Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Stroke diartikan oleh awam dengan istilah penyakit lumpuh, padahal stroke
tidak selalu disertai dengan kelumpuhan. Stroke juga disebut serangan otak.
Sebutan yang terakhir ini barangkali lebih tepat karena stroke adalah suatu kondisi
yang ditandai dengan serangan otak akibat pukulan telak yang terjadi secara
mendadak (Lanny Lingga, 2013).
Kejadian serangan penyakit ini bervariasi antar tempat, waktu dan keadaan
penduduk. Ditemukan pada semua golongan usia namun sebagian besar akan
dijumpai pada usia di atas 55 tahun. Ditemukan kesan bahwa insiden stroke
meningkat secara eksponensial dengan bertambahnya usia, dimana akan terjadi
peningkatan 100 kali lipat pada mereka yang berusia 80-90 tahun. Insiden usia 80-
90 adalah 300/10.000 dibandingkan dengan 3/10.000 pada golongan usia 30-40
tahun. Stroke banyak ditemukan pada pria dibandingkan pada wanita. Variasi
gender ini bertahan tanpa pengaruh umur.
Berdasarkan data NCHS (National Center of Health Statistics), stroke
menduduki urutan ketiga penyebab kematian di Amerika setelah penyakit jantung
dan kanker. Dengan 610.000 orang mendapat serangan stroke untuk pertama
kalinya dan 185.000 orang dengan serangan stroke berulang (Heart Disease and
Stroke Statistics_2010 Update: A Report From the American Heart
Association). Setiap 3 menit didapati seseorang yang meninggal akibat stroke di
Amerika Serikat. Stroke menduduki peringkat utama penyebab kecacatan di
Inggris (WHO, 2010).
Menurut data Riset Kesehatan Dasar 2013, prevalensi stroke di Indonesia
12,1 per 1.000 penduduk. Angka itu naik dibandingkan Riskesdas 2007 yang
sebesar 8,3 persen.Stroke telah jadi penyebab kematian utama di hampir semua
rumah sakit di Indonesia,yakni 14,5 persen.
Prevalensi stroke di 33 provinsi menunjukan angka yang variatif, sedangkan
Prevalensi di Sulawesi Tenggara adalah 0,76%. (Depkes RI, 2008). Kejadian
stroke masih merupakan masalah kesehatan di wilayah di Provinsi Sulawesi
Tenggara. Menurut data di Ruang Rekam Medik RSUU Provinsi Sulawesi
Tenggara dan didapatkan data jumlah pasien stroke yang dirawat inap pada tahun
2009, jumlah penderita stroke sebesar 260 kasus dengan angka kematian 77 jiwa
(29%). Pada tahun 2010, jumlah penderita stroke 280 kasus dengan angka
kematian 59 jiwa (21%). Pada tahun 2011, jumlah penderita stroke meningkat
menjadi 413 kasus dengan angka kematian 155 jiwa (37%) (Profil RSU Provinsi
Sulawesi Tenggara, 2011). Risiko stroke meningkat seiring dengan berat dan
banyaknya faktor risiko (Misbach dkk., 2004).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah gambaran umum dari epidemiologi stroke ?
2. Sudah sebesar apakah masalah dalam penyakit stroke ?
3. Apa saja klasifikasi dari penyakit sroke ?
4. Apa saja yang menjadi faktor resiko penyakit stroke ?
5. Apa saja gejala klinik penyakit Stoke ?
6. Apa saja pencegahan dan perawatan pasca stroke ?

1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui gambaran umum dari epidemiologi stroke.
2. Dapat mengetahui masalah dalam penyakit stroke.
3. Dapat mengetahui klasifikasi dari penyakit sroke.
4. Dapat mengetahui faktor resiko penyakit stroke.
5. Dapat mengetahui Gajala Klinik penyakit Stoke.
6. Dapat mengetahui dan perawatan pasca stroke.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Gambaran Umum Penyakit Stroke


Stroke (bahasa Inggris: stroke, cerebrovascular accident, CVA) adalah suatu
kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak tiba-tiba
terganggu. Dalam jaringan otak, kurangnya aliran darah menyebabkan
serangkaian reaksi biokimia, yang dapat merusakkan atau mematikan sel-sel saraf
di otak. Kematian jaringan otak dapat menyebabkan hilangnya fungsi yang
dikendalikan oleh jaringan itu. Kejadian serangan penyakit ini bervariasi antar
tempat, waktu dan keadaan penduduk. Ditemukan pada semua golongan usia
namun sebagian besar akan dijumpai pada usia di atas 55 tahun. Ditemukan kesan
bahwa insiden stroke meningkat secara eksponensial dengan bertambahnya usia,
dimana akan terjadi peningkatan 100 kali lipat pada mereka yang berusia 80-90
tahun. Insiden usia 80-90 adalah 300/10.000 dibandingkan dengan 3/10.000 pada
golongan usia 30-40 tahun. Stroke banyak ditemukan pada pria dibandingkan
pada wanita. Variasi gender ini bertahan tanpa pengaruh umur.
Pola diet dan gaya hidup yang menjadi kebiasaan sehari-hari turut
memengaruhi tingginya kerentanan mereka terhadap stroke. Salah satu pemicu
tingginya insiden stroke di Asia terkait dengan hipertensi dan kebiasaan
mengonsumsi alkohol yang menjadi tradisi suatu bangsa. Kebiasaan merokok
diduga kuat turut mendongkrak tingginya insiden stroke di kalangan bangsa Asia.
Selain itu, tingkat stres yang tinggi terutama yang dialami masyarakat pekerja
sibuk juga menjadi penyebab tingginya prevalensi stroke bangsa Asia yang hidup
dalam komunitas modern.
Pertambahan usia meningkatkan resiko terhadap stroke. Hal ini disebabkan
melemahnya fungsi tubuh secara menyeluruh terutama terkait dengan fleksibilitas
pembuluh darah. Sekitar dua pertiga penderita stroke adalah mereka yang berusia
diatas 65 tahun. Proses penuaan sel sejalan dengan pertambahan usia dan penyakit
yang dialami orangtua memperbesar resiko stroke di masa tua. Memasuki usia 50
tahun, resiko stroke menjadi berlipat ganda setiap usia bertambah 10 tahun. Pada
wanita, ketika memasuki masa menopause resiko stroke meningkat karena
esterogen yang semula berperan sebagai pelindung mengalami penurunan. Itu
pula yang menjadi jawaban pertanyaan stroke lebih banyak dialami oleh wanita
tua daripada pria tua.
Kaum muda tidak luput dari stroke. Berdasarkan usia penderita, para ahli
mengelompokkan stroke kelompok kaum muda menjadi dua—— kelompok yang
pertama dialami oleh mereka yang berusia dibawah 15 tahun, adapun kelompok
kedua dialami oleh mereka yang berusia 15-44 tahun. Stroke pada kaum muda
umumnya merupakan stroke hemoragik dan jarang yang merupakan stroke
iskemik.

