Anda di halaman 1dari 28

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki beraneka ragam

kekayaan sumberdaya perairan. Produksi ikan di Indonesia memberikan dampak

positif yang signifikan pada sektor ekonomi. Pembangunan perikanan pada saat

ini mengarahkan pembangunan usaha yang berbasis budidaya, karena

berkurangnya hasil tangkapan dari perairan umum, sedangkan permintaan pasar

semakin hari semakin meningkat. Akhir-akhir ini kesadaran masyarakat akan

pentingnya gizi bagi keluarga mulai tumbuh. Kebutuhan ikan bagi masyarakat

sangat penting, maka sangat wajar jika usaha perikanan air tawar harus terus

dipacu untuk dikembangkan.

Budidaya perikanan merupakan usaha yang dapat dikembangkan untuk

memenuhi berbagai kebutuhan yang dapat meningkatkan taraf hidup petani ikan.

Usaha budidaya ikan ini memiliki keuntungan, yaitu dapat meningkatkan sumber

protein , meningkatkan pendapatan masyarakat petani ikan, meningkatkan ekspor

non migas, menunjang usaha kelestarian sumberdaya hayati, serta mempeluas

lapangan kerja.

Dewasa ini penyediaan benih untuk kegiatan pembesaran masih

mempunyai banyak kendala yang menyebabkan tingginya tingkat kematian. Hal

ini dikarenakan benih belum mampu sepenuhnya beradaptasi dengan kondisi

lingkungan pemeliharaan. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala

diatas adalah dengan menggunakan benih berukuran seragam yang didapatkan


2

dari hasil pendederan serta memperhatikan kepadatan yang optimal selama masa

pemeliharaan (Silferter et al., 2004).

Ikan discus (Symphysodon discus) termasuk famili Cichlidae yang berasal

dari perairan tenang di Sungai Amazon. Ikan ini dikenal juga dengan nama King

of Aquarium. Bentuk badannya bulat seperti cakram dan gerakannya halus

(Lingga & Susanto, 1986).

Ikan diskus aslinya berasal dari pedalaman rimba Amazon, Brazil yang

terkenal kaya akan beragam species tumbuhan dan binatang. Ikan diskus adalah

salah satu ikan hias air tawar yang banyak peminatnya. mengenai sistematikanya

ada sedikit perdebatan, banyak orang mengklaim berdasarkan tempat asal,warna

dan bentuk luarnya (Indarta, 2002).

Ciri morfologi ikan discus secara umum berbentuk pipih bundar seperti

cakram “disc” dengan ikan bawal. Warna dasar badannya coklat kemerahan,

terdapat garisgaris berombak yang beraneka rupa tidak teratur mulai dari dahi

sampai samping perut. Pada kepala dan badannya terpotong menjadi sembilan

garis tegak. Tiga garis di antaranya nampak jelas, sedangkan untuk enam garis

terlihat samar-samar. Badannya mempunyai garis tengah paling besar yaitu

sampai 15 cm dan mempunyai mata yang selalu merah. Sedangkan morfologi

secara umum ikan discus dapat dilihat pada Gambar 1. Sesuai dengan warna

badannya ada beberapa varietas discus di antaranya adalah (Anonim, 2010).

Ikan yang berbentuk seperti kue dadar ini di lengkapi dengan keindahan

warna dan bentuk tubuhnya. Jika pada umumnya ikan hias mempunyai bentuk

tubuh memanjang, diskus tidaklah demikian. Bentuk diskus unik seperti cakram
3

atau kue dadar. Warnanya sangat unik dan menarik sesuai dengan strain dan

keturunannya. Selain itu, ikan diskus termasuk dalam jenis ikan hias yang realtif

mahal (Susanto, 2000).

Ikan diskus termasuk ikan hias yang agak sulit untuk dibudidayakan

sehingga para pembudidayanya masih sangat terbatas.

Hal ini membuat saya ingin lebih memahami pemijahan ikan diskus

dengan lebih efisien dan tepat serta menghasilkan benih yang berkualitas baik.

Demikianlah kegiatan magang ini akan saya laksanakan sebagaimana mestinya

tujuan yang ingin saya capai.

