Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pengertian Oksigen Terlarut


Oksigen yang kita bicarakan dalam konteks Limnologi ini tentu saja oksigen
yang terlarut, selanjutnya disingkat OT. Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua
jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang
kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping
itu, juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam
proses aerobic. Kecepatan difusi oksigen dari udara tergantung dari beberapa
faktor, yaitu kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan massa airr, dan udara
seperti arus, gelombang, dan pasang surut. Bila kita cermati, ternyata atmosfir
bumi mengandung oksigen sekitar 210 ml/L. Kadar OT dalam perairan alami
tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfi. Semakin besar
suhu dan ketinggian dari permukaan laut (altituda) serta semakin kecil tekanan
atmosfir, maka kadar OT semakin kecil (Hidayat, 2015:63).
Oksigen terlarut (DO) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal
dari fotosintesis dan absorbsi atmosfer/udara. Oksigen telarut di suatu perairan
sangat berperan dalam proses penyerapan makanan oleh makhluk hidup dalam
air. Untuk mengetahui kualitas air dalam suatu perairan, dapat dilakukan dengan
mengamati beberapa parameter kimia seperti oksigen terlarut (DO). Semakin
banyak jumlah DO (dissolved oxygen) makan kualitas air semakin baik, jika kadar
oksigen terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap
akibat degradasi anerobik yang mungkin saja terjadi. Satuan DO dinyatakan dalam
persentase saturasi. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal dari
suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup
dalam perairan tersebut (Hanifah, 2013).
Sumber utama oksigen dalam perairan menurut Agustyar (2015), berasal
dari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang
hidup dalam perairan tersebut. Kecepatan difusi oksigen dari udara tergantung
dari beberapa faktor seperti kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan massa air
dan udara seperti arcs, gelombang dan pasang surut. Keadaan oksigen terlarut

1 Laporan Praktikum Limnologi │Uji Oksigen Terlarut (DO)


Tri Ayu Mardhotillah (342013163)
berlawanan dengan keadaan BOD, semakin tinggi BOD semakin rendah oksigen
terlarut. Keperluan organisme terhadap oksigen relatif bervariasi tergantung pada
lems, stadium dan aktifitasnya. Kebutuhan oksigen untuk ikan dalam keadaan
diam relatif lebih sedikit dibandingkan dengan ikan pada saar bergerak. Kadungan
oksigen terlarut (DO) minimum adalah 2 ppm dalam keadaan normal dan tidak
tercemar oleh senyawa beracun. Idealnya, kandungan oksigen terlarut dan tidak
boleh kurang dari 1,7 ppm selama waktu 8 jam dengan sedikitnya pada tingkat
kejenuhan sebesar 70%.
Oksigen merupakan salah satu gas yang terlarut dalam perairan. Kadar
oksigen yang terlarut diperairan alamibervariasi, tergantung pada suhu, salinitas,
turbulensi air, dan tekanan atmosfer, kadar oksigen terlarut semakin kecil.
Dekomposisi bahan organik dan oksidasi bahan anorganik dapat mengurangi
kadar oksigen terlarut hingga mencapai nol (anaerob). Hubungan antara kadar
oksigen terlarut jenuh dan suhu ditunjukkan dalam Tabel 1.1 yang
menggambarkan bahwa semakin tinggi suhu, kelarutan oksigen semakin
berkurang. Kelarutan oksigen dan gas-gas lain juga berkurang dengan
meningkatnya salinitas sehingga kadar oksigen dilarut cenderung lebih rendah
aripada kadar oksigen diperairan tawar (Hanifah, 2013).
Kadar oksigen terlarut berfluktuasi secara diurnal dan musiman tergantung
pada percampuran dan tubulensi massa ai, aktivitas fotosintesis, respirasi dan
limbah yang masuk ke dalam air. Peningkatan suhu sebesar 1oC akan
meningkatkan konsumsi oksigen sekitar 10%. Penguraian bahan organik dan
oksidasi bahan anorganik dapat menguragi kadar OT hingga mencapai nol (kondisi
anaerob). Hubungan antara OT jenuh dan suhu dapat dilihat pada Tabel 1.2, yang
menggambarkan bahwa semakin tinggi suhu. Maka kelarutan oksigen semakin
berkurang. Kelarutan oksigen dan gas-gas lain juga berkurang dengan
meningkatnya salinitas (lihat Tabel 1.2), sehingga kadar oksigen di laur cenderung
lebih rendah daripada kadar oksigen di perairan tawar (Hidayat, 2015:65).

