Laporan Peramalan Hama Dan Epidemiologi Penyakit Tanaman
Laporan Peramalan Hama Dan Epidemiologi Penyakit Tanaman
TANAMAN
LAPORAN
PERAMALAN HAMA DAN EPIDEMIOLOGI PENYAKIT
TANAMAN
Oleh:
NAMA :MUHAMAD KINDI
NIM :105040200111063
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Pengertian Pengamatan dan Ambang Ekonomi
1.2.2 Peranan pengamatan dalam Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu
1.2.3 Macam-macam pengamatan
1.2.4 Pengamatan dan penilaian serangga hama dan penyakit
1.2.5 Bentuk-bentuk penyebaran daan ciri-cirinya
1.2.6 Tehnik pengambilan contoh
1.2.7 Macam-macam perangkap
1.2.8 Hama dan Penyakit penting pada tanaman Jagung
1.2.9 Faktor yang mempengaruhi penyebaran Hama dan Epidomologi Penyakit
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pengamatan dan Ambang Ekonomi
o Pengamatan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mendapatkan data atau leterangan dengan
jalan mengamati, melakukan perhitungan atau pengukuran terhadap obyek yang di teliti.
o Ambang Ekonomi adalah suatu tingkat kepadatan populasi hama atau tingkat intensitas kerusakan
tanaman yang mulai mengakibatkan terjadinya kerugian ekonomik.
(Tim Dosen, 2011)
P = ∑ n. v / N. Z x 100 %
P = tingkat serangan
n = jumlah tanaman/ bagian tanaman dari tiap kategori serangan
v = nilai skala tiap kategori serangan
N = jumlah tanaman/ bagian tanaman yang diamati
Z = harga numerik dari kategori serangan
(Sastrahidayat, 1997)
1. Penyebaran Acak
Pada bentuk ini kedudukan suatu individu serangga hama pada suatu titik di dalam ruang tidak
dipengaruhi ataupun mempengaruhi kedudukan individu serangga hama lain yang ada pada titik
yang lain. Dengan perkataan lain kedudukan individu serangga hama dalam satu titik di dalam
ruang, bebas tidak terpengaruh oleh individu serangga hama yang lain.
2. Penyebaran Teratur
Pada bentuk penyebaran teratur ini kepadatan populasi serangga hama hampir merata. Oleh
sebab itu hasil pengamatan kepadatan populasi pada setiap unit sampel relatif akan sama. Bentuk
penyebaran populasi demikian jarang dijumpai terjadi pada serangga yang mempunyai sifat
kanibal, sehingga satu individu yang lain kedudukannya akan terpisah antara satu dengan yang
lain.
Bentuk penyebaran teratur secara matematik akan dicirikan dengan besarnya nilai keragaman
akan lebih kecil daripada rata-ratanya. Hal ini disebabkan kepadatan populasi yang relatif
homogen tersebut.
3. Penyebaran Mengelompok
Bentuk penyebaran ini seakan-akan merupakan kebalikan dari bentuk penyebaran acak, dimana
kedudukan suatu individu serangga hama pada suatu titik di dalam ruang akan dipengaruhi oleh
atau pun mempengaruhi kedudukan individu serangga hama lain yang ada pada titik yang lain.
Dengan perkataan lain kedudukan individu serangga hama yang lain akan saling mempengaruhi.
(Tim Dosen,
2011)
2. Purposive Sampling
Sesuai dengan namanya, sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu. Seseorang atau
sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa sesuatu tersebut memiliki
informasi yang diperlukan bagi penelitiannya. Dua jenis sampel ini dikenal dengan nama
judgement dan quota sampling.
3. Judgment Sampling
Sampel dipilih berdasarkan penilaian peneliti bahwa dia adalah pihak yang paling baik untuk
dijadikan sampel penelitiannya. Jadi, judment sampling umumnya memilih sesuatu atau
seseorang menjadi sampel karena mereka mempunyai “information rich”.
4. Quota Sampling
Teknik sampel ini adalah bentuk dari sampel distratifikasikan secara proposional, namun tidak
dipilih secara acak melainkan secara kebetulan saja.
(Mustofa, 2000)
2.8 Bentuk Penafsiran Tingkat Populasi Hama
Secara garis besar terdapat dua teknik pendugaan kepadatan populasi serangga di
penyimpanan, yaitu pendugaan kepadatan absolut dan pendugaan kepadatan relatif. Selain itu,
kepadatan populasi juga dapat diduga dengan mengukur tingkat kerusakannya.
(BBPPTP)
3. Ulat G rayak ( Spodoptera lituraF)
Gejala Serangan:
larva yang masih kecil merusak daun dan menyerang secara serentak berkelompok. dengan
meninggalkan sisa-sisa epidermis bagian atas, transparan dantinggal tulang-tulang daun saja.
Biasanya larva berada di permukaan bawah daun,umumnya terjadi pada musim kemarau.
(AnonymousA, 2011)
4. Nama : Kutu Daun (Myzus persicae)
Hama ini memiliki warna tubuh kuning kehijauan dan memiliki antena yang relatif panjang, kira-
kira sepanjang tubuhnya. Lamanya daur hidup : 7-10hari.
