Anda di halaman 1dari 21

DAFTAR ISI

BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Tujuan .................................................................................................................... 3
BAB II ................................................................................................................................ 4
TINJAUAN KEPUSTAKAAN ........................................................................................ 4
A. Asma ....................................................................................................................... 4
1. Definisi Asma ..................................................................................................... 4
2. Pencetus Asma ................................................................................................... 4
B. Teknik Pernapasan Butyeko ................................................................................ 7
1. Definisi Teknik Pernapasan Butyeko .............................................................. 7
2. Manfaat Teknik Pernapasan Butyeko ............................................................ 7
3. Tujuan Teknik Pernapasan Butyeko .............................................................. 7
4. Prinsip Teknik Pernapasan Butyeko............................................................... 8
5. Tahapan Latihan Teknik Pernapasan Butyeko ........................................... 15
BAB III............................................................................................................................. 19
KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................................... 19
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 19
B. Saran .................................................................................................................... 19
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit asma masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di

dunia tidak terkecuali di Indonesia. Walaupun penyakit asma

mempunyai tingkat fitalitas yang rendah namun pada kenyataannya

banyak yang terserang penyakit yang termasuk kelompok gangguan

saluran pernapasan kronik ini. Dalam beberapa tahun terakhir,

penyakit ini telah menunjukan peningkatan yang cukup signifikan.

Menurut data yang dikeluarkan oleh Global Initiative for Asthma

(2012) diperkirakan sekitar 300 juta jiwa di seluruh dunia menderita

asma dan akan terus meningkat hingga mencapai 400 juta jiwa pada

tahun 2025.

Di Indonesia, laporan riset kesehatan dasar yang dilakukan oleh

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian

Kesehatan RI pada tahun 2013 menunjukkan prevalensi asma pada

tingkat nasional mencapai nilai 25,0 %. Provinsi yang mempunyai

prevalensi asma tertinggi yaitu Nusa Tenggara Timur, Papua, Nusa

Tenggara Barat, & Jawa Timur. Penyebab peningkatan prevalensi

asma tidak terlepas dari semakin kompleks dan bervariasinya faktor

pencetus dan faktor yang mendasarinya. Data yang diperoleh dari RS.

Paru dr. Ario Wirawan kunjungan penderita asma yang tercatat pada

bulan September – Desember tahun 2013 jumlah penderita asma


2

sebesar 50 orang. Menurut Ikawati, (2011) Asma merupakan gangguan

inflamasi kronik pada saluran napas yang melibatkan banyak sel dan

elemennya. Inflamasi ini berhubungan dengan hiperresponsivitas

saluran pernapasan terhadap berbagai stimulasi, yang menyebabkan

kekambuhan sesak napas (mengi), kesulitan bernapas, dada terasa

sesak, dan batuk, cenderung pada malam hari dan atau dini hari.

Sumbatan saluran napas ini bersifat reversible, baik dengan atau tanpa

pengobatan.

Berbagai faktor yang dapat menimbulkan serangan asma antara

lain jenis kelamin, genetik, obesitas, olah raga berlebihan, infeksi,

alergen, perubahan suhu, pajanan iritan asap rokok, dan faktor

lingkungan. Saat serangan asma terjadi, saluran pernapasan ke paru-

paru akan mengalami peradangan (inflamasi) dan membengkak yang

menyebabkan penyempitan (obstruksi) pada saluran pernapasan,

sehingga volume udara yang masuk berkurang dan penderitanya akan

sulit untuk bernapas secara normal. Pada penderita asma fungsi paru

akan mengalami penurunan akibat obstruksi saluran napas. Hal ini

ditandai dengan adanya ketidakmampuan mendasar dalam mencapai

angka aliran udara normal selama pernapasan (terutama pada saat

ekspirasi).

Walaupun banyak kemajuan dalam hal pengobatan harus diakui

pula bahwa bahaya asma belum bisa secara tuntas diatasi. Prevalensi

yang tinggi menunjukkan bahwa pengelolaan asma belum berhasil.