1.2. Tujuan Praktek Magang

Tujuan dari praktek magang ini adalah untuk mengetahui secara langsung

dan memahami teknik pemijahan Ikan Diskus di Unit Pelaksana Teknis Daerah

(UPTD) Budidaya Dinas Pertanian dan Kelautan Medan Tuntungan, dan

mengetahui permasalahan yang dihadapi dalam teknik pemijahan tersebut.

1.3.Manfaat Praktek Magang

Manfaat dari praktek magang ini adalah dapat menambah pengetahuan,

pengalaman dan keterampilan penulis serta memberikan informasi yang tepat

tentang teknik pemijahan ikan diskus sehingga dapat menerapkan ilmu tersebut

kepada masyarakat dan bisa dijadikan bekal kedepannya dalam kehidupan sehari-

hari. Selain itu, permasalahan yang muncul selama pemijahan dapat diketahui,

sehingga dapat dicari alternatif pemecahannya.


4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Biologi dan Ekologi

2.1.1. Klasifikasi dan Morfologi

Menurut sistematiknya, ikan diskus digolongkan sebagai berikut : filum :

Chordata, kelas : Actinopterygii, ordo : Perciformes, famili : Cichlidae, genus :

Shymphysodon, spesies : Shymphysodon discus (Heekel, 1840).

Gambar 1. Morfologi Ikan Diskus


Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Discus_(fish)

Morfologi ikan Diskus mempunyai bentuk tubuh yang menyerupai

lempengan (disc) yang berdiri tegak. Antara diskus jantan dan diskus betina

mempunyai bentuk tubuh yang sedikit berbeda. Diskus jantan memiliki ciri-ciri

ujung sirip punggung dan sirip anal lancip, ovipositor (alat untuk menempelkan

telurnya) sedikit menonjol dan kelaminnya berbentuk lonjong atau elips. Diskus

betina memiliki ciri-ciri ujung sirip punggung dan sirip anal membulat, ovipositor

lebih menonjol dan alat kelaminnya membulat (Practical fishkeeping, 2007).


5

2.2. Pengolahan dan Seleksi Induk

Induk merupakan faktor penentu dalam usaha budidaya pembenihan ikan

nila supaya berhasil dengan baik. Calon induk yang akan dipijahkan harus

memiliki kualitas genetis yang baik, yakni berasal dari induk yang terpilih.

(Khairuman, 2007).

Pengelolaan induk bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan

produktivitas dalam usaha pembenihan serta menghasilkan benih yang berkualitas

baik. Standar awal pemeliharaan induk adalah menghasilkan larva yang sehat.

Larva yang sehat diperoleh dari induk yang dipelihara secara baik yakni mendapat

pakan yang bermutu dan memenuhi syarat sebagai pakan induk dan dipelihara

dalam wadah dengan kualitas air yang baik (Sularto et al., 2006).

Seleksi induk adalah kegiatan memilih atau memisahkan antara induk-

induk yang sudah matang gonad atau matang telur dengan yang belum. Tujuannya

untuk mendapatkan induk-induk yang siap pijah, dimana telur bisa dibuahi dan

spermanya bisa membuahi. Kegiatan ini dilakukan setelah pematangan gonad dan

sebelum pemijahan (Arie, 2009).

Seleksi induk merupakan langkah awal dalam usaha pembenihan

ikan.Langkah ini sangat menentukan keberhasilan pembenihan sehingga harus

dilakukan secara teliti dan akurat berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan

(Sunarma, 2007).

Induk betina yang telah matang gonad memiliki ciri-ciri yang mudah

dibedakan dengan induk ikan jantan atau induk ikan betina yang belum

dewasa.Postur tubuh induk ikan betina cenderung melebar dan pendek, perut
6

lembek,halus dan membesar ke arah anus. Alat kelamin (urogenital) membengkak

danmembuka serta berwarna merah tua, sedangkan postur tubuh induk jantan

relatiflebih langsing dan panjang.Urogenitalmembengkak dan berwarna merah

tua,apabila bagian perut dekat lubang kelamin diurut akan mengeluarkan cairan

putih kental (sperma) (Sunarma, 2007)

2.3. Pemijahan

Menurut sutisno dan Sutarmanto (1995), pemijahan adalah proses

pengeluaran sel telur oleh induk betina dan sperma oleh induk jantan yang

kemudian di ikuti oleh pemijahan. Pemijahan setiap jenis ikan mempunyai

kebiasaan yang berbeda–beda, tergantung pada habitat pemijahan untuk

melangsungkan prosesnya. Dalam keadaan normal ikan melakukan pemijahan 1

(satu) kali dalam siklus hidupnya.