Gejala serangan :
Secara langsung, kutu daun ini mengisap cairan tanaman. Akibatnya, daun yang terserang
keriput, berwarna kekuningan, terpuntir dan pertumbuhan tanaman terhambat (kerdil), sehingga
tanaman menjadi layu dan mati.
Pengendalian : Gunakan Curacron 500 EC dengan konsentrasi 2 ml/l air atau Pegasus 500 SC
dengan konsentrasi 1.5 ml/l air. Keduanya digunakan secara bergantian.
(AnonymousB, 2011)
5. Tungau (Mite)
Hama mite selain menyerang jeruk, dan apel menyerang tanaman cabe juga. Tungau
bersifat parasit dimana dia merusak daun, batang maupun buah yang mengakibatkan
perubahan warna dan bentuk.
Gejala Serangan:
Dengan menghisap cairan daun sehingga warna daun terutama pada bagioan bawah
menjadi berwarna kuning kemerahan , bentuk daun menjadi menggulung ke bawah dan
akibatnya pucuk bisa mengering yang akhirnya menyebabkan daun rontok. Dalam
klasifikasi tungau termasuk dalam Ordo Acarina, Kelas Arachnidae bukan termasuk
golongan serangga. Tungau berukuran sangat kecil dengan panjang badan sekitar 0.5 mm,
berkulit lunak dengan kerangka chitin. Seperti halnya thrips, hama ini juga berpotensi
sebagai pembawa virus.
Pengendalian hama mite secara kimia dapat kita lakukan penyemprotan menggunakan
akarisida Samite 135EC. Konsentrasi yang dianjurkan adalah 0.25 – 0.5 ml/L.
(AnonymousB, 2011)
o Bahan
Spore trap
1. Minyak twin : Bahan supaya spora bisa melekat
Yellow trap
1. Kertas + feromon : Untuk menangkap serangga
Pit fall
1. Detergen : Untuk menarik serangga agar masuk ke perangkap
2. Air : Sebagai pelarut detergen
3.3 Cara Kerja
a. Spore trap
Siapkan 3 buah gelas preparat
Gelas preparat diolesi minyak twin secara merata pada satu sisi nya
Tempelkan pada tanaman cabai, pada 3 bagian yaitu: bagian atas (daun bagian atas), bagian
tengah (daun bagian tengah), dan bagian bawah
(batang bagian bawah)
Setelah 24 jam gelas preparat diambil, ditaruh dalam petridish dan di wrapping
Lingkarkan yellow trap pada botol air mineral, yang ada feromon di luar
Lekatkan kedua ujung nya dengan menggunakan double tip atau secara langsung antar ujung
yellow trap
Masukkan botol kedalam kayu yang sudah ditempelkan kedalam lahan pengamatan dengan
tinggi tidak melebihi tinggi tanaman.
c. Pit fall
Siapkan 10 gelas air mineral
Larutan detergen ( isi gelas aqua dengan larutan sabun sebanyak kurang lebih dengan tebal 2 cm)
Lubang untuk meletakkan pit fall, letak disesuaikan dengan keadaan lahan dan metode
penggambilan sempel
Benamkan gelas air mineral tadi ke dalam tanah, sampai ujung gelas rata dengan permukaan
tanah
Letakan 10 gelas air mineral tersebut di setiap sudut dan secara acak sisanya
Hasil
c. Gambar
Gambar Spora
c. Hewan Lain
Nama Jumlah
c. Analisa Hasil
Hewan Malam 68
Pengamatan
Dalam pengamatan di laboratorium di dapatkan dari yellow trap yang telah di pasang di
lahan selama 24 jam yaitu lalat berjumlah 5 ekor, nyamuk 15 ekor dan lalat hijau 2 ekor, ke tiga
ekor hewan tersebut berperan sebagai hama dalam lahan cabe. Lalat di katakan hama karena
pada buah cabe yang menunggu panen bisa habis dalam sekejap karen lalat dan menjadi
santapannya, dengan cara menusuk pada buah dan meletakkan sel telur nya, mentas menjadi
larva kemudian merusak buah cabe dari dalam, buah yang rusak tentu tidak akan laku bila di jual
, tentu saja hal ini sangat merugikan sekali. Kemudian ada nyamuk, bisa saja nyamuk itu di
katakan sebagai serangga lain, namun karena lahan yang di amati sangat dekat dengan sawah
jadi nyamuk yang ada di lahan dan tertangkap oleh pitfall itu merupakan nyamuk sawah, yang
mana menyerap sari-sari makanan lewat batang tanaman dengan menusukan jarum suntik di
mulutnya, jika keadaan nya seperti demikian maka dikatakan sebagai hama karena sifatnya
yang merugikan tanaman.
Kemudian dalam yelow trap juga di temukan lebah yang jumlah nya ada 2, lebah disini
berperan sebagai serangga penyerbuk atau yang lebih di kenal dengan nama polinator,
hewan ini membantu penyerbukan tanaman cabe .
