Anda di halaman 1dari 10

MANAJEMEN AKUAKULTUR TERIPANG (Hulothuria Scabra)

OLEH :
Aprina Angelina Tan 1404118158
Brian Jovi Tarigan 1404118240
Oni S Situmorang 1404118263
Michael F N 1404118304
Dita Lorenza 1404118307
Budidaya Perairan-B

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia terdiri dari sekitar 17.000 pulau dan mempunyai panjang pantai

sekitar 81.000 km. Dengan kondisi alam dan ikilm yang hampir tidak banyak

mengalami perubahan sepanjang tahun, maka memungkinkan banyaknya jenis

biota ekonomis penting yang hidup di perairan pantai. Salah satu di antaranya

adalah teripang. Komoditi perikanan ini mempunyai prospek cukup baik dan

bernilai ekonomis tinggi, baik di pasar lokal maupun intemasional. Jenis biota ini

dikenal pula dengan nama ketimun laut, suala, sea cucumber (Inggris), beche de-

mer (Perancis), atau dalam istilah pasaran internasional dikenal dengan nama teat

fish.

Komoditi ini mempunyai nilai ekonomis penting karena kandungan atau

kadar nutrisinya yang tinggi. Dari hasil penelitian, kandungan nutrisi teripang
dalam kondisi kering terdiri dari protein 82 %, lemak 1,7 %, kadar air 8,9 %,

kadar abu 8,6 %, dan karbohidrat 4,8 %.

Teripang dipasarkan dalam beberapa bentuk produk di antaranya adalah

Teripang kering (beche de-mer), usus asin (konowata), gonad kering (konoko),

otot kering, teripang kaleng, kerupuk teripang, dan lain-lain. Teripang kering

banyak dijumpai di pasar swalayan di kota-kota besar dan dalam bentuk masakan

banyak dijumpai di restoran yang menyajikan hidangan laut.

Salah satu faktor yang dapat menjamin kelangsungan usaha budi daya

teripang adalah tersedianya benih yang tepat waktu dengan ukuran seragam, dan

dengan kualitas serta kuantitas yang baik. Teknologi budi daya teripang relatif

sederhana dan tidak memerlukan modal yang besar sehingga dapat dilakukan oleh

nelayan atau petani ikan. Di samping itu, teknologi pascapanennya sudah lama

dikenal oleh masyarakat yang berdiam di sekitar pantai. Usaha budi daya teripang

akan lebih baik hasilnya kalau dilakukan secara terpadu, yaitu mulai pembenihan,

pembesaran, dan pengolahan pascapanennya.

1.2 Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari paper ini adalah untuk mengetahui teknik budidaya teripang

dan pengelolaan pasca panennya.

Manfaat dari paper ini adalah agar dapat meningkatkan hasil teripang yang

bernilai ekonomis tinggi.


II. PLANNING ( PERENCANAAN )

2.1. Pasar / Komoditas Teripang

Pasaran utama dari teripang tersebut di antaranya beberapa negara Eropa,

Jepang, Singapura, Malaysia, dan Amerika. Sedangkan negara pemasok utama

teripang di pasaran internasional antara lain Singapura, Hongkong,

Filipina, Kaledonia Baru, Maldives, India, Srilanka, dan Indonesia. Perkembangan

ekspor teripang Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat.

Berdasarkan data ekspor dari Direktorat Jenderal Perikanan tahun 1990,

ekspor teripang pada tahun 1984 berjumlah 1.318,1 ton dan pada tahun 1988

meningkat hampir tiga kali lipatnya, yaitu menjadi 3.408,1 ton. Sedangkan

nilainya naik hampir delapan kali lipat, yaitu dari US$ 1.547.945 pada tahun 1984

menjadi US$ 8.266.262 pada tahun 1988.

Teripang adalah binatang laut berkulit duri (berbulu-bulu hitam) sebesar

mentimun muda. Sebelum diperdagangkan komoditi yang sering juga disebut

dengan sea cucumber (ketimun laut) dikeringkan terlebih dahulu. Hewan ini hidup

sampai pada kedalaman lebih dari 30 meter. Di pasar lokal, harga teripang Rp

30.000 – Rp 150.000 per kg. Karena harganya yang amat menggiurkan itu,

banyak pihak yang mencoba mencari teripang dimana pun berada. Perburuan

teripang oleh nelayan Madura dan Bugis bahkan sampai kawasan terumbu

Ashmore di perairan utara Australia.