Faktor yang memegang peranan penting dalam melakukan pemijahan ikan

adalah ; 1) sifat telur yang akan dipijahkan, 2) sifat ikan yang akan dipijahkan, 3)

keadaan kematangan induk ikan yang akan dipijahkan, 4) kualitas air dan cuaca,

5) faktor penentu yang dapat menghambat pemijahan, 6) lingkungan tempat ikan

memijah (media) (Woynarovich dan Horvath dalam sukendi, 2003).

2.4. Penetasan Telur dan Pemeliharaan Larva

Fertilisasi merupakan proses masuknya spermatozoa ke dalam telur ikan

melalui lubang mikrofil dan selanjutnya akan terjadi perubahan pada telur dalam

proses pembuahan . Setelah telur dibuahi sampai dengan menetas maka akan

terjadi proses embriologi (masa pengeraman) yaitu mulai dari satu sel, dua sel,

empat sel, delapan sel, enam belas sel, tiga puluh dua sel, enam puluh empat sel,
7

seratus dua puluh delapan sel sampai pra blastula – gastrula –neurola-embrio –

penetasan . Penetasan disebabkan oleh gerakan – gerakan larva akibat peningkatan

suhu , intensitas cahaya dan pengurangan oksigen dalam cangkang (Sutisna dan

Sutarmanto, 2003 ).

Pasca pemijahan adalah kegiatan yang dilakukan untuk pemeliharaan larva

mulai penetasan hingga ukuran benih. Pada kegiatan ini yang terpenting adalah

menentukan jenis pakan yang cocok selama pemeliharaan. Larva yang berumur 56

hari bentuknya telah menyerupai bentuk ikan yang sebenarnya, dan telah dapat

dikatakan benih yang siap untuk dipelihara (Sukendi, 2003)

Larva yang baru menetas mempunyai panjang total 1,21-1,65 mm dengan

ukuran rata-rata 1,49 mm. Panjang rata-rata kuning telur (yolk) adalah 0,86 mm.

Kemudian larva yang baru menetas mempunyai cadangan makanan berupa kuning

telur dengan sebuah gelembung minyak (oil globule) yang berada dibagian depan

(anterior) kuning telur (Cahyono, 2000).

2.5. Pakan

Makanan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan

ikan. Untuk merangsang pertumbuhan, diperlukan jumlah dan mutu makanan

yang tersedia dalam keadaan cukup serta sesuai dengan kondisi perairan (Asmawi,

1986).

Penggunaan pakan dalam pemeliharan larva berpengaruh secara dominan

terhadap pertumbuhan ikan, karena pakan befungsi sebagai pemasok energi untuk

memacu pertumbuhan dan mempertahankan hidupnya (Melianawati dan Suwirya,

2004).
8

2.6. Parameter Kualitas Air

Kehidupan organisme akuatik termasuk ikan sangat dipengaruhi oleh

faktor lingkungan seperti : suhu, oksigen terlarut, karbondioksida bebas, derajat

keasaman (pH), dan salinitas. Oleh karena itu, faktor-faktor tersebut harus

dikendalikan dalam budidaya ikan (Wardoyo, 1981).

Cahyono (2000) kebersihan air sangat berpengaruh terhadap kesehatan

ikan. Sumber air yang bersih adalah 1). Sumber air yang bukan berasal dari sungai

yang digunakan untuk pembuangan limbah industri, 2). Sumber air yang bukan

berasal dari comberan pada umumnya banyak mengandung kuman- kuman

penyakit yang dapat menyerang ikan, 3). Sumber air yang belum terpolusi oleh

bahan berbahaya. Syarat yang harus dipenuhi dalam melakukan budidaya kerapu

bebek adalah kualitas air. Kejernihan suatu perairan belum tentu memberikan

jaminan kualitas air, namun kejernihan setidaknya cukup untuk menduga kondisi

air itu baik atau buruk.