3

Berbagai faktor menjadi sebab dari keadaan yaitu kurangnya

pemahaman tentang asma, sehingga timbul anggapan bahwa asma

merupakan penyakit yang sederhana serta mudah diobati, dan bahwa

pengelolaannya yang utama adalah obat-obatan asma khususnya

bronkodilator. Dengan demikian timbul kebiasaan untuk mengatasi

gejala asma khususnya terhadap gejala sesak napas dan mengi dengan

pemakaian obat-obatan dan bukannya mengelola asma secara lengkap

Dengan melihat fakta tersebut dibutuhkan usaha untuk

memperbaiki permasalahan pada penderita asma. Sebagai salah satu

metode latihan pernapasan butyeko exercise dapat menjadi alternatif

dalam proses penatalaksanaan asma.

Dengan latar pemikiran seperti ini maka kiranya relevan jika

pemaparan jurnal tentang teknik pernafasan butyeko ini di angakat

untuk meningkatkan pelayanan keperawatan dalam penanganan asma.

B. Tujuan

1. Memberikan pemahaman terhadap perawat dalam penatalaksanaan

keperawatan terhadap asma tentang pemanfaatan secara tepat dan

efektif pernapasan butyeko sebagai sebuah urgensi dalam

penatalaksanaan asma.

2. Merekomendasikan pentingnya memanfaatkan pernapasan sebagai

potensi dasar bagi penaggulangan kesehatan terutama dalam

kaitannya dengan asma


4

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Asma

1. Definisi Asma

Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran napas yang

disebabkan oleh reaksi hiperresponsif sel imun tubuh seperti sel mast,

eosinofil, dan limfositT terhadap stimulus tertentu dan menimbulkan

gejala dyspnea, wheezing, dan batuk akibat obstruksi jalan napas yang

bersifat reversibel dan terjadi secara episodik berulang. Pendapat

serupa juga menyatakan bahwa asma merupakan reaksi hiperresponsif

saluran napas yang berbeda-beda derajatnya dan menimbulkan

fluktuasi spontan terhadap obstruksi jalan napas.

2. Pencetus Asma

Ada dua faktor yang menjadi pencetus asma :

a. Pemicu Asma (Trigger)

Pemicu asma mengakibatkan mengencang atau menyempitnya

saluran pernapasan (bronkokonstriksi). Pemicu tidak menyebabkan

peradangan. Trigger dianggap menyebabkan gangguan pernapasan

akut, yang belum berarti asma, tetapi bisa menjurus menjadi asma

jenis intrinsik. Gejala-gejala dan bronkokonstriksi yang

diakibatkan oleh pemicu cenderung timbul seketika, berlangsung

dalam waktu pendek dan relatif mudah diatasi dalam waktu

singkat. Namun, saluran pernapasan akan bereaksi lebih cepat


5

terhadap pemicu, apabila sudah ada, atau sudah terjadi peradangan.

Umumnya pemicu yang mengakibatkan bronkokonstriksi adalah

perubahan cuaca, suhu udara, polusi Universitas Sumatera Utara

udara, asap rokok, infeksi saluran pernapasan, gangguan emosi,

dan olahraga yang berlebihan.

b. Penyebab Asma (Inducer)

Penyebab asma dapat menyebabkan peradangan (inflamasi)

dan sekaligus hiperresponsivitas (respon yang berlebihan) dari

saluran pernapasan. Inducer dianggap sebagai penyebab asma yang

sesungguhnya atau asma jenis ekstrinsik. Penyebab asma dapat

menimbulkan gejala-gejala yang umumnya berlangsung lebih lama

(kronis), dan lebih sulit diatasi. Umumnya penyebab asma adalah

alergen, yang tampil dalam bentuk ingestan (alergen yang masuk

ke tubuh melalui mulut), inhalan (alergen yang dihirup masuk

tubuh melalui hidung atau mulut), dan alergen yang didapat

melalui kontak dengan kulit.

secara umum pemicu asma adalah:

1) Alergen

2) Olahraga

Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika

melakukan aktivitas jasmani atau olahraga yang berat.

Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah

selesai beraktifitas. Asma dapat diinduksi oleh adanya kegiatan


6

fisik atau latihan yang disebut sebagai Exercise Induced

Asthma (EIA) yang biasanya terjadi beberapa saat setelah

latihan. Misalnya: jogging, aerobik, berjalan cepat, ataupun

naik tangga dan dikarakteristikkan oleh adanya bronkospasme,

nafas pendek, batuk dan wheezing. Penderita asma seharusnya

melakukan pemanasan selama 2-3 menit sebelum latihan.

3) Infeksi bakteri pada saluran napas

Infeksi bakteri pada saluran napas kecuali sinusitis

mengakibatkan eksaserbasi pada asma. Infeksi ini

menyebabkan perubahan inflamasi pada sistem trakeo bronkial

dan mengubah mekanisme mukosilia. Oleh karena itu terjadi

peningkatan hiperresponsif pada sistem bronkial.

4) Stres

Stres / gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma,

selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah

ada. Penderita diberikan motivasi untuk mengatasi masalah

pribadinya, karena jika stresnya belum diatasi maka gejala

asmanya belum bisa diobati.

5) Gangguan pada sinus

Hampir 30% kasus asma disebabkan oleh gangguan pada sinus,

misalnya rhinitis alergik dan polip pada hidung. Kedua

gangguan ini menyebabkan inflamasi membran mukus


7

B. Teknik Pernapasan Butyeko

1. Definisi Teknik Pernapasan Butyeko

Teknik Pernapasan Butyeko merupakan suatu metode manajemen/

penatalaksanaan asma yang bertujuan untuk mengurangi konstriksi

jalan napas dengan prinsip latihan bernapas dangkal. Terapi ini

dirancang untuk memperlambat atau mengurangi intake udara ke

dalam paru-paru sehingga dapat mengurangi gangguan pada saluran

pernapasan.

2. Manfaat Teknik Pernapasan Butyeko

Teknik Pernapasan Butyeko memanfaatkan teknik pernapasan

alami secara dasar dan berguna untuk mengurangi gejala dan

memperbaiki tingkat keparahan pada penderita asma. Teknik

Pernapasan Butyeko berguna untuk mengurangi ketergantungan

penderita asma terhadap obat/ medikasi asma. Selain itu, teknik

pernapasan ini juga dapat meningkatkan fungsi paru dalam

memperoleh oksigen dan mengurangi hiperventilasi paru.

3. Tujuan Teknik Pernapasan Butyeko

Tujuan pelaksanaan teknik pernapasan Butyeko ini adalah

menggunakan serangkaian latihan bernapas secara teratur untuk

memperbaiki cara bernapas penderita asma yang cenderung bernapas

secara berlebihan agar dapat bernapas secara benar.


8

Tujuan umum dari teknik pernapasan Butyeko adalah untuk

rekondisi penderita agar dapat bernapas normal dengan cara-cara

sebagai berikut:

a. Belajar bagaimana untuk membuka hidung secara alami dengan

melakukan latihan menahan napas.

b. Menyesuaikan pernapasan dan beralih dari pernapasan melalui

mulut menjadi pernapasan melalui hidung.

c. Latihan pernapasan untuk mencapai volume pernapasan yang

normal dengan melakukan relaksasi diafragma sampai terasa

jumlah udara mulai berkurang.

d. Latihan khusus untuk menghentikan batuk dan wheezing

e. Perubahan gaya hidup dibutuhkan untuk membantu hal tersebut di

atas, sehingga memfasilitasi jalan untuk dapat sembuh dan

rekondisi ke tingkat normal.

4. Prinsip Teknik Pernapasan Butyeko

Selama serangan asma, penderita asma bernapas dua kali lebih

cepat dibandingkan orang normal, yang kemudian kondisi ini dikenal

dengan istilah hiperventilasi. Teori Butyeko menyatakan bahwa dasar

penyebab dari penyakit asma adalah kebiasaan bernapas secara

berlebihan (over-breathing) yang tidak disadari.

