Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Latar Belakang Manusia pada dasarnya memiliki akal dan fikiran untuk
memahami fenomena alam dalam ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Namun,
keadaan manusia saat ini menyebabkan iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi)
semakin terpisah dari Islam. Oleh karena itu, manusia perlu diingatkan bahwa
saat ini Iptek telah jauh dari Islam, penggunaannya telah disalahgunakan dan
tidak dipergunakan dengan bijak. Ilmuan-ilmuan Islam telah banyak muncul
dalam peradaban ilmu pengetahuan, hanya saja keberadaan mereka kurang
diketahui atau bahkan teori-teorinya diakui oleh Ilmuan non Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian IPTEK?
2. Bagaimana Iptek menurut pandangan islam ?
3. Bagaimana Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Zaman Islam ?
4. Bagaimana Masa kejayaan dan kemuduran IPTEK di kalangan Islam ?
5. Bagaimana keutamaan orang beriman dan beramal?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian IPTEK.
2. Untuk mengetahui pandangan Iptek menurut Islam.
3. Untuk mengetahui Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di zaman
Islam.
4. Untuk mengetahui masa kejayaan dan kemunduran IPTEK di
kalangan Islam.
5. Uuntuk mengetahui keutamaan orang beriman dan beramal.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian IPTEK
IPTEK adalah akronim dari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, dimana
dari akronim tersebut mempunyai artinya sendiri, baik Ilmu, Pengetahuan,
maupun Teknologi. Ilmu dapatlah dipandang sebagai produk, sebagai proses,
dan sebagai paradigma etika. Ilmu dipandang sebagai proses karena ilmu
merupakan hasil dari kegiatan sosial, yang berusaha memahami alam, manusia
dan perilakuknya baik secara individu atau kelompok. Ilmu sebagai produk
artinya ilmu diperoleh dari hasil metode keilmuan yang diakui secara umum
dan sifatnya yang universal.
Oleh karena itu ilmu dapat diuji kebenarannya, sehingga tidak mustahil
suatu teori yang sudah mapan suatu saat dapat ditumbangkan oleh teori lain.
Ilmu sebagai paradigma ilmu, karena ilmu selain universal, komunal, juga alat
meyakinkan sekaligus dapat skeptis, tidak begitu saja mudah menerima
kebenaran. Istilah ilmu yang dikemukakan di atas berbeda dengan istilah
pengetahuan. Ilmu diperoleh melalui kegiatan metode ilmiah atau
epistemology. Jadi, epistemology merupakan pembahasan bagaimana
mendapatkan pengetahuan.
Epistemologi ilmu tercermin dalam kegiatan metode ilmiah. Sedangkan
pengetahuan adalah pikiran atau pemahaman di luar atau tanpa kegiatan
metode ilmiah, sifatnya dapat dogmatis, banyak spekulasi dan tidak berpijak
pada kenyataan empiris. Sumber pengetahuan dapat berupa hasil pengalaman
berdasarkan akal sehat (common sense) yang disertai mencoba-coba, intuisi
(pengetahuan yang diperoleh tanpa penalaran) dan wahyu (merupakan
pengetahuan yang diberikan Tuhan kepada para nabi atau utusan-Nya). Adapun

2
beberapa definisi ilmu menurut para ahli seperti yang dikutip oleh Bakhtiar
tahun 2005 diantaranya adalah :
a. Mohamad Hatta, mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur
tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama
tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun
menurut bangunannya dari dalam.
b. Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag, mengatakan ilmu adalah yang
empiris, rasional, umum dan sistematik, dan ke empatnya serentak.
c. Karl Pearson, mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan yang
komprehensif dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah yang
sederhana.
d. Ashley Montagu, menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang
disusun dalam satu sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan
percobaan untuk menentukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang
dikaji.
e. Harsojo, menerangkan bahwa ilmu merupakan akumulasi pengetahuan
yang disistemasikan dan suatu pendekatan atau metode pendekatan
terhadap seluruh dunia empiris yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang
dan waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat diamati oleh panca indera
manusia. Lebih lanjut ilmu didefinisikan sebagai suatu cara menganalisis
yang mengijinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan suatu proposisi
dalam bentuk : “ jika .... maka “.
f. Afanasyef, menyatakan ilmu adalah manusia tentang alam, masyarakat dan
pikiran. Ia mencerminkan alam dan konsep-konsep, katagori dan hukum-
hukum, yang ketetapannya dan kebenarannya diuji dengan pengalaman
praktis.