2 Laporan Praktikum Limnologi │Uji Oksigen Terlarut (DO)


Tri Ayu Mardhotillah (342013163)
Tabel 1.1 Hubungan antara Kadar Oksigen Terlarut (OT) Jenuh dan Suhu
pada Tekanan Udara 760 mmHg

Kadar Kadar Kadar


Oksigen Oksigen Oksigen
Suhu (oC) Suhu (oC) Suhu (oC)
Telarut Terlarut Terlarut
(mg/L) (mg/L) (mg/L)

0 14,62 14 10,31 28 7,83


1 14,22 15 10,08 29 7,69
2 13,83 16 9,87 30 7,56
3 13,46 17 9,66 31 7,43
4 13,11 18 9,47 32 7,30
5 12,77 19 9,28 33 7,18
6 12,45 20 9,09 34 7,06
7 12,14 21 8,91 35 6,95
8 11,84 22 8,74 36 6,84
9 11,56 23 8,58 37 6,73
10 11,29 24 8,42 38 6,62
11 11,03 25 8,26 29 6,51
12 10,78 26 8,11 40 6,41
13 10,54 27 7,97
(Cole, 1983 dalam Hidayat, 2015:64)

Tabel 1.2 Hubungan antara Kadar Oksigen Terlarut (OT) Jenuh dan Salinitas
pada Tekanan Udara 760 mmHg
Suhu Salinitas (%)
(oC) 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
20 8,9 8,6 8,4 8,1 7.9 7,7 7,4 7,2 6,9 6,8
22 8,6 8,4 8,1 7,9 7,6 7,4 7,2 6,9 6,7 6,6
24 8,3 8,1 7,8 7,6 7,4 7,2 6,9 6,7 6,5 6,4
26 8,1 7,8 7,6 7,4 7,2 7,0 6,7 6,5 6,3 6,1
28 7,8 7,6 7,4 7,2 7,0 6,8 6,5 6,3 6,1 6,0
30 7,6 7,4 7,1 6,9 6,7 6,5 6,3 6,1 5,9 5,8
32 7,3 7,1 6,9 6,7 6,5 6,3 6,1 5,9 5,7 5,5
(Weber, 1991 dalam Hidayat, 2015:65)

Menurut Hidayat (2015:65), kadar oksigen jenuh akan tercapai bila kadar
OT di perairan sama dengan kadar OT secara teoritis. Kadar oksigen tidak jenuh
terjadi jika kadar OT lebih kecil daripada kadar oksigen secara teoritis. Kejenuhan
oksigen di periaran dinyatakan dengan pesen saturasi. Contoh perhitungan persen
saturasi oksigen adalah sebagai berikut :
a. Pada suhu 5oC. Kadar oksigen yang terukur adalah 6,1 mg/L sedangkan kadar
oksigen secara teoritis adalah 12,77 mg/L, maka persen sarurasi adalah 6,1 :
12,37 = 47,77% (tidak jenuh).

3 Laporan Praktikum Limnologi │Uji Oksigen Terlarut (DO)


Tri Ayu Mardhotillah (342013163)
b. Pada suhu 26oC, kadar oksigen yang terukur adalah 12,4 mg/L sedangkan
kadar oksigen secara teoritis adalah 8,11 mg/L, maka persen saturasi adalah
12,4 : 8,11 = 152,90% (lewat jenuh/super saturasi).

Didalam air, oksigen memerankan peranan dalam menguraikan komponen-


komponen kimia menjadi komponen yang lebih sederhana. Oksigen memiliki
kemampuan untuk beroksida dengan zat pencemar seperti komponen organik
sehingga zat pencemar tersebut tidak meembahayakan. Dengan adanya oksigen
dalam air, mikroorganisme semakin giat dalam menguraikan kandunga dalam air.
Reaksi yang terjadi dalam penguraian tersebut adalah :

𝑚𝑖𝑘𝑟𝑜𝑜𝑟𝑔𝑎𝑛𝑖𝑠𝑚𝑒
Komponen Organik+O2 +nutrien → CO2+H2O+Sel baru+nutrien+energi

Jika reaksi pengurai komponen kimia dalam air terus belaku, maka kadar oksigen
pun akan menurun. Pada klimaksnya, oksigen yang tersedia tidak cukup untuk
menguraikan komponen kimia tersebut. Keadaan yang demikian merupakan
pencemaran berat pada air (Anonim, 2014).

1.2 Penanggulangan Kelebihan/Kekurangan Kadar Oksigen Terlarut


Menurut Agustyar (2015) Cara untuk menanggulangi jika kelebihan kadar
oksigen terlarut adalah dengan cara :
1. Menaikkan suhu/temperatur air, dimana jika temperatur akan menurun.
2. Menambahkan kedalaman air, dimana semakin dalam air tersebut maka
semakin kadar oksigen terlarut akan menurun karena proses fotosintesis
semakin berkurang dan kadar oksigen digunakan untuk pernapasan dan
oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik.
Cara untuk menangguangi jika kekurangan kadar oksigen terlarut menurut
Agustyar (2015) adalah dengan cara :
1. Menurunkan suhu/temperatur air, dimana jika temperatur turun maka kadar
oksigen terlarut akan naik.

