Anda di halaman 1dari 22

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Autoklaf
Autoklaf adalah sebuah alat yang digunakan untuk melakukan sterilisasi dengan
memanfaatkan panas uap air di bawah tekanan. Alat sterilisasi ini menggunakan metode
uap panas basah bertekanan dengan lama proses sterilisasi adalah 15 menit pada suhu 121
derajat cellcius pada tekanan 1 atm. Temperatur panas uap air pada tekanan atmosfer
hanya mencapai 100 °C. Akan tetapi, temperatur akan meningkat dengan adanya tekanan,
misalnya pada tekanan 1 bar (kira-kira 15 lb/in2) temperatur menjadi 121°C. Bakteri akan
dibunuh pada temperatur tersebut kurang lebih selama 15-20 menit (Collins & Lyne, 2004;
Black, 2008). Autoklaf dapat digunakan untuk sterilisasi kultur media, jarum suntik, dan
larutan yang termostabil.
Sterilisasi dengan menggunakan autoklaf memiliki kisaran tekanan, waktu dan
temperatur, tergantung material yang akan disterilisasi. Tekanan yang dipakai pada alat
autoklaf berkisar antara 15-20 lb, temperatur yang diizinkan berkisar antara 121-125 °C
(250-256 °F), dan waktu yang dibutuhkan berkisar antara 15-45 menit, tergantung bahan
atau material yang akan dimuat (Morello dkk., 2003). Udara juga merupakan faktor penting
yang memengaruhi keefektifan alat autoklaf. Kehadiran udara pada muatan autoklaf akan
memberi pengaruh kurang baik terhadap penetrasi panas uap air ke kultur media.

Sementara itu, untuk mengecek alat autoklaf masih bekerja baik atau tidak, diperlukan
pengetesan menggunakan indikator biologi. Indikator biologi yang lazim digunakan adalah
endospora Bacillus stearothermophilus. Spora bakteri tersebut dipakai karena sporanya
dapat resistan terhadap panas. Apabila setelah sterilisasi masih ditemukan spora bakteri
tersebut, berarti alat autoklaf sedang bermasalah. Cara pengecekan dimulai dengan
menaruh strip yang mengandung spora bakteri dengan material yang disterilisasi pada
autoklaf. Setelah proses sterilisasi selesai, tiap strip ditempatkan di dalam medium
cair. Apabila terjadi perubahan warna pH indikator pada medium cair, berarti proses
sterilisasi tidak berjalan sukses.
Bagian-bagian autoclave
1) Gravity Displacement Autoclave
Jenis autoclave yang satu ini merupakan standar dan paling umum dari mesin
autoclave. Jenis autoclave yang dapat bekerja pada cakupan suhu antara 121-134 °C
dan waktu 10-30 menit ini, melakukan pemindahan udara dalam ruang autoclave
didasarkan pada gravitasi. Prinsip dasarnya, jenis autoclave ini adalah memanfaatkan
perbedaan massa jenis antara uap dibandingkan dengan udara. Uap mengandung
H2O dalam bentuk gas, sedangkan udara terdiri dari berbagai kandungan material
semisal CO2, H2O dan sebagainya.
Cara kerja jenis autoclave ini dimulai dengan memasukan uap melalui bagian atas
autoclave. Proses ini menyebabkan udara tertekan ke dasar. Setelah uap semakin
banyak dan menekan udara makin ke dasar, kemudian udara akan keluar melalui
suatu saluran yang ada dibagian bawah autoclave. Proses ini menyebabkan
peningkatan suhu dan terjadilah proses sterilisasi.
2) Prevacuum atau High Vacuum Autoclave
Autoclave jenis ini dilengkapi dengan sebuah pompa yang berfungsi untuk
mengevakuasi sebagian besar udara dari dalam autoclave. Proses pengeluaran udara
yang dimaksudkan untuk menciptakan keadaan vakum ini berlangsung selama 8-10
menit. Setelah kondisi vakum didapatkan, maka uap mulai diinfiltrasi ke dalam
autoclave.
Kevakuman udara dan pengisian uap akan langsung bersentuhan dengan seluruh
permukaan benda yang ada dalam autoclave yang akan menyebabkan terjadinya
peningkatan suhu dan terjadinya proses sterilisasi. Berbeda dengan jenis autoclave
kebanyakan, pada Prevacuum atau High Vacuum Autoclave bekerja pada suhu 132-
135 °C dengan rentang waktu 3-4 menit.
3) Steam-Flush Pressure-Pulse Autoclave
Pada prinsipnya, jenis autoclave ini menggunakan uap dan dorongan tekanan di
atas tekanan atmosfer dengan rangkaian yang berulang. Waktu yang dibutuhkan
dalam proses sterilisasi dengan autoclave ini bergantung pada jenis benda yang akan
disterilkan.

