Child Abusing
Child Abusing
Particularly The Sexual Exploitation Of Children In Travel And Tourism (SECTT), And The
Online Child Sexual Exploitation (OCSE).
Universal Declaration of Human Rights (UDHR)
The United Nations World Tourism Organization (UNWTO), in
cooperation with End Child Prostitution in Asian Tourism (ECPAT), Interpol,
UNICEF, International Hotel and Restaurants Association (IH-RA),
Di Indonesia kebanyakan di batam dan kep. riau
Prostitusi bisa karena mereka dijual oleh ortu mereka / mereka menawarkan diri.
Data dari Organisasi Pariwisata Dunia (WTO) menunjukkan bahwa ada lebih dari satu juta anak yang
mengalami pelecehan seksual dalam prostitusi melalui industri pariwisata di seluruhseluruh dunia,
dan terus meningkat setiap tahun.
Thailand:
thn 2016 pariwisata pertumbuhan paling pesat, dan menimbulkan banyaknya eksploitasi.
Thai diperdagangkan ke eksploitasi seksual di Jepang dari kontak awal melalui Internet.78 agen
perekrutan Penipuan akan posting iklan di situs Internet untuk posisi kerja, misalnya, bar atau hotel,
atau pekerjaan pemodelan palsu,dalam upaya untuk memikat anak-anak ke bekerja di luar negeri.
Misalnya, dalam kasus seorang warga Inggris yang ditangkap setelah mengeksploitasi seksual anak-
anak di sekolah-sekolah di Thailand,penyelidikan polisi menemukan bahwa ia memiliki catatan
kejahatan seks anak.
Laos:
Thailand dan Cina dan negara Asia lainnya bepergian ke Laos untuk melakukan hubungan seksual
dengan anak-anak.Dalam wawancara yang dilakukan di kota-kota perbatasan Savannakhet dan
Champassak, dilaporkan bahwa pria Asia bepergian di kelompok wisata pada akhir pekan mencari
seks dengan anak-anak.
Malaysia:
Filipina:
pelaku seks anak yang beroperasi di Filipina biasanya datang dari Australia, negara-negara Asia
Timur, Eropa dan Amerika Serikat. pihak penegak hukum di Filipina menunjukkan bahwa 10-15% dari
kejahatan seksual terhadap anak-anak di Filipina dilakukan oleh orang asing. pelanggar seks anak
biasanya turis laki-laki seks asing, personil militer cuti, dan pengusaha asing.
60k terlibat prostitusi di filipina. misalnya orang tua di Filipina dilaporkan memfasilitasi live
streaming dari pelecehan seksual anak secara online untuk dilihat oleh orang Barat kaya.
Pemberantasan eksploitasi anak merupakan agenda asean dari 2016-2030: kekerasan seksual
terhadap anak, termasuk melalui perdagangan, prostitusi,pornografi dan kawin paksa / awal.
Jepang: Market place brothel untuk dewasa terbesar di Jepang yang sebagian besar wanitanya
dari filipina dan thailand
Penyebab anak terlibat: Anak-anak di daerah konflik, anak bermigrasi, anak-anak pengungsi, anak-
anak tanpa kewarganegaraan, kelompok minoritas, anak-anak pribumi,anak-anak cacat
● Kurangnya penelitian dan pengumpulan informasi statistik dan berbagi tentang alam dan luasnya
manifestasi SEC serta profil dari korban;
● Dampak norma-norma sosial, sikap negatif dan diskriminatif terhadap anak-anak milik kelompok-
kelompok tertentu (misalnyaanak laki-laki, LGBTQIA anak-anak)
Sex tourism dalam artian : honeymoon, single tour untuk mencari pasangan, couple holiday
Indonesia:
Laporan mengidentifikasi Kepulauan Riau, khususnya “Sebuah studi penilaian cepat dari 272 anak-
anak terlibat dalam eksploitasi seksual dalam tujuh lokasi utama di seluruh Indonesia - Jakarta,
Batam dan Bintan Kepulauan lepas pantai Singapura, dan Bali sebagai lokasi utama untuk SECTT di
Indonesia.Institute 151 Perempuan, yang berbasis di Jawa Barat, melaporkan bahwa beberapa “43,5
persen korban perdagangan manusia yang berumur 14 tahun”.
More than 3,000 tourists from Singapore and Malaysia visit the island every
week for sex services in Batam.