2.7. Hama dan Penyakit

Djarijah (2001), megatakan bahwa ikan yang terserang penyakit memiliki

kelainan fisik atau perilaku. Kelainan tersebut dapat digunakan sebagai sasaran

diagnosa infeksi parasit. Ikan dan benih yang terinfeksi parasit biasanya berenang

secara bergerombolan di permukaan air. Permukaan kulit pada ikan yang

terinfeksi tampak gelap (kusam dan kotor) dan terjadi kematian secara tragis.

Kematian ikan yang disebabkan oleh parasit dapat dibedakan dengan kematian

ikan yang disebabkan faktor lain, misalnya kekurangan makan. Benih ikan yang

mati karena infeksi parasit cenderung mengapung di atas permukaan air.


9

Sebaliknya ikan yang mati karena kelaparan cenderung tenggelam didasar

perairan.

Dilingkungan alam ikan dapat diserang berbagai macam penyakit atau

parasit. Demikian dalam pembudidayaan bahkna penyakit atau parasit tersebut

dapat menyerang dalam jumlah yang lebih besar dan dapat menyebabkan

kematian pada ikan. Oleh karena itu pencegahan penyakit dan penaggulangan

merupakan aspek budidaya penting (Sunyoto, 2000).


10

III. METODE PRAKTEK

3.1. Waktu dan Tempat

Praktek magang ini dilakukan pada Bulan Januari sampai pada Bulan

Februari 2018 yang dilaksanakan di Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)

Budidaya Dinas Pertanian dan Kelautan Medan, Jalan Bunga Ganyong Kelurahan

Baru Ladang Bambu, Medan Tuntungan, Sumatera Utara.

3.2. Bahan dan Alat

Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakan pada saat praktek magang di
UPTD Budidaya Dinas Pertanian dan Kelautan Medan Tuntungan.

ALAT BAHAN

 pH meter  Induk Ikan Diskus


 Thermometer  Pakanalami
 Akuarium  Pakan buatan
 Aerator
 Spectrofoto meter
 Alat tulis
 Kamera
 Baskom
 Sendok
 Serok
 DO meter

Alat pada Tabel 1 dipergunakan sesuai peruntukan nya masing – masing.

Seperti pH meter untuk mengukur derajat keasaman air (pH), thermometer untuk

mengukur suhu, DO meter untuk menghitung oksigen terlarut, spectrofotometer

untuk mengukur panjang gelombang amoniak, aquarium sebagai wadah

pemeliharaan larva, aerator sebagai pembantu penyuplai oksigen ke dalam air,

kamera untuk dokumentasi, alat tulis untuk mencatat hasil dan keterangan yang
11

diperlukan, baskom untuk pemindahan telur ke akuarium, sendok untuk

mengambil atau memindahkan telur dan larva, serok untuk memindahkan atau

mengambil larva diskus dan heater untuk menaikkan atau menurunkan suhu air

dalam akuarium.

3.3. Metode Praktek

Metode yang digunakan dalam praktek magang ini adalah praktek

langsung yaitu melakukan praktek langsung di lapangan pada objek-objek

pemijahan ikan diskus (Shymphysodon discus) serta wawancara secara langsung

dengan pegawai Di UPTD Budidaya Dinas Pertanian dan Kelautan Medan

Tuntungan.

3.4. Analisis Data

Data yang diperoleh dari UPTD Budidaya Dinas Pertanian dan Kelautan

Medan berupa data primer dan data sekunder dikumpulkan dan ditabulasikan

dalam bentuk tabel serta dianalisis secara deskriptif untuk memberikan gambaran

tentang keadaan UPTD Budidaya Dinas Pertanian dan Kelautan Medan dan

masalah yang dihadapi dicari alternatif pemecahannya.

3.4.1. Data Primer

Data primer yang didapatkan melalui wawancara dengan pegawai di

UPTD Budidaya Dinas Pertanian dan Kelautan Medan . Selanjutnya data yang

dipeoleh dianalisis secara deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui keadaan di

UPTD Budidaya Dinas Pertanian dan Kelautan Medan serta permasalahan dan

prospek pengembanganya di masa yang akan datang.