Teori yang mendasari Butyeko dalam mengembangkan teknik

pernapasan ini adalah :


9

a. Bila penderita asma melakukan pernapasan dalam, maka jumlah

CO2 yang dikeluarkan akan semakin meningkat. Hal ini dapat

menyebabkan jumlah CO2 di paru-paru, darah dan jaringan akan

berkurang.

b. Terjadinya defisiensi CO2 disebabkan oleh cara bernapas dalam

yang dapat menyebabkan pH darah menjadi alkalis. Perubahan pH

dapat mengganggu keseimbangan protein, vitamin dan proses

metabolisme. Bila pH mencapai nilai 8, maka hal ini dapat

menyebabkan gangguan metabolik yang fatal.

c. Terjadinya defisiensi CO2 menyebabkan spasme pada otot polos

bronkus, kejang pada otak, pembuluh darah, spastik usus, saluran

empedu dan organ lainnya. Bila penderita asma bernapas dalam,

maka semakin sedikit jumlah oksigen yang mencapai otak, jantung,

ginjal dan organ lainnya yang mengakibatkan hipoksia disertai

dengan hipertensi

d. Kekurangan CO2 dalam pada organ-organ vital (termasuk otak)

dan sel-sel saraf meningkatkan stimulasi terhadap pusat

pengendalian pernapasan di otak yang menimbulkan rangsangan

untuk bernapas, dan lebih lanjut meningkatkan pernapasan

sehingga proses pernapasan lebih intensif yang kemudian dikenal

dengan hiperventilasi atau over-breathing.

Menurut Butyeko, kesulitan bernapas seperti yang dialami oleh

penderita asma merupakan salah satu tanda over-breathing dan faktanya


10

respon alami tubuh terhadap hal ini adalah mengurangi intake udara ke

dalam paru-paru. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa ketika seorang

bernapas secara berlebihan, tubuh akan mengorganisasikan mekanisme

pertahanan alami untuk mempertahankan tingkat karbondioksida

normal, dengan cara sebagai berikut: 1) Spasme saluran pernapasan dan

alveolus. Keduanya bergerak menguncup untuk mempersempit bukaan

jalaan napas dalam upaya mempertahankan CO2 di paru-paru.

2) Timbulmya mukus dalam saluran pernapasan, yang merupakan cara

lain dari tubuh untuk mempersempit saluran udara dalam

mempertahankan CO2.

3) Pembengkakan lapisan permukaan saluran pernapasan sebelah dalam

dengan tujuan yang sama yaitu mempertahankan CO2.

Teknik Pernapasan Butyeko meliputi dua hal penting yaitu

relaksasi dan latihan. Pada tahapan relaksasi, postur tubuh diatur secara

rileks terutama tubuh bagian atas. Teknik pernapasan ini dilakukan

untuk merilekskan otot pernapasan dan iga secara perlahan-lahan yaitu

adanya peregangan ke arah luar selama inspirasi dan penarikan iga ke

arah dalam selama ekspirasi. Penderita dianjurkan untuk mengurangi

melakukan pernapasan melalui mulut, tetapi lebih diutamakan untuk

melakukan pernapasan melalui hidung saat serangan asma terjadi.

Hal penting yang perlu diperhatikan dalam melakukan teknik

pernapasan Butyeko adalah mengajarkan penderita asma untuk lebih


11

terorientasi pada pernapasan melalui hidung, bukan melalui mulut.

Menurut Butyeko, bernapas melalui hidung akan mengurangi

hiperventilasi (bernapas dalam) sehingga cara terbaik untuk menghemat

CO2 yang keluar adalah dengan merelaksasikan otot-otot pernapasan

sehingga insufisiensi udara yang terjadi saat serangan asma dapat

berkurang.

Selain itu, selama latihan perlu diperhatikan pula Control Pause

yaitu waktu untuk menahan napas secara terkendali. Lamanya waktu

penderita menahan napas harus dicatat. Pada penderita asma, Control

Pause hanya bisa dicapai selama 5-15 detik. Bila melakukan teknik

pernapasan Butyeko secara benar, maka tubuh dapat menahan napas

atau mencapai waktu Control Pause selama 40-60 detik.