4 Laporan Praktikum Limnologi │Uji Oksigen Terlarut (DO)


Tri Ayu Mardhotillah (342013163)
2. Mengurangi kedalam air, dimana semakin dalam air tersebut maka akan
semakin kadar oksigen terlarut akan naik karena proses fotosintesis semakin
meningkat.
3. Mengurangi bahan-bahan organik dalam air, karena jika banyak terdapat
bahan organik dalam air maka kadar oksigen terlarutnya rendah.
4. Diusahakan agar air tersebut mengalir.

1.3 Pengaruh Keberadaan Ikan Terhadap Kadar Oksigen Terlarut


Keadaan perairan dengan kadar OT sangat rendah, berbahaya bagi
organisme akuatik. Semakin rendah kadar OT, semakin tinggi toksisitas (daya
racun) Zn (zinc, seng), Cu (copper, tembaga), Pb (lead, timbal, timah hitam), HCN
(sianida), hidrogen sulfida, dan NH4 (amonia). Kadar OT <2 mg/L dapat
mengakibatkan kematian ikan. Hubungan antara OT dengan kelangsungan hidup
ikan di kolam (lihat tabel 1.3). Kepekatan kadar oksigen terlarut di suatu perairan
dipengaruhi oleh tanaman yang berfotosintesis di air, kederasan arus air, cahaya
yang masuk ke dalam air dan jumlah bahan organik yang diuraikan oleh organisme
air. Kadar oksigen terlarut yang tinggi pada suatu perairan dapat menguntungkan
organsime yang hidup di dalamnya karena oksigen terlarut yang tinggi dalam
suatu perairan dapat menunjukkan bahwa air pada perairan tersebut berkualitas
baik (Hidayat, 2015:68-69).

Tabel. 1.3 Kadar Oksigen Terlarut (OT) dan Pengaruhnya terhadap


Kelangsungan Hidup Ikan
Kadar OT (mg/L) Pengaruh terhadap Kelangsungan Hidup Ikan
Hanya sedikit jenis ikan yang dapat bertahan pada masa pemaparan
<0,3
singkat (short exposure)
0,3-1,0 Pemaparan lama (prolonged expusure) dapat mengakibatkan kematian ikan
1,0-5,0 Ikan dapat bertahan hidup, tetapi pertumbuhannya terganggu
>5,0 Hampir semua organisme akuatik menyukai kondisi ini
(Swingle, 1969 dalam Hidayat, 2015:68)

1.4 Analisis Oksigen Terlarut


Menurut Agustyar (2015), analisis oksigen terlarut dapat ditentukan
dengan 2 macam cara, yaitu :
a. Metode titrasi dengan cara WINKLER

5 Laporan Praktikum Limnologi │Uji Oksigen Terlarut (DO)


Tri Ayu Mardhotillah (342013163)
Prinsipnya dengan menggunakan titrasi iodometri. Sampel yang akan
dianalisis terlebih dahulu ditambahkan larutan MnCl2 dan NaOH- Kl, sehingga
akan terjadi endapan MnO2. Dengan menambahkan H2SO4 atau HCl maka
endapan yang terjadi akan larut kembali dan juga akan membebaskan molekul
iodium (I2) yang ekivalen dengan oksigen terlarut. Iodium yang dibebaskan ini
selanjutnya ditritasi dengan larutan standar natrium tiosulfat (Na2S2O3) dan
menggunakan indikator larutan amilum (kanji). Reaksi kimia yang terjadi
dapat dirumuskan :
MnCl2 + NaOH  Mn(OH)2 + 2 NaCl
2 Mn(OH)2 + O2  2 MnO2 + I2 + 2 KOH
I2 + 2 Na2S2O3  Na2S4O6 + 2 Nal

b. Metode elektrokimia
Cara penentuan oksigen terlarut dengan metode elektrokimia adalah cara
langsung untuk menentukan oksigen terlarut dengan alat DO meter. Prinsip
kerjanya adalah menggunakan probe oksigen yang terdiri dari katoda dan
anoda yang direndam dalam larutan elektrolit. Pada alat DO meter, probe ini
biasanya menggunakan katoda perak (Ag) dan anoda timbal (Pb). Secara
keseluruhan, elektroda ini dilapisi dengan membran plastik yang bersifat semi
permeabel terhadap oksigen. Reaksi kimia yang akan terjadi adalah :
Katoda : O2 + 2 H2O +4e  4 HO-
Anoda : Pb + 2 HO-  PbO + H2O + 2e