12

Tabel 2. Jumlah Induk Ikan Diskus yang dipijahkan di UPTD Budidaya


Dinas Pertanian dan Kelautan Medan Tuntungan Provinsi
Sumatra Utara

Berat Sampel Induk (gram) Media


No Induk
1 2 3 Pemijahan

1 Jantan

2 betina

Berdasarkan Tabel 2, dapat diperoleh rata-rata berat induk yang di jadikan

sebagai induk dalam proses pemijahan.

Tabel 3. Ciri-Ciri Induk Ikan Diskus Matang Gonad Di UPTD Budidaya


Dinas Pertanian dan Kelautan Medan Tuntungan

No Jantan Betina Jumlah

1.

2.

3.

Dari Tabel 3, kita dapat mengetahui cara membedakan induk jantan dan

betina yang sudah matang gonad, berdasarkan ciri-ciri yang di perlihatkan dari

ikan diskus tersebut.


13

Tabel 4. Perlakuan yang Dilakukan pada Induk Ikan Diskus untuk


Pematangan Gonad di UPTD Budidaya Dinas Pertanian dan
Kelautan Kota Medan Tuntungan Provinsi Sumatra Utara

No Induk Ikan Perlakuan


Jenis Dosis Frekuensi (Hari)
Pakan

1 Jantan

2 Betina

Dari Tabel 4, maka dapat dilihat perlakuan yang diberikan kepada induk

ikan dengan jenis pakan dan dosis pakan yang diberikan, serta frekuensi

pemberian pakan yang diberikan kepada induk ikan untuk pematangan gonadnya

sebelum dilakukan proses pemijahan.

Tabel 5. Oviposisi pada ikan Diskus

No Berat induk (gr) Berat total Berat telur Jumlah Oviposisi


telur (gr) sampel telur
sampel
1

Dari Tabel 5, dapat diketahui oviposisi pada ikan diskus. Dimana, teknik

pemijahan Ikan Diskus adalah secara alami. Ikan diskus akan memilih

pasangannya sendiri. Ikan diskus amat sulit dipaksakan berpasangan hingga

umumnya dilewatkan menentukan pasangannya sendiri di dalam grup calon

induk. Apabila telah terlihat berpasangan dengan terus berenang bersamaan maka

pasangan induk tersebut merupakan pasangan induk ikan diskus yang siap

dipijahkan, dan kemudian bisa dipindahkan dari grupnya.


14

Membedakan diskus jantan dan betina dapat dilihat dari postur tubuhnya.

Ikan diskus jantan memiliki postur tubuh yang semakin besar dengan wujud

forehead lebih kekar atau kasar, sedangkan diskus betina biasanya berukuran lebih

kecil dengan wujud forehead lebih halus.

Untuk proses pemijahan, sebaiknya induk ditebar pada waktu pagi atau

sore hari. Caranya adalah dengan menyiapkan baskon dan menaruh ikan diskus di

dalamnya, lalu baskom dimasukkan ke dalam akuarium dan digoyang-goyangkan.

Proses ini disebut aklimatisasi dan perlu dilakukan selama 10-15 menit. Dan

disiapkan paralon sebagai substrat pemijahan, yaitu dengan cara digantung di

pojok akuarium.

Setelah 2 atau 3 hari telur akan menetas. Penghitungan jumlah total telur

yang diperoleh dari proses pemijahan dengan cara mengambil substrat paralon

tempat telur menempel bersamaan dengan induknya, dikarenakan induknya selalu

menjaga telur-telurnya sampai menetas. Jadi, Adapun rumus yang digunakan

adalah :

Oviposisi = Berat total telur (gr) x Jumlah telur sampel (butir)


Berat total sampling (gr)

Tabel 6. Hasil Pengamatan Derajat Pembuahan (FR) Telur Ikan Diskus


Selama 1 Kali Pemijahan di UPTD Medan Tuntungan
No Kode Akuarium Telur terbuahi Telur tidak FR (%)
(dalam butir) terbuahi
(butir)
1

3
15

Dari Tabel 6 dapat diketahui tingkat derajat (FR) pembuahan dari telur

yang dihasilkan dari pemijahan. Fertilization Rate (FR) atau tingkat pembuahan

telur dihitung dengan menggunakan metode sampling yaitu perhitungan telur yang

dilakukan dengan cara mengambil sejumlah telur yang ditempatkan di dalam

paralon. Setelah 6 jam pembuahan, hitung jumlah telur sampel yang terbuahi dan

jumlah total telur sampel. Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut.