Bagian-Bagian Autoclave dan Fungsinya


1) Tombol pengatur waktu (timer)
Autoclave tertentu dilengkapi dengan timer yang berfungsi untuk mengatur waktu lama
atau sebentarnya proses sterilisasi, sesuai dengan kebutuhan/penggunaan yang
dibutuhkan. Berbeda dengan autoclave sederhana yang masih menggunakan bantuan
pemanasan air dengan kompor bukan listrik. Autoclave sederhana tersebut tidak
dilengkapi dengan timer.
2) Katup uap
Meskipun termasuk bagian kecil dari keseluruhan bagian autoclave, namun katup uap
merupakan salah satu komponen yang penting dan berfungsi sebagai tempat keluarnya
uap air.
3) Pengukur tekanan
Jika ingin mengetahui nilai tekanan uap yang berada dalam autoclave, Anda dapat
melihat pada bagian ini. Pengukur tekanan berfungsi untuk mengetahui besar tekanan
uap yang ada dalam autoclave saat proses sterilisasi tengah berlangsung.
4) Katup pengamanan
Katup pengaman berfungsi sebagai penahan atau pengunci penutup autoclave.
5) Tombol on/off
Jika Anda menggunakan autoclave yang menggunakan sumber energi listrik, maka
keberadaan tombol ini sangat berandil besar. Karena tombol ini berfungsi untuk
menghidupkan atau mematikan mesin autoclave.
6) Termometer
Biasanya, pada proses sterilisasi membutuhkan suhu yang berbeda bergantung pada
bahan atau alat yang Anda sterilkan. Termometer merupakan komponen yang berfungsi
untuk mengetahui dan mengamati suhu yang dibutuhkan. Apakah sudah sesuai dengan
suhu yang Anda butuhkan atau belum.
7) Lempeng sumber panas
Bagian ini adalah komponen yang akan membantu perubahan energi listrik menjadi
energi kalor. Lempeng sumber panas atau heater ini terbuat dari kumparan/lilitan kawat
tembaga yang jika dialiri arus listrik akan menghasilkan energi panas.
8) Skrup pengamanan
Skrup pengaman sangat dibutuhkan untuk menjaga besaran dan tekanan uap yang ada
dalam autoclave. Pastikan skrup pengaman ini terpasang dengan baik dan rapat.
9) Angsa
Pada autoclave yang menggunakan energi listrik, Anda akan menemukan angsa yang
berfungsi sebagai batas penambahan air. Sedangkan pada autoclave yang menggunakan
energi panas dari kompor atau pemanas konvensional lainnya, Anda akan menemukan
almunium container yang berfungsi untuk meletakan berbagai bahan atau alat yang
hendak Anda sterilisasikan.
10) Pompa Vacum
pompa vacum yang berfungsi untuk menghisap udara atau uap campuran dari ruang
sterilisasi (chamber) autoclave.
Standar Operasional Prosedur Pengoperasian Autoklaf

Sterilisasi dengan autoklaf merupakan proses membunuh mikroorganisme dan


kontaminasi pada alat yang akan digunakan pada Biosafety Cabinet level 1,2, dan 3 serta limbah
biohazard.

Bahaya autoklaf
Autoklaf menggunakan tekanan dan suhu tinggi untuk sterilisasi. Resiko keselamatan
yang berpotensi teadi antara lain.
 Terpaparnya panas hingga terbakarnya kulit akibat dari material panas serta dinding dan pintu
autoklaf.
 Uap panas dari dalam autoklaf dan matrial yang disterilisasi dapat menghasilkan uap panas.
 Cairan yang mendidih dan tumpah di dalam autoklaf.
 Tangan dan lengan dapat terluka bakar terkena uap dari dalam autoklaf atau panas dari dinding
dan pintu autoklaf.
 Tubuh terluka jika terjadi ledakan autoklaf.

Keamanan pengguna autoklaf


Untuk menjamin kesehatan dan keamanan pengguna autoklaf, penting bagi setiap
departemen untuk memelihara autoklaf dan melatih para pengguna dalam penggunaan
autoklaf yang tepat.
 Nama orang yang bertanggung jawab harus dipasang dekat autoklaf. SOP harus terpasang dan
terlihat ketika seseorang menggunakan autoklaf.
 Pengawas laboratorium harus memastikan pengguna autoklaf telah dilatih sebelum
menggunakan autoklaf.
 Prosedur dan instruksi dokumen dari pabrikan harus diikuti.
 Autoklaf harus diinspeksi setidaknya setahun sekali. Inspeksi secara visual harus dilakukan
sebulan sekali oleh penanggung jawab autoklaf. Inspeksi, servis, dan perbaikan harus dicatat
untuk keperluan pemeliharaan alat.
 Spora strip mungkin perlu digunakan untuk menguji dan memvalidasi keefektivan autoklaf.
Alat Proteksi Diri.
Alat untuk menjaga tuduh dari air mendidih dan panas yang membakar kulit saat
penggunaan autoklaf antara lain:
 Sarung tangan anti panas yang dapat menutupi hingga ke lengan
 Jas laboratorium
 Pelindung mata
 Sepatu tertutup

Instruksi Operator Autoklaf


Pelatihan
Semua personel yang menggunakan autoklaf harus berhasil menyelesaikan pelatihan dari
pengawas mereka dengan prosedur yang aman.

