
pemerintah federal dan pemerintah negara bagian dalarn suatu negara
federasi. Pembagian kekuasaan mi sering pula disebut pembagian
kekuasaan secara teritorial
2) Horizontal
yaitu pembagian kekuasaan menurut fungsinya. Dalam pembagian ini
lebih dititikberatkan pada pembedaan fungsi pemerintahan yang bersifat
legislatif, eksekutif, dan yudikatif

b. Sifat Hubungan Warga Negara


1. Hubungan yang bersifat hukum
Dalam hubungan yang bersifat hukum yang diharapkan sesuai
dengan tujuan hukum di negara menganut ideologi Pancasila yaitu
memelihara dan mengembangkan budi pekerti kemanusiaan serta cita-cita
moral rakyat yang luhur berdasarkan ketuhanan yang mahas esa.

2. Hubungan yang bersifat politik


Kegiatan politik warga negara harus ikut serta atau dilibatkan dalam
dalam pembuatan kebijakan supaya sejalan dengan tujuan yang telah menjadi
kotrak sosial antara penguasa dengan rakyat dan diperlukan rasa amanah di
dalamnya. Dimana dalam keterlibatan pengambilan keputusan dalam
pembuatan kebijakan harus berdasarkan kekeluargaan yang musyawarah
mufakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila.

F. Menjadi Warga Negara Yang Baik

Tujuan PPKn adalah membentuk warga negara yang lebih baik (a good
citizen) dan mempersiapkannya untuk masa depan. Ukuran warga negara yang baik
untuk setiap negara akan ditentukan oleh ukuran normatif yaitu ideologi dan
konstitusi negara yang bersangkutan. Adapun berbagai usaha untuk mengidentifikasi
warga negara yang baik, baik dari rumusan yang bersifat umum, maupun yang
dikembangkan di Indonesia.

Sebagain mengartikan bahwa warga negara yang baik adalah warga negara
yang mampu memenuhi kewajibannya sebagai warga negara dan tidak hanya
menuntut pemberian hak-haknya saja sebagai warga negara yang memiliki ciri-ciri
yaitu: (a) peduli sesama, (b) bertanggung jawab, (c) mandiri, (d) demokratis, (e)
kritis, (f) jujur, dsb.

Berikut rumusan tujuan PPKn yang bersifat umum yang dikembangkan


dalam civic education.

a. Menurut Dimon dan Pflieger (Civics for Citiezens)


Warga negara yang baik adalah memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) The good citiezen is loyal
2) The good citizen practices democratic human relationships
3) The good citizen tries to be a well-adjusted person
4) The good citizen is a learner
5) The good citizen is a thinker
6) The good citizenis a doer

b. Menurut Mohammad Noor Syam (1983)


Warga negara yang baik dalam istilah lain MIS adalah Manusia
Pembangunan yang ber-Pancasila (MPP), yang berkarakteristik sebagai berikut:
1) memiliki rasa kesadaran sebagai warga negara (civic counciousness); 2)
memiliki rasa tanggung jawab terhadap masyarakat; 3) partisipasi terhadap
pembangunan.

