Anda di halaman 1dari 4

CIRCUIT BREAKER

Circuit breaker atau Sakelar pemutus tenaga adalah suatu peralatan pemutus rangkain listrik
pada suatu system tenaga listrik, yang mempunyai kemampuan untuk membuka ataupun menutup
rangkaian listrik pada keadaan apapun, termasuk arus hubungan singkat, sesuai dengan ratingnya,
juga pada kondisi yang dimana teganagn normal dan tidak normal. Circuit breaker biasa
dipergunakan diberbagai panel listrik seperti Panel Listrik rumah-rumah, terminal listrik umum,
perusahaan, sekolah-sekolah, dan yang lainnya.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu PMT agar dapat melakukan hal-hal diatas, adalah
sebagai berikut:
1. Mampu menyalurkan arus maksimum sistem secara terus-menerus.
2. Mampu memutuskan dan menutup jaringan dalam keadaan berbeban maupun terhubung
singkat tanpa menimbulkan kerusakan pada pemutus tenaga itu sendiri.
3. Dapat memutuskan arus hubung singkat dengan kecepatan tinggi agar arus hubung singkat tidak
sampai merusak peralatan sistem, membuat sistem kehilangan kestabilan, dan merusak pemutus
tenaga itu sendiri.

Setiap PMT dirancang sesuai dengan tugas yang akan dipikulnya, ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan dalam rancangan suatu PMT, yaitu:
1. Tegangan efektif tertinggi dan frekuensi daya jaringan dimana pemutus daya itu akan dipasang.
Nilainya tergantung pada jenis pentanahan titik netral sistem.
2. Arus maksimum kontinyu yang akan dialirkan melalui pemutus daya. Nilai arus ini tergantung pada
arus maksimum sumber daya atau arus nominal beban dimana pemutus daya tersebut terpasang
3. Arus hubung singkat maksimum yang akan diputuskan pemutus daya tersebut.
4. Lamanya maksimum arus hubung singkat yang boleh berlangsung. hal ini berhubungan dengan
waktu pembukaan kontak yang dibutuhkan.
5. Jarak bebas antara bagian yang bertegangan tinggi dengan objek lain disekitarnya.
6. Jarak rambat arus bocor pada isolatornya.
7. Kekuatan dielektrik media isolator sela kontak.
8. Iklim dan ketinggian lokasi penempatan pemutus daya.

Tegangan pengenal PMT dirancang untuk lokasi yang ketinggiannya maksimum 1000 meter diatas
permukaan laut. Jika PMT dipasang pada lokasi yang ketinggiannya lebih dari 1000 meter, maka
tegangan operasi maksimum dari PMT tersebut harus dikoreksi dengan faktor yang diberikan pada
tabel 1.
Tabel 1. Faktor Koreksi antara Tegangan vs Lokasi

Proses Terjadinya Busur Api


Pada waktu pemutusan atau penghubungan suatu rangkaian sistem tenaga listrik maka pada PMT
akan terjadi busur api, hal tersebut terjadi karena pada saat kontak PMT dipisahkan , beda potensial
diantara kontak akan menimbulkan medan elektrik diantara kontak tersebut, seperti ditunjukkan
pada gambar 1.

Gambar 3.1 Pembentukan Busur Api

Arus yang sebelumnya mengalir pada kontak akan memanaskan kontak dan menghasilkan emisi
thermis pada permukaan kontak. Sedangkan medan elektrik menimbulkan emisi medan tinggi pada
kontak katoda (K). Kedua emisi ini menghasilkan elektron bebas yang sangat banyak dan bergerak
menuju kontak anoda (A). Elektron-elektron ini membentur molekul netral media isolasi dikawasan
positif, benturan-benturan ini akan menimbulkan proses ionisasi. Dengan demikian, jumlah elektron
bebas yang menuju anoda akan semakin bertambah dan muncul ion positif hasil ionisasi yang
bergerak menuju katoda, perpindahan elektron bebas ke anoda menimbulkan arus dan
memanaskan kontak anoda.

Ion positif yang tiba di kontak katoda akan menimbulkan dua efek yang berbeda. Jika kontak terbuat
dari bahan yang titik leburnya tinggi, misalnya tungsten atau karbon, maka ion positif akan akan
menimbulkan pemanasan di katoda. Akibatnya, emisi thermis semakin meningkat. Jika kontak
terbuat dari bahan yang titik leburnya rendah, misal tembaga, ion positif akan menimbulkan emisi
medan tinggi. Hasil emisi thermis ini dan emisi medan tinggi akan melanggengkan proses ionisasi,
sehingga perpindahan muatan antar kontak terus berlangsung dan inilah yang disebut busur api.

Untuk memadamkan busur api tersebut perlu dilakukan usaha-usaha yang dapat menimbulkan
proses deionisasi, antara lain dengan cara sebagai berikut:
1. Meniupkan udara ke sela kontak, sehingga partikel-partikel hasil ionisai dijauhkan dari sela kontak.
2. Menyemburkan minyak isolasi kebusur api untuk memberi peluang yang lebih besar bagi proses
rekombinasi.
3. Memotong busur api dengan tabir isolasi atau tabir logam, sehingga memberi peluang yang lebih
besar bagi proses rekombinasi.
4. Membuat medium pemisah kontak dari gas elektronegatif, sehingga elektron-elektron bebas
tertangkap oleh molekul netral gas tersebut.

Jika pengurangan partikel bermuatan karena proses deionisasi lebih banyak daripada penambahan
muatan karena proses ionisasi, maka busur api akan padam. Ketika busur api padam, di sela kontak
akan tetap ada terpaan medan elektrik. Jika suatu saat terjadi terpaan medan elektrik yang lebih
besar daripada kekuatan dielektrik media isolasi kontak, maka busur api akan terjadi lagi.

