Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Perawat Indonesia, Volume 2 No 1, Hal 41- 50, Mei 2018 e-ISSN 2548-7051

Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah


Jurnal Perawat Indonesia, Volume 2 No 1, Hal 41 - 50, Mei 2018 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

GAMBARAN TINGKAT STRES PASIEN DIABETES MELLITUS


Livana PH1, Indah Permata Sari1, Hermanto1
1Program studi Ners, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
livana.ph@gmail.com

Abstrak
Diabetes Mellitus merupakan kelainan metabolik yang ditandai dengan kenaikan kadar gula darah,
akibat adanya kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Pasien Diabetes Mellitus
harus melakukan terapi pengelolaan sepanjang hidupnya baik secara farmakologis maupun non
farmakologis untuk mencegah terjadinya komplikasi dan mengontrol kestabilan kadar gula
darahnya. Terapi tersebut dapat menimbulkan suatu dampak tertentu, baik secara fisik maupun
secara psikologis. Salah satu dampak psikologis yang dapat dirasakan oleh pasien Diabetes
Mellitus adalah stres. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat stres pada
pasien Diabetes Mellitus di wilayah dokter keluarga Djazariyah Kabupaten Kendal. Metode
deskriptif kuantitatif. Alat ukur yang digunakan berupa kuesioner Depression Anxiety Stres Scale
yang terdiri dari 42 pertanyaan. Sampel berjumlah 37 responden. Sebagian besar pasien Diabetes
Mellitus mengalami stres ringan. Peneliti memberikan saran bagi peneliti selanjutnya untuk
menggunakan kuesioner Depression Anxiety Stres Scale yang telah dimodifikasi disetiap
pertanyaannya, agar mempermudah responden dalam menjawab.

Kata kunci: Stres pada pasien Diabetes Mellitus.

Abstract
The description of stress levels in Diabetes Mellitus patients. Diabetes Mellitus is a metabolic
abnormality characterized by elevated blood sugar levels, due to an abnormality of insulin
secretion, insulin work or both. Diabetes Mellitus patients should take life-long management
therapy both pharmacologically and nonpharmacologically to prevent complications and control
the stability of their blood sugar levels. The therapy can have a certain impact, both physically
and psychologically. One of the psychological effects that can be felt by Diabetes Mellitus patients
is stress. This study aims to determine the description of stress levels in Diabetes Mellitus patients
in the area of Djazariyah family doctor Kendal District. Quantitative descriptive method. The
measuring tool used is a questionnaire of Depression Anxiety Stress Scale consisting of 42
questions. The sample was 37 respondents. Most Diabetes Mellitus patients experience mild stress.
Researchers provide suggestions for further researchers to use the questionnaire of Depression
Anxiety Stress Scale that has been modified in each question, in order to facilitate respondents in
answering.

Keywords: Stress in Diabetes Mellitus clients

Pendahuluan Daerah (Riskesdas) terus mengalami


Diabetes Mellitus (DM) merupakan kenaikan yaitu dari 1,1% pada tahun 2007
sekelompok kelainan metabolik yang menjadi 2,1% pada tahun 2013 (Riskesdas,
ditandai dengan kenaikan kadar gula darah 2013). Prevalensi DM di Jawa Tengah
akibat adanya kelainan sekresi insulin, juga mengalami kenaikan, Dinas
kerja insulin atau keduanya (Gustaviani, Kesehatan (Dinkes) Jawa Tengah
2006). Penyakit DM menjadi induk melaporkan terdapat 13,6% pasien DM
berbagai macam penyakit, sehingga pasien pada tahun 2013, pada tahun 2014
DM akan mengalami dampak berupa meningkat menjadi 14,96%, dan pada
perubahan- perubahan fisik maupun tahun 2015 kembali meningkat menjadi
psikologis. Angka prevalensi DM selalu 16,69% (Dinkes Jateng, 2015). Kabupaten
meningkat dari tahun ke tahun. Data Kendal memiliki angka prevalensi DM
World Health Organization (WHO), yang cukup tinggi yaitu mencapai 2.954
diketahui terdapat 422 juta pasien DM di orang.
dunia (WHO, 2016). Prevalensi DM di Terapi pengelolaan yang dilakukan
Indonesia berdasarkan Riset Kesehatan dengan baik akan membantu pasien DM
41
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 2 No 1, Hal 41 - 50, Mei 2018 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

