Anda di halaman 1dari 14

3.

02 Gangguan Gastrointestinal Week 1

Daftar isi

..............................................................................................2
Pengajar :
Noters :
Editor :
Korektor :

..............................................................................................18
Pengajar :
Noters :
Editor :
Korektor :

Screener: Michael Sinarta

Copyright © 2016-2018 by Caem, All right Reserved


Costae FK UKDW|1
3.02 Gangguan Gastrointestinal Week

Gambaran Klinis :

 Cullen sign(Warna merah kebiruan di sekitar umbilikus)

 Grey Turner sign (Warna kemerahan di daerah pinggang/ flanks)

 Pada kasus berat dapat terjadi syok hipovolemik dan MOF (Multi Organ Failure)

Grey Turner Sign

Cullen’s Sign

 LABORATORIUM :

 Amylase: diproduksi di pankreas dan kelenjar ludah.

 Didapatkan dg kadar rendah di beberapa jaringan, shg tes ini tdk spesifik
 Amylase mungkin bisa normal pada PA
 Spesifisitasnya rendah
 Lipase: ditemukan terutama di Pankreas, mukosa usus dan hati.

 Diekskresikan lewat ginjal, sehingga pada gagal ginjal kadar amylase akan
tinggi
 Lipase lebih akurat dari pada Amlase untuk mendeteksi PA, Spesifitas lebih
baik (90% vs 75%)

Copyright © 2016-2018 by Caem, All right Reserved


2|Costae FK UKDW
3.02 Gangguan Gastrointestinal Week 1

RADIOLOGIS :
 Rontgen Thorak/Abdomen:
 Kalsifikasi pannkreas ditemukan pada pankreatitis kronik
 Dapat terlihat sentinel loop, peninggian hemi-diafragma, efusi pleura

 USG abdomen: dapat mendektsi batu empedu

 MSCT Abdomen: penting untuk menentukan derajat beratnya penyakit dan


prognosis
 Rongent Abdomen :
Acute Pancreatitis:
 Bervariasi shg sensitifitas rendah
 Normal

 Ileus Lokal (“sentinel loop”) atau


 “Colon cut-off sign” terjadi karena spasme kolon deseanden yg disebabkan adanya
peradangan.

Copyright © 2016-2018 by Caem, All right Reserved


Costae FK UKDW|3
3.02 Gangguan Gastrointestinal Week

 Rontgen Abdomen
Chronic Pancreatitis
 Kalsifikasi (Tampak pada 30% pasien)

USG ABDOMEN :
 Tampak pembesaran pankreras dan hipoekoik pankreas (acute)

 Sensitivitas 62-95% utk mendiagosis pankreatitis akut

 Dapat ditemukan juga:

 Kalsifikasi
 Dilatasi duktus

 Pseudokista

Copyright © 2016-2018 by Caem, All right Reserved


4|Costae FK UKDW
3.02 Gangguan Gastrointestinal Week 1

USG ABDOMEN :

PSEUDOKISTA

PSEUDOKISTA

Copyright © 2016-2018 by Caem, All right Reserved


Costae FK UKDW|5
3.02 Gangguan Gastrointestinal Week

MSCT ABDOMEN :
 Penunjang diagnosis yg baik untuk deteksi Pankreatitis akut, namun juga dapat
bermanfaat pada pankreastitis kronik
 Sensitivitas 60%, specificitas 98%

 Dapat ditemukan:
 Peripancreatic inflammation

 Nekrosis
 Pseudokista

 Kalsifikasi
Dilatasi common bile duct

Abdominal CT: Acute

pseudokista

Abdominal CT : Chronic

KALSIFIKASI

Copyright © 2016-2018 by Caem, All right Reserved


6|Costae FK UKDW
3.02 Gangguan Gastrointestinal Week 1

Prognosis :
 Ada beberapa macam sistem skoring utk menentukan prognosis panktreatitis akut
 RANSON (Paling populer)
 APACHE II
 CT severity Index
 Imrie Score
Ranson Criteria :
 Pada saat masuk RS
 Age > 55

 WBC > 16,000


 Glucose > 200

 LDH > 350


 AST > 250

 48 jam pertama : o 5 % mortality risk : skor <


2
o Hematocrit drop > 10%
o 15 % - 20 % mortality risk:
o Serum calcium < 8
skor 3 -4
o Base deficit > 4.0
o 40 % mortality risk: skor 5
o Increase in BUN > 5 –6

o Fluid sequestration > 6L o 9 9 % mortality risk: skor


>
o Arterial PO2 < 60

KOMPLIKASI PANKREATITIS AKUT :


 PARU: efusi pelura, ARDS
 CARDIO VASKULER: perdarahan, syok, depresi miokard
 Metabolik: Hypocalcemia, hyperglycemia, Hyperlipidemia, coagulopathy/DIC

 Lain-lain: Gagal ginjal akut, abses, pseudokista, perforsai kolon.

