2
BINTANG DAN DINAMIKANYA
KATA PENGANTAR
Puji syukur patut kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat, penyertaan dan bimbinganNya kami dapat menyelesaikan makalah kami
yang berjudul BINTANG DAN DINAMIKANYA ini dengan baik. Kami juga
berterimakasih kepada semua orang, baik secara langsung maupun tidak langsung
telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah kami.
Makalah ini memuat dan membahas tentang salah satu benda langit yang
utama, yaitu bintang, beserta dengan dinamika dan penjelasan-penjelasan terkait
mengenai bintang, termasuk di dalamnya adalah matahari yang merupakan salah
satu dari bintang dalam suatu sistem tata surya.
Semoga makalah Ilmu Planet Bumi dan Antariksa ini dapat bermanfaat dan
dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Terima kasih.
Penulis
3
BINTANG DAN DINAMIKANYA
DAFTAR ISI
4
BINTANG DAN DINAMIKANYA
BAGIAN 1
Benda langit di jagat raya ini jumlahnya banyak sekali. Ada yang dapat
memancarkan cahaya sendiri ada juga yang tidak dapat memancarkan cahaya
sendiri, tetapi hanya memantulkan cahaya dari benda lain. Bintang adalah benda
langit yang memancarkan cahaya sendiri (sumber cahaya). Matahari dan bintang
mempunyai persamaan, yaitu dapat memancarkan cahaya sendiri. Matahari
merupakan sebuah bintang yang tampak sangat besar karena letaknya paling dekat
dengan bumi.
5
BINTANG DAN DINAMIKANYA
Sumber energi matahari berasal dari reaksi fusi yang terjadi di dalam inti
matahari. Reaksi fusi ini merupakan penggabungan atom-atom hidrogen menjadi
helium. Reaksi fusi tersebut akan menghasilkan energi yang sangat besar.
Matahari tersusun dari berbagai macam gas antara lain hidrogen (76%), helium
(22%), oksigen dan gas lain (2%).
3. Lapisan-Lapisan Matahari
Matahari adalah bola gas pijar yang sangat panas. Matahari terdiri atas
empat lapisan, yaitu inti matahari, fotosfer, kromosfer, dan korona.
(1) Inti (2) Zona radiatif (3) Zona konvektif (4) Fotosfer (5) Kromosfer (6) Korona (7) Bintik
matahari (8) Granula (9) Prominensa.
a. Inti Matahari
Bagian dalam dari matahari, yaitu inti matahari. Pada bagian ini terjadi
reaksi fusi sebagai sumber energi matahari. Suhu pada inti matahari dapat
6
BINTANG DAN DINAMIKANYA
b. Zona radiatif
Zona radiatif adalah daerah yang menyelubungi inti matahari. Energi dari
inti dalam bentuk radiasi berkumpul di daerah ini sebelum diteruskan ke bagian
matahari yang lebih luar. Kepadatan zona radiatif adalah sekitar 20 g/cm3 dengan
suhu dari bagian dalam ke luar antara 7 juta hingga 2 juta derajat Celcius. Suhu
dan densitas zona radiatif masih cukup tinggi, namun tidak memungkinkan
terjadinya reaksi fusi nuklir.
c. Zona konvektif
Zona konvektif adalah lapisan di mana suhu mulai menurun. Suhu zona
konvektif adalah sekitar 2 juta derajat Celcius (3,5 juta derajat Fahrenheit).