Penentuan oksigen terlarut (DO) dengan cara titrasi berdasarkan metode


WINKLER lebih analitis apabila dibandingkan dengan cara alat DO meter. Hal yang
perlu diperhatikan dalam titrasi iodometri adalah penetuan larutan standar
kaliumbikarbonat yang tepat. Dengan mengikuti prosedur penimbangan
kaliumbikarbonat dan standarisasi tiosulfat secara analitis, akan diperoleh hasil
penentuan oksigen terlarut yang lebih akurat. Sedangkan penentuan oksigen
terlarut dengan menggunakan DO meter, harus diperhatikan suhu dan salinitas
sampel yang akan diperiksa. Peranan suhu dan salinitas ini sangat vital terhadap

6 Laporan Praktikum Limnologi │Uji Oksigen Terlarut (DO)


Tri Ayu Mardhotillah (342013163)
akurasi penentuan oksigen terlarut dengan cara DO meter. Alat DO meter masih
dianjurkan jika sifat penentuannya hanya bersifat kisaran (Hidayat, 2015:70).

7 Laporan Praktikum Limnologi │Uji Oksigen Terlarut (DO)


Tri Ayu Mardhotillah (342013163)
BAB II
METODOLOGI

2.1 Hari, Tanggal, Tempat, dan Judul Praktikum


Praktikum dilakukan pada hari Selasa, Tanggal 19 April 2016, dilakukan di
Laboratorium Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Palembang, yang
berjudul “Pengukuran Oksigen Telarut di dalam Air”.

2.2 Tujuan Praktikum


1. Dapat menentukan kadar oksigen terlarut dalam air
2. Dapat mengetahui dan menggolongkan air yang baik untuk di konsumsi
3. Dapat mengetahui optimal untuk pertumbuhan biota air

2.3 Alat dan Bahan


Alat :
1. Unit DO-meter
2. Gelas beker 1 liter
3. Tissue
4. Pipet tetes
5. Aquades
Bahan :
1. Air sumur
2. Air sungai
3. Air got/comberan

2.4 Cara Kerja


1. Masing-masing iar yang diambil dari sumber berbeda disimpan di dalam
boto, tutup rapat, kemudian botol dilapisi kertas karbon/kertas manggis
berwarna hitam, dan dilapisi lagi menggunakan kantong plastik hitam.
2. Kemudian masing-masing sampel air dituangkan kedalam gelas beker.
3. Masing-masing sampel air tersebut diukur DO-nya dengan menggunakan
DO-meter dengan satuan %, mbar, dan mg/L. Lalu dicatat.

8 Laporan Praktikum Limnologi │Uji Oksigen Terlarut (DO)


Tri Ayu Mardhotillah (342013163)
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Praktikum


Data hasil pengamatan oksigen terlarut diambil dari 6 kelompok, berikut tabel
pengamatan dari berbagai kelompok.
Tabel 3.1 Data Hasil Pengamatan Oksigen Terlarut Kelompok 1
No Sampel Air Oksigen Terlarut
1 Air Sungai Musi 7 Ulu 4,9 mg/L
2 Air Tampungan Bawah Tanah 7,3 mg/L
3 Air Sumur 5,7 mg/L
4 Air PAM 7,6 mg/L

Tabel 3.2 Data Hasil Pengamatan Oksigen Terlarut Kelompok 2


No Sampel Air Oksigen Terlarut
1 Air Sumur 7,2 mg/L
2 Air Got Cempaka 7,4 mg/L
3 Air Sungai 7 Ulu 7,7 mg/L

Tabel 3.3 Data Hasil Pengamatan Oksigen Terlarut Kelompok 3


No Sampel Air Oksigen Terlarut
1 Air Sungai Jakabaring 7,5 mg/L
2 Air Sumur KM 5 7,1 mg/L
3 Air Got Flamboyan 7,3 mg/L

Tabel 3.4 Data Hasil Pengamatan Oksigen Terlarut Kelompok 4


No Sampel Air Oksigen Terlarut
1 Air Sungai Musi 7,6 mg/L
2 Air Bak Mandi 7,6 mg/L
3 Air Got Demang 7,4 mg/L

Tabel 3.5 Data Hasil Pengamatan Oksigen Terlarut Kelompok 5


No Sampel Air Oksigen Terlarut
1 Air Sungai Lingkis OKI 6,1 mg/L
2 Air Got KM 7 7,1 mg/L
3 Air PDAM Jaya Indah 7,6 mg/L

Tabel 3.6 Data Hasil Pengamatan Oksigen Terlarut Kelompok 6


No Sampel Air Oksigen Terlarut
1 Air Sungai Jakabaring Pasar Induk 7,7 mg/L
2 Air Sumur Sumbawa 7,7 mg/L
3 Air Got FKIP UMP 7,6 mg/L