TREATMENT :
 Prinsip Umum: istirahatkan pankreas
 Stop makan minum
 Nutrisi Parenteral

Copyright © 2016-2018 by Caem, All right Reserved


Costae FK UKDW|7
3.02 Gangguan Gastrointestinal Week

 Resusitasi cairan
 NGT bila diperlukan

 Beri anti nyeri yang kuat (morphin/pethidin),

 Anti-emetik (Metoklopramid/Ondansetron)
 Antibiotik :
 Terutama untuk gram negatif

 IV imipenem atau quinolone dikombinasi dengan Metronidazole

 Pasien pankreatitis akut ringan tanpa ada penyakit sistemik atau penyakit bilier, dapat
makan dan minum cukup dan tidak terlalu nyeri dapat diterapi rawat jalan.
 Pasien diluar itu harus rawat inap

Perforasi Usus
o Definisi
 Perforasi usus adalah perforasi atau ruptur pada dinding usus karena berbagai
penyebab sehingga sebagian isi usus terlepas dan masuk ke dalam rongga peritoneum
abdomen kemudian dapat berlanjut menjadi peritonitis dan sepsis.
 Berdasarkan penyebab perforasi :

 Perforasi non trauma : ulkus peptik, ulkus duodenum, demam tifoid,


apendisitis.
 Perforasi trauma : trauma tajam, trauma tumpul.

 Berdasarkan tempat perforasi :

 Perforasi libera : rongga abdomen.

 Perforasi tekta : adesi kantung buatan.


o Patofisiologi :
 Usus kecil bagian distal (jejunum dan ileum) ditempati oleh bakteri aerob (e. coli) dan
bakteri anaerob (terutama bacteriodes fragilis)
 Terlepasnya bakteri karena perforasi usus akan menyebabkan masuknya bakteri ke
dalam rongga peritoneal abdomen kemudian akan merangsang masuknya berbagai sel
inflamasi akut
 Omentum dan berbagai organ viseral cenderung melokalisir proses peradangan lalu
menghasilkan phlegmon (biasa terjadi pada perforasi kolon)
 Adanya hipoksia lokal akan memfasilitasi tumbuhnya bakteri anaerob dan
mengganggu aktivitas bakterisidal dari granulosit sehingga lebih meningkatkan
aktivitas fagosit daripada granulosit, degradasi berbagai sel dan pengentalan cairan

Copyright © 2016-2018 by Caem, All right Reserved


8|Costae FK UKDW
3.02 Gangguan Gastrointestinal Week 1

sehingga membentuk abses, efek osmotik dan pergeseran cairan yang lebih banyak ke
lokasi abses lalu diikuti pembesaran abses pada perut
 Bila tidak teratasi maka akan terjadi bakteriemia, sepsis, multiple organ failure dan
shock.

o Diagnosis :
1. Anamnesis
 Riwayat trauma abdomen (trauma tajam atau trauma tumpul) pada dada
bagian bawah atau abdomen
 Riwayat minum aspirin, NSAID atau steroid terutama pada orang tua

 Nyeri abdomen : onset, lokasi, durasi, karakteristik, kondisi yang


memperburuk, kondisi yang memperingan dan gejala lain yang berhubungan
dengan nyeri abdomen
 Muntah : sering pada kholesistitis akut, jarang pada perforasi ulkus peptik,
nyeri mendahului muntah 3-4 jam sebelumnya pada appendisitis
 Cegukan : terlambat pada perforasi ulkus peptic

