Anda di halaman 1dari 12

IMPLEMENTASI WILAYAH PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

DALAM PERUNDANG UNDANGAN DAN KEBIJAKSANAAN NEGARA

A. Implementasi nilai dan kedudukan Pancasila dalam Undang- undang

Dasar negara Indonesia, dalam pengertian historinya merupakan


hasil permulaan pemikiran para pendiri negara (the fonding fathers) untuk
menemukanlandasan / pijakan yang kokoh untuk diatasnya didirikan
negara indonesia merdeka. Rumusan dasar negara itu baru mengemuka
pada masa persidangan Badan Penyeledik Usaha Usaha persiapan
kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Latif (2002: 5) meneyebutkan bahwa
setidaknya sejak dekade 1920-an berbagai kreatifitas inteaktual mulai
digagas sebagai usaha mengintesikan aneka idealogi dan gugus
penggerakan dalam rangka membentuk “blog historis” atau blok nasional
bersama demi mencapai kemerdekaan.

BPUPKI yang selanjutnya disebut dalam bahasa Jepang sebagai


Dokuritsu Zyunbi Tsoosakai (Badan Persiapan Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan) dibentuk pada tanggal 29 April 1945 sebagai realisasi janji
kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1945 dari perintah
Jepang. Anggota BPUPKI berjumlah 63 orang , termasuk
Dr.KRT.Radjiman Wedyodiningrat sebagai ketua. Setelah sidang BPUPKI
berakhir pada tanggal 17 Juli 1945, maka pada 9 Agustus 1945 badan
tersebut dibubarkan oleh pemerintah Jepang dan dibentuklah Panitia
Persiapan Kemerdekaan atau dalam bahasa Jepang disebut Dokuritsu
Zyunbi Inkai yang kemudian dikenal sebagai Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dengan mengangkat Sukarno sebagai
ketua dan Moh.Hatta sebagai wakil ketua.Panitia ini memiliki peranan
yang sangat penting bagi pengesahan dasar negara dan berdirinya
negara Indonesia yang merdeka. Dalam sidang pertama PPKI yaitu pada
tanggal 18 Agustus 1945, berhasil disahkan Undang-undang dasar
Negara Republik Indonesia (UUD NRI) yang disertai dengan Pembukaan
Undang-undang Dasar Republik Indonesia. Sebelum pengesahan, terlebih
dahulu diakukan perubahan atas Piagam Jakarta atau Rancangan
Mukadimah Hukum Dasar (RMHD) dan Rancangan Hukum Dasar.
Pengesahan dan Penetapan setelah dilakukan perubahan atas Piagam
Jakarta tersebut tetap mencantumkan lima dasar yang diberi nama
Pancasila. Atas prakasa Moh Hatta, sila ‘Ketuhanan dengan kewajiban
menjalankan syariat islam bagi pemeluk-pemeluknya’. Seperti dalam
piagam jakarta sebagai pembukaan Undang-undang Dasar Negara
Republik Indonesia tersebut, diubah menjadi ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’
dengan demikian , Pancasila menurut Pembukaan UUD 1945 adala
sebagai berikut :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia

Hubungan Pancasila dengan Pembukaan Undang-undang Dasar


Republik Indonesia (UUD NRI) Tahun 1945

Pancasila sebagai suatu cita-cita hukum yang berada di puncak


segi tiga. Pancasila menjiwai seluruh bidang kehidupan bangsa indonesia.
Pancsila sebagai cerminan dari jiwa cita-cita hukum bangsa Indonesia
tersebut merupakan norma dasar dalam penyelenggaraan bernegara dan
yang menjadi sumber dari segala sember hukum sekaligus sebagai cita
hukum baik tertukis maupun tidak tertulis di Indonesia.

Dalam pengertian yang bersifat Yuridis kenegaraan, pancasila yang


berfungsi sebagai dasar negara tercantum dalam alinea ke empat
Pembukaan UUD NRI Tahun 1945, yang denga menyatakan “...maka
disusunlah kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-
undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan
Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Indonesia
yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang
Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia,
dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat Kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan
sosial bagi seluruh rakyat indonesia”.

Keberadaan Pancasila yaitu pada Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 ,


maka fungsi pokok pancasila sebagai dasar negara pada hakikatnya
adalah sumber dari segala sumber hukum atau sumber tertib hukum di
Indonesia, sebagaimana tertuang dalam ketetapan MPRS No.
XX/MPRS/1966 (Jo. Ketetapan MPR No.IX/MPR/1978). Hal ini
mengandung konsekuensi yuridis , yaitu bahwa seluruh peraturan
peraturan perundang-undangan Republik Indonesia (Ketetapan MPR,
Undang-undang, Peraturan pemerintah, Keputusan Presiden dan
peraturan-peraturan Pelaksanaan lainya yang dikeluarkan oleh negaradan
pemerintah Republik Indonesia) harus sejiwa dan sejalan dengan
Pancasila.