Setelah keluar dari zona radiatif, atom-atom berenergi dari inti matahari akan
bergerak menuju lapisan lebih luar yang memiliki suhu lebih rendah. Penurunan
suhu tersebut menyebabkan terjadinya perlambatan gerakan atom sehingga
pergerakan secara radiasi menjadi kurang efisien lagi. Energi dari inti matahari
membutuhkan waktu 170.000 tahun untuk mencapai zona konvektif. Saat berada
7
BINTANG DAN DINAMIKANYA
di zona konvektif, pergerakan atom akan terjadi secara konveksi di area sepanjang
beberapa ratus kilometer yang tersusun atas sel-sel gas raksasa yang terus
bersirkulasi. Atom-atom bersuhu tinggi yang baru keluar dari zona radiatif akan
bergerak dengan lambat mencapai lapisan terluar zona konvektif yang lebih
dingin menyebabakan atom-atom tersebut "jatuh" kembali ke lapisan teratas zona
radiatif yang panas yang kemudian kembali naik lagi. Peristiwa ini terus berulang
menyebabkan adanya pergerakan bolak-balik yang menyebabakan transfer energi
seperti yang terjadi saat memanaskan air dalam panci. Oleh sebab itu, zona
konvektif dikenal juga dengan nama zona pendidihan (the boiling zone). Materi
energi akan mencapai bagian atas zona konvektif dalam waktu beberapa minggu.
d. Fotosfer
e. Kromosfer
f. Korona
8
BINTANG DAN DINAMIKANYA
hampir seluruh cahaya matahari tertutup oleh bulan. Bentuk korona, seperti
mahkota dengan warna keabu-abuan.
4. Pergerakan matahari
9
BINTANG DAN DINAMIKANYA
Lidah api matahari merupakan hamburan gas dari tepi kromosfer matahari.
Lidah api dapat mencapai ketinggian 10.000 km. Lidah api sering disebut
prominensa atau protuberan. Lidah api terdiri atas massa proton-135 dan elektron
atom hidrogen yang bergerak dengan kecepatan tinggi. Massa partikel ini dapat
mencapai permukaan bumi. Sebelum masuk ke bumi, pancaran partikel ini
tertahan oleh medan magnet bumi (sabuk Van Allen), sehingga kecepatan partikel
ini menurun dan bergerak menuju kutub, kemudian lama-kelamaan partikel
berpijar yang disebut aurora. Hamburan partikel ini mengganggu sistem
komunikasi gelombang radio. Aurora di belahan bumi selatan disebut Aurora
Australis, sedangkan di belahan bumi utara disebut Aurora Borealis.
10
BINTANG DAN DINAMIKANYA
d. Letupan (Flare)
11
BINTANG DAN DINAMIKANYA
BAGIAN 2
JARAK BINTANG
Sebagai perbandingan, Matahari sebagai bintang yang paling dekat dengan
planet Bumi memiliki jarak yang sangat jauh dalam ukuran jarak sehari-hari,
yakni 149.680.000 km. Dapat diandaikan apabila kita ingin pergi menuju
Matahari dengan pesawat tercepat di dunia (kecepatannya sekitar 3 March, atau
tiga kalinya kecepatan suara), maka itu akan membutuhkan waktu hingga 5 tahun
lamanya untuk dapat sampai di permukaan Matahari. Bintang terdekat setelah
Matahari adalah bintang Proxima Centauri, yang memiliki jarak sekitar 40 triliun
km dari Bumi.
Jarak bintang merupakan angka-angka yang sangat besar, sehingga para ahli
astronomi tidak lagi menggunakan satuan kilometer untuk menyatakan jarak
bintang, seperti halnya kita tidak lagi menyatakan jarak antarkota dengan satuan
milimeter. Oleh karena itu, para astronom menggunakan satuan yang lain, yaitu
satuan Tahun Cahaya (TC). Tahun Cahaya didefinisikan sebagai jarak tempuh
cahaya dalam periode satu tahun.
= 9,46 · 1012 km
Ada 3 satuan jarak yang sering digunakan untuk menyatakan jarak antar
benda-benda langit, yaitu:
12
BINTANG DAN DINAMIKANYA
Paralaks adalah perbedaan latar belakang yang tampak ketika sebuah benda
yang diam dilihat dari dua tempat yang berbeda. Kita bisa mengamati bagaimana
paralaks terjadi dengan cara yang sederhana. Acungkan jari telunjuk pada jarak
tertentu (misal 30 cm) di depan mata kita. Kemudian amati jari tersebut dengan
satu mata saja secara bergantian antara mata kanan dan mata kiri. Jari kita yang
diam akan tampak berpindah tempat karena arah pandang dari mata kanan
berbeda dengan mata kiri sehingga terjadi perubahan pemandangan latar
belakangnya. “Perpindahan” itulah yang menunjukkan adanya paralaks.