2.2 Besarnya Masalah Dalam Penyakit Stroke.


Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan oleh Yayasan Stroke
Indonesia, masalah stroke semakin penting dan mendesak karena kini jumlah
penderita Stroke di Indonesia terbanyak dan menduduki urutan pertama di Asia.
Jumlah yang disebabkan oleh stroke menduduki urutan kedua pada usia diatas 60
tahun dan urutan kelima pada usia 15-59 tahun. Stroke merupakan penyebab
kecacatan serius menetap no 1 di seluruh dunia.
Badan kesehatan dunia memprediksi bahwa kematian akibat stroke akan
meningkat seiring dengan kematian akibat penyakit jantung dan kanker kurang
lebih 6 juta pada tahun 2010 menjadi 8 juta di tahun 2030.
Kasus stroke meningkat di negara maju seperti Amerika dimana kegemukan
dan junk food telah mewabah. Berdasarkan data statistik di Amerika,setiap tahun
terjadi 750.000 kasus stroke baru di Amerika. Berdasarkan datatersebut
menunjukkan bahwa setiap 45 menit, ada satu orang di Amerika yangterkena
serangan stroke dan 4 dari 5 keluarga di Amerika terkena stroke.
Di Indonesia,stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan
setelah jantung dan kanker. Bahkan, menurut survei stroke merupakan pembunuh
no.1di RS Pemerintah di seluruh penjuru Indonesia. Kejadian stroke di
Indonesiapun selalu meningkat dari tahun ke tahun. Sebanyak 33 % pasien stroke
membutuhkan bantuan orang lain untuk aktivitas pribadi, 20 %
membutuhkanbantuan orang lain untuk dapat berjalan kaki, dan 75 % kehilangan
pekerjaan.
Menurut WHO (2011), Indonesia telah menempati peringkat ke -97
dunia untuk jumlah penderita stroke terbanyak dengan jumlah angka
kematian mencapai 138.268 orang atau 9,70% dari total kematian yang terjadi
pada tahun 2011. Menurut data tahun 1990-an, diperkirakan ada 500.000 orang
penderita stroke di Indonesia, sekitar 125.000 diantaranya meninggal atau cacat
seumur hidup. Tetapi jumlah sebenarnya sulit diketahui karena banyak yang tidak
dibawa ke dokter karena ketiadaan biaya atau jarak rumah sakit yang jauh dari
tempat tinggal. Kasus stroke di Indonesia menunjukkan kecenderungan terus
meningkat dari tahun ke tahun. Setelah tahun 2000 kasus stroke yang terdeteksi
terus melonjak. Pada tahun 2004, b e b e r a p a penelitian di sejumlah rumah sakit
menemukan pasien rawat inap yang disebabkanstroke berjumlah 23.636 orang.
Sedangkan yang rawat jalan atau yang tidak dibawake rumah sakit tidak diketahui
jumlahnya (Kompas, 2008).