 Nyeri abdomen :
 Perforasi usus ec. ulkus peptic : nyeri abdomen hebat tiba-tiba setelah makan,
nyeri bahu (tanda Kerr), riwayat gastritis, kadang muntah
 Perforasi usus ec. divertikulitis atau ec. appendisitis akut : nyeri abdomen di
abdomen kuadran bawah, nyeri abdomen setelah 48 jam akan berkembang
menjadi apendisitis akut pada 30-40% pasien orang tua
 Perforasi usus ec. appendisitis akut : nyeri abdomen di abdomen kuadran
kanan bawah kecuali jika berkembang menjadi peritonitis, nyeri abdomen
setelah beberapa jam akan berkembang menjadi apendisitis akut pada pasien
orang muda.
2. Pemeriksaan Fisik :

 Tanda vital : perubahan hemodinamik


 Pemeriksaan abdomen

 Pemeriksaan rektum & bimanual vagina dan pelvis


3. Pemeriksaan Abdomen
o Inspeksi :
 Tanda cedera (luka), abrasi atau ekimosis pada dinding abdomen

Copyright © 2016-2018 by Caem, All right Reserved


Costae FK UKDW|9
3.02 Gangguan Gastrointestinal Week

 Pola pernapasan, pergerakan abdomen saat bernapas, distensi atau discolorisasi


(perubahan warna kulit) abdomen
 Perforasi ec. ulkus peptik : berbaring dengan sedikit gerakan, kaki ditekuk (fleksi
pada lutut), abdomen seperti papan (boardlike)
 Peritonitis : dinding perut tegang & kaku, pernapasan dangkal, takikardi, suhu normal,
tanda udara bebas intraperitoneal
 Trauma perut : jejas pada dinding perut.

o Palpasi
 Massa atau nyeri tekan

 Peritonitis : takikardi, demam, nyeri tekan seluruh abdomen, nyeri ketok, nyeri lepas,
kekakuan dinding perut (nyeri dan kaku karena adanya darah atau cairan usus yang
memberikan rangsangan peritoneum).
 Perdarahan intra abdominal : rasa kembung, konsistensi seperti adonan roti.

o Perkusi
 Indikasi adanya peradangan peritoneum

 Pneumoperitoneum (gejala patognomonik perforasi intestinal) : pekak hati mengecil


atau menghilang
o Auskultasi
 Peritonitis umum (peritonitis difusa) : suara usus (bising usus) tidak ada

Pemeriksaan rektum & bimanual vagina dan pelvis


 Dapat membantu menilai kondisi seperti appendicitis acuta, abscess tuba ovarian yang
ruptur dan divertikulitis acuta yang perforasi
 Kelainan kolon : darah
 Kuldosintesis : darah dalam lambung

4. Pemeriksaan Penunjang
o Laboratorium
 Leukositosis : indikasi infeksi

 Kultur darah : organisme aerob dan anaerob


o Radiologi
Posisi terlentang dan tegak abdomen
 Udara bebas subdiafragma : posisi terlentang, jika jumlah udara banyak, permukaan
dalam & luar dari permukaan dinding abdomen dapat jelas dibedakan

Copyright © 2016-2018 by Caem, All right Reserved


10 | C o s t a e F K U K D W
3.02 Gangguan Gastrointestinal Week 1

 Ligamentum falciparum : tampak sebagai struktur obliq dari kuadran kanan atas
sampai dengan umbilikus terutama saat gas banyak terdapat pada sisi lain ligamentum
 Air fluid level (udara bebas) : posisi tegak abdomen, indikasi
hydropneumoperitoneum atau pyopneumoperitoneum.
o USG
 Udara terlokalisasi

 Lokasi perforasi usus


 Evaluasi hepar, spleen, pancreas, ginjal, ovarium, adrenal dan uterus

o CT scan abdomen
 Bukti perforasi misalnya perforasi usus ec. ulkus duodenal dengan kebocoran pada
kandung kemih dan panggul kanan dengan atau tanpa udara bebas nyata
 Perubahan inflamasi pada jaringan lunak dan abses fokal divertikulosis.

o Penatalaksanaan :
 Terapi utama perforasi usus adalah pembedahan berupa :

 Laparotomy explorasi
 Penutupan perforasi usus dengan pencucian pada rongga peritoneum (evakuasi
medis)
o Tujuan pembedahan :
 Memperbaiki masalah dasar anatomi : memperbaiki atau mengangkat bagian usus
yang mengalami perforasi.
 Memperbaiki penyebab peritonitis.