Paralaks pada bintang baru bisa diamati untuk pertama kalinya pada tahun
1837 oleh Friedrich Bessel, seiring dengan teknologi teleskop untuk astronomi
yang berkembang pesat (sejak Galileo menggunakan teleskopnya untuk
mengamati benda langit pada tahun 1609). Bintang yang ia amati adalah 61 Cygni
(sebuah bintang di rasi Cygnus/angsa) yang memiliki paralaks 0,29″. Ternyata
paralaks pada bintang memang ada, namun dengan nilai yang sangat kecil. Hanya
keterbatasan instrumenlah yang membuat orang-orang sebelum Bessel tidak
13
BINTANG DAN DINAMIKANYA
mampu mengamatinya. Karena paralaks adalah salah satu bukti untuk model alam
semesta heliosentris (yang dipopulerkan kembali oleh Copernicus pada tahun
1543), maka penemuan paralaks ini menjadikan model tersebut semakin kuat
kedudukannya dibandingkan dengan model geosentris Ptolemy yang banyak
dipakai masyarakat sejak tahun 100 SM.
Dengan menggunakan geometri segitiga, yaitu hubungan antara sebuah sudut dan
dua buah sisi, maka dapat dituliskan persamaan:
𝑝 𝑟
°
=
360 2𝜋𝑑
𝑝 1 𝑆𝐴
⟺ =
360° 2𝜋𝑑
360° 1 𝑆𝐴
⟺𝑑= ×
2𝜋 𝑝
14
BINTANG DAN DINAMIKANYA
1
⟺d= (dalam parsec)
p
atau kita dapat mendefinisikan paralaks bintang melalui rumus dasar trigonometri,
yaitu:
1 𝑆𝐴
= tan 𝑝
𝑑
karena nilai p sangat kecil (besar sudutnya adalah dalam satuan detik), maka nilai
tan p ≈ p (dibulatkan menjadi p).
Jarak d dihitung dalam SA dan sudut p dihitung dalam radian. Apabila kita
gunakan detik busur sebagai satuan dari sudut paralaks (p), maka kita akan
peroleh d adalah 206.265 SA atau 3,09 · 1013 km. Jarak sebesar ini kemudian
didefinisikan sebagai 1 pc (parsec, parsek), yaitu jarak bintang yang mempunyai
paralaks 1 detik busur. Metode paralaks trigonometri ini hanya bisa digunakan
untuk mendapatkan jarak bintang-bintang terdekat (untuk jarak ratusan parsec).
Pada kenyataannya, paralaks bintang yang paling besar adalah 0,76″ yang
dimiliki oleh bintang terdekat dari tata surya, yaitu bintang Proxima Centauri di
rasi Centaurus yang berjarak 1,31 pc. Sudut sebesar ini akan sama dengan sebuah
tongkat sepanjang 1 meter yang diamati dari jarak 270 kilometer. Sementara
bintang 61 Cygni memiliki paralaks 0,29″ dan jarak 1,36 TC atau sama dengan
3,45 pc.
15
BINTANG DAN DINAMIKANYA
BAGIAN 3
GERAK BINTANG
Dalam pergerakan bintang diketahui ada dua garis besar gerak pada bintang,
yaitu gerak sejati bintang (disebabkan oleh pergerakan dari bintang itu sendiri)
dan gerak semu bintang (bintang terlihat bergerak disebabkan oleh pergerakan
bumi, yaitu rotasi dan revolusi bumi).
Bila diamati, bintang selalu bergerak di langit malam, baik itu tiap jam
maupun tiap hari akibat pergerakan Bumi relatif terhadap bintang (rotasi dan
revolusi Bumi). Walaupun begitu, bintang sebenarnya benar-benar bergerak,
sebagian besar karena mengitari pusat galaksi, namun pergerakannya itu sangat
kecil sehingga hanya dapat dilihat dalam pengamatan selama berabad-abad. Gerak
semacam inilah yang disebut gerak sejati bintang. Gerak sejati bintang dibedakan
menjadi dua berdasarkan arah geraknya, yaitu:
16
BINTANG DAN DINAMIKANYA
∆𝜆 𝑐 + 𝑣𝑟
=√ −1
𝜆𝑜 𝑐 − 𝑣𝑟
atau dengan pendekatan untuk vr << c dapat digunakan versi non-relativistik yaitu:
∆𝜆
𝑣𝑟 = ×𝑐
𝜆𝑜
17
BINTANG DAN DINAMIKANYA
busur) setiap tahunnya. Jarak bumi-bintang adalah d (dalam parsec), dan μ (dalam
detik)
𝜇
𝑥 − 𝑥′ = 𝑠 = × 𝑘𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔
360°
𝜇
𝑠= × 2𝜋𝑑
1296000′′
𝜇 2𝜋
𝑣𝑡 = × 𝑝𝑎𝑟𝑠𝑒𝑐⁄𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
1296000′′ 𝑝
𝜇 3,086 ∙ 1013 𝑘𝑚
𝑣𝑡 = ×
1296000′′ (365 × 24 × 60 × 60)𝑠
4,74𝜇
𝑣𝑡 =
𝑝
3. Kecepatan Total (total velocity)
18
BINTANG DAN DINAMIKANYA
𝑣 = √𝑣𝑟2 + 𝑣𝑡2
𝑣𝑟 = 𝑣 cos 𝛽
𝑣𝑡 = 𝑣 sin 𝛽
Bintang yang terletak pada bidang ekliptika, apabila diamati selama satu
tahun penuh, maka lintasannya akan membentuk garis lurus
Bintang yang terletak pada kutub ekliptika, apabila diamati selama satu
tahun penuh, maka lintasannya akan membentuk lingkaran
Bintang yang terletak antara bidang ekliptika dan kutub ekliptika, apabila
diamati selama satu tahun penuh, maka lintasannya akan membentuk
elips
Matahari merupakan anggota dari galaksi Bima Sakti yang terdiri dari
ratusan miliar bintang. Galaksi itu sendiri berbentuk cakram dan berotasi.
Matahari ikut serta dalam gerakan rotasi galaksi dengan kecepatan 250 km/s,
sekali mengorbit terhadap pusat galaksi dengan periode 200 miliar tahun.
Pengamatan kita terhadap proper motion dan kecepatan radial tidak secara
langsung memberikan gambaran gerak terhadap pusat galaksi.
19
BINTANG DAN DINAMIKANYA
20
BINTANG DAN DINAMIKANYA
BAGIAN 4
MAGNITUDO BINTANG
Sekitar tahun 150 SM, seorang astronom Yunani bernama Hipparchus
membuat sistem klasifikasi kecemerlangan bintang yang pertama. Saat itu, ia
mengelompokkan kecemerlangan bintang menjadi enam kategori dalam bentuk
yang kurang lebih seperti ini: paling terang, terang, tidak begitu terang, tidak
begitu redup, redup dan paling redup. Hal tersebut dilakukannya dengan membuat
katalog bintang yang pertama. Sistem tersebut kemudian berkembang dengan
penambahan angka sebagai penentu kecemerlangan. Yang paling terang memiliki
nilai 1, berikutnya 2, 3, hingga yang paling redup bernilai 6. Klasifikasi inilah
yang kemudian dikenal sebagai sistem magnitudo. Skala dalam sistem magnitudo
ini terbalik sejak pertama kali dibuat. Semakin terang sebuah bintang,
magnitudonya semakin kecil. Dan sebaliknya semakin redup bintang,
magnitudonya semakin besar.
lebih terang 10.000 kali daripada bintang bermagnitudo 11, dan seterusnya.
Dengan rumusan Pogson ini, perhitungan magnitudo bintang pun menjadi lebih
teliti dan lebih dapat dipercaya.
Magnitudo yang kita bicarakan di atas disebut juga dengan magnitudo semu,
karena menunjukkan kecemerlangan bintang yang dilihat dari Bumi, tidak peduli
seberapa jauh jaraknya. Jadi, sebuah bintang bisa terlihat terang karena jaraknya
dekat atau jaraknya jauh tapi berukuran besar. Sebaliknya, sebuah bintang bisa
terlihat redup karena jaraknya jauh atau jaraknya dekat tapi berukuran kecil.
Sistem ini membuat kecemerlangan bintang yang kita lihat bukan kecemerlangan
bintang yang sesungguhnya. Untuk mengoreksinya, faktor jarak itu harus
dihilangkan. Maka muncullah sistem magnitudo mutlak.
22
BINTANG DAN DINAMIKANYA
𝐸1
𝑚1 − 𝑚2 = −2,5 log
𝐸2
23
BINTANG DAN DINAMIKANYA
radiasi, L adalah luminositas (daya) dan r jarak, maka perhitungan jarak bintang,
magnitudo semu dan magnitudo mutlak (absolut) adalah:
𝐸1
𝑚 − 𝑀 = −2,5 log
𝐸2
𝐿
4𝜋𝑑 2
𝑚 − 𝑀 = −2,5 log
𝐿
4𝜋102
10 2
𝑚 − 𝑀 = −2,5 log ( )
𝑑
𝑚 − 𝑀 = −5 + 5 log 𝑑
Perlu diingat jarak dalam persamaan modulus di atas (d) harus dinyatakan
dalam satuan parsec. Satu parsec ialah jarak suatu bintang yang mempunyai sudut
paralaks satu detik busur, yang sebanding dengan 3,26 tahun cahaya (TC) atau
206.265 satuan astronomi (SA). Jika yang ditanyakan ialah jarak, maka rumus
diatas dapat dibalik menjadi:
𝑑 = 100,2(𝑚−𝑀+5)
𝐿1
𝑀1 − 𝑀2 = −2,5 log
𝐿2
24
BINTANG DAN DINAMIKANYA
𝑀 = 𝑚 + 5 − 5 log 𝑑
1
𝑀 = −26,83 + 5 − 5 log
206265
𝑀 = 4,74
Berikut ini adalah tabel skala magnitudo tampak beberapa benda langit:
25
BINTANG DAN DINAMIKANYA
BAGIAN 5
KLASIFIKASI BINTANG
Dalam astronomi, klasifikasi bintang adalah pengklasifikasian bintang-
bintang berdasarkan kuat beberapa garis serapan pada pola spektrum, dan
besarnya luminositas. Kuat garis serapan, khususnya garis-garis serapan atom
hidrogen, diperoleh dari analisis pola spektrum bintang yang didapatkan dari
pengamatan spektroskopi. Garis-garis serapan tertentu hanya dapat diamati pada
satu rentang temperatur tertentu karena hanya pada rentang temperatur tersebut
terdapat populasi signifikan dari tingkat energi atom yang terkait. Pemeriksaan
kuat garis-garis serapan ini pada akhirnya dapat memberikan informasi mengenai
temperatur permukaan. Informasi luminositas dapat diperoleh dari pengamatan
fotometri. Bintang-bintang dikelompokkan berdasarkan spektrum, ukuran, atau
intensitasnya. Berikut ini adalah penggolongan bintang:
1. Klasifikasi Harvard
26
BINTANG DAN DINAMIKANYA
Warna Garis-garis
Kelas Temperatur Massa Radius Luminositas
Bintang Hidrogen
30,000 - 60,000
O Biru 60 15 1,400,000 Lemah
K
10,000 - 30,000
B Biru-putih 18 7 20,000 Menengah
K
Hampir tidak
M 2,000 - 3,500 K Merah 0.3 0.4 0.04
terlihat
a. Kelas O
Bintang kelas O bersinar dengan energi 1 juta kali energi yang dihasilkan
Matahari. Karena begitu masif, bintang kelas O membakar bahan bakar
27
BINTANG DAN DINAMIKANYA
b. Kelas B
c. Kelas A
terionisasi, seperti magnesium, silikon, besi dan kalsium yang terionisasi satu
kali (Mg II, Si II, Fe II dan Ca II) juga tampak dalam pola spektrumnya. Bintang
kelas A kira-kira hanya 0.63% dari seluruh populasi bintang deret utama.
Contoh : Vega, Sirius
d. Kelas F
e. Kelas G
29
BINTANG DAN DINAMIKANYA
garis ion logam dan logam netral semakin menguat. Profil spektrum paling
terkenal dari kelas ini adalah profil garis-garis Fraunhofer. Bintang kelas G
adalah sekitar 8% dari seluruh populasi bintang deret utama. Contoh : Matahari,
Capella, Alpha Centauri A
f. Kelas K
g. Kelas M
30
BINTANG DAN DINAMIKANYA
Kelvin. Semua katai merah adalah bintang kelas ini. Proxima Centauri adalah
salah satu contoh bintang deret utama kelas M. Kebanyakan bintang yang berada
dalam fase raksasa dan maharaksasa, seperti Antares dan Betelgeuse merupakan
kelas ini. Garis-garis serapan di dalam spektrum bintang kelas M terutama
berasal dari logam netral. Garis-garis Balmer hampir tidak tampak. Garis-garis
molekul Titanium Oksida (TiO) sangat jelas terlihat. Bintang kelas M adalah
sekitar 78% dari seluruh populasi bintang deret utama. Contoh : Proxima
Centauri, Antares, Betelgeuse
2. Klasifikasi Yerkes
Klasifikasi Yerkes, disebut juga sebagai klasifikasi MKK dari inisial para
pengembangnya pada tahun 1943, yaitu William Wilson Morgan, Phillip C.
Keenan dan Edith Kellman dari Observatorium Yerkes, Amerika Serikat.
31
BINTANG DAN DINAMIKANYA
32
BINTANG DAN DINAMIKANYA
BAGIAN 6
RIWAYAT BINTANG
Bintang adalah benda angkasa berupa bola gas raksasa yang memancarkan
energinya sendiri dari reaksi inti dalam bintang, baik berupa panas, cahaya
maupun berbagai radiasi lainnya.
1. Diagram Hertzsprung-Russel
33
BINTANG DAN DINAMIKANYA
Kebanyakan bintang mendiami suatu jalur dari kiri atas ke kanan bawah
yang disebut sebagai deret utama (main sequence). Ini dapat diinterpretasikan
bahwa bagi kebanyakan bintang, makin tinggi suhu permukaannya makin terang
cahayanya. Bintang pada kelompok ini adalah bintang yang sedang
melangsungkan pembakaran hidrogen di intinya. Hampir 90% usia bintang
dihabiskan pada tahap deret utama ini yang menjadi penyebab tingginya populasi.
Bintang deret utama disebut juga sebagai bintang katai.
34
BINTANG DAN DINAMIKANYA
Para bintang lahir dalam awan molekul raksasa di antariksa. Mereka lahir
dalam peristiwa yang disebut runtuh gravitasi. Awan molekul raksasa ini runtuh
perlahan menjadi potongan-potongan kecil. Tiap potongan ini melepaskan energi
potensial gravitasi dalam bentuk panas. Semakin panas dan panas hingga akhirnya
menjadi bola berputar superpanas yang disebut protostar (proto bintang atau janin
bintang).
a. Cebol coklat
35
BINTANG DAN DINAMIKANYA
fusi terhadap deuterium, karenanya justru ia cukup lama hidup. Mati perlahan-
lahan dalam waktu ratusan juta tahun. Tidak pernah besar dan bersinar.
Janin bintang yang lebih berat bisa menghasilkan fusi nuklir. Fusi nuklir ini
menjadi pendorong keluar (tekanan radiasi) yang mengimbangi tarikan gravitasi
kedalam bintang. Ia pun bersinar cemerlang dan bermain di angkasa raya
sepanjang hidupnya.
Pada saat kematiannya, cebol coklat mati begitu saja. Setelah beberapa juta
tahun, ia begitu coklat hingga akhirnya hitam legam. Ia bukan lubang hitam. Ia
batu hitam yang mengapung di angkasa. Tidak ada lagi deuterium yang bisa
diolah. Diduga ada banyak sekali cebol coklat di luar orbit Pluto, antara tata surya,
dan setumpuk bintang terdekat kita.
b. Cebol merah
Ada banyak jenis bintang tentunya. Cebol coklat mungkin iri melihat janin-
janin yang lahir bersama dengannya hidup terang dengan berbagai ukuran. Mulai
dari yang paling kecil adalah cebol merah. Ia tidak seredup cebol coklat. Cebol
merah dapat hidup hingga ratusan miliar tahun. Jauh lebih lama dari cebol coklat.
Padahal keduanya sama-sama cebol.
36
BINTANG DAN DINAMIKANYA
Pada akhirnya, cebol merah juga akan mati. Ia sekarat setelah membakar
habis seluruh hidrogennya. Ia tidak mampu membakar heliumnya dan karenanya
ia menjadi bintang yang seluruhnya helium. Bersinar sebagai cebol putih.
Seandainya ia dikelilingi oleh awan hidrogen halus, ia masih bisa menarik
makanan dari sekitarnya untuk hidupnya beberapa ratus miliar tahun lagi. Jika
tidak ada, ia akan mati begitu saja. Cebol putih yang redup dan semakin redup.
Tapi, pastinya tidak ada yang tahu. Belum ada kasus kematian cebol merah
teramati sampai sekarang. Umurnya terlalu panjang. Para ilmuwan berpendapat
bahwa nyawa cebol putih benar-benar berakhir saat ia menjadi cebol hitam.
c. Bintang rata-rata
Sedikit lebih besar dari cebol merah adalah cebol kuning. Matahari kita
tergolong cebol kuning. Sebenarnya ia tidak terlalu cebol. Ia hanya sedikit lebih
37
BINTANG DAN DINAMIKANYA
Bintang rata-rata, seperti matahari kita, punya saat sekarat yang menarik. Ia
cukup besar untuk memakan helium setelah hidrogen habis dikonsumsi.
Konsumsi helium membuat dirinya menggembung. Menjadi besar sekali dari
ukuran aslinya. Saat-saat menjelang mati, ia berubah menjadi raksasa merah.
Perubahan ini diawali dengan kejadian yang disebut kilat helium (helium flash).
Sayangnya, kilat helium tidak dapat dilihat dari luar. Ia terjadi di inti bintang.
Seandainya kilat helium bisa dilihat dan bintang itu matahari kita, bumi akan
mendadak menjadi sangat terang benderang. Inilah tanda umur matahari tinggal
beberapa juta tahun lagi. Pertanda itu dalam kenyataannya tidak terlihat.
Sejak kilat helium, tubuh bintang mulai membesar dan memerah. Seiring
membesarnya tubuh, terangnya juga meningkat. Ia menjadi seribu hingga sepuluh
ribu kali lebih terang dari sebelumnya. Suhu juga ikut meningkat. Suatu saat, sang
bintang yang menggelembung ini mencapai ukuran maksimumnya. Ia akhirnya
tiba di titik itu, dan setelah saat itu tiba, ia akan kembali mengerut. Mengecil dan
kian kecil sementara suhunya terus saja bertambah.
38
BINTANG DAN DINAMIKANYA
mengakibatkan sebuah angin yang begitu keras terlontar dari bintang. Angin ini
disebut nova.
Kini tinggal sang inti, Cebol putih. Nasib matahari kita sama dengan si
cebol merah. Sama-sama menjadi cebol putih. Angin nafas terakhirnya melakukan
perjalanan jauh menembus angkasa. Semakin jauh dan kehilangan energi. Dan
akhirnya menjadi awan gas yang disebut nebula planeter.
d. Raksasa
Kelompok bintang yang ukurannya jauh di atas rata-rata ada si raksasa. Para
bintang raksasa yang ukurannya bisa ratusan kali matahari. Mereka raksasa, tapi
39
BINTANG DAN DINAMIKANYA
hidupnya pendek. Hanya beberapa juta tahun. Hal ini karena besarnya badan
mereka berarti mereka juga harus banyak makan. Mereka terus memakan
hidrogen jauh lebih cepat dari bintang rata-rata, apalagi dari cebol merah yang
lamban.
40
BINTANG DAN DINAMIKANYA
e. Maharaksasa
Ada bintang yang lebih besar daripada bintang raksasa, yaitu maharaksasa.
Bintang maharaksasa ukurannya lebih dari 40 kali massa matahari. Volumenya
bisa jutaan kali matahari, menelan orbit Bumi dan Mars.
41
BINTANG DAN DINAMIKANYA
42
BINTANG DAN DINAMIKANYA
f. Supermaharaksasa
Tidak ada yang namanya super maharaksasa. Secara astrofisika, ada yang
dinamakan batas Eddington. Batas ini adalah batas dimana sebuah bintang tidak
dapat lagi menahan dorongan keluar dari radiasinya sendiri. Ia terlalu terang
sehingga tidak dapat eksis dalam satu kesatuan. Batas Eddington adalah 120 kali
massa matahari. Jadi, tidak ada bintang yang lebih berat dari 120 kali massa
matahari.
Hidup sebuah bintang memang sangat panjang. Ia dapat hidup jutaan tahun
seperti cebol coklat yang prematur atau maharaksasa yang terlalu besar. Ia juga
dapat hidup triliunan tahun seperti para cebol putih yang mungil. Sebagian sempat
merasakan dari ukuran sangat kecil menjadi ukuran sangat besar. Sebagian lagi
sepanjang hidupnya selalu kerdil dan merangkak dalam kesendirian dan
kegelapan. Dalam masa yang sangat panjang, akhir hayatnya begitu singkat dan
spektakuler. Dari nova, supernova hingga hypernova. Letupan yang cemerlangnya
menerangi galaksi dan terpantau jutaan tahun cahaya. Cahaya ini hanya bertahan
beberapa detik saja atau paling panjang, hanya beberapa bulan. Hembusan nafas
terakhir bintang yang sekarat, pada gilirannya akan menjadi benih bagi bintang
baru. Sisa-sisa supernova dan nova kembali mengembun dan menjadi awan
molekul raksasa. Matahari kita sendiri adalah bintang generasi ketiga. Namun,
bahkan alam semesta yang terus bergulir dengan siklus hidup matinya, pada
gilirannya akan mati. Entah itu lewat habis mendinginnya seluruh jagad raya
dalam pengembangan abadi, dimana alam semesta gelap, bintang terang terlalu
jauh dan cebol coklat, cebol hitam dan lubang hitam bertebaran di mana-mana,
atau lewat pengerutan balik dimana segalanya teremas dalam kerkahan besar (big
crunch). Bagaimana pun nasib alam semesta, manusia kemungkinan besar telah
tidak ada lagi. Nasib kita dalam sejarah bintang sangat singkat. Bagi mereka para
bintang, kita hanyalah kedipan kecil di langit malam, dalam malam-malam yang
mereka habiskan dalam hidupnya.
43