2.3 Klasifikasi Stroke


Sepintas stroke menimbulkan dampak visual yang hampir sama, namun
sesungguhnya setiap pasien mengalami kondisi yang berbeda-beda terkait dengan
stroke yang dialaminya. Hal tersebut terjadi karena faktor penyebab yang berbeda-
beda pula. Berdasarkan penyebabnya, stroke dibagi menjadi dua, yaitu stroke
iskemik atau stroke non-hemoragik dan stroke hemoragik. Stroke iskemik terjadi
karena tersumbatnya pembuluh darah otak oleh plak (materi yang terdiri atas
protein, kalsium, dan lemak) yang menyebabkan aliran oksigen yang melalui liang
arteri terhambat. Adapun stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi karena
perdarahan otak akibat pecahnya pembuluh darah otak.
A. Stroke Iskemik
Sekitar 82% kasus stroke yang terjadi merupakan stroke iskemik.
Penggumpalan darah yang bersirkulasi melalui pembuluh arteri merupakan
penyebab utama stroke iskemik. Kondisi yang terjadi mirip dengan gangguan
arteri (aterosklerosis) pada arteri jantung. Ketika lemak terutama kolestero, sel-sel
arteri yang rusak, kalsium serta materi lain bersatu dan membentuk plak, maka
plak tersebut akan menempel di bagian dalam dinding arteri terutama di bagian
percabangan arteri. Pada saat yang bersamaan, sel-sel yang menyusun arteri
memproduksi zat kimia tertentu yang menyebabkan plak tersebut menebal dan
akhirnya liang arteri menyempit. Penyempitan liang arteri menyebabkan aliran
darah yang akan melalui liang tersebut terhambat. Lokasi penyumbatan tersebut
dapat terjadi pada pembuluh darah besar (arteri karotis) , pembuluh darah sedang
(arteri selebris) atau pembuluh darah kecil. Jika penyumbatan terjadi pada
pembuluh darah kecil maka dampak yang ditimbulkan tidak parah. Dalam istilah
medis disebut infraction lacunar.
Proses penyumbatan pembuluh darah merupakan peristiwa yang rumit
untuk dijelaskan dan dipahami oleh awam. Semuanya berawal dari luka yang
dipicu oleh radikal bebas, toksin yang berasal dari rokok, dan lemak tak sehat
(terutama lemak trans) yang bercampur dengan darah serta akibat infeksi patogen
tertentu pada dinding pembuluh darah. Selanjutnya, pembuluh darah yang terluka
tertutup oleh endapan lemak yang bersatu dengan materi lainnya. Jika plak
tersebut akhirnya terlepas, maka gumpalan plak inilah yang menyebabkan liang
pembuluh darah menyempit sehingga aliran darah yang melewati liang tersebut
terhambat.
Melambatnya aliran darah yang melalui arteri atau bahkan terhentinya
pasokan darah ke otak bukan persoalan sepele. Otak sangat membutuhkan suplai
darah untuk memelihara agar sel otak tetap hidup. Darah membawa oksigen dan
nutrisi penting yang diperlukan untuk kehidupan sel otak. Tanpa pasokan oksigen
dan nutrisi yang memadai, lama-kelamaan sel otak akan mati. Suplai oksigen yang
lambat menuju ke otak kebanyakan disebabkan aterosklerosis yang terjadi
pada pembuluh darah pada leher dan kepala. Penyebab lainnya adalah
penyumbatan pembuluh darah jantung yang menyebabkan darah yang berasal dari
jantung tidak dapat disalurkan ke otak.
Berdasarkan lokasi penggumpalan darah, stroke iskemik dibagi menjadi
dua, yaitu stroke iskemik trombolitik dan stroke iskemik embolitik.