Persiapan Bahan
 Pastikan bahan yang akan diautoklaf merupakan bahan yang aman
 Sampel berisi pelarut atau bahan yang bersifat mengeluarkan racun jangan diautoklaf
 Jangan melakukan autoklaf dengan pintu autoklaf yang tidak terkunci rapat
 Glassware harus diinspeksi apakah ada retakan atau tidak
Siapkan dan Bungkus Bahan dengan Pas dan Sesuai
 Material kering yang longgar harus dibungkus dengan kertas khusus atau aluminium foil.
Bungkus yang terlalu kencang akan menghalangi masuknya uap danmenurunkan efektivitas
proses
 Longgarkan tutup untuk mencegah tekanan yang meningkat. Semua yang diautoklaf harus
ditutupi oleh tutup yang agak longgar
 Larutan yang akan diautoklaf tidak melebihi 2/3 wadah. Tutup cairan dengan penutup yang agak
longgar
 Glassware harus berbahan borosilikat yang tahan panas
 Plastik yang digunakan untuk wadah harus berbahan tahan panas seperti polikarbonat, Teflon,
polipropilen
 Semua barang harus diberi label yang tahan terhadap proses autoklaf
 Benda tajam harus dikemas dan ditempatkan pada wadah khusus
Tempatkan Barang pda Kontainer Sekunder untuk Perlindungan dari Bahan yang Tumpah
 Bahan harus ditempatkan pada wadah atau container sekunder berbahan stainless steel atau
yang cocok dengan autoklaf dan mudah dalam penanganan
 Tempatkan wadah cairan, kantong media agar atau bahan yang dapat mendidih ke dalam
wadah sekunder dalam autoklaf
 Wadah harus cukup besar untuk memuat tumpahan
 Kantong tidak boleh ditutup rapat karena uap tidak bisa masuk jika kantong ditutup terlalu rapat
Sampah Biohazard Harus Diproses Mengikuti Pedoman Pengisian Autoklaf
 Gunakan jas laboratoriu, pelindung mata, sarung tangan, dan sepatu tertutup
 Letakkan bahan dalam autoklaf. Jangan mencampur bahan yang tidak memiliki kecocokan
antara satu dengan yang lain
 Jangan mengisi autoklaf terlalu penuh, sisakan ruangan yang cukup untuk sirkulasi uap. Jika
perlu tempatkan kontainer diatas ruangan tersebut untuk memastikan penetrasi uap dan
menghindari udara terperangkap
 Tutup dan kancingkan pintu autoklaf dengan sungguh-sungguh dan baik

Mengoperasikan Autoklaf
 Tutup dan kunci pintu autoklaf
 Pilih siklus yang tepat. Hal ini perlu didiskusikan dengan asisten laboratorium. Manual
pengguanaan autoklaf harus berada dekat dengan autoklaf
 Atur waktu dan suhu yang cukup jika Anda menggunakan siklus dengan pengaturan
 Mulai proses autoklaf da nisi log book dengan informasi kontak anda. Biasanya proses autoklaf
selesai dalam 1 – 1.5 jam, tergantung tipe siklus yang digunakan
 Jangan berusaha membuka autoklaf saat proses masih dan sedang berlangsung
 Jika rasanya terdapat masalah, batalkan siklus autoklaf dan laporkan pada pihak yang
berwenang sesegera mungkin
Mengeluarkan Isi dari Autoklaf
 Gunakan sarung tangan, pelindung mata, jas laboratorium, dan sepatu tertutup
 Pastikan siklus autoklaf telah selesai; suhu dan tekanan kembali ke kondisi yang aman
 Gunakan alat perlindungan diri, berdiri di belakang pintu autoklaf sebagai upaya pencegahan
terpapar uap apanas dan kehati-hatian, buka pintu autoklaf sedikit saja dan tidak lebih dari 1
inchi, biarkan uap keluar dan tekanan kembali normal terlebih dahul
 Diamkan selama 10 menit, setelah itu buka pintu autoklaf agar uap keluar dan udara yan
terperangkap dapat bebas. Hal ini mengurangi resiko terhadap pengguna
 Jangan memutar-mutar kontainer yang berisi bahan bersuhu tinggi atau melepas sumbat
sebelum kontainer dikeluarkan
 Gunakan sarung tangan saat mengeluarkan bahan. Anggaplah semua bahan yang dikeluarkan
dari autoklaf memiliki bahaya yang sangat tinggi oleh suhu yang dimiliki bahan-bahan tersebut
 Tutup pintu autoklaf dengan benar
Log Book Pengguna Autoklaf
 Pengguna autoklaf harus tercatat dalam log book. Catatan nantinya akan digunakan untuk
pemeliharaan, servis, pelaporan kejadian dan kecelakaan, serta kesalahan yang terjadi saat
penggunaan autoklaf
 Daftar log book meliputi nama, nomer telepon, tanggal dan waktu, serta durasi pemakaian
autoklaf
 Log book harus dijaga dan selalu berdampingan dengan autoklaf
 Contoh log book jika mengganti log book yang baru harus dilampirkan
Pemeliharaan dan Perbaikan
 Jangan mengoperasikan autoklaf kecuali jika autoklaf dalam kondisi yang baik setelah perbaikan
 Hanya orang yang professional dan terkualifikasi yang diizinkan melakukan perbaikan terhadap
autoklaf
 Laporkan kemungkinan adanya kerusakan atau ketidakberfungsian alat
 Perbaikan dilakukan oleh ahli yang telah direkrut oleh instansi laboratorium

Kemungkinan yang Dapat Terjadi


Malfungsi Autoklaf
 Jika autoklaf tidak bekerja seperti harapan, jangan berusaha untuk menyelesaikan
permasalahan itu sendiri. Umumkan atau beri pemberitahuan untuk tidak menggunakan
autoklaf hingga terdiagnosa terhadap permasalahan tersebut dan hingga autoklaf selesai
diperbaiki
 Catat malfungsi tersebut dalam log book
 Hubungi petugas laboratorium dan laporkan masalah yang terjadi
 Hanya ahli yang diizinkan memperbaiki autoklaf
Respon Terhadap Suatu Insiden pada Autoklaf
 Setiap insiden termasuk tumpahan biohazard dan rekombinan ayau pun molekul asam nukleat
sintesis harus dilaporkan kepada pengawas, ahli biosafety dan biosecurity
 Jika terjadi cedera atau luka, carilah pertolongan pertama. Kalau memungkinkan hubungi medis
setempat dan terdekat
 Jika pakaian tersiram cairan panas dan basah, segera lepas pakaian tersebut dan celupkan tubuh
yang terpapar panas dalam air dingin
 Berilah pemberitahuan atas kejadian tersebut