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑙𝑢𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑢𝑎ℎ𝑖


FR (%) = x 100 %
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑡𝑒𝑙𝑢𝑟 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

Tabel 7. Hasil Pengamatan Pertumbuhan Larva (HR) Ikan Diskus di UPTD


Medan Tuntungan

No Berat Berat Panjang Panjang


Awal Akhir Awal Akhir
1

Jumlah

Dari Tabel 7, dapat diketahui tingkat derajat daya tetas dari telur yang

dihasilkan dari pemijahan. Jumlah total telur yang ditetaskan dapat dihitung

dengan cara menimbang 1 gram telur sebagai sampel kemudian dihitung. Jumlah

total telur sampel kemudian dikalikan dengan total berat telur, maka akan didapat

jumlah telur yang ditetaskan. Perhitungan jumlah telur menetas dapat dilakukan

dengan cara menghitung jumlah larva yang menetas. Caranya yaitu dengan

menempatkan larva dalam wadah (100 L) dan diambil sampel dalam gelas ukur

(100 ml) lalu hitung larva. Pengambilan sampel diulang sebanyak 3 kali sehingga
16

diproleh rata-rata jumlah larva. Untuk menghitung persentase jumlah telur

menetas dapat dihitung berdasarkan rumus menurut Gusrina (2008). Adapun

rumus yang digunakan sebagai berikut :

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑙𝑢𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑒𝑡𝑎𝑠


HR (%) = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑙𝑢𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑢𝑎ℎ𝑖 x 100 %

Tabel 8. Hasil Pengamatan Derajat Kelulushidupan (SR) Telur Ikan Diskus


Umur 4 Hari dan 10 Hari di UPTD Medan Tuntungan

No SR4 SR10 Telur yang menetas Telur yang SR (%)


(butir) hidup (butir)
1

Bedasarkan Tabel 8, dapat diketahui jumlah telur yang mampu hidup pada

saat penetasan dari telur menjadi larva ikan. Metode yang digunakan dalam

perhitungan jumlah larva ikan diskus yang menetas adalah dengan metode

sampling, caranya sama dengan perhitungan jumlah telur yang menetas pada

perhitungan HR. Untuk menghitung SR atau tingkat kelulushidupan larva ikan

diskus dapat dihitung dengan rumus menurut Effendi (1979), sebagai berikut:

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑎𝑟𝑣𝑎 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟


SR (%) = x 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑎𝑟𝑣𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙

Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui nilai % SR umur 4 hari setelah telur

menetas sebelum diberi pakan alami karena larva masih memiliki cadangan

makanan berupa kuning telur. Pengambilan sampel diulang sebanyak 3 kali

sehingga diproleh rata-rata jumlah larva. SR umur 4 hari adalah penghitungan


17

yang dilakukan untuk mengetahui kelulushidupan larva pada umur 4 hari. D

Menurut Effendie (1997), rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

% SR = ∑ Larva Hidup umur 4 hari x 100 %

∑ TelurMenetas

Tabel 9. Jenis Pakan yang Diberikan pada Larva Ikan Diskus di UPTD
Medan Tuntungan

No Umur larva Jenis Dosis Frekuensi


Pakan (hari)
1 4 hari

2 10 hari

Dari Tabel 9, dapat diketahui tentang pemberian pakan pada larva ikan

diskus. Selanjutnya kita dapat memperoleh gambaran jumlah pakan yang

diberikan untuk larva dan jenis pakan yang cocok untuk larva ikan diskus.

Selanjutnya, anakan ikan diskus dapat dibiarkan bersama induknya sampai

berumur 14-20 hari. Setelah itu, dipindahkan untuk dibesarkan secara terpisah dari

induknya. Biasanya pada saat itu, benih ikan diskus akan hidup berada

disekeliling induknya. Dengan menggiringnya kepojok akuarium lalu memberinya

sedikit kejutan, sang induk akan meninggalkan induknya, setelah itu benih dapat

diserok dengan hati-hati lau dipindahkan ke dalam akuarium pembesaran, dengan

padat tebar 10-15 ekor ikan dalam satu akuarium berukuran 100x50 cm dan tinggi

50 cm.
18

Tabel 10. Jenis Penyakit yang Menyerang Ikan Diskus di UPTD Medan
Tuntungan

No Jenis penyakit Jenis Obat Dosis Cara


Penanggulangan
1

Berdasarkan Tabel 10, maka dapat diketahui jenus penyakit yang

menyerang ikan, jenis obat yang bisa digunakan, dosis obat yang akan diberikan

bila terserang penyakit dan cara penanggulangan yang bisa kita lakukan.