 Stroke iskemik trombolitik


Hampir separuh insiden stroke iskemik merupakan stroke iskemik
trombolitik. Jenis stroke ini ditandai dengan penggumpalan darah pada pembuluh
darah yang mengarah menuju otak. Biasa pula disebut dengan selebral trombosis.
Proses trombosis dapat terjadi di dua lokasi yang berbeda, yaitu pembuluh darah
besar dan pembuluh darah kecil.
Trombosis pada pembuluh darah besar erat kaitannya dengan
aterosklerosis, sedangkan trombosis pada pembuluh darah kecil biasanya dialami
oleh penderita hipertensi. Kadar kolesterol LDL yang tinggi menjadi pemicu
aterosklerosis yang selanjutnya mendorong trombosis di pembuluh darah
besar. Hiperkolestrolemia terjadi pada sebagian besar penderita stroke iskemik,
meskipun serangan stroke jenis ini dialami oleh penderita hiperkolesterolemia.
Namun, perlu menjadi catatan penting bahwa tingginya kadar LDL teroksidasi
merupakan faktor penting yang mengawali aterosklerosis yang berimbas pada
trombosis di pembuluh darah besar.
Stroke iskemik trombolitik terjadi pada hampir 70% dari seluruh insiden
stroke. Stroke iskemik trombolitik banyak dialami oleh para manula terutama
yang memiliki riwayat hipertensi. Biasanya serangan stroke terjadi pada pagi atau
siang hari. Pada banyak kasus, serangan stroke terjadi ketika seseorang baru
bangun tidur. Sejumlah kasus bahkan terjadi saat orang masih berada diatas
tempat tidur atau baru mulai beranjak bangun dari tempat tidur. Sebagian yang
lainnya terjadi ketika yang bersangkutan sedang tidak beraktivitas atau menjalani
aktivitas ringan ketika memulai hari baru setelah sebelumnya tidur selama berjam-
jam.
 Stroke Iskemik Embolitik
Merupakan jenis stroke iskemik dimana penggumpalan darah bukan
terjadi pada pembuluh darah otak melainkan pada pembuluh darah yang lainnya.
Kebanyakan insiden terjadi karena trombosis pada pembuluh darah jantung.
Menurunnya pasokan darah dari jantung yang kaya oksigen dan nutrisi ke otak
adalah faktor utama yang menjadi penyebabnya.
Stroke iskemik embolitik sering dipicu oleh penurunan tekanan darah
yang berlangsung drastis, misalnya ketika seseorang melakukan fisik berat
sehingga mengalami kelelahan fisik yang luar biasa. Itulah sebabnya mengapa
stroke jenis ini banyak dialami oleh para pekerja lapangan yang harus bekerja
keras sepanjang hari. Kelompok lain yang beresiko terhadap stroke iskemik
embolitik adalah para atlet profesional yang memaksakan diri melakukan latihan
berat diluar kemampuan tubuhnya.
Berbeda dengan serangan stroke iskemik trombolitikyang terjadi pada
pagi hari, stroke iskemik embolitik dapat terjadi kapan saja, pagi, siang, atau
malam hari. Pada umumnya, insiden dari stroke ini terjadi tanpa didahului oleh
tanda-tanda yang dirasakan sebelumnya—— serangan stroke iskemik embolitik
umumnya terjadi begitu saja seolah sebagai suatu kejutan bagi pasien dan orang-
orang di sekitarnya. Inilah kejadian tak terduga yang membuat miris sebagian
besar orang, stroke tiba-tiba datang tanpa ditandai dengan peringatan yang dapat
diantisipasi sebelumnya.
B. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik terjadi akibat pembuluh darah yang menuju ke otak
mengalami kebocoran (perdarahan). Kebocoran tersebut diawali karena adanya
tekanan yang tiba-tiba meningkat ke otak sehingga pembuluh darah yang
tersumbat tersebut tidak dapat lagi menahan tekanan, akhirnya pecah, dan
menyebabkan perdarahan. Perdarahan umumnya terjadi pada batang otak (brain
stem), selaput otak (korteks), dan serebelum. Kebocoran tersebut menyebabkan
darah tidak dapat mencapai sasarannya, yaitu sel otak yang membutuhkan suplai
darah. Jika suplai darah terhenti, dapat dipastikan suplai oksigen dan nutrisi yang
diperlukan otak akan terhenti pula dan akhirnya sel otak menggalami kematian.
Ada sejumlah faktor yang memicu terjadinya stroke hemoragik. Salah satu
penyebab stroke hemoragik adalah penyumbatan pada dinding pembuluh darah
yang rapuh (aneurisme)—— mudah menggelembung dan rawan pecah terutama
pada kelompok usia lanjut. Kondisi pembuluh darah yang lemah tidak kuasa
menahan tekanan, akibatnya darah yang mengalir didalamnya tersembur keluar.
Hipertensi adalah faktor resiko terkuat yang menyebabkan terjadinya perdarahan
otak. Mereka yang secara genetik mengalami aneurisme beresiko tinggi mendapat
serangan stroke hemoragik jika dibarengi dengan hipertensi yang dideritanya.
Selain itu, trauma fisik yang terjadi di kepala atau leher serta tumor di kepala juga
dapat mendorong perdarahan otak.
Jika stroke iskemik dibedakan berdasarkan lokasi penggumpalan darah,
stroke hemoragik juga dibedakan oleh lokasi terjadinya perdahan. Berdasarkan
lokasi perdarahan, stroke hemoragik dibedakan menjadi dua, yaitu stroke
hemoragik intraselebral dan stroke hemoragik subaraknoid.
 Stroke Hemoragik Intraselebral
Perdarahan terjadi di dalam otak, biasanya pada ganglia, batang otak,
otak kecil, dan otak besar. Inilah stroke yang menimbulkan dampak paling fatal.
Sebagian besar pasien yang mendapat serangan stroke jenis ini tidak dapat
tertolong jiwanya karena untuk mengatasinya memerlukan tindakan operasi yang
harus dilakukan sesegera mungkin. Operasi adalah tindakan penyelamatan yang
paling memungkinkan untuk segera menghentikan perdarahan. Sayangnya
tindakan ini beresiko cukup besar. Tingkat keberhasilannya relatif rendah
terutama jika luasan otak yang mengalami perdarahan sudah parah. Jika jiwa
pasien bisa diselamatkan, sebagian besar dari mereka umumnya kan mengalami
kelumpuhan.
 Stroke Hemoragik Subaraknoid
Stroke hemoragik subaraknoid ditandai dengan perdarahan yang terjadi
diluar otak, yaitu di pembuluh darah yang berada dibawah otak atau di selaput
otak. Perdarahan tersebut menekan otak sehingga suplai darah ke otak terhenti.
Ketika darah yang berasal dari pembuluh darah yang bocor bercampur dengan
cairan yang ada di batang atau selaput otak, maka darah tersebut akan
menghalangi aliran cairan otak sehingga menimbulkan tekanan.
Insiden stroke hemoragik subaraknoid yang paling sering terjadi pada
penderita hidrosefalus. Pada saat yang bersamaan, pembuluh darah otak dapat
terhimpit sehingga suplai oksigen dengan sendirinya terputus. Kondisi seperti ini
mendorong terjadinya dua jenis stroke sekaligus, yaitu stroke iskemik dan stroke
hemoragik.
Meskipun jarang terjadi, stroke hemoragik subaraknoid juga dapat
disebabkan tumor di kepala (cavernous angioma). Desakan yang terjadi akibat
perkembangan tumor menyebabkan pembuluh darah pecah sehingga suplai darah
ke otak tidak dapat mencukupi kebutuhan otak. Jika kondisi ini terus dibiarkan,
maka tekanan yang ditimbulkan oleh tumor menyebabkan dinding pembuluh
darah terjepit dan tiba saatnya terjadilah perdarahan otak. Itulah sebabnya
mengapa pasien yang menderita tumor otak sebagian besar diantaranya
mengalami stroke.

Perbedaan perdarahan Intraselebral dan Subaraknoid :

Gejala PIS PSA

Waktu timbulnya Dalam 1 jam 1-2 menit

Nyeri kepala Hebat Sangat hebat

Kejang Umum Sering fokal

Kesadaran Menurun Menurun

Tanda rangsangan
+ (tidak ada) Sementara
meningen

Hemiparese ++ +++

Gangguan saraf otak + + (ada)