Latihan-latihan yang digunakan dalam Teknik Pernapasan Butyeko

berbeda panjang dan frekuensinya, tergantung pada tingkat keparahan

penyakit yang diderita. Latihan pernapasan Butyeko dilakukan sebelum

makan atau menunggu setidaknya dua jam setelah makan karena

pencernaan dapat mempengaruhi pernapasan.

Adapun beberapa persiapan dasar yang perlu dipahami dalam

melakukan teknik pernapasan Butyeko ini sebagai berikut :

1) Pengukuran waktu Control Pause  Dalam melakukan latihan

pernapasan Butyeko, sebelum dan sesudah latihan harus diperiksa

terlebih dahulu Control Pause.


12

2) Postur (Sikap Tubuh)  Dalam melakukan latihan pernapasan

Butyeko, postur yang baik sangat berperan penting dalam

keberhasilan latihan untuk mengurangi hiperventilasi. Penggunaan

kursi yang memiliki sandaran tegak dan tinggi memungkinkan

untuk mengistirahatkan kaki di lantai dengan nyaman dan

memungkinkan untuk duduk dengan posisi yang benar. Jika tidak

memiliki kursi dengan sandaran yang lurus, maka posisi kepala,

bahu, dan pinggul harus diatur supaya tegak lurus.

3) Konsentrasi  Tutup mata dan fokus pada pernapasan rasakan

udara yang bergerak masuk dan keluar dari lubang hidung dan

gerakan berbeda dari tubuh ketika menarik napas dan

menghembuskan napas. Walaupun berkonsentrasi pada pernapasan

mungkin dirasakan sebagai hal yang aneh, tetapi kita tidak dapat

mengubah pola pernapasan kita jika tidak menyadari bagaimana

kita bernapas.

4) Relaksasi Bahu  Bahu merupakan bagian penting untuk

memperbaiki pernapasan. Oleh karena tejadi ketegangan dan

kekakuan menyebabkan kesulitan untuk menaikkan otot bahu saat

bernapas sehingga mempengaruhi jumlah udara ke dalam paru-paru.

Cobalah untuk sesantai mungkin dan biarkan bahu rileks dengan

posisi alamiah setiap kali bernapas. Relaksasi juga akan membantu

mengatur pernapasan.
13

5) Memantau aliran udara  rasakan jumlah aliran udara melalui

lubang hidung dengan cara meletakkan jari di bawah hidung

sehingga sejajar dengan lantai. Aliran udara harus dapat dirasakan

keluar dari lubang hidung, tetapi posisi jari tidak boleh terlalu dekat

ke lubang hidung karena dapat mengganggu aliran udara yang

masuk dan keluar dari lubang hidung.

6) Bernapas dangkal  Ketika mulai terasa aliran udara menyentuh

jari saat menghembuskan napas, maka mulailah menarik napas

kembali. Hal ini akan menyebabkan penurunan jumlah udara untuk

setiap kali bernapas. Setelah melakukan hal ini, akan terjadi

peningkatan jumlah napas yang dihirup per menit, tapi tidak

masalah jika tujuannya adalah untuk mengurangi volume udara.

Udara yang sedikit hangat terasa di jari menandakan semakin

berhasilnya penurunan volume udara setiap kali bernapas.

Tujuannya adalah untuk terus bernapas dengan cara ini selama 3-5

menit.

Kemungkinan yang terjadi adalah tidak dapat

menyelesaikan 5 menit penuh saat pertama kali latihan. Seperti

latihan lain pada umumnya, akan lebih mudah dipahami melalui

praktek. Jika mengambil napas dari udara, maka hal itu berarti

adanya usaha untuk mengurangi volume udara yang terlalu cepat

dan perlu untuk memperlambatnya. Tujuannya adalah untuk

memperoleh hasil yaitu pernapasan dapat dikurangi selama 3-5


14

menit pada suatu waktu. Cara untuk latihan bernapas dangkal ini

adalah sebagai berikut :

-Langkah 1: Bernapas hanya melalui hidung, baik inspirasi

maupun ekspirasi. Pastikan mulut tertutup sewaktu bernapas.

-Langkah 2: Bernapaslah hanya dengan diafragma, tidak dengan

pernapasan dada. Atur posisi dan duduklah di depan cermin.

