Anda di halaman 1dari 6

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hasil atau produk pertanian memiliki sifat berbeda dengan produk non pertanian.
Secara kualitas tiap unit produknya sudah dapat dilihat perbedaannya, jika produk
industri dapat menghasilkan produk yang seragam, namun jika pertanian akan
menghasilkan produk yang beragam. Misalnya, dalam satu pohon jeruk tidak akan
menghasilkan buah-buah jeruk yang memiliki kualitas yang sama dan identik.
Produk hasil pertanian memiliki sifat tersendiri diantaranya adalah mudah rusak,
hasil pertanian memang tidak mampu bertahan dalam waktu yang lama tanpa
penanganan tertentu. Hal ini memang sudah menjadi menjadi karakteristik
biologis dan fisiologis hasil pertanian. Namun, sifat ini juga sering disebabkan
oleh rendahnya kualitas penangan pascapanen, seperti kandungan air yang terlalu
tinggi sehingga produk mudah membusuk. Padahal, yang dibutuhkan konsumen
adalah produk yang segar atau fresh. Selanjutnya adalah makan tempat (rowa),
hasil pertanian mayoritas bersifat rowa atau membutuhkan tempat atau ruang
penyimpanan yang luas. Akibat sifat ini akan meningkatkan biaya pengangkutan
dan penyimpanan produk. Padahal, harga produk tersebut biasa sangat kecil jika
dibandingkan dengan volumenya. Hal ini akan menyebabkan biaya total
pemasaran seringkali lebih besar dibandingkan dengan biaya produksinya. Serta
musiman, sifat yang unik dari hasil pertanian adalah musiman. Musiman berarti
tidak setiap saat produk tersebut dihasilkan atau hasil produksinya akan diperoleh
pada waktu-waktu tertentu. Sifat ini menyebabkan ketidakstabilan harga produk
tertentu di pasaran, kadang akan berharga tinggi dan kadang juga sangat rendah.
Selain itu, hasil pertanian biasanya juga dibutuhkan setiap saat. Oleh sebab itu
perlunya penanganan khusus.
Berdasarkan sifat-sifat produk hasil pertanian salah satu penanganan yang perlu
dilakukan adalah melakukan pengemasan yang tepat. pengemasan hasil pertanian
sangat penting dilakukan guna penyediaan produksi untuk keperluan pasar dan
distribusi untuk masing-masingnya diperlukan persyaratan khusus. Lama
penyimpanan, jenis komoditas dan model fasilitas penyimpanan untuk tiap-tiap
tingkat beragam menurut fungsi dan kebutuhannya. Pengemasan disebut juga
pembungkusan, pewadahan atau pengepakan, memegang peranan penting dalam
pengawetan bahan hasil pertanian. Adanya wadah atau pemungkus dapat
membantu mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi bahan pangan yang
ada didalamnya, melindungi dari bahaya pencemaran serta gangguan fisik
(gesekan, benturan, getaran). Disamping itu pengemsan berfungs untuk
menenpatkan suatu hasil pengolahan atau produk industri agar mempunyai
bentuk-bentuk yasng memudahkan dalam penyimpanan, pengangkutan dan
distribusi. Dari segi promosi wadah atau pembungkus berfungsi sebahgai
peranhgsang atau daya tarik pembeli. Karena itu bentuk, warna dan dekorasi dari
kemasan perlu diperhatikan dalam perencanaannya. Untuk itu perlu untuk
mengetahui alat atau mesin pengemasan serta cara pengemasan yang tepat untuk
produk pertanian.

1.2 Tujuan

1. Mengenal dan mengetahui berbagai macam alat pengemasan produk hasil


pertanian

2.
3.1 Pengertian Kemasan

Kemasan adalah desain kreatif yang mengaitkan bentuk, struktur, material, warna,
citra, tipografi dan elemen-elemen desain dengan informasi produk agar produk
dapat dipasarkan. Kemasan digunakan untuk membungkus, melindungi,
mengirim, mengeluarkan, menyimpan, mengidentifikasi dan membedakan sebuah
produk di pasar (Klimchuk dan Krasovec, 2006:33).

Menurut Kotler & Keller (2009:27), pengemasan adalah kegiatan merancang dan
memproduksi wadah atau bungkus sebagai sebuah produk. Pengemasan adalah
aktivitas merancang dan memproduksi kemasan atau pembungkus untuk produk.
Biasanya fungsi utama dari kemasan adalah untuk menjaga produk. Namun,
sekarang kemasan menjadi faktor yang cukup penting sebagai alat pemasaran
(Rangkuti, 2010:132).