Anggota Komisi VIII DPR Rahayu Saraswati Djojohadikusumo mengungkapkan
ancaman eksploitasi anak di sektor pariwisata sangat tinggi. Dia menyayangkan belum
ada satu pasal di Undang-undang yang melindungi dan mengatur secara khusus
tentang kasus tersebut. Akan menjadi ironi di masa mendatang jika saat devisa dari
sektor pariwisata meningkat, anak-anak Indonesia yang mengalami ekspolitasi seksual
juga meningkat," kata politisi yang akrab dipanggil Sara, Jumat 27 Juli 2018.
Data Ending The Sexual Exploitation of Children (ECPAT) Indonesia menyebutkan 30%
pekerja seks komersil adalah anak-anak. Data Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian
Hukum dan HAM mencatat ada 169 Negara dibebaskan dari kewajiban memiliki visa
untuk tujuan kunjungan ke Indonesia. Sementara dari laporan kementerian yang sama,
hingga September 2017 telah dideportasi sebanyak 107 orang yang diduga sebagai
paedofil dari berbagai bandara di Indonesia.
Di samping memberikan implikasi positif, pariwisata juga memberikan dampak negatif. Salah
satu dampak negatif dari pariwisata adalah munculnya praktik-praktik eksploitasi seksual anak
yang dilakukan oleh wisatawan, baik wisatawan dalam negeri maupun wisatawan mancanegara.
Bentuk konkret praktik eksploitasi seksual ini adalah pembelian seks anak, akses
pornografi online dan bahkan praktik-praktik pedofilia juga muncul. Praktik eksploitasi seksual ini
ternyata berlangsung di berbagai fasilitas wisata seperti hotel, club, karoke dan panti pijat. Oleh
karena itu, keterlibatan sektor bisnis dalam memberikan perlindungan pada anak-anak menjadi
penting agar wisata Indonesia tetap memberikan penghormatan pada perlindungan hak asasi
anak.
sementara itu di Indonesia menurut sebuah sumber terdapat sekitar 70.000 s.d. 80.000 anak
yang menjadi korban eksploitasi seksual anak (ECPAT Indonesia, 2014).
Pelaku kejahatan seksual anak preferensial merupakan pelaku yang memiliki orientasi seksual
pada anak-anak. Para pelaku ini menjadikan anak-anak sebagai target pemuas kebutuhan
seksual mereka. Mereka akan senantiasa mencari anak-anak untuk memuaskan hasrat
seksualnya. Oleh karena itu, mereka memanfaatkan fasilitas pariwisata untuk menemukan anak-
anak, terutama anak-anak yang berada di destinasi pariwisata.
Instrumen hukum yang bisa digunakan untuk melindungi anak-anak dari eksploitasi seksual di
antaranya adalah Konvensi Hak Anak (KHA) yang sudah diratifikasi oleh Pemerintah
Indonesia, Protokol Tambahan tentang Penjualan Anak, Prostitusi Anak dan Pornografi
Anak yang diratifikasi melalui Undang-Undang No. 11/2012 dan Undang-Undang No.
35/2014 tentang Perubahan Undng-Undang No. 23/2002 tentang Perlindungan Anak. Ketiga
instrumen ini bisa djadikan sebagai dasar untuk memberikan perlindungan anak-anak dari
kejahatan seksual anak di destinasi wisata. Hanya saja dua instrumen yang disebutkan di awal,
hanya merupakan sebagai kewajiban negara (state obligation) untuk segera malakukan langkah-
langkah dalam melindungi anak-anak dan menghapuskan bentuk-bentuk kekerasan termasuk
eksploitasi seksual anak di destinasi wisata.
Jika dikaitkan dengan bisnis pariwisata, beberapa hotel sering sekali dijadikan tempat menginap
bagi pelaku kejahatan seksual anak yang berkedok sebagai turis atau wisatawan.
Oleh karena itu, sektor swasta harus memiliki tanggung jawab untuk dapat mencegah terjadinya
eksploitasi seksual anak yang dimanfaatkan oleh para wisatawan. Bentuk tanggung jawab ini
bisa dirumuskan dalam kebijakan perusahaan dan komitmen perusahaan dalam mencegah
terjadinya eksploitasi seksual anak. Perusahaan juga dapat mengembangkan program yang
ditujukan kepada masyarakat agar masyarakat juga aware dengan masalah ini, melalui program
yang dikaitkan dengan CSR (corporate social responsibility).