untuk hidup seperti orang normal pada Kesejahteraan psikologis yang baik pada
umumnya dan memiliki umur yang lebih pasien DM akan memberikan motivasi
panjang (Sutedjo, 2010). Perkumpulan untuk meningkatkan kualitas hidupnya.
Endokrinologi Indonesia (Perkeni) Upaya pencegahan terjadinya DM
membagi dua macam terapi yang harus dapat dilakukan oleh semua orang,
dilakukan oleh pasien DM selama sehingga dapat meminimalkan munculnya
hidupnya yaitu secara farmakologis berupa dampak-dampak yang dapat memperburuk
pemberian obat-obatan dan non kondisi kesehatan. Orang yang memiliki
farmakologis berupa pengaturan diet, resiko DM, pasien DM tanpa komplikasi
latihan jasmani, dan edukasi (Perkeni, dan pasien DM dengan komplikasi harus
2011). Terapi tersebut dapat menimbulkan melakukan pencegahan dengan cara
suatu dampak tertentu, baik secara fisik pencegahan primer, sekunder maupun
maupun psikologis (Solichah, 2009). tersier. Pemantauan kadar glukosa darah
Dampak secara fisik yang biasanya merupakan salah satu upaya pencegahan
dirasakan oleh pasien DM berupa terjadinya DM tersebut (Baradero, Dayrit,
perubahan berat badan, perubahan nafsu & Siswadi, 2009). Pemantauan kadar
makan, sering mengalami nyeri, keletihan, glukosa darah rutin pada pasien DM
dan gangguan tidur, sedangkan secara menjadi bagian yang penting dari
psikologis pasien DM akan mengalami pengendalian penyakit (Kristiana, 2012).
stres, cemas, takut, sering merasa sedih, Kepatuhan pasien DM untuk
merasa tidak ada harapan, tidak berdaya, melakukan pemantauan glukosa darah
tidak berguna, dan putus asa harus melibatkan partisipasi atau peran
(Tjokroprawiro, 2011). Permasalahan dari keluarga pasien DM. Keluarga pasien
emosional yang sering dialami pasien DM DM berperan sebagai pemberi asuhan
antara lain penyangkalan terhadap keperawatan secara informal yaitu dengan
penyakitnya sehingga mereka tidak patuh memberikan kesempatan kepada pasien
dalam menerapkan pola hidup yang sehat, DM untuk berlatih mengelola dirinya
mudah marah dan frustrasi karena sendiri terutama untuk melakukan
banyaknya pantangan atau merasa telah pemeriksaan kadar glukosa darahnya.
menjalani berbagai terapi tetapi tidak Masalah akan muncul pada pasien DM
terjadi perubahan kadar gula darah yang yang tidak patuh dengan ajakan
membaik, takut terhadap komplikasi dan keluarganya untuk memeriksakan kadar
resiko kematian, jenuh meminum obat, glukosa darahnya, dan keluarga hanya
atau bahkan mengalami depresi (Semiardji, memotivasi tetapi tidak mendampingi
2009). pemeriksaan yang harus dilakukan di
Penyakit DM cenderung laboratorium, rumah sakit, klinik,
menimbulkan dampak yang bersifat puskesmas, atau melakukan pemeriksaan
negatif, tetapi penyakit ini juga dapat kadar glukosa darah secara mandiri.
memberikan dampak yang positif seperti Pasien DM yang belum menyadari
adanya psychological well-being pentingnya dan manfaat melakukan
(kesejahteraan psikologis) pada pasien DM pemantauan kadar glukosa darah secara
yang meningkat. Kesejahteraan psikologis rutin juga menjadi penyebab pasien DM
merupakan suatu keadaan seseorang yang tidak patuh terhadap ajakan keluarganya
mampu menerima kekuatan dan kelemahan untuk melakukan pemeriksaan tersebut
dirinya, membina hubungan positif dengan (Sari, Susanti, dan Sumawati, 2014).
orang lain, mengarahkan perilakunya Hasil penelitian Tamara, Bayhakki,
sendiri, mengembangkan potensi diri dan Nauli (2014) menunjukkan ada
secara terus menerus, menguasai hubungan antara dukungan keluarga dan
lingkungan, dan memiliki tujuan dalam kualitas hidup pasien DM tipe 2 di RSUD
kehidupannya (Rfyy & Singer, 2006). Arifin Achmad Provinsi Riau. Dukungan
42
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 2 No 1, Hal 41 - 50, Mei 2018 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