c. Menurut Byron G. Massialas Byron G. Massialas


Citizenship Objectives for The 70s (Tujuan PKN untuk tahun tujuh
puluhan) yang dinilai sesuai dengan kondisi dan kebutuhan-kebutuhan generasi
muda dalam masyarakat modern sebagai warga negara yang baik. Identifikasi ini,
diperoleh berdasarkan pernyataan para guru tentang bagaimana agar supaya
menjadi good citizens. Ada 10 tujuan yang pokok yang perlu dikembangkan,
yaitu:
1) Show concern for welfare and dignity of others, (Menunjukkan
perhatian pada kesejahteraan dan martabat orang lain).
2) Support rights and freedoms of all individuals. (Mendukung hak
asasi dan kebebasan bagi semua individu).
3) Help maintain law and order. (Membantu memelihara hukum dan
ketertiban).
4) Know the main structure and functions of our government
(Mengetahui struktur pokok dan fungsi pokok dari pemerintahan kita).
5) Seek community improvement through active, democratic
participation. (Mencari kemajuan masyarakat lewat aktif berpartisipasi
secara demokratis).
6) Understand problems of international relations. (Mengerti
tentang masalah-masalah hubungan internasional).
7) Support rationality in communication, thought, and action on
social problems. (Mendukung rasionalitas dalam kumunikasi, pemikiran
dan pada kegiatan masalah-masalah sosial).
8) Take responsibility for our personal development and
obligations. (Mengambil tanggung jawab untuk pengembangan personal
dan kewajiban kita).
9) Help and respect their own families. (Membantu dan
menghormati keluarga mereka).
10) Nurture the development of their children as future citizens
(Adults). (Memelihara pengembangan anak-anak mereka sebagai warga
negara di masa depan/orang dewasa).

Menjadi warga negara yang baik harus melaksanakan kewajiban-kewajiban


negara yang sesuai dalam UUD 1945 dan juga Pancasila, selain itu warga negara
yang baik adalah warga yang terlibat dalam aktivitas di masyarakat dan saling
membantu sesama warga lain. Warga negara yang baik bangga dengan wilayah dan
negara tempat tinggalnya dan ingin membuatnya menjadi tempat yang lebih baik
lagi. Kita semua ingin dianggap sebagai warga yang baik, dan asalkan mau berusaha,
semua orang sebenarnya bisa melakukannya.

Maka dari itu dalam berperilaku untuk menjadi warga negara yang baik
diperlukanlah suatu pembelajaran tentang pendidikan pancasila dan
kewarganegaraan atau yang dikenal dengan PPKn, karena didalam pembelajaran
tersebut juga terdapat tuntunan serta pedoman dalam bertingkah laku. Selain itu
adapun karakter yang diterapkan dalam upaya menjadi warga negara yang baik,
diantaranya : (a) kepedulian, (b) kemandirian, (c) demokratis, (d) tanggung jawab,
(e) kritis, dan (f) kesederhanaan.Adapun contoh menjadi seorang warga negara yang
baik berdasarkan pembelajaran PPKn:
1) Lingkungan sekolah: (a) ikut melaksanakan kegiatan upacara bendera,
(b) bersikap adil dalam berteman, (c) mengikuti kegiatan bersih-bersih
disekolah, belajar dengan giat, (d) selalu datang tepat waktu, (e) ikut
melaksanakan pemilihan ketua osis,
2) Lingkungan masyarakat: (a) tidak menerobos lampu merah, (b)
mempersilahkan pejalan kaki yang hendak menyeberang jalan, (c) tidak
membuang sampah di jalanan dari dalam mobil, (d) tidak mengendarai motor
di atas trotoar, (e) tidak mengendarai kendaraan dengan zig-zag di jalan raya,
(f) merokok di tempat-tempat yang telah ditentukan, (g) budayakan antri, (h)
menggunakan produk dalam negeri, (i) ikut melaksanakan kegiatan pemilu.

G. Kenyataan Sikap Warga Negara Yang Terjadi di Indonesia


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Al Hakim, S. (2014). Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Konteks Indonesia. Malang:


Madani.

Ali, A. S. (2009). Negara Pancasila Jalan Kemaslahatan Bangsa. Jakarta: Pustaka


LP3ES.

Arikunto, I. (2001). Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Sekolah Lanjutan


Tingkat Atas. Jakarta: Bumi Aksara.

Kansil, C. (1989). Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.

Latif, Y. (2019). Negara Paripurna Historis, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila.


Jakarta: Gramedia.

Suyanto, d. (2016). UPAYA PEMBENTUKAN WARGA NEGARA YANG BAIK DAN


TANTANGAN YANG DIHADAPI OLEH PARA GURU PKN. Jurnal Civics,
13:2.

Anda mungkin juga menyukai