2.2. Pemilihan Lokasi

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam budi daya teripang adalah:
1. Dasar perairan terdiri dari pasir, pasir berlumpur, berkarang, dan ditunbuhi

tanaman lamun (rumput lindung)

2. Terlindung dari angin kencang dan arus/gelombang yang kuat

3. Tidak tercemar dan bukan daerah konflik serta mudah dijangkau

4. Kedalaman perairanlokasi antara 50-150 cm pada saat surut terendah dan

sirkulasi air terjadi secara sempurna

5. Mutu air: salinitas 24-33 ppt, kecerahan 50-150 cm, suhu 25-30°C.

2.3. Desain dan Konstruksi Sarana Budidaya

Metode budi daya teripang tidak jauh berbeda dengan metode budi daya

kerang-kerangan, misalnya kerang darah atau kerang bulu, yang dikenal dengan

metode pen culture kurungan tancap atau kurungan pagar.

Desain dan konstruksi kurungan pagar umumnya dibedakan menjadi dua

berdasarkan bahan kurungan pagar yang dipergunakan yaitu kurungan pagar dari

bambu dan kurungan pagar dari jaring. Bahan : Balok berukuran (5x7x200) cm,

Waring nilon ukuran mata 0,2 cm, Tali ris dari nilon, Tali pengikat atau paku anti

karat, Papan yang tahan air.

Cara Pemasangannya yaitu : Tiang dipancang pada dasar perairan sedalam

0,5 m. Bagian tiang yang berada di atas permukaan sebagai tempat melekatkan

waring. Waring yang telah dilengkapi dengan tali ris disambung dengan papan.

Papan yang telah disambung dengan waring dibalut lalu ditanam ke dalam lumpur

(30 cm). Bila tidak ada papan bagian ujung waring ditanam ke dalam

lumpur sedalam 30 cm kemudian bagian ujungnya dibelokkan ke dalam

sepanjang 15 cm. Ukuran kurung tancap disesuaikan dengan kebutuhan


III. ORGANIZING (PENGORGANISASIAN)

3.1. Sarana dan Prasarana

Pada dasarnya metode budidaya teriparig adalah membatasi areal laut pada

luasan tertentu, dengan menggunakan bahan-bahan tertentu (jaring, atau anyaman

bambu) agar teripang tidak dapat meloloskan diri, seperti metoda pen culture atau

kurungan tancap atau kurugan pagar. Tenpang merupakan hewan bentik yang

mempunyai gerakan yang sangat lambat, namun demikian dalam membuat

kontruksi harus diperhatikan terutama pada bagian bawah. Teripang mampu

menerobos pembatas dengan jalan masuk dalam lumpur. Universitas Gadjah

Mada 5 Pada tempat pemelihaharaan dengan kurungan bambu, maka diusahakan

bambu dapat masuk ke lumpur minimal 10 - 20 cm. Jika kurungan terbuat dan

jaring maka diusahakan jaring dapat masuk ke dalam lumpur, atau pada bagian

bawah dari jaring dilengkapi dengan papan kayu. Luas kurungan biasanya 400 -

800 m2 , dengan ketinggian disesuaikan dengan fluktuasi pasang surut yang ada.

Tinggi jaring atau bambu harus Iebih besar dari kedalaman pada saat pasang

tertinggi.
IV. KEGIATAN BUDIDAYA

4.1. Penebaran Benih

Benih teripang banyak ditemukan di pantai yang banyak ditumbuhi ilalang

(lamun). Benih-benih tersebut langsung diambil dan dikumpulkan pada wadah

yang telah disiapkan. Penampungan pada wadah diusahakan jangan terlalu padat,

untuk menghindari kematian. Pengumpulan dilakukan pada pagi atau sore hari.

Apabila lokasi pembesaran jauh dari lokasi pengumpulan benih, maka diusahakan

pengangkutannya harus hati-hati agar tidak menimbulkan stres. Pengangkutan

dapat dilakukan secara terbuka maupun tertutup, namun pada umumnya dilakukan

secara terbuka. Benih yang dihasilkan secara buatan mempunyai kualitas yang

relatif lebih baik, namun teknologi pembenihan sendiri masih banyak mengalami

berbagai kendala. Padat penebaran untuk pembesaran teripang sebenarnya sangat

tergantung pada ksuburan perairan dan ketersediaan pakan. Untuk benih ukuran

30-40 gram/ekor padat tebar disarankan sebanyak 15-20 ekor/m2. Sedang untuk

benih ukuran 40-50 gram/ekor ditebar sebanyak 10-15 ekor/m2 . Ciri-ciri benih

yang baik adalah : a. berwama cerah dan tidak cacat b. bila dipegang tidak cepat

lembek c. Iendirnya tidak terlalu banyak d. gerakan aktif e. tubuh tidak bengkok

dan tidak menggelembung Penebaran dilakukan pada pagi atau sore hari, dengan

cara rnelakukan aklimatisasi terlebih dahulu.