9 Laporan Praktikum Limnologi │Uji Oksigen Terlarut (DO)


Tri Ayu Mardhotillah (342013163)
3.2 Pembahasan
Pada praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil seperti pada tabel-
tabel dihasil. Pada tabel 3.1 menunjukkan bahwa air Sungai Musi 7 Ulu lebih
rendah yaitu 4,9 mg/L, ini disebabkan karena pada saat pengambilan sampel air
dilakukan pada sore hari yaitu sekitar pukul 15.30 WIB. Pada waktu berikut, di
perairan tidak lagi terjadi fotosintesis, sehingga kadar oksigen terlarut sudah
terpakai oleh biota yang ada di perairan tersebut. Menurut Maulida (2015), pada
siang hari ketika terjadi fotosintesis, jumlah oksigen terlarut cukup banyak,
sebaliknya pada malam hari ketika tidak terjadi fotosintesis, oksigen yang
terbentuk selama siang hari akan dipergunakan oleh ikan dan tumbuhan air,
sehingga sering terjadi penurunan konsetrasi oksigen secara drastis. Kelarutan
oksigen didalam air jugaa terkait dengan suhu, antara oksigen dengan suhu adalah
berbanding terbalik. Pada temperatur yang tinggi juga dapat meningkatkan
kehilangan oksigen terlarut karena penguapan, jika suhu sangat tinggi, maka
kelarutan oksigen menurun, begitu juga sebaliknya. Pada air tampungan bawah
tanah oksigen terlarut yang terkandung yaitu 7,3 mg/L. Pada air sumur kadar
oksigen terlarut yaitu sebesar 5,7 mg/L. Pada air PAM oksigen terlarut yaitu
sebesar 7,6 mg/L.
Pada tabel 3.2 menunjukkan bahwa air Sungai 7 Ulu yang diambil pada
pukul 16.00 WIB, oksigen yang terlarut sebesar 7,7 mg/L, ini berbanding terbalik
dengan hasil yang didapatkan oleh kelompok 1, besar kemungkinan bahwa
kelompok 2 mengambil air sampel sungai 7 Ulu ini pada lokasi dengan suhu yang
normal dan penguapannya tidak terlalu besar, sehingga kadar oksigen terlarut
masih terjaga. Pada air Sumur oksigen terlarut sebanyak 7,2 mg/L. Pada air got
Cempaka oksigen yang terlarut sebanyak 7,4 mg/L, sampeel air pada got Cempaka
ini dilakukan pada sore hari yaitu tepatnya pukul 17.00 WIB.
Pada tabel 3.3 menunjukkan bahwa air Sungai Jakabaring oksigen yang
terlarut didalamnya sebesar 7,5 mg/L, sampel diambil pada sore hari sekitar pukul
15.30 WIB, oksigen terlarut yang cukup tinggi dikarenakan mungkin tempat atau
lokasi yang diambil sampelnya cukup dingin dan tidak terlalu tinggi penguapan
yang terjadi, sehingga oksigen terlarut masih cukup tinggi. Pada air sumur KM 5
oksigen yang terlarut sebesar 7,1 mg/L. Pada air got Flamboyan okssigen terlarut