2.4 Faktor Resiko Penyakit Stroke


Secara garis besar, faktor resiko stroke dibagi menjadi dua, yaitu faktor
tidak terkendali atau faktor yang bersifat menetap dan faktor yang dapat
dikendalikan atau faktor tidak tetap.
A. Faktor tidak terkendali
Yang dimaksud faktor tidak terkendali adalah faktor yang tidak dapat diubah,
terdiri atas faktor genetik (ras), usia, gender, serta riwayat penyakit yang dialami
oleh orangtua atau saudara sekandung.
 Faktor Genetik
Gen tertentu memiliki kecenderungan yang tinggi terhadap stroke.
Sifat genetik yang terbawa oleh bangsa berkulit hitam beresiko tinggi terhadap
stroke. Penyakit-penyakit yang terkait dengan gen resesif yang rawan mereka
alami menjadi faktor kuat yang menyebabkan merekan rentan terhadap stroke.
Penyakit yang dimaksud antara lain anmemia sel bulan sabit , hipertensi, kadar
asam urat tinggi (hiperurisemia), diabetes tipe-1, dan sejumlah penyakit lainnya
yang secara tidak langsung berpotensi memicu stroke darah kental, laju
aterosklerosis yang tinggi, hipertensi, serta meningkatnya tingkat peradangan di
tingkat sel di dalam tubuh mereka.
Terlepas dari faktor gen yang berperan sebagai faktor resiko tunggal, pola
hidup suatu bangsa yang tidak sehat turut memengaruhi tingginya resiko stroke
dalam diri mereka. Kebiasaan hidup tak sehat di usia muda menyebabkan resiko
stroke meningkat ketika usia beranjak tua.
Pola diet dan gaya hidup yang menjadi kebiasaan sehari-hari turut
memengaruhi tingginya kerentanan mereka terhadap stroke. Salah satu pemicu
tingginya insiden stroke di Asia terkait dengan hipertensi dan kebiasaan
mengonsumsi alkohol yang menjadi tradisi suatu bangsa. Kebiasaan merokok
diduga kuat turut mendongkrak tingginya insiden stroke di kalangan bangsa Asia.
Selain itu, tingkat stres yang tinggi terutama yang dialami masyarakat pekerja
sibuk juga menjadi penyebab tingginya prevalensi stroke bangsa Asia yang hidup
dalam komunitas modern.
 Cacat Bawaan
Seseorang yang memiliki cacat pada pembuluh darahnya (cadasil) beresiko
tinggi terhadap stroke. Jika seseorang mengalami kondisi seperti ini, maka mereka
umumnya akan mengalami stroke pada usia yang terbilang muda. Stroke di usia
mudabanyak penyebabnya, namun cacat bawaan membuat seseorang lebih
beresiko terhadap stroke dibanding individu lain yang normal.
 Usia
Pertambahan usia meningkatkan resiko terhadap stroke. Hal ini disebabkan
melemahnya fungsi tubuh secara menyeluruh terutama terkait dengan fleksibilitas
pembuluh darah. Sekitar dua pertiga penderita stroke adalah mereka yang berusia
diatas 65 tahun. Proses penuaan sel sejalan dengan pertambahan usia dan penyakit
yang dialami orangtua memperbesar resiko stroke di masa tua. Memasuki usia 50
tahun, resiko stroke menjadi berlipat ganda setiap usia bertambah 10 tahun. Pada
wanita, ketika memasuki masa menopause resiko stroke meningkat karena
esterogen yang semula berperan sebagai pelindung mengalami penurunan. Itu
pula yang menjadi jawaban pertanyaan stroke lebih banyak dialami oleh wanita
tua daripada pria tua.
Kaum muda tidak luput dari stroke. Berdasarkan usia penderita, para ahli
mengelompokkan stroke kelompok kaum muda menjadi dua—— kelompok yang
pertama dialami oleh mereka yang berusia dibawah 15 tahun, adapun kelompok
kedua dialami oleh mereka yang berusia 15-44 tahun. Stroke pada kaum muda
umumnya merupakan stroke hemoragik dan jarang yang merupakan stroke
iskemik.
 Gender
Pria lebih beresiko terhadap stroke dibanding wanita. Sejumlah faktor turut
memengaruhi mengapa hal tersebut dapat terjadi. Kebiasaan merokok yang lebih
banyak dilakukan oleh kaum pria menjadi slah satu pemicu stroke pada sebagian
besar kaum pria. Resiko hipertensi, hiperurisemia, dan hipertrigliseridemia yang
tinggi pada kaum pria juga turut mendongkrak tingginya resiko stroke pada kaum
adam. Pola hidup tidak teratur yang umumnya dilakukan oleh kaum pria
tampaknya merupakan sebuah alasan mengapa kaum pria lebih beresiko terhadap
stroke dibanding kaum wanita.
Secara umum, resiko stroke yang dialami kaum pria satu seperempat kali
lebih tinggi dibanding kaum wanita. Meskipun demikian, kaum wanita tidak bisa
begitu saja merasa aman—— faktanya, angka kematian akibat stroke pada kaum
wanita jauh lebih tinggi dibanding yang terjadi pada kaum pria. Dengan kata lain,
harapan hidup yang dimiliki pasien stroke pria jauh lebih besar dibanding kaum
wanita. Semua itu terjadi karena kerentanan tubuh kaum wanita tua tidak sanggup
mengatasi komplikasi akibat stroke. Faktor lain yang diduga kuat menyebabkan
wanita cenderung mengalami stroke parah karena wanita cenderung mengalami
stres dan depresi. Kondisi neurologis buruk inilah yang memperburuk kondisi
kesehatannya.
Kaum wanita tidak boleh bersenang hati dahulu karena memiliki resiko
stroke yang lebih rendah dibanding kaum pria. Wanita juga memiliki resiko yang
cukup tinggi terhadap stroke jika mereka merupakan pengguna pil KB yang
memiliki kandungan esterogen tinggi, menjalani terapi sulih hormon (hormon