Tabel 11. Parameter Kualitas Air Bak Pemeliharaan Induk Ikan Diskus di
UPTD Medan Tuntungan

No Parameter Alat pengukur Hasil Pengukuran

1 pH pH meter

2 DO DO meter

3 Suhu Thermometer

4 Hardness Tetrasi

5 Amoniak Spektrofotometer
19

Tabel 12. Parameter Kualitas Air Pada Bak Pemeliharaan Larva Ikan
Diskus di UPT Medan Tuntungan

No Parameter Alat pengukur Hasil Pengukuran

1 pH pH meter

2 DO DO meter

3 Suhu Thermometer

4 Hardness Tetrasi

5 Amoniak Spektrofotometer

Berdasarkan Tabel 11 dan 12, dapat diketahui parameter kualitas air pada

berbagai wadah seperti bak pemeliharaan induk, bak pemijahan dan bak

pemeliharaan larva. Pengukuran kualitas air ini akan menentukan bahwa apakah

kondisi perairan di UPT medan tuntungan memenuhi syarat untuk dijadikan

tempat pembenihan dan usaha budidaya ikan.

3.4.2. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari wawancara ditabulasikan dalam tabel. Data yang

diperoleh dianalisis dan akan ditarik kesimpulan. Adapun tabel yang diperlukan

adalah sebagai berikut:


20

Tabel 13. Tingkat Pendidikan Tenaga Pelaksana Di UPT Medan


Tuntungan

No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase

1 SLTP

2 SLTA

3 Sarjana

4 Magister

Dari Tabel 13, dapat diketahui tingkat pendidikan tenaga pelaksana di

UPTD Medan Tuntungan. Ini berguna untuk mengetahui perkembangan

pendidikan pekerja-pekerja pada masa yang akan mendatang.

Tabel 14. Jumlah Pegawai dan Status Kepegawaian di UPTD Medan


Tuntungan

No Status Kepegawaian Jumlah Persentase

1 Teknisi

2 Pegawai

3 Tata Usaha

4 Dll

Berdasarkan Tabel 14, dapat diketahui status kepegawaian dan jumlah

pegawai yang ada di UPT Medan. Status kepegawaian yang didata meliputi

teknisi, pegawai, tata usaha dan lain-lainnya.


21

Tabel 15. Tingkat Keahlian Tenaga Pelaksana Di UPT Medan


Tuntungan

No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase

1 Tenaga Ahli

2 Tenaga Terampil

3 Tenaga Pembantu

Berdasarkan Tabel 15, dapat diketahui keahlian tanaga pelaksana di UPT Medan

sehingga mempunyai bidang keahlian massing-masing untuk pembenihan ikan

yang intensif untuk mencapai hasil budidaya yang optimal.

Tabel 16. Jumlah dan Luas Tambak/Kolam di UPTD Medan


Tuntungan

No Jenis kolam Jumlah Bentuk Ukuran Luas

Dari Tabel 16, dapat diketahui berapa jumlah, bentuk, ukuran, dan luas

tambak/kolam yang ada dan perkembangannya, hal ini erat kaitannya dengan

produktivitas ikan diskus.


22

Tabel 17. Keadaan Sarana dan Prasarana yang Ada di UPTD Medan
Tuntungan

No Sarana dan Prasarana Jumlah (unit) Keadaan

1.

2.

3.

Berdasarkan Tabel 19 di atas dapat diketahui keadaan sarana dan

prasarana yang ada di UPTD Medan.


23

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto. 1992. Pengendalian Hama &Penyakit Ikan.Cetakan Pertama. Penerbit


Kanisisus : Yogyakarta.

Arie, U. 2009. Pembenihan Ikan Air Tawar. Cetakan 1, Penebar Swadaya.


Jakarta. 128 hal.
Aryanti, Y. Dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan Diskus “Diskus
Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian.
Jurusan Penyuluhan Perikanan. Bogor.