Kemasan yang dirancang dengan baik dapat membangun ekuitas merek dan
mendorong penjualan. Kemasan adalah bagian pertama produk yang dihadapi
pembeli dan mampu menarik atau menyingkirkan pembeli. Pengemasan suatu
produk biasanya dilakukan oleh produsen untuk dapat merebut minat konsumen
terhadap pembelian barang. Produsen berusaha memberikan kesan yang baik pada
kemasan produknya dan menciptakan model kemasan baru yang berbeda dengan
produsen lain yang memproduksi produk-produk sejenis dalam pasar yang sama.

Simamora (2007) mengemukakan pengemasan mempunyai dua fungsi yaitu:

1. Fungsi Protektif

Berkenaan dengan proteksi produk, perbedaan iklim, prasarana transportasi, dan


saluran distribusi yang semua berimbas pada pengemasan. Dengan pengemasan
protektif, para konsumen tidak perlu harus menanggung risiko pembelian produk
rusak atau cacat.

2. Fungsi Promosional

Peran kemasan pada umumnya dibatasi pada perlindungan produk. Namun


kemasan juga digunakan sebagai sarana promosional. Menyangkut promosi,
perusahaan mempertimbangkan preferensi konsumen menyangkut warna, ukuran,
dan penampilan.

Sedangkan menurut Kotler (1999:228), terdapat empat fungsi kemasan sebagai


satu alat pemasaran, yaitu :

1. Self service. Kemasan semakin berfungsi lebih banyak lagi dalam proses
penjualan, dimana kemasan harus menarik, menyebutkan ciri-ciri produk,
meyakinkan konsumen dan memberi kesan menyeluruh yang mendukung
produk.
2. Consumer offluence. Konsumen bersedia membayar lebih mahal bagi
kemudahan, penampilan, ketergantungan dan prestise dari kemasan yang
lebih baik.
3. Company and brand image. Perusahaan mengenal baik kekuatan yang
dikandung dari kemasan yang dirancang dengan cermat dalam
mempercepat konsumen mengenali perusahaan atau merek produk.
4. Inovational opportunity. Cara kemasan yang inovatif akan bermanfaat
bagi konsumen dan juga memberi keuntungan bagi produsen.

Menurut Louw dan Kimber (2007), kemasan dan pelabelan kemasan mempunyai
beberapa tujuan, yaitu:

1. Physical Production. Melindungi objek dari suhu, getaran, guncangan,


tekanan dan sebagainya.
2. Barrier Protection. Melindungi dari hambatan oksigen uap air, debu, dan
sebagainya.
3. Containment or Agglomeration. Benda-benda kecil biasanya
dikelompokkan bersama dalam satu paket untuk efisiensi transportasi dan
penanganan.
4. Information Transmission. Informasi tentang cara menggunakan
transportasi, daur ulang, atau membuang paket produk yang sering
terdapat pada kemasan atau label.
5. Reducing Theft. Kemasan yang tidak dapat ditutup kembali atau akan
rusak secara fisik (menunjukkan tanda-tanda pembukaan) sangat
membantu dalam pencegahan pencurian. Paket juga termasuk memberikan
kesempatan sebagai perangkat anti-pencurian.
6. Convenience. Fitur yang menambah kenyamanan dalam distribusi,
penanganan, penjualan, tampilan, pembukaan, kembali penutup,
penggunaan dan digunakan kembali.
7. Marketing. Kemasan dan label dapat digunakan oleh pemasar untuk
mendorong calon pembeli untuk membeli produk.
DAFTAR PUSTAKA

Klimchuk, Marianne dan Sandra A. Krasovec. 2006. Desain Kemasan. Jakarta:


Erlangga.

Kotler dan Keller. 2009. Manajemen Pemasaran. Jilid I. Edisi ke 13. Jakarta:
Erlangga.

Kotler, Philip. 1999. Manajemen Pemasaran. Jilid II. Edisi Milenium. Jakarta:
Prenhallindo.

Rangkuti, Freddy. 2005. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis.


Jakarta: Gramedia.

Simamora, Bilson. 2007. Panduan Riset dan Perilaku Konsumen. Jakarta:


Gramedia.

Louw, A. & Kimber, M. 2007. The Power of Packaging, The Customer Equity
Company.

Anda mungkin juga menyukai