replacement therapy) pasca menopause, serta kehamilan dan persalinan. Pengaruh
pil KB dan terapi sulih hormon dapat diminimalisir dengan pengaturan kadar
hormon yang tepat. Adapun kehamilan dan persalinan merupakan peristiwa yang
perlu mendapat perhatian lebih serius. Perlu diketahui bahwa resiko stroke relatif
tinggi 6 minggu pasca persalinan (post partum). Diduga kuat perubahan hormon
reproduksi yang terjadi pada wanita yang bersangkutan merupakan faktor
pemicunya.
 Riwayat Penyakit dalam Keluarga
Resiko terhadap stroke juga terkait dengan garis keturunan. Para ahli
menyatakan adanya gen resesif yang memengaruhinya. Gen tersebut terkait
dengan penyakit-penyakit yang merupakan faktor resiko pemicu stroke. Penyakit
terkait dengan gen tersebut antara lain diabetes, hipertensi, hiperurisemia,
hiperlipidemia, penyakit jantung koroner, dan kelainan pada pembuluh darah yang
bersifat menurun.
Faktor penting yang sering luput dari pengamatan adalah gaya hidup yang
terbentuk dalam sebuah keluarga. Pola diet dan kebiasaan-kebiasaan hidup sehari-
hari yang menjadi tradisi dalam sebuah keluarga yang dijalani sejak masih kecil
ternyata patut dijadikan sebagai suatu peringatan untuk mempertimbangan resiko
stroke pada diri seseorang. Kebiasaan diet yang tidak sehat yang diajarkan
orangtua, kebiasaan jajan makanan yang tidak sehat, dan hidup bermalas-malasan
merupakan faktror stroke yang perlu diwaspadai. Faktor-faktor yang
sesungguhnya dapat dikendalikan tersebut dapat dianggap sebagai faktor tidak
terkendali jika telah merekat erat dalam kehidupan seseorang. Kebiasaan buruk
inilah yang dalam pandangan ilmu nutrigenomik (ilmu yang mengaitkan status
kesehatan dengan kebiasaan hidup terutama pola diet) dianggap turut bertanggung
jawab memicu terbentuknya gen resesif—— gen yang rentan terhadap stroke.
Dengan merebaknya insiden stroke di abad modern seperti saat ini, para ahli
sepakat untuk mengungkap fakta bahwa evolusi pola hidup yang tidak sehat
merupakan pendorong terbentuknya gen yang rentan terhadap sejumlah faktor
resiko pemicu stroke.
B. Faktor yang dapat Dikendalikan
Sebagian insiden stroke terjadi karena faktor yang sesungguhnya dapat
dikendalikan. Dengan kata lain, jika faktor-faktor tersebut dieliminasi maka resiko
stroke menjadi rendah atau bahkan dapat ditiadakan. Faktor-faktor yang bisa
dikendalikan ini terdiri atas gaya hidup yang tidak sehat yang memicu terjadinya
penyakit-penyakit tertentu yang mendorong serangan otak. Mengeliminasi faktor
resiko stroke yang dapat dikendalikan tentu sangat bermakna untuk meminimalisir
kemungkinan terkena stroke.
Berikut faktor resiko yang dapat dicegah :
1. Kegemukan (obesitas)
2. Hiperlipidemia
3. Hiperurisemia
4. Penyakit jantung
5. Kebiasaan merokok
6. Kebiasaan mengonsumsi minuman beralkohol
7. Malas berolahraga
10.Konsumsi obat bebas dan obat-obatan golongan psikotropika
11. Cidera pada kepala dan leher
12. Kontrasepsi berbasis hormon
13. Stres
2.5 Gejala Klinik penyakit Stroke
A. Gejala Stroke Awal
Gejala dan tanda seseorang terkena stroke sangat beragam dan
berbeda-beda antara satu individu dengan individu lainnya. Perbedaan ini
dikarenakan otak manusia sangat kompleks. Setiap daerah di otak mempunyai
fungsi berbeda-beda. Ada yang mengatur gerakan, pancaindera, perasaan, kognitif
dan lain-lain. Gejala dan tanda dari stroke tergantung pada daerah mana yang
mengalmi kerusakan di otak, dan juga tergantung dari apakah itu karena stroke
pendarahan atau karena stroke iskemik.
Namun secara umum, tanda dan gejala stroke diantaranya :
 Munculnya kelemahan mendadak dari satu bagian tubuh, wajah, lengan, tungkai,
terutama di satu sisi badan.
 Muncul rasa baal (hilang sensasi) mendadak disatu sisi badan
 Gangguan menelan (disfagia), contohnya bila minum jadi tersedak
 Hilangnya penglihatan sebagian atau menyeluruh secara tiba-tiba
 Tiba-tiba sulit bicara atau menjadi tidak jelas berbicara atau pelo, atau tidak
memahami pembicaraan orang lain.
 Timbul nyeri kepala yang amat sangat, yang muncul secara mendadak
 Gangguan kesadaran, pingsan, koma, atau kejang.
 Hilang keseimbangan, terjatuh tiba-tiba, dan tidak mampu mengatur gerakan
tubuh
 Muncul gangguan kognitif lain seperti tiba-tiba pikun, tidak dapat berhitung,
membaca, ataupun menulis secara tiba-tiba.
Gejala-gejala diatas terutama bila timbul mendadak, harus segera
mendapat pertolongan dari dokter. Semakin cepat ditangani maka akan semakin
baik hasilnya. Gejala-gejala diatas sangat tergantung dari daerah otak mana yang
mengalami gangguan. Sebagai informasi, secara mudahnya otak kita dibagi
menjadi hemisfer, otak kanan dan otak kiri yang mempunyai peranan dan fungsi
masing-masing. Kedua bagian otak ini dibagi menjadi sisi dominan dan non
dominan, dilihat dari fungsi penggunaan sehari-hari kita bisa menggunakan
tangan untuk bekerja dan menulis. Namun, ada juga orang-orang tertentu dengan
otak dominan kanan dan mengerjakan kegiatan sehari-hari dengan tubuh sebelah
kiri lebih dominan yang biasa kita sebut kidal/ kebot. Bagian otak kanan