10 Laporan Praktikum Limnologi │Uji Oksigen Terlarut (DO)


Tri Ayu Mardhotillah (342013163)
sebesar 7,3 mg/L, air got ini memiliki oksigen terlarut yang cukup tinggi
dikarenakan biota yang hidup di dalam air git tersebut masih sedikit, sehingga
oksigen terlarut masih tinggi kadarnya.
Pada tabel 3.4 menunjukkan hasil yang di ambil dari sampel air Sungai Musi
pada pukul 18.00 WIB, oksigen yang terlarut mencapai 7,6 mg/L, ini disebabkan
karena konsentrasi oksigen terlarut dalam perairan bergantung pada variasi dari
temperuatur. Menurut Maulida (2015), oksigen merupakan salah satu faktor
pembatas, sehingga jika ketersediannya dalam air tidak mencukupi kebutuhan
ikan, maka segala aktivitas dan proses pertumbuhan ikan akan terganggu, bahkan
akan mengalami kematian. Kebutuhan oksigen mempunyai dua aspek yaitu
kebutuhan lingkungan bagi spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif yang
tergantung pada keadaan metabolisme ikan. Pada air bak mandi kelompok 4,
kadar oksigen terlarut mencapai 7,6 mg/L, kemungkinan ada biota yang hidup di
air bak mandi terssbut, namun kadar oksigennya tidak terpakai oleh biota lain
kecuali biota itu sendiri. Pad air got Demang, oksigen terlarut sebesar 7,4 mg/L,
kadar oksigen terlarut pada air got ini masih cukup tinggi.
Pada tabel 3.5 yaitu pengamatan yang dilakukan oleh kelompok 5 tepatnya
kelompok saya, pengamatan DO yang terlarut di dalam air menggunakan sampe air
dari Sungai Lingkis OKI, air got KM 7, dan air PDAM Jaya Indah. Hasil menunjukkan
bahwa oksigen terlarut yang terdapat di Sungai Lingkis OKI sebesar 6,1 mg/L,
pengambilan sampel dilakukan pada siang hari. Kelarutan oksigen yang
terkandung sedikit, dikarenakan pada sungai Lingkis banya biota-biota yang hidup
disana, sehingga oksigen terlarut cepat mengalami penurunan dikarenakan
pemakaian yang terus menerus oleh biota-biota yang ada di dalam perairan
tersebut. Selanjutnya pada air got KM 7, oksigen terlarut sebanyak 7,1 mg/L, cukup
tinggi karena pengambilan dilakukan pagi hari. Pad air PDAM Jaya Indah, kadar
oksigen terlarut sebesar 7,6 mg/L, ini menunjukkan bahwa air dari PDAM Jaya
Indah memiliki kadar oksigen tertinggi kemungkinan ada banyak biota yang
menghasilkan oksigen disana.
Pada tabel 3.6 menunjukkan hasil yang di ambil dari sampe air Sungai
Jakabaring tepatnya di Pasar Induk, oksigen yang terlarut sebesar 7,7 mg/L, cukup
tinggi, kemungkinan perairan masih cukup baik dan belum tercemar. Pada air

11 Laporan Praktikum Limnologi │Uji Oksigen Terlarut (DO)


Tri Ayu Mardhotillah (342013163)
sumur Sumbawa, oksigen terlarut sebesar 7,7 mg/L, kemungkinan air sumur
tersebut masih asri dan belum tercemar oleh aktifitas manusia. Pada air got FKIP
Universitas Muhammadiyah Palembang, oksigen terlarut sebesar 7,6 mg/L,
oksigen terlarut cukup tinggi dikarenakan banyak tumbuhan air seperti lumut
yang hidup di pinggiran dekat air got tersebut.
Keseimbangan oksigen terlarut dalm air secara alamiah terjadi secara
berkesinambungan. Mikroorganisme sebagai makhluk terkecil dalam air, untuk
pertumbuhannta membutuhkan sumber energi yaitu unsur karbon yang dapat
diperoleh dari bahan organik yang berdifusi dari udara. Bahan organik tersebut
oleh mikroorganisme akan diuraikan menjadi karbondioksida dan air.
Karbondioksida selanjutnya dimanfaatkan oleh tanaman dalam air untuk proses
fotosintesis membentuk oksigen dan seterusnya. Oksigen yang dimanfaatkan
untuk proses penguraian bahan organik tersebut akan diganti oleh oksigen yang
masuk dari udara maupun dari sumber lainnya secepat habisnya oksigen terlarut
yang digunakan oleeh bakteri atau dengan kata lain oksigen yang diambil oleh
biota air selalu setimbang dengan oksigen yang masuk dari udara maupun dari
hasil fotosintesis tanaman air (Maulida, 2015).
Pencemaran air yang berlebihan menyebabkan oksigen terkarut dalam air
pada kondisi yang kritis, atau merusak kadar kimia air. Rusaknya kadar kimia air
tersebut akan berpengaruh terhadap fungsi dari air. Besarnya beban pencemaran
yang ditamboung oleh suatu perairan, dapat diperhitungkan berdasarkan jumlah
palutan yaang berasal dari berbagau sumber aktifitas air buangan dari proses-
proses industri dan buangan domestik yang berasal dari penduduk.

Pertanyaan :
1. Adakah perbedaan kandungan oksigen terlarut pada masing-masing sampel
air yang diperoleh? Jelaskan penyebabnya!
2. Jelaskan apa saja faktor yang dapat mempengaruhi kandungan oksigen
terlarut pada suatu peraiaran!
3. Jelaskan hubungan banyaknya oksigen terlarut pada suatu perairan dengan
biota yang ada di dalamnya!

12 Laporan Praktikum Limnologi │Uji Oksigen Terlarut (DO)


Tri Ayu Mardhotillah (342013163)
4. Mengapa berbada jumlah DO air sungai pada kelompok 1 dengan kelompok
lainnya?
5. Mengapa pada malam hari tidak terjadi produksi oksigen ?