B. Jenis-Jenis Circuit Breaker


Ada beberapa jenis daripada Circuit Breaker ini, dari bentuk, kegunaan, memiliki perbedaan. Tetapi
fungsinya masih sama yaitu sebagai penghubung/pemutus tegangan listrik. Berikut ini adalah jenis-
jenis Circuit Breaker :
1) MCB (Miniatur Circuit Breaker)
MCB adalah suatu rangkaian pengaman yang dilengkapi dengan komponen thermos (Bimetal) untuk
pengaman beban lebih dan juga dilengkapi relay elektromagnetik untuk pengaman hubungan
singkat. MCB banyak digunakan untuk pengaman sirkuit satu fasa ataupun tiga fasa. Keuntungan
menggunakan MCB yaitu, dapat memutuskan rangkaian tiga fasa walaupun terjadi hubungan singkat
pada salah satu fasanya, Dapat digunakan kembali setelah rangkaian diperbaiki akibat hubungan
sungkat atau kelebihan beban, dan mempunyai respon yang baik apabila terjadi hubung singkat atau
kelebihan beban.
Dalam MCB terdapat dua jenis pengaman yaitu secara thermos dan elektromagnetis, pengaman
thermos berfungsi untuk mengamankan arus beban lebih sedangkan pengaman elektromagnetis
berfungsi untuk mengamankan jika terjadi hubung singkat. Pengaman thermos pada MCB memiliki
prinsip yang sama dngan thermal overload yang menggunakan dua buah logam yang digabungkan
(Bimetal) pengamanan secara thermos memiliki kelambatan, ini tergantung pada besarnya arus yang
harus diamankan, sedangkan pengaman elektromagnetk menggunakan sbuah kumparan yang dapat
menarik sebuah angker atau besi lunak.

MCB dibuat hanya memiliki satu kutub untuk pengaman satu fasa, sedangkan untuk pengaman tiga
fasa biasanya memiliki tiga kutub dengan tuas yang disatukan, sehingga apabila terjadi gangguan
pada salah satu kutub maka yang lainnya juga akan ikut terputus. Berdasarkan penggunaan dan
daerah kerjanya, MCB dapat digolongkan menjadi 5 jenis cirri yaitu sebagai berikut :
a) Tipe Z (Rating dan breaking capacity kecil) digunakan untuk pengaman rangkaian semikonduktor
dan trafo-trafo yang sensitive terhadap tegangan.
b) Tipe K (Rating dan breaking capacity kecil) digunakan untuk mengamankan alat-alat rumah
tangga.
c) Tipe G (Rating Besar) untuk pengamana motor.
d) Tipe L (Rating Besar) untuk pengaman kabel atau jaringan.
e) Tipe H untuk pengaman instalasi penerangan bangunan.

2) MCCB (Mold Case Circuit Breaker)


MCCB merupakan salah satu alat pengaman yang dalam proses operasinya mempunyai du fungsi
yaitu sebagai pengaman dan sebagai alat untuk penghubung. Jika dilihat dari segi pengaman, maka
MCCB dapat berfungsi sebagai pengaman gangguan arus hubung singkat dan arus beban lebih. Pada
jenis tertentu pengaman ini mempunyai kemampuan yang dapat diatur sesuai dengan yang
diinginkan.

3) ACB (Air Circuit Breaker)


ACB merupakan jenis circuit breaker dengan seana pemadam busur api berupa udara. ACB dapat
digunakan pada tegangan rendah dan tegangan menengah. Udara pada tekanan ruang atmosfer
digunakan sebagai peredam busur api yang timbul akibat proses switching maupun gangguan.

4) OCB (Oil Circuit Breaker)


OCB adalah jenis circuit breaker yang menggunakan bahan minyak sebagai sarana pemadam busur
api yang timbul saat terjadi gangguan. Bila terjadi terjadi busur api dalam minyak, maka minyak yang
dekat busur api akan dikelilingin oleh gelembung-gelembung uap minyak dan gas. Gas yang
terbentuk tersebut mempunyai sifat thermal conductivity yang baik dengan tegangan ionisasi tinggi
sehingga baik sekali digunakan sebagai bahan media pemadam loncatan bunga api.

5) VCB (Vacuum Circuit Breaker)


VCB memiliki ruang hampa udara untuk memadamkan busur api, pada saat circuit breaker terbuka,
sehingga dapat mengisolir hubungan setelah bunga api terjadi, akibat gangguan atau sengaja
dilepas. Salah satu tipe dari circuit breaker adalah recloser. Recloser hampa udara dibuat untuk
memutuskan dan menyambung kembali arus bolak balik pada rangkaian secara otomatis. Pada saat
melakukan pengesetan besaran waktu sebelumnya atau pada saat recloser dalam keadaan terputus
yang kesekian kalinya, maka recloser akan terkunci, sehingga recloser harus dikembalikan pada
posisi semula secara manual.

6) SF6CB (Sulfur Circuit Breaker)


SF6CB adalah pemutus rangkaian yang menggunakan gas SF6 sebagai saran pemadam busur api. Gas
SF6 merupakan gas berat yang mempunyai sifat dielektrik dan sifat memdamkan busur api yang baik
sekali. Prinsip pemadam busur apinya adalah gas SF6 dituipkan sepanjang busur api, gas ini akan
mengambil panans dari busur api tersebut dan akhirnya padam.

Anda mungkin juga menyukai