Pembukaan UUD NRI tahun 1945 merupakan Pokok Kaidah


Negara yang Fundamental sehingga terhadap tertib hukum di Indonesia
memiliki dua macam kedudukan yaitu :

1) Sebagai dasarnya, karena Pembukaan itulah yang memberikan


faktor-faktor mutlak nagi adanya tertib hukum di indonesia.
2) Memasukan dirinya di dalam tertib hukum tersebut sebagai tertib
hukum tertinggi.

Dalam tertib hukum indonesia diadakan pembagian yang hirarkis.


Undang-undang Dasar bukanlah peraturan hukum yang tertinggi.
Diatasnya masih ada dasar pokok bagi Undang-undang Dasar yaitu
pembukaan sebagai pokok kaidah Negara yang Fundamental yang
didalamnya termuat materi Pancasila.

B. Aktualisasi Pancasila dalam Perundang-undangan dan Kebijakan


Negara
Pembukaan mengandung empat pokok pikiran yang diciptakan dan
dijelaskan dalam pasal-pasal. Keempat pokok pikiran tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Pokok pikiran pertama berintikan ‘Persatuan’ yaitu “Negara
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
indonesia dengan berdasar atas persatuan dengan mewujudkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Pokok pikiran kedua berintikan ‘kengadilan sosial’, yaitu “Negara
hendak mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat”.
3. Pokok pikran ketiga berintikan ‘kedauatan rakyat’, yaitu “negara
yang berkedaulatan rakyat, berdasar atau kerakyatan dan
permusyawaratan perwakilan”.
4. Pokok pikiran keempat ‘ketuhanan yang maha esa’ yaitu “negara
berdasar ketuhanan yang maha esa menurut dasar kemanusian
yang adil dan beradab”.

Pokok pikiran pertama menegaskan bahwa aliran pengertian Negara


persatuan diterima dalam pembukaan UUD 1945, yaitu negara yang
melindungi bangsa Indonesia seluruhnya.

Pokok pikiran kedua merupakan causa finalis dalam pembukaan UUD


1945 yang menegaskan tujuan atau sesuatu cita-cita yang hendak
dicapai.

Pokok pikiran ketiga mengandung konsekuensi logis yang


menunjukan bahwa sistem negara yang terbentuk dalam Undang Undang
Dasar harus berdasar atas kedaulatan rakyat dan permusyawaratan
perwakilan.

Pokok pikiran keempat menrurut konsekuensi logis, yaitu undang


undang dasar harus mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan
lain-lain penyelenggara negara untuk memeihara budi pekerti
kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang
luhur.
MPR RI telah melakukan amandemen UUD NRI tahun 1945 sebanyak
empat kali yang secara berturut-turut, terjadi pada 19 oktober 1999, 18
agustus 2000, 9 november 2001, dan 10 agustus 2002. Keseluruhan
pasal-pasal UUD 1945 yang telah mengalami amandemen dapat
dikelompokan menjadi tiba bagian, yaitu:

1. Pasal-pasal yang terkait aturan pemerintahan negara dan


kelembagaan negara.
2. Pasal-pasal yang mengatur hubungan antara negara dan
penduduknya yang meliputi warga negara, agama, pertahanan
negara, pendidikan, dan kesejahteraan sosial.
3. Pasal-pasal yang berisi materi lain berupa aturan mengenai
bendera negara, bahasa, lambang negara, lagu kebangsaan,
perubahan UUD, aturan peralihan, dan aturan tambahan.

Keseluruhan pasal-pasal UUD 1945, berikut disampaikan beberapa


contoh penjabaran pancasila ke dalam pasal-pasal UUD 1945.

1.Sistem pemerintahan negara dan kelembagaan negara

a) Pasal 1 ayat (3): negara Indonesia adalah negara hukum.


Negara hukum yang dimaksud adalah negara yang menegakan
supremasi hukum untuk menegakan kebenaran dan keadilan, dan
tidak ada kekuasaan yang tidak dipertanggung jawabkan
(akuntabel).
b) Pasal 3 ayat (1): Majelis Permusyawarat Rakyat berwenang
mengubah dan menetapkan Undang-undang dasar; ayat (2):
Majelis Perusyawaratan Rakyat melantik Presiden dan wakil
Presiden; ayat (3): Majeis Permusyawarat Rakyat hanya dapat
menghentikan presiden dan wakil presiden dalam masa jabatanya
menurut Undang-undang Dasar.

2.Hubungan antara negara dan penduduknya

a. Pasal 26 ayat (2)


Penduduk ialah Warga negara Indonesia dan orang asing yang
bertempat tinggal di Indonesia.
b. Pasal 27 ayat (3)
Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara. Pasal 27 ayat (3) bermaksud untuk
meneguhkan konsep yang dianut bangsa dan negara indonesia di
bidang pembelaan negara, yaitu bahwa upaya pembelaan negara
bukan monopoli TNI, namun juga merupakan hak sekaligus
kewajiban setiap warga negara.
c. Pasal 29 ayat (2)
Negara enjamin kemerdekaan tiap-tiap enduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agamanya
dan kepercayaanya itu.
d. Pasal 31 ayat (2)
Setiap warga wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah
wajib membiayainya; ayat (3): pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan
Undang-undang berdasarkan ketentuan tersebut, pendidikan dasar
menjadi wajib dan bagi siapapun tidak melaksanakan kewajibanya
akan dikenakan sanksi.
e. Pasal 33 ayat (1)
Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas
kekeluargaan.
f. Pasal 34 ayat (2)
Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat
dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu
sesuai dengan martabat kemanusiaan. Dari ketentuan pasal 34
ayat (2) tersebut dapat diperoleh pengertian bahwa sistem jaminan
jaminan sosial merupakan bagian uapaya mewujudkan Indonesia
sebagai negara kesejahteraan (walfare state) sehingga rakyat
dapat hidup sesuai harkat dan martabat kemanusiaan.

3. Materi lain berupa aturan bendera negara, bahasa indonesia, lambang


negara, dan lagu kebangsaan.

a. Pasal 35 bendera negara indonesia ialah sang merah putih


b. Pasal 36 bahasa negara ialah bahasa Indonesia
c. Pasal 36A lambang negara ialah garuda pancasila dengan
semboyan bhineka tungga ika.
d. Pasal 36B lagu kebangsaan adalah lagu Indonesia Raya

2. Aktualisasi Pancasila Dalam Kebijakan Negara

Pokok-pokok pikiran persatuan, keadian sosial, kedaulatan rakyat,


dan ketuhanan yang maha esa yang terkandung dalam UUD 1945
merupakan pancaran dari pancasila. Empat pokok pikiran tersebut
mewujudkan cita-cita hukum yang menguasai hukum dasar negara, yaitu
undang-undang dasar negara Republik Indonesia tahun 1945.
Penjabaran keempat pokok pikiran pembuakaan kedalam pasal-pasal
UUD 1945 mencakup empat aspek kehidupan bernegara, yaitu poitik,
ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan yang disingkat
menjadi POLEKSOSBUD HANKAM.

1. Aspek politik dituangkan dalam pasal 26, pasal 27 ayat (1), dan
pasal 28.
2. Aspek ekonomi dituangkan dalam pasal 27 ayat (2), pasal 33, dan
pasal 34.
3. Aspek sosial budaya dituangkan dalam pasal 29, pasal 31, dan
pasal 32.
4. Aspek pertahanan keamanan dituangkan dalam pasal 27 ayat(3)
dan pasal 30.

a. Kebijakan negara dalam bidang politik


Pasal 26 ayat (1) dengan tegas mengatur siapa-siapa saja yang
dapat menjadi warga negara Republik Indonesia. Selain orang
kebangsaan Indonesia asli, orang berkebangsaan lain yang bertempat
tinggal di Indonesia, mengakui Indonesia sebagai tanah airnya dan
bersikap setia kepada Negara republik Indonesia yang disahkan oleh
undang-undang sebagai warga negara dapat juga menjadi warga negara
republik Indonesia. Pasal 26 ayat (2) menyatakan bahwa penduduk ialah
warga Negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di
Indonesia. Adapun pasal 29 ayat (3) dinyatakan bahwa syarat-syarat
menjadi warga negara dan penduduk Indonesia diatur dengan Undang-
undang.

Pasal 27 ayat (1) menyatakan kesamaan kedudukan warga negara


didalam hukum dan pemerintahan dengan tidak ada kecualinya.

Pasal 28 menetapkan hak warga negara dan penduduk untuk berserikat


dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tuisan dan
sebagainya, yang diatur dengan Undang-undang. Dengan ini ditetapkan
adanya tiga hak warga negara dan penduduk yang digabung menjadi
satu yaitu: hak kebebasan berserikat, hak kebebasan untuk berkumpul,
dan hak kebebasan untuk berpendapat.

Lebih lanjut kebijakan negara dalam bidang politik telah mengeluarkan


berbagai macam perundang-undang, seperti:
1. Kebijakan negara tentang bentuk Negara dan kedaulatan, yaitu UU
No. 27/2009 tentangan susunan MPR, DPR dan DPRD, UU No.
10/2008 tentang pemilu, Undang-undang Partai Politik (bidang
legislatif).
2. Kebijakan negara tentang kekuasaan pemerintahan Negara, yaitu
UU No. 24/2008 tentang pemilu pesiden dan wakil presiden, UU
No. 24/2000 tentang perjanjian Internasional, UU No. 23/1956
tentang penanggulangan dalam keadaan bahaya, UU No.20/2009
tentang pemberian gelar dan tanda jasa, UU No. 19/2016 tentang
dewan pertimabangan Presiden, UU No. 39/2008 tentang
kementrian negara (bidang ekseutif).
3. Kebijakan negara tentang pemerintahan daerah, yaitu UU No. 12
tahun 2008 tentang pemerintahan daerah, UU No 33 taun 2004
tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah, UU No. 24/2000
tentang perjanjian internasioanl, UU No. 25/2009 tentang
pelayanan publik.
4. Kebiajakan negara dalam kekuasaan kehakiman, yaitu UU No.48
tentang kekuasaan kehakiman, UU No 3/2009 tentang Mahkamah
Agung, UU No. 24/2011 tentang mahkamah konstitusi, UU No.
11/2011 tentang komisi yudisial (bidang kekuasaan legislatif).

b. Kebijakan negara dalam bidang ekonomi


Pasal 27 ayat (2) menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
Pasal 33 ayat (1) menyatakan perekonomian disusun sebagai usaha
bersama berdasar atas dasar asas kekeluargaan, sedangkan pada ayat
(2) ditetapkan bahwa cabang-cabang produksi yang penting bagi negara
dan yang mengfuasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Ayat (1) pada
pasal ini menjukan adanya hak asasi manusia atas usaha perekonomian,
di pasan (2) menetapkan adanya hak asasi manusia atas kesejahteraan
sosial.
Pasal 33 ayat (4) ditetapkan bahwa perekonomian nasioanal
diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip
kebersamaan, efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, kemandirian, serta menjaga keseimbangan kemajuan dan
kesatuan ekonomi nasional.
Sebagai implementasi dari kebijakan negara dalam bidang ekonomi, telah
dikeluarkan Undang-undang sebagai berikut:
1. UU No. 28/2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah, UU No.
71/1985 tentang mata uang, UU No. 15/2004 tentang pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
2. UU No. 17/2007 tentang tentang rencana pembangunan jangka
panjang 2005-2025, UU No. 5/1999 tentang larangan praktik
monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, UU No. 19/2003
tentang BUMN, UU No. 7/2004 tentang sumber daya air, UU
No.11/2009 tentang kesejahteraan sosial, UU No. 20/2004 tentang
jaminan sosial nasional, UU No. 13/2011 tentang penanganan fakir
miskin, UU No.24/2011 tentang badan penyelenggara jaminan
sosial.

c. Kebijakan negara dalam bidang Agama, Sosial Budaya


Pasal 29 ayat (1) menyatakan negara berdasar atas ketuhanan yang
maha esa.
Pasal 31 ayat (1) menetapkan setiap warga negara berhak mendapatkan
pendidikan.
Pasal 32 ayat (1) menyatakan negara memajukan kebudayaan nasioonal
Indonesia di tengah peradaban dunia
Pasal 29, pasal 31, pasal 32 ayat (1) diatas adalah penjabaran dari pokok-
pokok ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan yang adil dan beradab,
dan persatuan yang masing-masing merupakan pancaran dari sila
pertama, kedua, dan ketiga.
Menurut koentowijoyo, pancasila dapat merupakan dorongan untuk:
1. Universalisasi, yaitu melepaskan simbol dari keterkaitan struktur.
2. Transendentalisasi, yaitu meningkatkan derajat kemerdekaan,
manusia, dan kebebasan spiritual.

d. Kebijakan negara dalam bidang pertahanan keamanan


nasioanal
Pasal 27 ayat (3) mentapkan bahwa setiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam pembelaan negara.
Pasal 30 ayat (1) menyatakan hak dan kewajiban setiap warga negara ikut
serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.
Sebagai implementasi dari kebijakan negara dalam bidang ekonomi, telah
dikeluarkan undang-undang sebagai berikut:
1. Kebijakan negara tentang wilayah negara, yaitu UU No. 17/1985
tentang pengesahan Unclos 1982, UU No. 5/1983 tentang ZEE, UU
No. 42/2008 tentang wilayah negara, UU No. 2010 tentang batas
selat Singapura.
2. Kebijakan negara tentang pertahanan dan keamanan, yaitu UU No.
2/2002 tentang kepolisian negara, UU No. 3/2002 tentang
pertahanan negara, UU No. 34/2004 tentang nasional Indonesia
DAFTAR PUSTAKA

BUKU BERJUDUL PANCASILA DALAM MAKNA DAN AKTUALISASI

Prof. Dr. Ngadino Surip, M.S.

Dr. Syarial Syarbaini, M.A.

Dr. (c) A. Rahman HI, M.Si.

Anda mungkin juga menyukai