 Mengeluarkan benda asing (feses, makanan, empedu, sekresi gastrik, sekresi


intestinal, darah) di kavitas peritoneum yang menghambat sel darah putih dan
memacu pertumbuhan bakteri.
o Komplikasi :
 Infeksi luka
 Luka gagal menutup

 Abses abdominal
 Kegagalan multi organ dan shock septik

 Gagal ginjal dan ketidakseimbangan cairan, elektrolit dan pH


 Perdarahan mukosa gastrointestinal

Copyright © 2016-2018 by Caem, All right Reserved


C o s t a e F K U K D W | 11
3.02 Gangguan Gastrointestinal Week

 Obstruksi intestinal

 Akut abdomen : perforasi gastrointestinal sebagai penyebab umum.

o Prognosis :
 Tergantung proses penyakit dan lamanya perforasi

 Biasanya berhasil diperbaiki dengan pembedahan.

ATRESIA ANI
 Definisi :
 Atresia ani, yang kini dikenal sebagai malformasi anorektal (MAR) adalah suatu
kelainan kongenital yang menunjukkan keadaan tanpa anus atau dengan anus yang
tidak sempurna. Malformasi anorektal merupakan kelainan kongenital yang sering
kita jumpai pada kasus bedah anak.
 Etiologi :
 Etiologi malformasi anorektal belum diketahui secara pasti.
 Akibat dari abnormalitas perkembangan embriologi anus, rektum dan traktus
urogenital, dimana septum tidak membagi membran kloaka secara sempurna.
 Epidemiologi :
 Malformasi anorektal terjadi pada 1 dari 4000-5000 kelahiran baru. Frekuensi pada
anak laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan.
 Klasifikasi :
 Pena pada tahun 1995 membuat klasifikasi yang lebih sederhana

 Patofisiologi :
 Terjadi karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit karena
gangguan pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik 
sehingga anus dan rektum berkembang dari embrionik bagian belakang.

Copyright © 2016-2018 by Caem, All right Reserved


12 | C o s t a e F K U K D W
3.02 Gangguan Gastrointestinal Week 1

 Ujung ekor dari bagian belakang berkembang menjadi kloaka yang merupakan bakal
genitourinari dan struktur anorektal. Terjadi stenosis anal karena adanya penyempitan
pada kanal anorektal
 Terjadi atresia anal karena tidak ada kelengkapan dan perkembangan struktur kolon
antara 7-10 minggu dalam perkembangan fetal. Kegagalan migrasi dapat juga karena
kegagalan dalam agenesis sakral dan abnormalitas pada uretra dan vagina
 Tidak ada pembukaan usus besar yang keluar melalui anus sehingga menyebabkan
fekal tidak dapat dikeluarkan sehingga intestinal mengalami obstruksi.
 Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, sehingga bayi baru lahir
tanpa lubang anus.
 Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan, terdapat tiga letak :

 Tinggi (supralevator) : rektum berakhir di atas M. levator ani (M. puborektalis)


dengan jarak antara ujung buntu rektum dengan kulit perineum lebih dari 1 cm.
Letak upralevator biasanya disertai dengan fistel ke saluran kencing atau
saluran genital.
 Intermediate : rektum terletak pada M. levator ani tetapi tidak menembusnya.
 Rendah : rektum berakhir di bawah M. levator ani sehingga jarak antara kulit
dan ujung rektum paling jauh 1 cm
o Manifestasi Klinik :
 Bayi muntah-muntah pada 24-48 jam setelah lahir dan tidak terdapat defekasi
meconium.
 Pada bayi wanita sering ditemukan fistula rektovaginal (dengan gejala bila bayi buang
air besar feses keluar dari (vagina) dan jarang rektoperineal, tidak pernah
rektourinarius.
 Pada bayi laki-laki dapat terjadi fistula rektourinarius dan berakhir di kandung kemih
atau uretra dan jarang rektoperineal.
o Gejala yang akan timbul :
 Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran.

 Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rektal pada bayi.

 Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang letaknya salah.

 Perut kembung.
 Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.

Copyright © 2016-2018 by Caem, All right Reserved


C o s t a e F K U K D W | 13
3.02 Gangguan Gastrointestinal Week

Copyright © 2016-2018 by Caem, All right Reserved


14 | C o s t a e F K U K D W

Anda mungkin juga menyukai