Membersihkan Tumpahan Bahan


 Tumpahan mungkin terjadi dari bahan yang sangat mendidih atau bungkus yang rusak
 Jangan operasikan autoklaf hingga tumpahan selesai dibersihkan
 Operator autoklaf bertanggung jawab membersihkan tumpahan pada autoklaf. Tunggu hingga
autoklaf dingin, baru bersihkan tumpahan tersebut.
 Lihat kembali Safety Data Sheet untuk memastikan proses pembersihan tumpahan yang benar
terhadap bahan tertentu
 Buang limbah tumpahan dengan mengikuti anjuran yang benar
 Glassware yang pecah harus dibuang dengan pembuangan yang benar
 Catat kejadian tumpahnya bahan yang diautoklaf dan prosedur pembersihannya di dalam loog
book autoklaf tersebut
Komponen – Komponen Autoklaf
1) Monitor tekanan. Berfungsi untuk menampilkan tekanan uap panas yang ada didalam
mesin
2) Tutup Autoclave. Berfungsi untuk menutup wadah autoclave
3) Drain Bottle. Berfungsi untuk menampung aquades yang keluar dari dalam mesin
4) Body. Berfungsi untuk menopang seluruh bagian komponen autoclave
5) Kabel Konektror. Berfungi untuk menghubungkan aruus listrik kemesin
6) Monitor Standby. Berfungsi untuk menampilkan aktifitas penggunaan autoclave
7) Tombol power. Berfungsi untuk mengaktifkan seluruh komponen
8) Tombol Func. Berfungsi untuk membuat 3 program yang berbeda
9) Monitor EXHT. Berfungsi untuk menampilkan tekanan level uap panas yang mau
dikeluarkan
10) Tombol SET. Berfungsi untuk menetapkan program
11) Tombol EXHT . berfungi untuk memilih tingkatan level tekanan
12) Tombol SET Bawah. Berfungsi untuk mengelolah program
13) Tombol FAN. Berfungsi untuk mengaktifkan kipas pendingin
14) Monitor FAN. Berfungsi untuk menampilkan aktifitas kipas pendingin
15) Tombol Agar. Berfungsi untuk memilih karakteristik media agar/padat yang ingin di
sterilkan
16) Monitor Draint Bottle. Berfungsi untuk melihat keterangan wadah penampung auadest
17) Tombol Solid. Berfungsi untuk Memilih Karakteristik Alat yang ingin di sterilkan
18) Tombol Dissol. Berfungsi untuk memilih karakteristik media bahan kimia yang ingin di
sterilkan
19) Tombol Stop. Berfungsi untuk menghentikan program yang sedang berjalan dengan
keadaan tertentu
20) Tombol Start. Berfungsi untuk memulai program
21) Tombol Lid Open . berfungsi untuk membuka autoclave
22) Tombol Lid Close. Berfungsi untuk menutup autoclave
23) Monitor Suhu WARM. Berfungsi untuk menampilkan batasan suhu
24) Monitor Waktu . Berfungsi untuk menampilkan program timer
25) Monitor Suhu. Berfungsi Untuk Menampilkan keadaan suhu yang ada didalam autoclave
26) Dinding Pemanas. Berfungsi untuk menstabilkan suhu dan tekanan
27) Keranjang. Berfungsi untuk menampung media yang ingin disterilkan
28) Tutup Pemanas. Berfungsi untuk menutup bagian dalam autoclave dan juag menjaga
kestabilan suhu dan tekanan uap.
29) Tombol ON/OFF. Berfungsi untuk mengaktifkan alat
30) Filter udara. Berfungsi untuk menyalurkan udara dari luar menuju kedalam mesin
31) Gagang. Berfungsi untuk mempermudah dalam memindahkan alat
32) Fiter Udara Panas. Berfungsi untuk mengeluarkan udara panas mesin
33) Roda Alas. Berfungsi untuk mempermudah dalam memindahkan alat
2.2 Oven

Oven adalah alat yang digunakan pula dalam melakukan sterilisasi. Berbeda dengan autoklaf,
oven tidak memanfaatkan panas uap air untuk melakukan sterilisasi. Oven dapat mensterilkan
barang-barang dengan memanfaatkan aliran udara panas. Aliran udara panas tersebut didapatkan
secara elektrik. Barang-barang yang disterilkan oleh oven antara lain cawan petri, labu erlenmeyer,
pipet, dan objek metal (Collins & Lyne, 2004: 45). Barang pecah belah tersebut akan tergores dan
rusak apabila diberikan panas uap air.
Kelemahan sterilisasi menggunakan oven adalah waktu yang diperlukan untuk melakukan
sterilisasi cukup lama, yaitu sekitar dua jam. Temperatur yang diizinkan untuk melakukan sterilisasi
pada oven, berkisar antara 160-170 °C. Apabila lebih dari 180 °C, barang yang disterilisasi akan
menjadi gosong.

Komponen – komponen oven :

1) Kabel Konektor. Berfungsi Untuk menghubungkan arus listrik ke mesin


2) Gagang. Berfungsi untuk membuka oven
3) Body. Berfungsi untuk menopang seluruh bagian komponen
4) Alas. Berfungsi untuk menopang body agar tetap dalam keadaan stabil
5) Tombol ON/OFF. Berfungsi untuk mengaktifkan seluruh bagian komponen
6) Monitor Suhu. Berfungsi untuk menampilkan keadaan suhu yang ada didalam oven
7) Monitor Waktu. Berfungsi untuk Menampilkan waktu timer
8) Monitor Flap. Berfungsi Untuk menampilkan keterangan % terbuka atau tertutupnya katup
udara
9) Dinding Pemanas. Berfungsi untuk menjaga kestabilan suhu
10) Tombol Menu. Berfungsi untuk menampilkan seluruh program
11) Flap. Berfungsi sebagai katub udara
12) Tombol Set. Berfungsi untuk menetapkan program
13) Elemen. Berfungsi untuk memberikan hawa panas
14) Monitor Program. Berfungsi untuk menampilkan program oven yang telah kita buat pada
computer
15) Monitor Alarm. Berfungsi untuk memberikan peringatan ketikan batasan suhu terlampaui
16) Monitor Grafik. Berfungsi untuk menampilkan aktifitas penggunaan oven
17) Tutup. Berfungsi Untuk Menutup oven

Prinsip kerja oven yaitu sterilisasi melalui mekanisme konduksi panas. Panas bakal diabsorbsi oleh
permukaan luar obat yang disterilkan sesudah itu merambat kebagian didalam dari permukaan sampai
terhadap selanjutnya suhu sterilisasi tercapai sehingga mikroorganime mati melalui mekanisme oksidasi
sampai terjadinya koagulasi protein sel mikroorganisme. Bekerja terhadap suhu 170-180oC sepanjang 2-3
jam. Untuk alat-alat dari logam dan gelas. Dan 150oC selama ± 1 jam untuk bahan-bahan bersifat minyak,
parafin atau salep.

Cara kerja:
1) Hubungkan drying oven dengan sumber listrik
2) Masukkan peralatan laboratorium yang idamkan disterilisasi sesudah itu atur dengan rapi dan
tutup pintu oven dengan rapat.
3) Hidupkan Drying Oven dengan menekan tombol ON, sesudah itu lampu di drying oven bakal
berkedip.
4) Atur suhu dan waktu yang di idamkan terhadap drying oven. Jika peralatan terbuat dari plastic,
dan bahan yang gampang beralih volume seperti pipet ukur dan labu ukur sebaiknya suhu tidak
melebihi 100°C.
Bila suhu 1700C, atur waktu 1 jam
Bila suhu 1600C, atur waktu 2 jam
Bila suhu 1500C, atur waktu 2,5 jam
Bila suhu 1400C, atur waktu 3 jam
Bila waktu yang diatur sudah selesai, pengatur waktu secara otomatis kemali ke nol. Setelah
selesai biarkan terutama dahulu peralatan laboratorium mendingin didalam oven, setelah
mendingin keluarkan peralatan laboratorium dan tata kembali peralatan laboratorium dengan
rapi.
5) Jangan lupa mencabut kabel oven dari sumber listrik sehingga tidak berlangsung perihal yang
tidak diinginkan.
Bagian :
1) Tombol POWER adalah tombol yang digunakan untuk membangkitkan ataupun mematikan oven.
Selain itu terkandung tombol untuk menyalakan atau mematiakan kipas.
2) Knop berwarna biru berfungsi untuk menaik menurunkan kecepatan putaran kipas.
Pada bagian depan oven terkandung 2 layar yang membuktikan suhu. Layar PV membuktikan
suhu alat sedangkan layar SV membuktikan suhu yang diinginkan.
3) Tombol SET, UP (panah keatas) dan DOWN (panah kebawah) digunakan untuk mensetting suhu
yang diinginkan. Dapat pula untuk mensetting waktu.

Pemeliharaan dan hal-hal yang mesti di perhatikan


1) Alat-alat gelas disusun rapi dan teratur
2) Apabila pemanasan diatas suhu 1000C, tidak boleh memasukkan alat/bahan yang
terbuat dari karet, plastic atau bahan yang gampang rusak
3) Jangan mengeringkan pipet ukur dan labu ukur karena volume bakal berubah
4) Catat waktu dan suhu/temperature tiap-tiap kali alat dijalankan
5) Alat mesti bersih dan bebas debu
6) Alat-alat yang bakal disterilkan di bungkus dengan kertas sampul atau Aluminium voil,
bertujuan untuk menjaga dan menjaga bahan yang tersedia didalam gelas reaksi agar tidak
terkontaminasi. Oven yang baik adalah oven yang selamanya dirawat. Sebelum oven digunakan
membersihkan seluruh aksesori dan rak tatakan. Selalu pastikan steker oven sudah dicabut dan
oven sudah dingin sebelum akan dibersihkan. Buka pintu oven dan bagian didalam dibersihkan
dengan lap lembut didalam air panas atau detergen. Zat abarsif jangan digunakan untuk
membersihkan oven. Jangan mengelap elemen pemanas. Bagian luar mampu dibersihkan
dengan lap basah.

Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, tidak diperbolehkan memanfaatkan alat gelas untuk
dimasukkan kedalam oven. Jagalah sehingga selamanya tersedia jarak sekurang-kurangnya 1” pada
bagian atas dan bagian elemen pemanas. Jangan sekali-sekali memanfaatkan oven didalam keadaan
pintu terbuka. Hindari seringnya mengakses pintu oven waktu sedang digunakan, perihal ini
menimbulkan panas didalam oven berkurang. Selalu memanfaatkan gegep untuk mengambil alih
peralatan dari didalam oven. Hentikan pemakaian oven bila keluar asap terhadap kabel listrik. Segera
cabut steker dari stopkontak.

Cara kalibrasi oven :


Secara berkala laksanakan pemeriksaan suhu dengan memanfaatkan thermometer
Cocokkan hasil yang di mampu pada suhu yang tercantum didalam oven dengan suhu yang ditunjukkan
oleh thermometer standar .
2.3 Spektrofotometer
Spektrofotometer adalah alat yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kekeruhan
suatu sampel kultur. Pengukuran tingkat kekeruhan bertujuan untuk menghitung jumlah
konsentrasi sel bakteri yang berada pada suatu sampel (Benson 2001; Nester dkk. 2003).
Prinsip kerja yang digunakan adalah dengan mengkonversi jumlah cahaya yang diserap oleh
sampel (absorban/densitas optik, O.D.) menjadi jumlah konsentrasi sel bakteri. Sebelumnya,
jumlah cahaya yang diteruskan (%T) oleh sampel harus diketahui dengan cara melihat jarum
galvanometer yang tertera pada alat spektrofotometer. Jumlah cahaya yang diteruskan
(%T) tadi, kemudian dimasukkan ke dalam rumus densitas optik (O.D.) sebagai berikut:
O.D. = 2 – log . (%T)

Angka O.D. yang telah didapatkan kemudian dikonversi dengan menggunakan tabel
logaritma atau kalkulator, sehingga jumlah konsentrasi sel bakteri pada sampel tersebut
dapat diketahui (Benson, 2001).

2.4 Sentrifugator
Sentrifugator adalah alat yang digunakan untuk mempelajari struktur dan fungsi suatu
komponen sel. Prinsip kerjanya adalah dengan memisahkan atau memfraksionasi setiap
komponen sel berdasarkan berat jenis dari tiap komponen sel. Alat tersebut memberikan
gaya sentrifugal sehingga substansi yang lebih berat akan mengendap dan substansi yang
lebih ringan akan berada di atas. Jika kecepatan sentrifugator semakin meningkat,
komponen yang lebih ringan akan mengendap di dasar. Komponen sel yang mengendap
disebut pellet, dan komponen sel yang tersuspensi di atasnya disebut supernatan. Pellet
yang berhasil didapatkan nantinya akan dipelajari lebih lanjut untuk diketahui fungsinya.
2.5 Inkubator

Inkubator adalah alat yang digunakan untuk menginkubasi atau mengerami suatu
biakan. Inkubator menyediakan kondisi temperatur yang optimum untuk mikroorganisme
bisa melakukan pertumbuhan. Inkubator memiliki alat pengatur suhu, sehingga temperatur
dapat diatur sesuai biakan yang akan diinkubasi. Inkubator memanfaatkan panas-kering
seperti oven. Pada beberapa jenis inkubator, kelembapan disediakan dengan memberikan
air di dalam inkubator selama periode pertumbuhan mikroba. Lingkungan yang basah
memperlambat dehidrasi pada medium sehingga menghindari kondisi lingkungan yang bias.

Komponen – komponen inkubator :


1) Kabel Konektor. Berfungsi untuk menghubungkan arus listrik ke mesin
2) Alas. Berfungsi untuk menopang body agar tetap dalam keadaan stabil
3) Tutup. Berfungsi untuk menututup Incubator
4) Gagang. Berfungsi untuk membuka incubator
5) Body. Berfungsi untuk menopang seluruh bagian komponen
6) Monitor Suhu. Berfungsi untuk menampilkan keadaan suhu yang ada didalam incubator
7) Tombol Set. Berfungsi untuk menetapkan program suhu yang ingin digunakan
8) Tombol Temperatur. Berfungsi untuk mengubah dan membuat program suhu
9) Tombol Fresh Air. Berfungsi Untuk mengatur terbuka atau tertutupnya flap udara
10) Lampu Power. Berfungsi Sebagai penanda aktifnya alat
11) Lampu Alarm. Berfungsi untuk memberikan keterangan alaram waktu
12) Lampu Heat. Berfungsi sebagai penanda bahwa incubator sedang melakukan pemanasan
13) Tombol Power. Berfungsi untuk mengaktifkan alat
14) Alarm Set. Berfungsi untuk membuat program alarm
15) Dinding Pemanas. Berfungsi ntuk menjaga kestabilan suhu incubator
16) Wadah. Berfungsi untuk menampung media yang ingin diinkubasikan
17) Elemen. Berfungsi untuk memberikan hawa panas
18) Tutup Kaca. Berfungsi untuk menutup bagian dalam incubator
19) Flap. Berfungsi sebagai katup udara