mengendalikan sisi tubuh tubuh sebelah kanan, sehingga bila yang terkena stroke
adalah sisi kiri tubuh. Demikian juga sebaliknya, bila yang terkena stroke adalah
sisi kiri dari otak, maka sisi tubuh yang mengalami kelumpuhan adalah sisi kanan
tubuh.
B. Gejala Stroke Ringan
Dalam beberapa menit saja mengalami stroke, sel-sel otak mulai
mati. Jadi penting sekali untuk mengenali gejala-gejalanya, agar segera
ditangani dan mendapatkan perawatan yang tepat untuk pemulihan.
Stroke ringan mungkin tidak akan menimbulkan gejala namun tetap dapat
merusak jaringan otak.
Tanda-tanda stroke antara lain :
 Tiba-tiba mati rasa atau rasa lemah pada lengan, wajah atau
kaki, terutama pada satu sisi tubuh. Gerakan refleks dan atau
sensasi hilang seluruhnya atau sebagian. Mungkin ada suatu
sensasi kesemutan di daerah yang terkena.
 Mendadak kebingungan atau kesulitan bicara atau memahami.
Kadang-kadang kelemahan pada otot-otot wajah dapat
menyebabkan keluarnya air liur tanpa terkendali.
 Tiba-tiba kesulitan melihat pada satu atau kedua mata.
 Tiba-tiba kesulitan berjalan, pusing, kehilangan keseimbangan
atau koordinasi.
 Mendadak mengalami sakit kepala berat tanpa diketahui
penyebabnya.
Siapapun dapat memiliki terserang stroke. Tetapi kemungkinan itu meningkat
jika seseorang memiliki faktor resiko tertentu yang dapat menyebabkan stroke. Kabar
baiknya bahwa sampai 80% stroke sebenarnya dapat di cegah.
2.6 Pencegahan Dan Perawatan Pasca Stoke
A. Pencegahan Stroke
Untuk bisa melakukan pencegahan stroke tentu saja kita harus tahu penyebab
terjadinya stroke. Faktor risiko yang terbanyak adalah hipertensi, diabetes,
kadar kolesterol tinggi, kekakuan pembuluh darah dan penyakit jantung. Pencegahan
stroke dapat dilakukan dengan menjalankan gaya hidup sehat, seperti pola makan
sehat, tidak merokok, olahraga teratur, menjaga berat badan dan mengendalikan
stres. Pola pencegahan ini sesuai dengan perilaku hidup yoga, sehingga tidak
mustahil untuk dikatakan bahwa yoga bisa mencegah terjadinya stroke. Untuk
rehabilitasi pasca stroke, dapat dilakukan pranayama dan latihan asana ringan.
Menjalani pola makan sehat dan meditasi juga sangat bermanfaat.
Prinsip penanganan atau penatalaksanaan pasein stroke bersifat supotif yaitu
membantu dlaam mengurangi luas kerusakan otak yang sudah terjadi dan
menecegah semakin meluasnya keruskaan otak akibat iskemik atau perdarahan.
1. Langkah pertama
Melakukan penilaian defisit neurologis dengan mempertimbangkan seberapa berat
gangguan neurologis yang terjadi dan apakah gangguan neurologis tersebut masih
akan memburuk atau membaik.
2. Langkah kedua
Menentukan jenis stroke dengan penilaian skoring dan pemeriksaan penunjang.
3. Langkah ketiga
Langkah keempat merupakan penatalaksanaan suportif. Hal ini dilakukan agar
kondisi fisik pasien cepat membaik. Sebagai contoh, elevasi kepala 30◦ untuk
mengurangi peningkatan tekanan intrakranial, badan pasien dibolak-balik untuk
menghindari terjadinya dekubitus di punggung dan pinggang. Selain itu dilakukan
kontrol tekanan darah secara kontinyu. Kontrol kadar gula darah, kolesterol dan
fungsi jantung selalu dilakukan dan diawasi dalam 48 jam pertama pasca stroke.
Diantara sekian banyak risiko stroke, hipertensi dianggap yang paling
berperan. Intervensi terhadap hipertensi dibuktikan mampu mempengaruhi
penurunan stroke dalam komuniti. Namun demikkian upaya pencegahaan stroke
tidak semata ditujukan kepada hipertensi stroke.
Ada pendekatan yang menggabungkan ketiga bentuk upaya pencegahan
dengan 4 faktor utama yang mempengaruhi penyakit ( gaya hidup, lingkungan,
biologis dan pelayanan kesehatan.
 Pencegahan Primer :
 Gaya hidup : reduksi stress, makan rendah garam, lemak dan kalori,exercise, no
smoking dan vitamin.
 Lingkungan : kesadaran akan stress kerja, kemungkinan gangguan PB (lead).
 Biologi : perhatian terhadap fakktor risiko biologis (jenis kelamin, riwayat
keluarga), efek aspirin.
 Pelayanan kesehatan : health education dan pemerisaan tensi.
 Pencegahan sekunder :
 Gaya hidup : management stres, makanan rendah garam, stop
smoking,penyesuaian gaya hidup.
 Lingkungan : penggantian kerja jika di perlukan, family counseling.
 Biologi : pengobatan yang patuh dan cegah efek samping.
 Pelayanan kesehatan : pendidikan pasien dan evaluasi penyebab sekunder.
 Pencegahan tersier :
 Gaya hidup : reduksi stres, exercise sedang, stop smoking.
 Lingkungan : jaga keamanan dan keselamatan (rumah lantai pertama, pakai
whell-chair) dan family support.
 Biologi : kepatuhan berobat, tetapi fisik dan speack therapy.
 Pelayanan kesehahtan : emergency medical technic, asuransi.
B. Perawatan Pasca Stroke
Sekali terkena serangan stroke, tidak membuat seseorang terbebas
dari stroke. Di samping dampak menimbulkan kecacatan, masih ada
kemungkinan dapat terserang kembali di kemudian hari.
Penanganan pasca stroke yang biasa dilakukan adalah:
1. Rehabilitasi. Penderita memerlukan rehabilitasi serta terapi psikis seperti terapi
fisik, terapi okupasi, terapi wicara, dan penyediaan alat bantu di unitortotik