Letakkan tangan di perut, lalu tarik napas. Perhatikan bahwa tidak

terjadi penggunaan otot-otot dada untuk bernapas, yang bergerak

turun hanya tangan yang sebelumnya diletakkan di perut. Ketika

menghembuskan napas, tangan yang diletakkan di perut harus

bergerak naik ke posisi normal (posisi sebelumnya).

-Langkah 3: Letakkan jari di bawah hidung. Napas haruslah sangat

dangkal dimana hampir tidak terasa pergerakan udara (saat tarikan

dan hembusan napas).

7) Pengukuran Control Pause and pemeriksaan denyut nadi  Setelah

menyelesaikan tahapan 5 menit seperti yang tersebut di atas ,

selama apapun waktunya untuk mulai latihan, maka harus diperiksa

kembali denyut nadi dan Control Pause.

8) Istirahat  sebelum memulai tahapan 5 menit berikutnya, sebaiknya

istirahat. Untuk memperoleh manfaat besar dari latihan pernapasan

Butyeko ini, maka dibutuhkan waktu minimal 20 menit per hari.

9) Latihan Blok  setiap sesi terdiri dari 4 blok penurunan frekuensi

bernapas dengan memeriksa denyut nadi dan Control Pause


15

sebelum dan setelah latihan. Dibandingkan dengan sesi awal, maka

Control Pause harus lebih panjang waktunya dan untuk denyut

nadi harus lebih rendah.

5. Tahapan Latihan Teknik Pernapasan Butyeko

Adapun langkah-langkah secara umum dalam melakukan latihan

teknik pernapasan ini adalah sebagai berikut:

Langkah 1 : Tes Bernapas Contol pause

Pada tahap awal, sebagai pemanasan sebaiknya ambil napas terlebih

dahulu sebanyak 2 kali , kemudian ditahan, lalu dihembuskan. Setelah

itu, lihat berapa lama waktu dapat menahan napas. Tujuannya adalah

untuk dapat menahan napas selama 40-60 detik.

Langkah 2 : Pernapasan Dangkal

Ambil napas dangkal selama 5 menit. Bernapas hanya melalui hidung,

sedangkan mulut ditutup. Kemudian lakukan tes bernapas Control

Pause. Hitung kembali waktu untuk dapat menahan napas.

Langkah 3: Teknik Gabungan

Ulangi kembali "tes Control Pause- bernafas dangkal- tes Control

Pause sebanyak 4 kali. Sedangkan untuk setiap tingkat kesulitan

latihan, maka langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai

berikut :

a. Tingkat kesulitan sangat mudah, tahapannya adalah :

Langkah 1  Duduk atau berbaring dalam ruangan yang tenang.

Mulai untuk mengatur pernapasan dan fokus pada setiap napas


16

yang diambil. Biarkan pernapasan menjadi lebih lambat dan lebih

dangkal secara perlahan dan bertahap.

Langkah 2  Tarik napas melalui hidung secara perlahan-lahan.

Dengan bernapas melalui hidung, tubuh dapat mempertahankan

karbondioksida yang lebih tinggi dan kadar nitrat oksida dalam

paru-paru.

Langkah 3  Bernapas penuh melalui hidung. Pastikan bernapas

hanya melalui hidung, karena seperti yang telah dipaparkan bahwa

pernapasan melalui mulut dapat mengeringkan saluran pernapasan.

Langkah 4  Setelah menghembuskan napas, tahan napas sesuai

dengan kemampuan hingga terasa dorongan untuk menarik napas.

Hal ini memang terlihat sulit pada awalnya, tapi dengan latihan

secara teratur maka akan terbiasa. Jangan mencoba untuk menahan

napas lebih lama dari yang diperlukan.

Langkah 5 Ambil napas secara perlahan dan tahan selama

mungkin sesuai dengan kemampuan sampai terasa dorongan untuk

menghembuskan napas. Ulangi tahapan ini beberapa kali sehari

untuk berlatih bernapas melalui hidung. Pastikan dalam menarik

napas dan menghembuskan secara perlahan untuk mencegah

hiperventilasi.
17

b. Tingkat kesulitan mudah, tahapannya adalah :

Langkah 1  Cari tempat yang nyaman untuk duduk atau

berbaring. Semakin nyaman tempat dan posisi untuk latihan, akan

semakin efektif pengaruh yang dihasilkan.