Inkubator memiliki banyak tipe, misalnya inkubator statis, inkubator kocok, dan
inkubator waterbath shaker. Inkubator statis adalah jenis inkubator yang digunakan untuk
mengerami mikroba pada medium padat. Sementara itu, inkubator kocok dan inkubator
waterbath shaker digunakan untuk mengerami mikroba pada medium cair. Pengocokan
pada inkubator kocok dilakukan untuk memberikan pengaruh terhadap temperatur dan
beberapa aspek metabolisme mikroba (Patching & Rose, 1970). Adanya prosedur
pengocokan pada proses inkubasi mikroba sangat bermanfaat pada mikroba yang dikultur di
medium cair, seperti meningkatkan kontak antara mikroba dan medium.
Penggunaan inkubator waterbath shaker memiliki keuntungan dibandingkan dengan
jenis inkubator yang lain. Keuntungannya adalah penghantaran panas lebih cepat dan
merata kepada kultur mikroba, karena penghantaran panas melalui air. Agitasi atau
pergolakan air juga akan meningkatkan aerasi. Namun, inkubator waterbath shaker juga
memiliki kekurangan, yaitu hanya dapat menginkubasi mikroba pada medium cair.
Selanjutnya, timbul masalah khusus mengenai inkubasi terhadap bakteri anaerob. Hal
tersebut disebabkan bakteri anaerob akan terbunuh jika terpapar dengan oksigen. Inkubasi
bakteri anaerob dapat dilakukan pada alat khusus yang mencegah kondisi lingkungan yang
kaya oksigen, yaitu alat yang disebut anaerobic jar. Anaerobic jar mempunyai banyak tipe,
salah satunya adalah yang memanfaatkan teknik GasPak system.
Prinsip kerja dari alat anaerobic jar yang menggunakan teknik GasPak system adalah
dengan mengeluarkan oksigen dari botol yang tertutup dengan bantuan GasPak Generator
dan katalis. Sistem tersebut menggunakan bungkus kimia (GasPak Generator) yang terdiri
dari sodium bikarbonat dan sodium borohidrit, yang nantinya akan bereaksi dengan air
sehingga menghasilkan karbon dioksida dan hidrogen. Proses penambahan air dilakukan
sebelum botol ditutup, dengan cara dipipet ke dalamnya. Setelah itu, paladium, yang
terletak di tutup botol, mengkatalisis pembentukan air yang berasal dari hidrogen dan
oksigen residu. Akhirnya, kandungan oksigen semakin berkurang dan kandungan karbon
dioksida semakin meningkat, sehingga menciptakan kondisi lingkungan yang kondusif untuk
pertumbuhan bakteri anaerob.
Untuk mengecek alat anaerobic jar masih bekerja dengan baik atau tidak, dapat
menggunakan indikator biologi dan kimia. Indikator biologi yang dapat digunakan seperti
Pseudomonas aeruginosa dan Clostridium welchii. Indikator biologi dapat digunakan untuk
melihat kecukupan prosedur anaerob yang terjadi pada alat anaerob jar. Namun,
pengecekan dengan indikator biologi memerlukan waktu yang lama (harus menunggu tahap
inkubasi sampai selesai) dan hasilnya bergantung juga pada medium yang digunakan (Watt
dkk., 1976). Sementara itu, indikator kimia yang sering digunakan adalah metilen biru.
Metilen biru akan menjadi berkurang warnanya pada kondisi yang kehilangan oksigen.

2.6 Desikator
Desikator adalah alat yang menjaga suatu material dalam kondisi kering dan
menjauhkannya dari uap air. Desikator disebut juga kotak pengering karena segala sesuatu
yang disimpan di dalamnya akan menjadi kering. Hal tersebut karena adanya suatu
desiccant, yaitu suatu agen yang dapat mengabsorpsi semua uap air yang ada di udara pada
lingkungan desikator yang tertutup. Salah satu desiccant yang sering digunakan adalah silika
gel. Silika gel akan berubah warna setelah mengabsorpsi uap air. Perubahan warna pada
silika gel karena reaksi kimia yang terjadi antara silika gel dengan air yang telah diabsorpsi.

2.7 Microbiological Safety Cabinet (MSC)/ Laminar Air Flow


Microbiological safety cabinet (MSC) adalah suatu tempat atau ruangan yang didesain untuk
memproteksi suatu pekerjaan dari kontaminasi, contohnya adalah transfer box atau laminar
flow. Selain itu, MSC berguna untuk menciptakan keadaan yang aseptis pada saat pembuatan
medium atau manipulasi objek mikroorganisme. Alat MSC mempunyai berbagai tipe sirkulasi
udara, setidaknya ada tiga tipe. Salah satu tipenya, udara yang telah terfiltrasi dialirkan ke
seluruh MSC agar tercipta sirkulasi udara yang baik, kemudian dikeluarkan melalui suatu
exhaust air. Sirkulasi udara bersih tersebut dapat mencegah kontaminasi pada saat melakukan
kegiatan pembuatan medium atau manipulasi objek mikroorganisme. Laminar Air Flow adalah
meja kerja steril untuk melakukan kegiatan inokulasi/ penanaman. Laminar Air Flow merupakan
suatu alat yang digunakan dalam pekerjaan persiapan bahan tanaman, penanaman, dan
pemindahan tanaman dari sutu botol ke botol yang lain dalam kultur in vitro. Alat ini diberi
nama Laminar Air Flow Cabinet, karena meniupkan udara steril secara kontinue melewati
tempat kerja sehingga tempat kerja bebas dari, debu dan spora-spora yang mungkin jatuh
kedalam media, waktu pelaksanaan penanaman. Aliran udara berasal dari udara ruangan yang
ditarik ke dalam alat melalui filter pertama (pre-filter), yang kemudian ditiupkan keluar melalui
filter yang sangat halus yang disebut HEPA (High efficiency Particulate Air FilterI), dengan
menggunakan blower. Laminar Air Flow (LAF) digunakan sebagai ruangan untuk pengerjaan
secara eseptis. Prinsip penaseptisan suatu ruangan berdasarkan aliran udara keluar dengan
kontaminasi udara dapat diminimalkan.