prostetik. Juga penanganan psikologis pasien, seperti berbagi rasa,terapi wisata,
dan sebagainya. Selain itu, juga
dilakukan Community based rehabilitation (rehabilitasi bersumberdaya masyarakat)
dengan melakukan penyuluhan dan pelatihan masyarakat di lingkungan pasien
agar mampumenolong, setidaknya bersikap tepat terhadap penderita. Hal ini
akan meningkatkan pemulihan dan integrasi dengan masyarakat.
2. Penerapan gaya hidup sehat. Bahaya yang menghantui penderita stroke adalah
serangan stroke berulang yang dapat fatal atau kualitas hidup yang lebih buruk
dari serangan pertama. Bahkan ada pasien yang mengalami serangan stroke
sebanyak 6-7 kali. Hal ini disebabkan pasien tersebut tidak mengendalikan faktor
risiko stroke. Penerapan gaya hidup sehat sangat penting bagi mereka yang sudah
pernah terkena serangan stroke, agar tidakkembali diserang stroke seperti berhenti
merokok, diet rendah lemak atau kolesterol dan tinggi serat, berolahraga teratur 3
kali seminggu (30-45menit), makan secukupnya, dengan memenuhi kebutuhan
gizi seimbang,menjaga berat badan jangan sampai kelebihan berat badan, berhenti
minumalkohol dan atasi stres.
3. Selain itu konsumsi bahan-bahan makanan yang dapat mengurangi
resikotimbulnya kembali serangan stroke juga sangat diperlukan.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan.
1. Stroke (bahasa Inggris: stroke, cerebrovascular accident, CVA) adalah suatu
kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak tiba-tiba
terganggu.
2. Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan oleh Yayasan Stroke Indonesia,
masalah stroke semakin penting dan mendesak karena kini jumlah penderita
Stroke di Indonesia terbanyak dan menduduki urutan pertama di Asia. Jumlah
yang disebabkan oleh stroke menduduki urutan kedua pada usia diatas 60 tahun
dan urutan kelima pada usia 15-59 tahun. Stroke merupakan penyebab kecacatan
serius menetap no 1 di seluruh dunia.
3. Berdasarkan penyebabnya, stroke dibagi menjadi dua, yaitu stroke iskemik atau
stroke non-hemoragik dan stroke hemoragik. Stroke iskemik terjadi karena
tersumbatnya pembuluh darah otak oleh plak (materi yang terdiri atas protein,
kalsium, dan lemak) yang menyebabkan aliran oksigen yang melalui liang arteri
terhambat. Adapun stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi karena perdarahan
otak akibat pecahnya pembuluh darah otak.
4. Sebagian insiden stroke terjadi karena faktor yang sesungguhnya dapat
dikendalikan. Dengan kata lain, jika faktor-faktor tersebut dieliminasi maka resiko
stroke menjadi rendah atau bahkan dapat ditiadakan. Faktor-faktor yang bisa
dikendalikan ini terdiri atas gaya hidup yang tidak sehat yang memicu terjadinya
penyakit-penyakit tertentu yang mendorong serangan otak. Mengeliminasi faktor
resiko stroke yang dapat dikendalikan tentu sangat bermakna untuk meminimalisir
kemungkinan terkena stroke
5. Gejala dan tanda seseorang terkena stroke sangat beragam dan berbeda-
beda antara satu individu dengan individu lainnya. Perbedaan ini dikarenakan
otak manusia sangat kompleks. Setiap daerah di otak mempunyai fungsi berbeda-
beda. Ada yang mengatur gerakan, pancaindera, perasaan, kognitif dan lain-lain.
Gejala dan tanda dari stroke tergantung pada daerah mana yang mengalmi
kerusakan di otak, dan juga tergantung dari apakah itu karena stroke pendarahan
atau karena stroke iskemik.
6. Untuk bisa melakukan pencegahan stroke tentu saja kita harus tahu penyebab
terjadinya stroke. Faktor risiko yang terbanyak adalah hipertensi, diabetes,
kadar kolesterol tinggi, kekakuan pembuluh darah dan penyakit jantung. Pencegahan
stroke dapat dilakukan dengan menjalankan gaya hidup sehat, seperti pola makan
sehat, tidak merokok, olahraga teratur, menjaga berat badan dan mengendalikan
stres. Pola pencegahan ini sesuai dengan perilaku hidup yoga, sehingga tidak
mustahil untuk dikatakan bahwa yoga bisa mencegah terjadinya stroke. Untuk
rehabilitasi pasca stroke, dapat dilakukan pranayama dan latihan asana ringan.
Menjalani pola makan sehat dan meditasi juga sangat bermanfaat.
3.2 Saran.
Mencegah lebih baik daripada mengobati.Istilah ini sudah sangat lumrah di
kalangan kita.Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya stroke, maka yang harus
kita ubah mulai sekarang adalah pola hidup dan pola makan yang sehat dan
teratur, dengan memperhatikan gizi yang seimbang. Jika kita membiasakan hidup
sehat, maka kita tidak akan mudah terserang penyakit.

DAFTAR PUSTAKA

Farinq.2008. asuhan keperawatan stroke hemoragik.


http://stroke/farinqhusyank_asuhankeperawatanhemoragik.htm
Lingga, Lanny. 2013. All About Stroke. Jakarta: Elex Media Komputindo
ridwanmiruddin.2008. epidemiologi stroke.
http://ridwanmiruddin.wordpress.com/2008/01/11/epidemiologi-stroke/
http://buyungchem.wordpress.com/makalah-stroke-oleh-tri-amalia-saud/
http://mirnaaprilia.wordpress.com/2013/03/14/karya-tulis-ilmiah-sederhana/
http://ktiputuakfat.blogspot.com/2010/02/asuhan-keperawatan-pada-klien-
stroke.html

Anda mungkin juga menyukai