A. Definisi
Nephrotic syndrome adalah kumpulan gejala yang disebabkan oleh adanya
injuri glomerular yang terjadi pada anak dengan karakteristik ; proteinuria,
hypoproteinuria, hypoalbuminemia, hyperlipidemia dan edema.
Sindrom nefrotik adalah status klinis yang ditandai dengan peningkatan
permeabilitas membran glomerulus terhadap protein, yang mengakibatkan kehilangan
protein urinaris yang massif.
B. Etiologi
- Timbul setelah kerusakan glomerulus akibat (Systemic Lapus Eryhematous,
Diabetes Mellitus, dan Skle cell disease).
- Respon alergi, glomerulonefritis. Dikaitkan dengan respon imun (abnormal
imunoglubulin).
C. Patofisiologis
- Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada
hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria. Kelanjutan dari
proteinuria menyebabkan hypoalbuminemia. Dengan menurunnya albumin,
tekanan osmotik plasma menurun sehingga cairan intravaskuler berpindah ke
dalam interstisial. Perpindahan cairan tersebut menjadikan volumecairan
intravaskuler berkurang, sehingga menurunkan jumlah aliran darah ke renal
karena hypovolemi.
- Menurunnya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan
merangsang produksi renin angiotensin dan peningkatan sekresi antidiuretik
hormon (ADH) dan sekresi aldosteron yang kemuadian terjadi retensi natrium dan
air. Dengan retensi natrium dan air, akan menyebabkan edema.
- Terjadi peningkatan cholesterol dan triglycerida serum akibat dari peningkatan
stimulasi produksi lipoprotein karena penurunan plasma albumin atau penurunan
onkotik plasma.
- Adanya hyperlipidernia juga akibat dari meningkatnya produksi lipoprotein dalam
hati yang timbul oleh karena kompensasi hilangnya protein dan lemak akan
banyak dalam urine (lipiduria).
- Menurunnya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan disebabkan oleh
karena hypoalbuminemia, hyperlipidemia atau defisiensi seng.Menurunnya respon
imun karena sel imun tertekan, kemungkinan disebabkan oleh karena
hypoalbuminemia, hyperlipidemia atau defisiensi seng.
D. Manisfestasi klinis
- Edema, dari edema muka dan berlanjut ke abdomen daerah genital, dan
ekskremitas bawah.
- Anorexia
- Fatigue
- Nyeri abdomen
- Berat badan meningkat
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan urin; meningkatnya protein dalam urine
2. Pemeriksaan serologis untuk infeksi dan kelainan imunologis.
3. Usg ; terdapat tanda tanda glomerulonefritis kronik.
4. Biopsi ginjal ; Biopsi ginjal diindikasikan pada anak SN kongenital, onset usia >
8 tahun, resisten steroid, dependen steroid atau frequent relaps, serta terdapat
manisfestasi nefritik signifikan.
5. Pemeriksaan darah
F. Penatalaksanaan
Tujuan terapi adalah untuk mecegah kerusakan ginjal lebih lanjut dan
menurunkan resiko komplikasi. Pengobatan sindrom nefrotik hanya besifat
simfomatik, untuk mengurangi atau menghilangkan proteinuria dan memperbaiki
keadaan hipoalbuminumia, mencegah dan mengatasi komplikasinya, yaitu :
Penatalaksanaan terapeutik
Diit tinggi protein
Pembatasan sodium
Pemberian antibiotik untuk mencegah infeksi
Terapi diuretik sesuai program
Terapi albumin jika intake oral dan output urine berkurang
Terapim prednison dengan dosis 2 mg/kg/hari sesuai program.
Penatalaksanaan perawatan
Pengkajian
Riwayat keperawatan
Pemeriksaan fisik khususnya fokus edema
Monitor tanda tanda vital dan deteksi infeksi dini atau hypovolemi
Status hidrasi
Monitor hasil laboratorium dan pantau urine setiap hari ( apakah ada
kandungan proten dalam urine )
Pengakajian pengetahuan keluarga tentang kondisi dan pengobatan.
G. Komplikasi
- Hypovolemi
- Infeksi pneumococcus
- Dehidrasi
- Hilangnya protein dalam urine
- Venous thrombosis
H. Pathway
Nefrotik sindrom
Glomerulunefritis
Proteinuria
Edema
Resiko kerusakan
integritas kulit Nutrisi kurang dari kebutuhan
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Biodata
Biodata anak mencakupi nama, umur, jenis kelamin. Biodata orang tua perlu
ditanyakan untuk mengetahui status sosial anak meliputi nama, umur, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat.
2. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kehamilan dan persalinan
2) Riwayat Imunisasi
3) Riwayat perkembangan
4) Riwayat sosial
5) Pola nutrisi
6) Pola eleminasi
7) Pola aktifitas dan latihan
8) Pola istirahat dan tidur
3. Pemeriksaan fisik khususnya fokus edema
4. Monitor tanda tanda vital dan deteksi infeksi dini atau hypovolemi
5. Status hidrasi
6. Pengkajian pengetahuan keluarga tentang kondisi dan pengobatan
B. Diagnosa keperawatan
1. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia.
3. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema dan menurunnya
sirkulasi.
4. Kecemasan pada anak atau keluarga berhubungan dengan hospitalisasi anak.
C. Intervensi keperawatan
1. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun.
Setelah dilakukan tindakan 3 x 24 jam
Observasi tanda tanda infeksi
R : untuk mengetahui adanya gejala infeksi.
Ajarkan cara menghindari infeksi
R : agar tidak terjadi infeksi
Ajarkan klien dan keluarga untuk mengetahui tanda dan gejala infeksi
R : untuk meminimalkan terjadinya infeksi
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotic.
R : untuk meminimalkan terjadinya infeksi
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia.
Monitor nutrisi
R : untuk mengetahui status nutrisi
Berikan informasi kepada keluarga tentang kebutuhan nutrisi
R : untuk memberi pengetahuan tentang kebutuhan nutrisi
Anjurkan keluarga untuk memberi makanan pada anaknya sedikit tapi
sering.
R : untuk mempertahankan kebutuhan nutrisi
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk diet makanan dan pemberian obat nafsu
makan serta vitamin.
R : untuk meningkatkan nafsu makan
3. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema dan menurunnya
sirkulasi.
Observasi tanda tanda vital
R : mengetahui keadaan umum pasien
Berikan perawatan kulit
R : memberikan kenyamanan pada anak dan mencegah kerusakan kulit
Hindari pakaian ketat
R : dapat mengakibatkan area yang menonjol tertekan
Ubah posisi sesering mungkin
R : untuk mencegah terjadinya dekubitus
Berikan edukasi kepada ibu atau keluarga pasien untuk dapat mengubah
posisi pasien
R : untuk mencegah terjadinya dekubitus
Kolaborasi untuk pemberian obat topikal (bedak)
R : untuk mencegah terjadinya iritasi pada kulit
4. Kecemasan pada anak atau keluarga berhubungan dengan hospitalisasi anak.
Libatkan keluarga dalam melakukan tindakan keperawatan
R : agar anak merasa lebih aman
Berikan terapi bermain atau kesenian
R : agar anak tidak merasa jenuh/bosan/tegang
Berikan pujian jika anak mau diberikan tindakan keperawatan
R : agar anak merasa senang
Lakukan kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi baik verbal
maupun non verbal ( sentuhan, belaian)
R : agar anak merasa nyaman/tidak takut lagi saat akan dilakukan tindakan
keperawatan