Boyd, C.E. 1982. Water Quality In Warm Water Fish Fand. Agriculture
Experiment Station.AuburnUniversity.Department Fisheries and Allied
Aquaculture.359 p.

Cahyono, B. 2000. Budidaya Ikan Air Tawar. Penerbit Kansius. Yogyakarta.

Daniel. 2002. Memelihara dan Membudidayakan Diskus Unggul. Penebar


Swadaya. Jakarta.

Djarijah, S. A. 2001. Budidaya Ikan Bawal. Kanisius. Yogyakarta.

Djuhanda, T. 1981. Dunia Ikan. Armico. Bandung. 190 hal.

Efendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Bagian I, Study Natural History. Fakultas
Perikanan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 105 hal.
Kahiruman dan Amri, Khairul. 2007. Budidaya Ikan Air Tawar Secara Intensif.
Agromedia Pustaka. Jakarta.

Rohadi. 1996. Studi Makan dan Habitat Ikan Baung (Mystus nemurus C.V) di
Bandung Kuring Waduk Jati Luhur Kabupaten Karawaci. Skripsi.
Fakultas Perikanan IPB. Bogor (tidak diterbitkan).

Sukendi.2003. Vitelogenesis dan Manipulasi Fertilisasi pada Ikan. Bagian Mata


Kuliah Biologi Reproduksi Ikan. Jurusan Budidaya Perikanan Fakultas
Periksnsn dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau. 110 hal.

Sunyoto, P. 2000. Pembesaran Kerapu Dengan Keramba jaring Apung. Penebar


Swadaya. Cetakan ke-V. Jakarta. 65 hal.
24

LAMPIRAN
25

Lampiran 1
ORGANISASI PRAKTEK MAGANG

1. Pelaksana Praktek Magang

Nama Lengkap : Oni S Situmorang

NIM : 1404118263

Pekerjaan : Mahasiswa

Alamat : Jl.Manyar Sakti Gg Raudha, Kecamatan Tampan,

Panam, Pekanbaru

2. Dosen Pembimbing

Nama Lengkap : Ir. Nuraini, MS

NIP : 196105061986032002

Pekerjaan : Dosen Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan

Universitas Riau

Alamat : Kampus Bina Widya KM 12,5 Panam, Pekanbaru


26

Lampiran 2
ANGGARAN BIAYA MAGANG

1. Biaya persiapan
a. Pengetikan proposal Rp 100.000
b. Memperbanyak proposal Rp 100.000
c. Kertas dan alat tulis Rp 50.000
Rp 250.000

2. Biaya pelaksanaan
a. Tranportasi Rp. 600.000
b. Sewa kamar selama magang Rp. 300.000
c. Konsumsi Rp. 900.000
d. Dokumentasi Rp. 100.000
Rp. 1.900.000

3. Biaya penulisan laporan


a. Pengetikan laporan Rp 100.000
b. Perbanyakan laporan Rp 100.000
c. Biaya ujian Rp 400.000
d. Biaya tak terduga Rp 700.000
Rp 1.300.000

Total biaya seluruhnya Rp 3.450.000

Terbilang : “Tiga Juta Empat Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah”


27

Lampiran 3

JADWAL PRAKTEK

Praktek magang ini direncanakan dilaksanankan selama 1 bulan. Adapun

jadwal praktek dari awal sampai akhir magang ini adalah sebagai berikut :

Bulan

Desember Januari Februari


Kegiatan
No
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Persiapan √ √ √
1
Pelaksanaan praktek √ √ √
2
Penyelesaian
√ √
3 Laporan √
28

Lampiran 4
OUT LINE SEMENTARA

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Praktek Magang
1.3 Manfaat Praktek Magang

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Biologi dan Ekologi
2.2 Pengelolaan dan Seleksi Induk
2.3 Pemijahan
2.4 Penetasan Telur dan Pemeliharaan Larva
2.5 Pakan
2.6 Parameter Kualitas Air
2.7 Hama dan Penyakit

III. METODE PRAKTEK


3.1 Waktu dan Tempat
3.2 Alat dan Bahan
3.3 Metode Praktek
3.4 Prosedur Praktek
3.5 Analisis Data

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai