Anda di halaman 1dari 5

Manifestasi Klinis

Gejala yang paling umum daialami pasien dengan kanker serviks adalah bercak
yang terus menerus atau perdarahan pervaginam yang abnormal. Perdarahan
pervaginam yang abnormal dapat berupa perdarahan postcoital, intermenstrual, atau
perdarahan pasca menopause, bisa menjadi asimptomatik ketika terdeteksi dari
pemeriksaan sitologi yang abnormal, terutama pada pasien yang tidak aktif secara
seksual. Keputihan atau kekuningan dari cairan vagina dapat terjadi pada tumor yang
sudah membesar, anemia atau nyeri pada panggul kemungkinan dapat menyertai.
Perdarahan yang timbul akibat terbukanya pembuluh darah semakin lama akan lebih
sering terjadi, juga di luar coitus. Perdarahan spontan umumnya terjadi pada tingkat
klinik yang lebih lanjut (II atau III). Adanya perdarahan spontan pada saat defekasi
perlu dicurigai kemungkinan adanya kanker serviks tahap lanjut, adanya bau busuk
yang khas memperkuat dugaan adanya kanker servviks.
Shafi MI. Premalignant and malignant disease of the cervix. Chapter 54. Dewhurst’s Textbook of Obstetrics and
Gynaecology. 7th ed. Edited by Edmonds DK. London. Blackwell Publishing. 2007

Sebagian besar wanita dengan kanker serviks memiliki lesi pada serviks yang
dapat dilihat pada pemeriksaan inspekulo.
Goodrich K. Daaz TP. Gynecology Oncology : Cervical Cancer. Chapter 42. Johns Hopkins Manual of Gynecology
and Obstetrics. 3rd ed. Edited by Fortner KB. Szymanski LM. Fox HE. Wallach EE. Lippincott Wiliiams and
Wilkins. 2007

Diagnosa
Anamnesis dan pemeriksaan klinis yang dilakukan serta riwayat perjalanan penyakit
pasien sangat penting. Diagnosis pasti ditegakkan dengan melihat hasil dari
Papanicolaou (Pap) test yang tidak normal, infeksi HPV harus terjadi dalam hal ini.
Semua hasil Pap smear yang abnormal memerlukan evaluasi lebih lanjut seperti
inspeksi visual, pengulangan sitologi atau kolposkopi, dengan tujuan untuk
menyingkirkan adanya karsinoma invasif dan untuk menentukan derajat dan luasnya
infeksi.
DeCherney AH. Nathan L. Goodwin TM. Laufer N. Premalignant and Malignant Disorder of The Uterine Cervix.

Chapter 51. Current Diagnosis and Treatments in Obstetrics and Gynaecology. 10th ed. McGraw-Hill ; United States,

2007

Pada mereka yang dicurigai dengan kanker serviks,pemeriksaan genital dan vagina
menyeluruh eksternal harus dilakukan dengna tujuan mencari lesi yang ada pada
serviks. HPV merupakan faktor resiko umum untuk kanker serviks, vagina dan vulva.
Dengan pemeriksaan spekulum, keadaan serviks dapat saja terlihat normal karena
mikroinvasif. Lesi dapat muncul sebagai pertumbuhan eksopitik atau endofitik, sebagai
massa plipoid, jaringan papiler atau Barrel-shaped cerviks, sebagai ulseratif, massa
granular atau sebagai jaringn nekrotik.

Gambar. Kanker serviks invasive pada endoseviks.


Schorge JO. Schaffer JI. Halvorson LM. et all. Gynecology Oncology : Cervical Cancer. Chapter 30. Williams

Gynecology. McGraw-Hill ; United States, 2008


Evaluasi lengkap dan pemeriksaan Pap smear tes yang positif harus meminta
biopsi dengan pemeriksaan lebih lanjut, jika evaluasi patologis menunjukkan kanker
yang invasif pasien harus dirujuk ke ahli onkologi dan ginekologi. Pasien dengan lesi
serviks yang mencurigakan atau abnormal pada pemeriksaan fisik harus menjalani
biopsi, biopsi pada area yang ulseratif kadang tidak berguna atau sulit untuk dilakukan
interpretasi, oleh karena itu melakukan biopsi harus pada bagian tepi lesi antara
jaringan yang normal dan abnormal.
Pernoll ML. The Cervix. Benson and Pernoll’s Handbook of obstetrics and Gynaecology. 10 ed. McGraw-Hill ;

New York. 2001

Tatalaksana
Terapi kanker serviks dilakukan apabila diagnosis telah dipastikan secara
histologik dan sudah dikerjakan perencanaan yang matang oleh tim yang sanggup
melakukan rehabilitasi dan pengamatan lanjut. Pembedahan dan terapi radiasi adalah
dua modalitas terapi yang paling sering digunakan untuk mengobati kanker serviks
invasif.
1. Prawirohardjo S. Onkologi dan ginekologi. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo : Jakarta. 2008
2. Goodrich K. Daaz TP. Gynecology Oncology : Cervical Cancer. Chapter 42. Johns Hopkins Manual of
Gynecology and Obstetrics. 3rd ed. Edited by Fortner KB. Szymanski LM. Fox HE. Wallach EE. Lippincott
Wiliiams and Wilkins. 2007

Secara umum pasien yang diobati dengan tindakan pembedahan harus dievaluasi
untuk faktor resiko dalam hal metastasis dan kembalinya tumor, termasuk metastasis
ke limfe nodus, ukuran yang lebih dari 4 cm, dan keadaan lesi yang buruk. Pasien
dengan temuan seperti ini biasanya ditawarkan dengan terapi adjuvant yaitu radioterapi
dan kemoterapi.
1. Sakala EP. Penalver M. Gynecologic Neoplasia and Cancer. Obstetric and Gynecology. Kaplan Medical. 2005

Penanganan berdasarkan stadium :


1. Stadium Ia1 : simple histerektomi
2. Stadium Ia2 : histerektomi radikal dengan modifikasi
3. Stadium Ib atau IIa : histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul,
pasca bedah biasanya dilanjutkan dengan radiasi pelvis. Tergantung ada atau
tidaknya sel tumor dalam kelenjar limfe regional yang diangkat.
4. Stadium IIb, III atau IV : radioterapi dan kemoterapi. Tidak dibenarkan
dilakukannya tindakan bedah.
Pada stadium IVa dan IVb radioterapi hanya bersifat paliatif, pemberian
kemoterapi dapat dipertimbangkan. Pada penyakit yang kambuh satu tahun sesudah
penanganan lengkap, dapat dilakukan operasi jika terapi terdahulu adalah radiasi dan
prosesnya masih terbatas pada panggul. Bilamana proses sudah jauh atau operasi tidak
mungkin dilakukan, harus dipilih kemoterapi bila syarat-syaratnya terpenuhi.
1. Katz VL. Lentz GM. Lobo RA. Gershenson DM. Malignant Diseases of The Cervix : Carcinoma Of The
Cervix. Chapter 29. Comprehensive Gynecology. 5th ed. Mosby Elsevier ; Philadelphia. 2007
2. Sakala EP. Penalver M. Gynecologic Neoplasia and Cancer. Obstetric and Gynecology. Kaplan Medical. 2005

Prognosis
Prognosis kanker serviks tergantung dari stadium penyakit. Umumnya, 5-years
survival rate untuk stadium I lebih dari 90%, untuk stadium II 60-80%, stadium III
kira-kira 50% dan untuk stadium IV kurang dari 30%.
a. Stadium 0
100% penderita dalam stadium ini akan sembuh.
b. Stadium I
Kanker serviks I sering dibagi menjadi 2, IA dan IB. Dari semua wanita yang
terdiagnosis pada stadium IA memiliki 5-years survival rate sebesar 95%. Untuk
stadium IB 5-years survival rate sebesar 70 sampai 90%.
c. Stadium II
Kanker serviks stadium II dibagi menjadi 2, IIA dan IIB. Dari semua wanita yang
terdiagnosis pada stadium IIA memiliki 5-years survival rate sebesar 70-90%. Untuk
stadium IB 5-years survival rate sebesar 60 sampai 65%.
Pencegahan dan Deteksi Dini

Anda mungkin juga menyukai