keluarga yang diberikan dalam bentuk Metode


emosional, instrumental, penghargaan dan Penelitian ini menggunakan metode
informasi dapat memberikan rasa nyaman penelitian kuantitatif deskriptif. Penelitian
dan dapat meningkatkan motivasi pasien kuantitatif merupakan penelitian yang
DM dalam menjalani pengobatan dan menekankan pada fenomena-fenomena
perawatan diri. Hasil penelitian objektif yang dikaji secara kuantitatif
Priharianto, Maliya, dan Rosyid (2014), (Hamdi, Bahruddin, 2014). Penelitian
sebanyak 23,6% pasien DM yang deskriptif merupakan penelitian yang
mendapat dukungan keluarga yang kurang, mendeskripsikan sebuah fenomena atau
18% diantaranya tidak teratur kontrol masalah disebuah tempat misalnya
kadar gula darah dan 5,6% lainnya teratur komunitas, puskesmas, rumah sakit, dan
melakukan kontrol kadar gula darah, lain-lain (Lapau, 2012). Penelitian ini
sebanyak 51,7% pasien DM mendapat dilakukan di wilayah kerja Dokter keluarga
dukungan yang cukup, 22,5% diantaranya Djazariyah Kabupaten Kendal. Populasi
tidak teratur dan 29,2% lainnya teratur merupakan sekumpulan individu yang
melakukan kontrol kadar gula darah, tinggal di suatu wilayah yang sama, atau
sebanyak 24,7% pasien DM mendapat sekumpulan individu (objek) yang
dukungan yang baik dari keluarga, 7,9% memiliki karakteristik yang sama
diantaranya tidak teratur dan 16,9% (Chandra, 2008). Sampel penelitian ini
lainnya teratur melakukan kontrol kadar yaitu pasien DM yang tercatat mengikuti
gula darah. kegiatan Prolanis terakhir pada bulan
Hasil studi pendahuluan yang September 2016 di wilayah kerja Dokter
dilakukan pada pasien DM yang tergabung keluarga Djazariyah Kabupaten Kendal,
dalam Program Pengelolaan Penyakit sebanyak 37 orang. Penentuan sampel dari
Kronis (Prolanis) di wilayah kerja Dokter suatu populasi yang dijadikan subjek
keluarga Djazariyah Kabupaten Kendal penelitian, dilakukan dengan menggunakan
pada bulan September 2016 terdapat 54 sebuah teknik atau cara yang disebut
pasien DM. Rata–rata pasien DM yang dengan teknik sampling. Teknik sampling
tergabung dalam Prolanis tersebut adalah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
perempuan. Hasil wawancara didapatkan purposive sampling. Teknik purposive
bahwa 2 dari 3 pasien DM tidak sampling merupakan suatu teknik untuk
melakukan kontrol kadar gula darah secara menetapkan sampel dengan cara memilih
rutin karena terkendala biaya, dan tidak sampel di antara populasi yang sesuai
ada anggota keluarga yang mengantar. dengan kehendak peneliti, tujuan dan
Mereka mengalami perubahan selera masalah penelitian, sehingga sampel
makan, sering merasa letih, sering merasa tersebut dapat mewakili karakteristik
mengantuk, mengalami gangguan tidur, populasi yang ada (Nursalam, 2008).
merasa sedih, merasa tidak berdaya,
cemas, dan takut apabila penyakitnya dapat Hasil
menimbulkan penyakit yang lain. Karakteristik pasien DM disajikan
pada tabel 1, sedangkan gambaran tingkat
stres disajikan pada gambar 1 berikut ini.

43
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 2 No 1, Hal 41 - 50, Mei 2018 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

Gambar 1.
Tingkat stres pasien DM
20 17
15 13

10
4 3
5
0
0
Stres
Normal Ringan
Sedang Berat
Sangat Berat

Tabel 1.
Karakteristik pasien DM (n=37)
Karakteristik f %
a. Usia:
1) 18-25 tahun 0 0
2) 25-60 tahun 20 54,0
3) > 60 tahun 17 46,0
b. Jenis Kelamin:
1) Laki-laki 17 46,0
2) Perempuan 20 54,0
c. Tingkat Pendidikan:
1) Tidak sekolah 3 8,0
2) SD 6 16,0
3) SMP 10 27,0
4) SMA 13 35,0
5) Perguruan Tinggi 5 14,0
d. Pekerjaan:
1) Tidak bekerja 22 59,0
2) Bekerja 15 41,0
e. Tingkat Ekonomi:
1) < Rp. 1.639.600 16 43,0
2) > Rp. 1.639.600 13 35,0
3) = Rp. 1.639.600 8 22,0
f. Status Perkawinan:
1) Belum menikah 3 8,0
2) Menikah 23 62,0
3) Bercerai 11 30,0
g. Lama Menderita DM:
1) < 6 bulan 1 3,0
2) > 6 bulan – 5 tahun 13 35,0
3) > 5 tahun 23 62,0
Pembahasan adalah kelompok usia 45-52 tahun. Proses
Hasil penelitian menunjukkan penuaan pada kelompok usia tersebut
terdapat 20 responden (54,0%) berusia 25- menyebabkan berkurangnya kemampuan
60 tahun. Hasil penelitian ini sejalan sel beta pankreas dalam memproduksi
dengan penelitian yang dilakukan oleh insulin, selain itu terdapat penurunan
Sunjaya (2009), bahwa 47,5% kelompok aktivitas mitokondria di sel-sel otot sebesar
usia yang paling banyak menderita DM 35%, hal ini berhubungan dengan kenaikan
44
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 2 No 1, Hal 41 - 50, Mei 2018 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