3
B. IPTEK dilihat dari pandangan Islam
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menurut pandangan Al-
Qur’an mengundang kita untuk menengok sekian banyak ayat Al-Qur’an yang
berbicara tentang alam raya. Menurut ulama terdapat 750 ayat Al-Qur’an yang
menjelaskan tentang alam beserta fenomenanya dan memerintahkan manusia
untuk mengetahui dan memanfaatkannya. Allah SWT berfirman dalam QS Al-
Baqarah ayat 31 yang artinya :
“Dan dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian
diperintahkan kepada malaikat-malaikat, seraya berfirman “Sebutkan kepadaku
nama semua (benda) ini, jika kamu yang benar”.
Dari ayat di atas yang dimaksud nama-nama adalah sifat, ciri, dan hukum
sesuatu. Ini berarti manusia berpotensi mengetahui rahasia alam semesta.
Adanya potensi tersebut, dan tersedianya lahan yang diciptakan Allah, serta
ketidakmampuan alam untuk membangkang pada perintah dan hukum-hukum
Tuhan, menjadikan ilmuwan dapat memperoleh kepastian mengenai hukum-
hukum alam. Karenanya, semua itu menghantarkan pada manusia berpotensi
untuk memanfaatkan alam itu merupakan buah dari ilmu pengetahuan dan
teknologi. Al-Qur’an memerintahkan manusia untuk terus berupaya
meningkatkan kemampuan ilmiahnya. Jangankan manusia biasa, Rasul Allah
Muhammad SAW pun diperintahkan agar berusaha dan berdoa agar selalu
ditambah pengetahuannya (QS Yusuf : 72). Hal ini dapat menjadi pemicu
manusia untuk terus mengembangkan teknologi dengan memanfaatkan
anugerah Allah yang dilimpahkan kepadanya. Karena itu, laju IPTEK memang
tidak dapat dibendung, hanya saja mabusia dapat berusaha mengarahkan diri
agar tidak diperturutkan nafsunya untuk mengumpulkan harta dan IPTEK yang
dapat membahayakan dirinya dan yang lainnya
C. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di zaman Islam
Islam pernah berjaya di bidang IPTEK sekitar abad VIII sampai dengan
abad XIII. Tradisi keilmuan umat Islam dipelopori oleh Al-Kindi (filosof

4
penggerak dan pengembang ilmu pengetahuan) yang mengatakan bahwa Islam
itu dapat memperoleh ilmu pengetahuan dan teknologi dari manapun
sumbernya, asalkan tidak bertenangan dengan akidah dan syariat. Hal ini
sejalan dengan hadits nabi yang menyuruh umatnya berlayar sampai ke negeri
China untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Padahal China adalah negara non
muslim. Menurut Harun Nasution, pemikiran rasional berkembang pada jaman
Islam (650-1250 M).
Pemikiran ini dipengaruhi oleh persepsi tentang bagaimana tingginya
kedudukan akal seperti yang terdapat dalam al-Qur`an dan hadits. Persepsi ini
bertemu dengan persepsi yang sama dari Yunani melalui filsafat dan sains
Yunani yang berada di kota-kota pusat peradaban Yunani di Dunia Islam
Zaman Klasik, seperti Alexandria (Mesir), Jundisyapur (Irak), Antakia (Syiria),
dan Bactra (Persia). W. Montgomery Watt menambahkan lebih rinci bahwa
ketika Irak, Syiria, dan Mesir diduduki oleh orang Arab pada abad ketujuh,
ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani dikembangkan di berbagai pusat belajar.
Terdapat sebuah sekolah terkenal di Alexandria, Mesir, tetapi kemudian
dipindahkan pertama kali ke Syiria, dan kemudian pada sekitar tahun 900 M ke
Baghdad. Maka para khalifah dan para pemimpin kaum Muslim lainnya
menyadari apa yang harus dipelajari dari ilmu pengetahuan Yunani. Mereka
mengagendakan agar menerjemahkan sejumlah buku penting dapat
diterjemahkan. Beberapa terjemahan sudah mulai dikerjakan pada abad
kedelapan. Penerjemahan secara serius baru dimulai pada masa pemerintahan
al-Ma’mūn (813-833 M). Dia mendirikan Bayt al-Ḥikmah, sebuah lembaga
khusus penerjemahan. Sejak saat itu dan seterusnya, terdapat banjir
penerjemahan besar-besaran. Penerjemahan terus berlangsung sepanjang abad
kesembilan dan sebagian besar abad kesepuluh
D. Masa kejayaan dan kemuduran IPTEK di kalangan Islam
Dari buku “Ilmuwan Muslim Sepanjang Sejarah” yang ditulis oleh M.
Natsir Arsyad, diperoleh beberapa informasi tentang nama-nama ilmuwan

5
Islam yang mengharumkan namanya. Diantaranya adalah Al-Khawārizmī
(Algorismus atau Alghoarismus) merupakan tokoh penting dalam bidang
matematika dan astronomi. Istilah teknis algorisme diambil dari namanya. Dia
memberi landasan untuk aljabar. Istilah “algebra” diambil dari judul karyanya.
Karya-karyanya adalah rintisan pertama dalam bidang aritmatika yang
menggunakan cara penulisan desimal seperti yang ada dewasa ini, yakni
angka-angka Arab.
Al-Khawārizmī dan para penerusnya menghasilkan metode-metode untuk
menjalankan operasi-operasi matematika yang secara aritmatis mengandung
berbagai kerumitan, misalnya mendapatkan akar kuadrat dari satu angka. Di
antara ahli matematika yang karyanya telah diterjemahkan ke dalam bahasa
Latin adalah al-Nayrīzī atau Anaritius (w. 922 M) dan Ibn al-Haytham atau
Alhazen (w. 1039 M). Ibn al-Haytham menentang teori Eucleides dan
Ptolemeus yang menyatakan bahwa sinar visual memancar dari mata ke
obyeknya, dan mempertahankan pandangan kebalikannya bahwa cahayalah
yang memancar dari obyek ke mata.
Di bidang astronomi, al-Battānī (Albategnius) menghasilkan table-tabel
astronomi yang luar biasa akuratnya pada sekitar tahun 900 M. Ketepatan
observasi-observasinya tentang gerhana telah digunakan untuk tujuan-tujuan
perbandingan sampai tahun 1749 M. Selain al-Battānī, ada Jābir ibn Aflaḥ
(Geber) dan al-Biṭrūjī (Alpetragius). Jābir ibn Aflaḥ dikenal karena karyanya di
bidang trigonometri sperik. Di bidang astronomi dan matematika, ada juga
Maslamah al-Majrīṭī (w. 1007 M), Ibn al-Samḥ, dan Ibn al-Ṣaffār. Ibn Abī al-
Rijāl (Abenragel) di bidang astrologi. Dalam bidang kedokteran ada Abū Bakar
Muḥammad ibn Zakariyyā al-Rāzī atau Rhazes (250-313 H/864-925 M atau
320 H/932 M) , Ibn Sīnā atau Avicenna (w. 1037 M), Ibn Rushd atau Averroes
(1126-1198 M), Abū al-Qāsim al-Zahrāwī (Abulcasis), dan Ibn Ẓuhr atau
Avenzoar (w. 1161 M). Al-Ḥāwī karya al-Rāzī merupakan sebuah ensiklopedi
mengenai seluruh perkembangan ilmu kedokteran sampai masanya. Untuk

6
setiap penyakit dia menyertakan pandangan-pandangan dari para pengarang
Yunani, Syiria, India, Persia, dan Arab, dan kemudian menambah catatan hasil
observasi klinisnya sendiri dan menyatakan pendapat finalnya. Buku Canon of
Medicine karya Ibnu Sīnā sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada
abad ke-12 M dan terus mendominasi pengajaran kedokteran di Eropa setidak-
setidaknya sampai akhir abad ke-16 M dan seterusnya.
Tulisan Abū al-Qāsim al-Zahrāwī tentang pembedahan (operasi) dan alat-
alatnya merupakan sumbangan yang berharga dalam bidang kedokteran. Dalam
bidang kimia ada Jābir ibn Ḥayyān (Geber) dan al-Bīrūnī (362-442 H/973-1050
M). Sebagian karya Jābir ibn Ḥayyān memaparkan metode-metode pengolahan
berbagai zat kimia maupun metode pemurniannya. Sebagian besar kata untuk
menunjukkan zat dan bejana-bejana kimia yang belakangan menjadi bahasa
orang-orang Eropa berasal dari karya-karyanya.
Sementara itu, al-Bīrūnī mengukur sendiri gaya berat khusus dari beberapa
zat yang mencapai ketepatan tinggi. Tetapi dari tahun ke tahun para ilmuwan
muslim yang muncul semakin sedikit, salah satunya dari Negara Indonesia
adalah Prof. Dr. B. J. Habibie dalam bidang kedirgantaraan.
Disamping dari tahun ke tahun ilmuwan muslim yang muncul sedikit,
menurut Prof. Dr. Abdus Salam dalam bukunya “Sains dan Dunia Islam” yang
diterjemahkan oleh Prof. Dr. Achmad Baiquni yang mengatakan : “Pada hemat
saya, matinya kegiatan sains di persemakmuran Islam lebih banyak disebabkan
faktor-faktor internal”. Ibnu Khaldun seorang tokoh sejarahwan sosial
mengatakan : “Kita mendengar baru-baru ini, bahwa di tanah bangsa Franka
dan di pesisir Timur Tengah sedang ditumbuhkan ilmu-ilmu filsafat dengan
giat”. Atas perkataan Ibnu Khaldun di atas, Prof. Abdus Salam mengatakan :
“Ibnu Khaldun tidak memperlihatkan sikap ingin tahu atau menyesal, justru
sikap acuh yang hampir mendekati permusuhan”. Dari ungkapan Prof. Abdus
Salam tersebut, sejak saat itu telah muncul dikotomi antara ayat-ayat
kitabiyyah dan ayat-ayat khauniyyah dikalangan muslim. Jadi timbul persepsi

7
bahwa Islam hanya berbicara tentang ilmu-ilmu sesuai dengan Al-Qur’an,
tetapi tanpa mempelajari dan mengembangkan ilmu-ilmu yang ada di Al-
Qur’an dengan melihat fenomena-fenomena alam semesta. Sehingga itu
merupakan salah satu faktor kemunduran ilmu pengetahuan di kalangan Islam.
E. Keutamaan Orang Beriman dan Beramal
Pengembangan ilmu pengetahuan teknologi dan seni tidak lepas dari
keimanan dan ketaqwaan. Karena setiap sesuatu yang baik dan bergantung
pada niat seseorang akan bernilai ibadah dimata ALLAH dan bermanfaat bagi
manusia disekitar lingkungannya. Makhluk yang paling mulia dan sempurna
yaitu manusia, karena dibekali seperangkat potensi yaitu akal dan pikiran. Akal
berguna untuk berpikir terhadap hasil pemikiran seperti ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni. Sesuatu yang paling mulia dari diri manusia yaitu hatinya.
ALLAH akan memberikan jaminan kemaslahatan bagi kehidupan dan
lingkungan seseorang atas ilmu yang dikembangkan berdasarkan keimanan dan
ketaqwaan kepada ALLAH SWT. ALLAH akan mengangkat derajat orang-
orang yang berilmu sesuai dengan firman ALLAH dalam QS (almujadalah :
11) Artinya: “ALLAH akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara
kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
Tanggung Jawab Ilmuwan Terhadap Alam dan Lingkungan. Ilmuwan
merupakan sosok manusia yang diberikan kelebihan oleh Tuhan dalam
menguasai sebuah ilmu pengetahuan. Dari kelebihannya ini maka Tuhan
mengangkat harkat dan martabat ilmuan tersebut di tengah-tengah masyarakat.
Al-Gazali mengatakan “Barangsiapa berilmu, membimbing manusia dan
memanfaatkan ilmunya bagi orang lain, bagaikan matahari, selain menerangi
dirinya, juga menerangi orang lain. Dia bagaikan minyak kesturi yang harum
dan menyebarkan keharumannya kepada orang yang berpapasan dengannya.
Orang yang berilmu dan tidak mengamalkannya menurut Al-Gazali sebagai
orang yang celaka. Ia mengatakan “ Seluruh manusia akan binasa, kecuali
orang – orang berilmu . orang – orang berilmupun akan celaka kecuali orang –

8
orang yang mengamalkan ilmunya. Dan orang – orang yang mengamalkan
ilmunya pun akan binasa kecuali orang – orang yang ikhlas. Ada dua fungsi
utama manusia di dunia yaitu sebagai “Abdun”(hamba Allah) dan sebagai
khalifah Allah di bumi. Esensi dari abdun adalah ketaatan, ketundukan, dan
kepatuhan kepada kebenaran dan keadilan Allah, sedangkan esensi khalifah
adalah tanggung jawab terhadap diri sendiri dan alam lingkungannya, baik
lingkungan sosial maupun lingkungan alam. Kerusakan alam dan lingkungan
ini lenih banyak disebabkan karena ulah manusia sendiri. Mereka banyak yang
berkhianat terhadap perjanjiannya sendiri kepada Allah. Mereka tidak menjaga
amanat Allah sebagai khalifah yang bertugas untuk menjaga kelestarian alam
ini sebagaimana firman Allah dalam Q.S, al-Rum ayat 41 yang artinya :”Telah
nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka segera kembali ke jalan yang benar.”

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan berbagai aspek yang telah kami bahas, maka kami dapat
menyimpulkan bahwa ilmu pengetahuan teknologi dan seni pada zaman
sekarang sangatlah kurang dari ajaran islam. Ada beberapa yang memang
melenceng dari ajaran islam, seperti penyalahgunaan teknologi tentang adanya
bom atom contohnya yang sekarang digunakan untuk saling mengancam antar
negara. Menurut pandangan islam itu sangat bertentangan dengan ajaran islam.
Selain dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dari segi seni juga
semakin kesini semakin tidak menentu untuk masalah seni. Karena seni pada
zaman sekarang semakin jauh dari ajaran islam. Aurat terbuka dimana – mana,
bahkan banyak yang melakukan itu adalah orang islam. Di dalam ajaran islam
sudah banyak dibahas tentang perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan
seni yang dibahas di dalam Al-Quran.
B. Saran
Kita sebagai manusia yang memiliki akal dan berpegang teguh dalam
ajaran islam, kita harus meluruskan niat kita dalm mencari ilmu dan
mengamalkannya nanti agar kita tidak salah menggunakan ilmu kita bagi
keburukan.

10
DAFTAR PUSTAKA

http://aminazra.blogspot.com/2015/09/ilmu-pengetahuan-dan-teknologi-dalam_8.html

https://tifanihayyu.blogspot.com/2014/05/konsep-pengembangan-iptek.html

https://alshafa.wordpress.com/2011/06/16/konsep-pengembangan-iptek-dalam-islam-2/

https://untuksebuahhasilbutuhproses.blogspot.com/2013/03/pengembangan-iptek-dalam-
islam.html?m=1

11

Anda mungkin juga menyukai