Jawaban :
1. Ada, hal ini disebabkan oleh faktor suhu, tekanan, dan juga ketinggian air.
Adapun faktor lain yaitu pada siang hari ketika terjadi fotosintesis, jumlah
oksigen terlarut cukup banyak, sebaliknya pada malam hari ketika tidak
terjadi fotosintesis, oksigen yang terbentuk selama siang hari akan
dipergunakan oleh ikan dan tumbuhan air, sehingga sering terjadi penurunan
konsetrasi oksigen secara drastis. Kelarutan oksigen didalam air jugaa terkait
dengan suhu, antara oksigen dengan suhu adalah berbanding terbalik. Pada
temperatur yang tinggi juga dapat meningkatkan kehilangan oksigen terlarut
karena penguapan, jika suhu sangat tinggi, maka kelarutan oksigen menurun,
begitu juga sebaliknya.
2. Faktor yang mempengaruhi kandungan oksigen terlarut pada suatu perairan
yaitu suhu, pH, input oksigen, jenis bahan organik, rasio karbon dan nitrogen.
Suhu : Suhu optimum mikroorganisme berktivitas beraneka ragam, tetapi
proses dekomposisi biasanya terjadi pada kondisi udara hangat (5-35oC),
setiap peningkatan suhu 10oC akan meningkatkan proses dekomposisi dan
konsumsi OT menjadi 2x lipat.
pH : Proses dekomposisi bahan organik lebih cepat berlangsung pada
kondisi pH netral dan alkalis.
Input oksigen : Dekomposisi secara anaerob berlangsung lebih lambat dan
menghasilkan produk berupa bahan organik seperti alkohol dam asam
organik. Dekomposisi secara aerob disebut tidak sempurna karena tidak
menghasilkan CO2 dan H2O seperti halnya dekomposisi secara aerob. Para
perairan alami, dekomposisi anaerob terjadi pada zona hipolimnion dan
lapisan lumpur di dasar perairan.
Jenis bahan organik : Semakin banyak limbah dalam perairan, semakin
banyak pula oksigen terlarut yang digunakan dekomposer untuk proses

13 Laporan Praktikum Limnologi │Uji Oksigen Terlarut (DO)


Tri Ayu Mardhotillah (342013163)
penguraian. Maka, banyak sedikitnya limbah akan mempengaruhi okssigen
terlarut. Urutan kecepatan dekomposisi; gula > selulosa > lignin.
Rasio karbon dan nitrogen : Berdasarkan berat keringnya bakteri terdiri
dari C 50%, N 10%; sedangkan jamur C 50% dan N 5%. Jika bahan organik
yang didekomposisi banyak mengandung N, maka mikroorganisme akan
tumbuh dengan baik. Selain itu dimanfaatkan oleh mikroorganisme, N juga
dilepas ke perairan atau disebut mengalami mineralisasi.
3. Kepekatan kadar oksigen terlarut di suatu perairan dipengaruhi oleh tanaman
yang berfotosintesis di air, kederasan arus air, cahaya yang masuk ke dalam air
dan jumlah bahan organik yang diuraikan oleh organisme lain. Kadar oksigen
terlarut yang tinggi pada suatu perairan dapat menguntungkan organsime
yang hidup di dalamnya karena oksigen terlarut dimanfaatkan dalam
melakukan metabolisme. Selain itu, kadar oksigen terlarut yang tinggi dalam
suatu perairan dapat menunjukkan bahwa air pada perairan tersebut
berkualitas baik.
4. Karena pada saat pengambilan sampel air dilakukan pada sore hari yaitu
sekitar pukul 15.30 WIB. Pada waktu berikut, di perairan tidak lagi terjadi
fotosintesis, sehingga kadar oksigen terlarut sudah terpakai oleh biota yang
ada di perairan tersebut.
5. Karena pada malam hari, tidak ada cahaya yang cukup untuk melakukan
proses fotosintesis bagi tanaman air dan fitoplankton yang ada di suatu
perairan untuk menambah kadar oksigen terlarut dalam perairan tersebut.
Sehingga pada malam hari tidak terjadi proses fotosintesis oleh tanaman
maupun fitoplankton, maka dari itu tidak ada produksi oksigen yang
dihasilkan.