kadar lemak di otot sebesar 30% dan kemampuan yang sama dalam
memicu terjadinya resistensi insulin. Hasil menyelesaikan masalah, laki-laki dan
penelitian yang dilakukan oleh Jelantik dan perempuan menyikapi dan berperilaku
Haryati (2014), menunjukkan bahwa sesuai dengan yang diharapkan untuk
terdapat hubungan antara usia dengan mengelola penyakit yang dideritanya.
kejadian DM tipe 2 yaitu sebagian besar Hasil penelitian menunjukkan
responden memiliki umur lebih dari 40 terdapat 13 responden (35,0%)
tahun. Hasil penelitian Yusra (2010), berpendidikan Sekolah Menengah Atas.
mengatakan bahwa dengan bertambahnya Hasil penelitian ini sejalan dengan
usia pada seseorang, maka dapat penelitian yang dilakukan oleh Yusra
menimbulkan suatu perubahan baik secara (2010), bahwa terdapat hubungan antara
fisik, psikologis, maupun intelektual. tingkat pendidikan dengan kualitas hidup.
Perubahan tersebut dapat menyebabkan Pendapat dari Notoatmodjo (2007),
kerentanan terhadap berbagai penyakit dan mengatakan bahwa tingkat pendidikan
dapat menimbulkan kegagalan dalam akan menentukan mudah tidaknya
mempertahankan homeostatis terhadap seseorang dalam menerima dan memahami
stres. pengetahuan yang diberikan. Pendapat
Hasil penelitian menunjukkan yang sama juga dikemukakan oleh
terdapat 20 responden (54,0%) berjenis Mihardja (2009), tingkat pendidikan dapat
kelamin perempuan. Hasil penelitian ini mempengaruhi kemampuan dan
sejalan dengan penelitian yang dilakukan pengetahuan seseorang dalam menerapkan
oleh Zainuddin, Wasisto, dan Herlina pola hidup sehat, salah satunya upaya
(2015), dalam penelitiannya terdapat untuk mencegah DM.
53,3% pasien DM berjenis kelamin Hasil penelitian menunjukkan
perempuan. Perempuan lebih beresiko terdapat 22 responden (59,0%) tidak
terkena DM, karena secara fisik bekerja. Pasien DM tersebut sebagian
perempuan memiliki peluang kenaikan besar merupakan ibu rumah tangga dan
Indeks Massa Tubuh (IMT) yang lebih pensiunan. Aktivitas fisik yang dilakukan
besar, selain itu sindroma siklus bulanan oleh orang yang tidak bekerja seperti
(premenstrual syndrome) dan pasca pensiunan dan ibu rumah tangga
menopause membuat distribusi lemak- kemungkinan besar lebih sedikit
lemak tubuh menjadi mudah terakumulasi. dibandingkan dengan orang yang memiliki
Pendapat Taylor (2008), mengatakan aktivitas atau pekerjaan diluar rumah.
bahwa perubahan hormonal seperti Hasil penelitian ini sejalan dengan
penurunan estrogen dan progesteron akibat penelitian yang dilakukan oleh Trisnawati
menopause dapat mempengaruhi kadar (2013), pekerjaan seseorang dapat
gula darah. Hasil penelitian Hasanuddin, mempengaruhi tingkat aktivitas fisik yang
Kristofel, Mahatrisni, Winasis dan Satrio dilakukan. Aktivitas fisik mengakibatkan
(2011), menyatakan bahwa perempuan insulin semakin meningkat sehingga kadar
dengan DM dapat mengalami penurunan gula darah akan berkurang. Jika insulin
kualitas hidup seperti mengalami gangguan tidak mencukupi untuk mengubah glukosa
dalam beraktivitas, mengalami perubahan menjadi energi maka akan timbul DM.
peran dan perubahan kondisi fisik, hal ini Hasil penelitian tersebut sejalan dengan
akan memicu timbulnya ansietas, stres, dan penelitian yang dilakukan oleh
depresi. Penelitian tersebut tidak sejalan Ramadhanisa, Larasati dan Mayasari
dengan penelitian yang dilakukan oleh (2013), terdapat 96,3% responden dalam
Yusra (2010), dalam penelitiannya penelitian tersebut memiliki aktivitas yang
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan kurang dan memiliki kadar HbA1c yang
antara jenis kelamin dengan kualitas hidup, buruk. Penelitian yang dilakukan oleh
laki-laki dan perempuan memiliki Hartono (2012), ditemukan sebagian besar
45
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 2 No 1, Hal 41 - 50, Mei 2018 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