Langkah 2  Tutup mata dan fokus pada pernapasan. Mulai secara

perlahan, bernapas dalam melalui hidung. Lakukan hal ini minimal

selama 1 menit.

Langkah 3  Ambil napas dangkal. Hiruplah udara secukupnya

sehingga dapat bernapas dengan nyaman. Tahan napas sesuai

dengan kemampuan. Jangan memaksakan diri dengan langkah ini.

Jika merasa terengah-engah, kembali ke langkah 2 dan mulai dari

awal lagi.

Langkah 4  Tahan napas sedikit lebih lama daripada

sebelumnya. Lakukan selama 10 menit per hari.

c. Tingkat kesulitan sedang, tahapannya adalah :

Langkah 1  Duduklah dalam posisi tegak dan bernapas dangkal

selama 3 menit.

Langkah 2  Hitung waktu Control Pause. Bernapas secara

normal. Tutup hidung dengan cara mencubit cuping hidung. Hitung

berapa lama waktu untuk dapat menahan napas sebelum merasakan

sedikit dorongan untuk bernapas. Tahapan ini mungkin hanya

dapat dilakukan dalam beberapa detik saja tetapi tujuan akhir dari

tahapan ini adalah 60 detik.


18

Langkah 3  Bernafas dangkal selama 3 menit.

Langkah 4  Ambil napas normal dan hembuskan napas secara

perlahan. Tutup hidung dan tahan napas selama 20 detik. Setelah

selesai, tahan keinginan untuk mengambil napas dalam.

Langkah 5  Bernapas dangkal selama 3 menit lagi.

Langkah 6  Ambil napas normal dan hembuskan napas secara

perlahan. Tutup hidung dan tahan napas selama 30 detik. Kembali

bernapas normal. Langkah 7  Bernapas dangkal selama 3 menit

lagi.

Langkah 8  Tutup hidung dan tahan napas selama 40 detik.

Kembali bernapas normal.

Langkah 9  Bernapas dangkal selama 3 menit lagi.

Langkah 10  Hitung waktu Control Pause lagi. Selesai latihan

secara teratur, Control Pause harus lebih baik dibandingkan saat

awal latihan.
19

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Teknik Pernapasan Butyeko pada Penderita Asma salah satu

metode yang dikembangkan untuk memperbaiki cara bernapas pada

penderita asma adalah teknik pernapasan Butyeko. Teknik pernapasan

Butyeko memiliki kegunaan untuk memperbaiki cara bernapas pada

penderita asma agar dapat bernapas secara efisien dan benar agar gejala

asma seperti hiperventilasi dapat dikurangi. Jenis pernapasan yang

dilakukan selama latihan teknik pernapasan Butyeko adalah pernapasan

diafragma, dimana otot diafragma dilatih untuk bernapas dan menahan

napas menurut kemampuan penderita asma.

Teknik pernapasan Butyeko juga dapat membantu mengurangi

kesulitan bernapas pada penderita asma dengan cara menahan

karbondioksida agar tidak hilang secara progresif akibat hiperventilasi.

Sesuai dengan sifat karbondioksida yang mendilatasi pembuluh darah dan

otot, maka dengan menjaga keseimbangan kadar karbondioksida dalam

darah akan mengurangi terjadinya bronkospasme pada penderita asma.

B. Saran

Teknik pernafasan butyeko ini bisa menjadi salah satu alternatif dalam

penanganan asma bronchial, terutama untuk update keperawatan semoga

bisa bermanfaat untuk ilmu keperawatan kedepannya.


TEKNIK PERNAFASAN BUTYEKO

Oeh :

Dadi Kusnaedi (18180100060) Iis Rohmanah (18180000117)

Agus Riyadi (18180100061) Setia Ningsih (18180100045)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU

2019

Anda mungkin juga menyukai