Di temukan juga 68 ekor, cukup banyak hewan malam yang tertangkap oleh yellow
trap , karena saat pemasangan yellow trap di lakukan pada sore hari kemudian di biarkan
selama 24 jam, yaitu dimulai dari sore ke malam kemudian sampai ke sore lagi, sehingga tidak
heran jika banyak hewan malam yang terperangkap dalam yellow trap.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dalam praltikum yang telah di laksanakan digunakan tiga perangkap yaitu, spore trap,
pitfall dan yellow trap, dapat disimpulkan dari hasil praktikum yaitu :
Spore trap
Spore trap di pasang dengan cara memasang minyak twin pada objek glass yang di tempelkan
pada ketiga bagian tanaman, spore trap ini efektif untuk menangkap spora dan penyakit yang
berterbangan di udara. Dari praktikum di lahan di temukan 1 spora pada objek glass yang di
pasang di bagian atas tanaman, 1 spora yang di pasang di bagian tengah tanaman, dan 0 spora
pada bagian bawah spora.
Yellow trap
Yellow trap di pasang dengan cara menggunbakan kertas yang telah di lumuri feromon , agar
serangga tertarik dan kertas ini juga berwarna kuning agar dapat menarik serangga yang tertarik
dengan warna kuning, selain itu juga yellow trap ini dapat menangkap / memerangkap serangga
yang terbang di atas lahan. Di dapat dari perangkap yang telah di pasang adalah lalat 5 ekor,
nyamuk 15 ekor, lalat hijau 2 ekor, lebah 2 ekor.
Pit fall di pasang dengan cara menggunakan larutan detergen yang berfungsi untuk menarik
serangga, kemudian di masukan ke dalam gelas air mineral dan di benamkan rata dengan
permukaan tanah, sehingga serangga yang berada di permukaan tanah dapat masuk ke dalam
pitfall. Di dapat dari pitfall yang di pasang adalah laba-laba 16 ekor , jangkrik 4 ekor, semut 1
ekor, kumbang 13 ekor, kutu daun 1.
Dari perangkap yang dipasang juga di temukan hewan lain yang tertangkap, hal ini karena lahan
cabe yang berbatasan langsung dengan hewan lain tersebut dan waktu pemasangan perangkap
yang melewati masa hidup hewan lain yang tertangkap
5.2 Saran
Dalam praktikum peramalan hama dan epidomolgi telah berjalan dengan cukup lancar, hanya
saja saya pribadi sebagai praktikan yang telah melaksanakan praktikum phep belum paham
mengenai cara penggunaan data yang telah di pakai kemudian dibuat menjadi suatu model
peramalan, dan juga dilakukan praktikum untuk membaca atau memahami suatu model
peramalan.
DAFTAR PUSTAKA
Agrios, G.N. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan (Terjemahan Munzir Busnia). Gadjah Mada University
Press.
AnonymousA.2011. Hama Penting Tanaman Cabai. http://buletinagraris.blogspot.com/2007/12/thrips-
parvisipinus-hrips-parvisipinus.html
AnonymousB. Hama Penting Tanaman Cabai. http://buletinagraris.blogspot.com/2007/12/thrips-
parvisipinus-hrips-parvisipinus.html
BBPPTP. 2008. Teknologi Budidaya Cabai. Badan Penelitian dan Pengembangan. Lampung
lampung.litbang.deptan.go.id/ind/.../teknologibudidayacabai.pdf
Daryanto. 2005. Pedoman Pengenalan dan Pengendalian OPT pada Tanaman Tomat. Direktorat
Perlindungan Hortikultura. Jakarta.
Maheswari, R. 1970. The physiology of penetration and infection by urediospores of rust fungi. Dalam:
Plant Disease Problems, Proceedings of the First International Symposium on Plant Pathology,
Indian Phytopathological Society 1966/1967 : 824-829.
Mustafa, H. 2000. TEKNIK SAMPLING. Niaga Swadaya. Jakarta.
Oka, I.N. 1998. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia. UGM Press. Yogyakarta.
Pracaya, 1992. Hama Penyakit Tanaman, Penebar Swadaya, Jakarta.
Robinson, R.A. 1976. Plant Pathosystems. Springer-Verlag, Berlin, 184 p.
Sastrahidayat, I.R. 1997. Fitopatometri Suatu Cara Menghitung Besarnya Tingkat Kerusakan Oleh
Penyakit Tanaman. Universitas Brawijaya. Fakultas Pertanian. Jurusan Hama dan Penyakit
Tumbuhan. Malang.
Semangun, H. 1979. PENYAKIT TUMBUHAN, HUBUNGANNYA DENGAN IKLIM DAN CUACA.
UGM Press. Yogyakarta.
Tim Dosen jurusan Hama Penyakit Tumbuhan. 2011. Modul Praktikum Peramalan Hama dan
Epidomologi Penyakit Tumbuhan. Universitas Brawijaya. Fakultas Pertanian. Jurusan Hama dan
Penyakit Tumbuhan. Malang.
Tjahjadi N., 1991. Hama dan Penyakit Tanaman, Kanisius, Yogyakarta.
http://muhamadkindi.blogspot.com/2011/12/laporan-peramalan-hama-dan-epidemiologi.html