pasien DM tipe II bekerja sebagai pegawai koping yang adaptif terhadap stressor yang
kantor termasuk BUMN, PNS, TNI dan muncul. Penelitian tersebut mendukung
POLRI. Pekerjaan mempengaruhi penelitian yang dilakukan oleh Putri, Yeni
aktivitas fisik seseorang, selain itu dan Handayani (2013), didapatkan data
mengkonsumsi makanan yang tinggi kalori bahwa 76,2% responden atau pasien DM
dan tidak melakukan olahraga teratur, yang memiliki peran keluarga yang baik,
dapat meningkatkan resiko obesitas. memiliki gula darah yang terkendali,
Faktor pencetus yang lain dikemukakan sedangkan 23,8% pasien DM memiliki
oleh Suiraoka (2012), bahwa kemajuan gula darah yang tidak terkendali.
teknologi dan kemapanan ekonomi Penelitian yang dilakukan oleh Coffman
membuat gaya hidup seseorang menjadi (2008), pasien DM akan mendapatkan
berubah, misalnya orang lebih cenderung berbagai dukungan sosial yang dapat
pasif dalam bergerak. Pendapat tersebut meningkatkan kepercayaan diri.
mendukung penelitian yang dilakukan oleh Dukungan sosial yang utama adalah
Sunjaya (2009), diketahui bahwa orang dukungan dari keluarga dan dukungan
yang memiliki aktivitas fisik yang ringan yang lain didapatkan dari teman dan
memiliki risiko 4,36 kali lebih besar untuk petugas kesehatan.
menderita DM dibandingkan dengan orang Hasil penelitian menunjukkan
yang memiliki aktivitas yang sedang dan terdapat 23 responden (62,0%) telah
berat. menderita DM selama lebih dari lima
Hasil penelitian menunjukkan tahun. Pendapat Rahmat (2010),
terdapat 16 responden (43,0%) memiliki mengatakan bahwa pasien DM dapat
penghasilan dibawah UMR Kabupaten mengalami penurunan kualitas hidup
Kendal. Pendapat Fattah (2006), setelah menderita DM minimal selama satu
mengatakan bahwa kemampuan ekonomi tahun, hal ini disebabkan karena dalam
masyarakat akan menentukan tingkat rentang waktu tersebut pasien telah
partisipasi dalam pembangunan misalnya mengalami dan merasakan berbagai
partisipasi dalam menjaga kesehatan. perubahan atau keluhan fisik dan psikis
Pendapat tersebut mendukung hasil akibat penyakitnya tersebut. Pendapat
penelitian yang dilakukan oleh Izzati, tersebut tidak sejalan dengan penelitian
Wisnatul dan Nirmala (2015), mayoritas yang dilakukan oleh Izzati dan Nirmala
pasien DM berusia lebih dari 60 tahun (2015), terdapat 87,5% responden telah
(56,3%), pada usia tersebut terjadi menderita DM selama lebih dari lima
perubahan fisik sehingga responden tidak tahun. Lama waktu menderita DM
dapat beraktivitas seperti biasa dan tersebut menyebabkan munculnya berbagai
berdampak pada masalah ekonomi. pengalaman misalnya munculnya
Hasil penelitian menunjukkan komplikasi DM, sehingga pasien DM
terdapat 23 responden (62,1%) memiliki tersebut termotivasi untuk patuh
status perkawinan yaitu menikah. menjalankan diet DM, mengurangi stres,
Penelitian ini sejalan dengan penelitian minum obat, sehingga tidak mengalami
yang dilakukan oleh Sari, Thobari dan kenaikan kadar gula darah.
Andayani (2011), seseorang yang terikat Responden dalam penelitian sebagian
dalam status pernikahan memiliki kualitas besar mengalami stres ringan yaitu
hidup yang lebih baik dibandingkan sebanyak 17 responden (46,0%). Hal
seseorang yang tidak terikat dalam status tersebut dapat diketahui dari pertanyaan
pernikahan. Seseorang yang berstatus kuesioner DASS yang telah digunakan
menikah akan mempunyai harga diri yang dalam penelitian ini, terdapat 89,1% pasien
lebih tinggi dan mempunyai sumber DM sulit sabar dalam menghadapi
koping yang adekuat dari pasangannya gangguan terhadap hal yang sedang
sehingga dapat lebih mengembangkan dilakukan. Karakteristik pasien DM dalam
46
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 2 No 1, Hal 41 - 50, Mei 2018 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

penelitian ini seperti usia, pekerjaan, dan lebih terampil untuk mengendalikan
tingkat ekonomi dapat menjadi pemicu hal emosinya tersebut. Ketika seseorang
tersebut. Usia pasien DM dalam penelitian mampu mengenali emosinya dengan baik,
ini mayoritas berusia 25-60 tahun, pada maka orang tersebut akan mampu
usia tersebut seseorang dapat memiliki berinteraksi baik dengan orang lain
kemampuan kontrol diri dalam disekitarnya.
menghadapi gangguan atau masalah
dikehidupan sehari-hari yang lebih baik Simpulan dan Saran
tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa Berdasarkan penelitian yang sudah
ada beberapa orang dengan usia yang lebih peneliti lakukan maka, peneliti dapat
dewasa atau lebih tua justru memiliki menarik kesimpulan bahwa, karakteristik
kontrol diri yang kurang baik sehingga pasien DM dalam penelitian ini sebagian
dapat muncul tanda gejala gangguan besar berusia 25-60 tahun, berjenis
psikologis seperti stres. Sebagian besar kelamin perempuan, Sekolah Menengah
pasien DM juga tidak bekerja dan memiliki Atas, tidak bekerja, memiliki penghasilan
tingkat ekonomi yang rendah, hal ini dapat kurang dari UMR Kabupaten Kendal,
memicu munculnya ketidaksabaran atau menikah, dan lama menderita DM lebih
kontrol diri yang buruk dalam menghadapi dari lima tahun, dan sebanyak 46,0%
suatu gangguan. Selain itu, terdapat 86,4% mengalami stres ringan.
pasien DM merasa dirinya menjadi marah Peneliti memberikan saran kepada
karena hal-hal yang sepele, 81% cenderung klinik praktik untuk dapat mengidentifikasi
bereaksi berlebihan terhadap suatu situasi, stres yang dapat dialami oleh pasien DM
78,3% mudah kesal, 83,7% sangat mudah secara dini sehingga stres yang dialami
marah, 83,7% sulit tenang setelah sesuatu dapat segera diatasi, karena stres yang
membuatnya menjadi kesal, dan 89,1% tidak segera ditangani dapat menyebabkan
sulit untuk sabar dalam menghadapi depresi. Pasien yang mengalami stres
gangguan. Beberapa pertanyaan kuesioner dapat memberikan terapi atau pengobatan
tersebut menggambarkan bahwa pasien yang tepat secara dini, sehingga stres yang
DM mengalami kondisi emosional yang dialami oleh pasien DM dapat segera
buruk. Hasil penelitian ini didukung oleh ditangani
penelitian yang dilakukan oleh Widakdo
dan Besral (2013), terdapat 24-47% pasien
penyakit kronis seperti DM, tumor, dan Daftar Pustaka
kanker mengalami gangguan mental Aditya Z, C. (2015). Berbagai terapi jitu
emosional. Goleman (2006), berpendapat atasi emosi sehari-hari.
bahwa kemampuan untuk memantau Yogyakarta: Flash Books.
perasaan dari waktu ke waktu merupakan
hal yang penting bagi wawasan psikologi Baradero, M., Dayrid, M.W & Siswadi, Y.
dan pemahaman diri pada seseorang untuk (2009). Pasien gangguan endokrin.
mencapai kesejahteraan emosi. Aditya Jakarta: EGC.
(2015), memperkuat pendapat dari
Goleman yaitu ketenangan jiwa yang Coffman, M.J. (2008). Effects of tangible
dipadukan dengan proses berpikir yang social support and depression on
baik menggunakan “kepala dingin” diabetes self-efficacy. Journal of
merupakan solusi bagi orang yang Gerontological Nursing.
memiliki masalah emosi. Kedua hal
tersebut akan memberikan kontrol pada Fattah, Nanang. (2006). Ekonomi dan
diri, jika mampu mengontrol dan pembiayaan pendidikan. Bandung:
mengatasi emosi, bahkan mengenali Remaja Posdakarya.
penyebab emosi yang dialami, maka akan
47
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 2 No 1, Hal 41 - 50, Mei 2018 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

Global report on diabetes mellitus. (2016). Kristiana, F. (2012). Awas pankreas rusak
WHO Library Cataloguing-in- penyebab diabetes. Jakarta: Cerdas
Pulication Data. World Health Sehat.
Organization.
Lapau, Buchari. (2012). Metode penelitian
Goleman, D. (2006). Emotional kesehatan: Metode ilmiah
intelligence. Jakarta: Gramedia penulisan skripsi, tesis, dan
Pustaka Utama. disertasi. Jakarta: Yayasan Pustaka
Obor Indonesia.
Hamdi, Asep Saepul, Baharuddin. (2014).
Metode penelitian kuantitatif Miharja, L., (2009). Faktor yang
aplikasi dalam pendidikan. berhubungan dengan pengendalian
Yogyakarta. Deepublish. gula darah pada penderita diabetes
melitus di perkotaan Indonesia.
Hartono, R (2012), Hubungan asupan Majalah Kedokteran Indonesia.
serat larut (soluble dietary fiber)
dan aktivitas fisik dengan kejadian Misnadiarly. (2006). Diabetes mellitus:
diabetes melitus tipe II pasien gangren, ulcer, infeksi. Mengenal
rawat jalan di RSUD Dr. Rubini gejala, menanggulangi, dan
Mempawah Kalimantan Barat. mencegah komplikasi. Jakarta:
http://old.fk.ub.ac.id. (Diakses pada Pustaka Populer Obor.
tanggal 4 Februari 2017).
Nursalam, Kurniawati D. N. (2007).
Hasanuddin, Kristofel, Mahatrisni, Winasis Asuhan keperawatan pasien
& Satrio (2011). Anxieties/desires: terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta:
90 insights for marketing to youth, Salemba Medika.
women, netizen. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama. Notoatmodjo, Soekidjo. (2007). Promosi
kesehatan dan ilmu perilaku
Izzati, Wisnatul & Nirmala. (2015). kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Hubungan tingkat stres dengan
peningkatan kadar gula darah __________________. (2012). Metode
pada pasien diabetes mellitus di penelitian kesehatan. Edisi Revisi.
wilayah kerja Puskesmas Jakarta: Rineka Cipta.
Perkotaan Rasimah Ahmad
Bukittinggi. STIKes Yarsi Perkeni. (2011). Konsensus pengelolaan
Sumatera Barat Bukittinggi. dan pencegahan diabetes mellitus 2
http://ejournal.stikesyarsi.ac.id. di Indonesia. Jakarta.
(Diakses pada tanggal 25
November 2016). Profil Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah 2015. Triwulan 3 tahun
Jelantik, I. M. G. & Haryati, E. (2014). 2015. www.dinkesjatengprov.go.id.
Hubungan faktor umur, jenis (Diakses pada tanggal 23
kelamin, kegemukan dan hipertensi September 2016).
dengan kejadian DM tipe 2 di
wilayah kerja Puskesmas Mataram. Profil Kesehatan Indonesia 2008. (2009).
Jurnal Media Bina Ilmiah. Jakarta: Departemen Kesehatan
http://lpsmataram.com. (Diakses Republik Indonesia.
pada tanggal 7 Januari 2017).
Purnamatari, W. (2011). Beberapa faktor
yang berhubungan dengan

48
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 2 No 1, Hal 41 - 50, Mei 2018 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

keteraturan pemeriksaan kadar Riset Kesehatan Dasar Riskesdas 2013.


gula darah penderita diabetes http://www.depkes.go.id. (Diakses
melitus tipe 2 di RSUD Dr. pada tanggal 24 September 2016).
Moewardi Surakarta. Skripsi
Fakultas Ilmu Kesehatan Safitri, Inda Nofriani. (2013). Kepatuhan
Universitas Muhammadiyah penderita diabetes mellitus tipe II
Surakarta. http://eprints.ums.ac.id. ditinjau dari locus of control.
(Diakses pada tanggal 4 Februari Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan
2017). Volume 01 Nomor 02. Fakultas
Psikologi Universitas
Putri, Yeni & Handayani. (2013). Muhammadiyah Malang.
Hubungan peran keluarga dengan http://ejournal.umm.ac.id. (Diakses
pengendalian kadar gula darah pada tanggal 4 Februari 2017).
pada pasien diabetes melitus di
wilayah kerja Puskesmas Pauh Sari, Susanti & Sukmawati. (2014). Peran
Padang. Ners Jurnal Keperawatan keluarga dalam merawat pasien
Volume 9, Nomor 2. diabetik di rumah. Jurnal Ners
http://jurnal.fkep.unand.ac.id. LENTERA.
(Diakses pada tanggal 4 Februari
2017). Sari, R. M., Thobari, J.A., & Andayani, M.
T. (2011). Evaluasi kualitas hidup
Rahmat, W. P. (2010). Pengaruh konseling pasien DM tipe 2 yang diterapi
terhadap kecemasan dan kualitas rawat jalan dengan anti diabetik
hidup pasien DM di Kecamatan oral di RSUP dr. sardjito. Jurnal
Kebakkramat. Tesis. Manajemen dan Pelayanan
eprints.uns.ac.id. (Diakses pada Farmasi.
tanggal 8 Januari 2017). http://jmpf.farmasi.ugm.ac.id.
(Diakses pada tanggal 7 Januari
Ramadhanisa, Aqsha, Larasati dan 2017).
Mayasari (2013). Hubungan
aktivitas fisik dengan kadar HbA1c Semiardji, G. (2009). Stres emosional pada
pasien diabetes melitus tipe II di penyandang diabetes.
Laboratorium Patologi Klinik Penatalaksanaan diabetes melitus
RSUD Dr. H Abdul Moeloek terpadu edisi kedua. Jakarta: Balai
Bandar Lampung. Penerbit FKUI.
Http//httpjuke.kedokteran.unila.ac.i
d. (Diakses pada tanggal 5 Februari Sholichah, Diah Rustiani. (2009).
2017). Hubungan antara dukungan sosial
dengan derajat depresi pada
Reno, Gustaviani (2006). Diagnosis dan penderita diabetes mellitus dengan
klasifikasi diabetes melitus, buku komplikasi. Skripsi. Surakarta.
ajar ilmu penyakit dalam, Jilid Fakultas Kedokteran Universitas
III,Edisi IV. Jakarta: Pusat Sebelas Maret.
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam http://eprints.uns.ac.id. (Diakses
Fakultas Kedokteran Universitas pada tanggal 26 September 2016).
Indonesia.
Sunjaya, I. N. (2009). Pola konsumsi
Rfyy, C.D. & Singer, B.H. (2006). Best makanan tradisional Bali sebagai
news yet on the six-factor model of faktor risiko diabetes melitus tipe 2
well being. Social Science di Tabanan. Jurnal Skala Husada.
Research.
49
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 2 No 1, Hal 41 - 50, Mei 2018 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

Suiraoka I, P, (2012). Penyakit melitus tipe II di Puskesmas


degeneratif, mengenal, mencegah, Kecamatan Cengkareng Jakarta
mengurangi risiko 9 penyakit Barat Tahun 2012. Jurnal Ilmiah
degeneratif. Yogyakarta: Nuha Kesehatan.
Medika.
Widakdo, G., Besral. (2013). Efek penyakit
Sutedjo. (2010). 5 strategi penderita kronis terhadap gangguan mental
diabetes mellitus berusia panjang. emosional. Kesmas, Jurnal
Yogyakarta: Kanisius. Kesehatan Masyarakat Nasional
Vol. 7, No. 7. Jakarta. Universitas
Tamara, Bayhakki & Nauli (2014). Indonesia.
Hubungan antara dukungan
keluarga dan kualitas hidup pasien Yusra, Aini. (2010). Hubungan antara
diabetes mellitus tipe II di RSUD dukungan keluarga dan kualitas
Arifin Achmad Provinsi Riau. hidup pasien DM tipe 2 di
Poliklinik Penyakit Dalam Rumah
Taylor, C (2008). Gula darah dan Sakit Umum Pusat Fatmawati
menopause kenali tanda awal Jakarta. Tesis. www.lontar.ui.ac.id.
ketidakseimbangan menopause. (Diakses pada tanggal 7 Januari
http://ezinearticles.com. (Diakses 2017).
pada tanggal 7 Januari 2017).
Zainuddin, Wasisto & Herlina. (2015).
Tjokoprawiro, Askandar. (2011). Hidup Hubungan stres dengan kualitas
sehat bersama diabetes: Panduan hidup penderita diabetes mellitus
lengkap pola makan untuk tipe 2.
penderita diabetes. Jakarta: PT http://download.portalgaruda.org.
Gramedia Pustaka Utama. (Diakses pada tanggal 7 Januari
2017).
Trisnawati, S., Setyorogo, S., (2013).
Faktor risiko kejadian diabetes

50

Anda mungkin juga menyukai