4.2. Pemberian Pakan

Teripang adalah binatang pemakan detritus yang berupa plankton; detritus

atau sisa-sisa bahan organik yang mengendap ke dasar perairan. Untuk menambah

ketersediaan pakan alami yang ada maka dapat ditambahkan pakan tambahan
yang berupa campuran antara kotoran hewan dan dedak hakis dengan

perbandingan 1:1. Pemberian pakan tambahan juga sekaligus dapat memperbaiki

kesuburan perairan, terlebih jika pemeliharaanya dilakukan di tambak. Jumlah

pakan yang diberikan sebanyak 0,2-0,5 Kg/m2/2 minggu.

4.3. Panen

Pemanenan teripang sebaiknya dilakukan pada waktu air surut, yaitu pada

pagi hari sebelum teripang membenamkan diri ke pasir. Panen dapat dilakukan

dengan memungut langsung teripang yang sudah berukuran besar dan memenuhi

ukuran konsumsi. Hasil panen ditampung dalam wadah, seperti tong plastik atau

ember. Pada waktu pemanenan diusahakan tubuh teripang jangan sampai terluka,

karena akan mempengaruhi harga jualnya nanti. Hasil panen segera dibawa ke

tempat pengolahan, karena teripang merupakan salah satu hasil perikanan yang

cepat busuk.
V. CONTROLLING (PENGENDALIAN)

5.1. Kualitas Air

Teripang menghendaki perairan yang tidak terlalu keruh (kecerahan antara 50 -

150 cm), suhu air 24-30 °C, kadar garam 28-32 ppt, pH 6,5 - 8,5, oksigen terlarut 4-8

ppm, dan mempunyai gerakan air yang cukup baik.

5.2. Hama dan Penyakit

Beberapa binatang laut yang menjadi hama dan teripang adalah kepiting,

bintang laut atau bulu babi, yang biasanya akan melukai tubuh teripang atau

bahkan memangsanya seperti pada kepiting. Organisme-organisme pengganggu

seperti teritip, sponge yang menempel pada pagar pembatas perlu dibersihkan

agar tidak mengganggu sirkulasi air.


VI. KESIMPULAN

6.1. Kesimpulan

Teripang mempunyai nilai ekonomis penting karena kandungan atau kadar

nutrisinya yang tinggi. Dari hasil penelitian, kadar nutrisi teripang dalam kondisi

kering tediridari protein sebanyak 82%, lemak 1,7%, kadar air 8,9% kadar abu

8,6%, dan karbohidrat 4,8%.

Teripang dipasarkan dalam beberapa bentuk produk, diantaranya ialah

teripang kering (bche-de-mer), usus asin (konowata), gonad kering (konoko), otot

kering, teripang kaleng kerupuk teripang, dan lainnya. Pasaran utama dari teriang

tersebut di antaranya beberapa Negara Eropa, Jepang, Singapura, Malaysia, dan

Amerika. Sementara Negara pemasok utama teripang di pasaran internasional

antar lain Singarpura, Hongkong, Filipinam Kaledonia Baru, Maldives, India,

Srilanka, dan Indonesia.

Salah satu faktor yang dapat menjamin kelangsungan usaha budi daya

teripang yaitu tersedianya benih berukuran seragam secara tepat waktu dengan

kualitas serta kuantitas yang baik. Teknologi budiday teripang relatif sederhana

dan tidak memerlukan modal yang besar sehingga dapat dilakukan oleh nelayan

atau petani ikan. Disamping itu teknologipasca panennya sudah lama dikenal oleh

masyarakat sekitar pantai.

6.2.Saran

Dalam pelaksanaan rencana usaha baik pengembangan, perbaikan maupun

usaha baru perlu didampingi oleh tenaga ahli budidaya perikanan.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1992. Budidaya Laut. Bulletin balal Budidaya Lut lampung.

Joko Martoyo, dkk., 2000. Budidaya Teripang. Penebar Swadaya Jakarta. 2.


Anonim, 1992. Budidaya Laut. Bulletin balal Budidaya Lut lampung.

Martoyo, Joko dkk. 2006. “Budi daya Teripang.” Penebar Swadaya. Depok

http://penyuluhpi.blogspot.co.id/2015/06/budidaya-teripang-hulothuriascabra.html
diakses pada tanggal 12 November 2017 pukul 17.00 WIB.

http://transmigrasi.kalselprov.go.id/?p=1179 diakses pada tanggal 12 November


2017 pukul 17.00 WIB.

https://www.kompasiana.com/fahrul.rozi165/budidayatripang_54f83ef8a33311cf5
d8b49e6 diakses pada tanggal 12 November 2017 pukul 18.00 WIB.

Anda mungkin juga menyukai