14 Laporan Praktikum Limnologi │Uji Oksigen Terlarut (DO)


Tri Ayu Mardhotillah (342013163)
BAB IV
KESIMPULAN

Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa DO yang


terdapat di perairan dari berbagai sampel memiliki perbedaan karena pengaruh
dari suhu, tekanan, dan ketinggian air.
Oksigen terlarut (DO) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal
dari fotosintesis absorbsi atmosfer/udara. Semakin banyak jumlah DO (dissolved
oxygen) maka kualitas air semakin baik, jika kadar oksigen terlarut yang terlalu
rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobik yang
mungkin saja terjadi. Oksigen juga dijadikan sebagai faktor pembatas dalam
penentuan kehadiran makhluk hidup dalam air. Selain, itu, oksigen juga
menentukan peran biologis yang dilakukan oleh organisme aerobik atau
anaerobik.
Dari hasil data yang didapatkan pada saat praktikum, kadar oksigen terlarut
yang tinggi yaitu terdapat pada air Sungai Jakabaring tepatnya di Pasar Induk,
yaitu 7,7 mg/L. Kadar oksigen terlarut yang terendah yaitu pada sampe air Sungai
Musi 7 Ulu yang diambil pada pukul 15.30 WIB, yaitu sebesar 4,9 mg/L. Hal kedua
ini dapat terjadi dikarenakan pada siang hari ketika terjadi fotosintesis, jumlah
oksigen terlarut cukup banyak, sebaliknya pada malam hari ketika tidak terjadi
fotosintesis, oksigen yang terbentuk selama siang hari akan dipergunakan oleh
ikan dan tumbuhan air, sehingga sering terjadi penurunan konsetrasi oksigen
secara drastis. Kelarutan oksigen didalam air jugaa terkait dengan suhu, antara
oksigen dengan suhu adalah berbanding terbalik. Pada temperatur yang tinggi juga
dapat meningkatkan kehilangan oksigen terlarut karena penguapan, jika suhu
sangat tinggi, maka kelarutan oksigen menurun, begitu juga sebaliknya.

15 Laporan Praktikum Limnologi │Uji Oksigen Terlarut (DO)


Tri Ayu Mardhotillah (342013163)
DAFTAR PUSTAKA

Agustyar. 2015. Kandungan Oksigen Terlarut/ DO (Disslove Oxygen). (Online) (http:


//www.agustyar.com/2015/04/kandungan-oksigen-rerlarut-do-disslove-
oxygen.htm?m=1). Diakses pada tanggal 24 April 2016

Anonim. 2013. Dissloved Oxygen Meters. (Online) (http://m.globalinstru.com/


dissloved-oxygen-meters.html). Diakses pada tanggal 24 April 2016

Anonim. 2014. Oksigen Terlarut. (Online) (http://id.m.wikipedia.org/wiki/okigen


_terlarut). Diakses pada tanggal 24 April 2016

Hanifah, Hanan. 2013. Oksigen Terlarut. (Online) (http://www.academia.edu /524


9810/Oksigen_Terlarut). Diakses pada tanggal 24 April 2016

Hidayat, Saleh. 2015. Limnologi. Palembang : Universitas Muhammadiyah


Palembang Press

Maulida, Lisa. 2015. Oksigen Terlarut dalam Perairan. (Online) (http://lisa-m-r-


fpk09.web.unair.ac.id/artikel_detail-120970-Perikanan-Oksigen%20Terlarut
%20dalam%20Perairan.html). Diakses pada tanggal 24 April 2016.

16 Laporan Praktikum Limnologi │Uji Oksigen Terlarut (DO)


Tri Ayu Mardhotillah (342013163)
LAMPIRAN

Gambar 1. Lokasi Sungai Lingkis, OKI Gambar 2. Proses Pengambilan Sampel Air
(Dokumen Pribadi, 2016) Sungai (Dokumen Pribadi, 2016)

Gambar 3. Alat yang diperlukan dalam Gambar 4. Lokasi Air Got KM 7 (Dokumen
Pengambilan Sampel, Plastik Pribadi, 2016)
Hitam, dan Botol Bekas
(Dokumen Pribadi, 2016)

Gambar 5. Proses Pengambilan Sampel Air Gambar 6. Lokasi Air PDAM Jaya Indah
Got (Dokumen Pribadi, 2016) (Dokumentasi Pribadi, 2016)

17 Laporan Praktikum Limnologi │Uji Oksigen Terlarut (DO)


Tri Ayu Mardhotillah (342013163)
Gambar 7. Dissloved Oxygen Meters Gambar 8. Gelas Beaker 900 ml
(Anonim, 2013) (Dokumen Pribadi, 2016)

Gambar 9. Gelas Erlenmayer (Dokumen Gambar 10. Tissue (Dokumen Pribadi,


Pribadi, 2016) 2016)

18 Laporan Praktikum Limnologi │Uji Oksigen Terlarut (DO)


Tri Ayu Mardhotillah (342013163)
Gambar 11. Hasil Pengukuran DO pada Gambar 12. Hasil Perhitungan DO pada Air
Sungai Lingkis, OKI (Dokumen Got KM 7 (Dokumen Pribadi,
Pribadi, 2016) 2016)

Gambar 13. Hasil Pengukuran DO pada Air


PDAM Jaya Indah (Dokumen
Pribadi, 2016)

19 Laporan Praktikum Limnologi │Uji Oksigen Terlarut (DO)


Tri Ayu Mardhotillah (342013163)

Anda mungkin juga menyukai