Komponen – komponen :

1) Body. Berfungsi untuk Menopang seluruh bagian komponen


2) Filter Bakteri. Berfungsi untuk menyaring udara yang dihisap oleh blower
3) Lampu Penerangan. Berfungsi Untuk memberikan penerangan pada saat melakukan
pengujian
4) Lampu Ultra Violet. Berfungsi untuk mensterilkan ruang luminary flow
5) Dinding Fiber. Berfungsi sebagai batasan ruang kerja
6) Meja Kerja. Berfungsi sebagi tempat dilakukannya pengujian
7) Kaki penyangga. Berfungsi untuk menobang body
8) Tombol ON/OFF Blower. Berfungsi untuk mengaktifkan mesin blower
9) Tombol Lamp. Berfungsi untuk mengaktifkan lampu penerangan
10) Tombol RUN. Berfungsi untuk menjalankan kipas blower
11) Tombol Stop. Berfungsi untuk menghentikan penggunaan kipas blower
12) Monitor Skala. Berfungsi untuk menampilkan kecepatan kipas blower
13) Tombol Speed. Berfungsi untuk mengubah kecepatan Kipas blower
14) Monitor Set. Berfungsi untuk menampilkan skala kecepatan secara digital
15) kabel konektor. Berfungsi untuk menghubungkan arus listrik ke mesin
Pada Laminar Air Flow, terdapat 2 macam filter:

1. Pre-filter, yang menggunakan saringan pertama terhadap debu-debu dan benda-benda yang
kasar. Pori-porinya kira-kira 5 mm sehingga efisiensinya dapat mencapai 95 mm untuk objek-
objek yang ≥ 5 mm.
2. HEPA filter dengan pori-pori 0.3 (m dan terdapat pada bidang keluar udara kearah permukaan
tempat kerja.
Pre-filter harus sering dibersihkan dengan cacum cleaner dan sebaiknya diganti 1 tahun
sekali. Namun HEPA filter diganti setelah melalui pemeriksaan dengan particulate count atau
dengan alat yang disebut magnehelic gauge. Laminar air flow cabinet ada yang dilengkapi
dengan lampu U.V., ada juga yang tanpa. Pada laminar air flow cabinet yang tidak dilengkapi
dengan lampu U.V., blower harus dijalankan terus menerus walaupun laminar air flow cabinet
tersebut sedang tidak dipergunakan. Hal ini dilakukan untuk menjaga kebersihan ruang kerja
didalam laminar air flow tersebut. Pada laminar air flow yang dilengkapi dengan lampu U.V.,
dianjurkan agar menyalakan lampu U.V. minimum 30 menit sebelum laminar air flow
digunakan. Ketika laminar air flow sedang digunakan, lampu U.V. harus dimatikan, sedangkan
blower dijalankan. Blower pada laminar air flow cabinet yang dilengkapi dengan lampu U.V.,
hanya dijalankan pada saat laminar air flow sedang digunakan.

Alat-alat yang dimasukkan ke dalam Laminar Air Flow yaitu:


1) Lampu alkohol/Bacti cinerator.
2) Wadah alkohol: botol/gelas piala ≥ 250 ml.
3) Pinset, skalpel, gunting, dan jarum.
4) Petri-dish steril.
5) Disceting Microscope, bila sedang isolasi meristim.
6) Kertas tissue/kapas.
7) Sprayer berisi alkohol 70% (tidak harus dalam cabinet).

Laminar Air Flow sering disebut juga sebagai Biological Safety Cabinet (BSC) yaitu alat yang
berguna untuk bekerja secara aseptis karena BSC/LAF mempunyai pola pengaturan dan
penyaring aliran udara sehingga menjadi steril dan aplikasisinar UV beberapa jam sebelum
digunakan. Prosedur penggunaan BSC/FAL adalah sebagai berikut:
1) Hidupkan lampu UV selama 2 jam, selanjutnya matikan segera sebelum mulai bekerja.
2) Pastikan kaca penutup terkunci dan pada posisi terendah.
3) Nyalakan lampu neon dan blower.
4) Biarkan selama 5 menit.
5) Cuci tangan dan lengan dengan sabun gemisidal / alkohol 70 %.
6) Usap permukaan interior LAF/BSC dengan alkohol 70 % atau desinfektan yang cocok dan
biarkan menguap.
7) masukkan alat dan bahan yang akan dikerjakan, jangan terlalu penuh (overload) karena
memperbesar resiko kontaminan.
8) Atur alat dan bahan yang telah dimasukan ke LAF/BSC sedemikian rupa sehingga efektif
dalam bekerja dan tercipta areal yang benar-benar steril.
9) Jangan menggunakan pembakar Bunsen dengan bahan bakar alkohol tapi gunakan yang
berbahan bakar gas.
10) Kerja secara aseptis dan jangan sampai pola aliran udara terganggu oleh aktivitas kerja.
11) setelah selesai bekerja, biarkan 2-3 menit supaya kontaminan tidak keluar dari BSC
12) Usap permukaan interior LAF/BSC dengan alkohol 70 % dan biarkan menguap lalu tangan
dibasuh dengan desinfektan.
13) Matikan lampu neon dan blower.

Hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan Laminar Air Flow (LAF) adalah sebagai berikut :
1) Jangan meletakkan lampu bunsen terlalu dekat dengan filter dan alkohol untuk merendam
peralatan kultur.
2) Jangan menumpuk alat-alat, botol-botol media, dan lain-lain benda di depan tempat
bekerja sehingga menghalangi aliran udara.
3) Jangan mencelupkan alat tanam dengan nyala api ke dalam alkohol (nyala api alkohol yang
terdapat pada alat tanam, tidak terlihat dengan jelas di tempat
yang terang HATI-HATI !!!).
4) Jangan mendekati lampu bunsen, dengan tangan yang baru disemprot alkohol atau
spiritus.
5) Bersihkan Laminar Air Flow Cabinet, setelah selesai bekerja. Jangan meninggalkan botol
bekas, kapas bekas, dan sebagainya di dalam LAF.

Prinsip Kerja dari Laminar Air Flow (LAF) adalah sebagai berikut :
1) Laminar Air Flow digunakan sebagai meja kerja steril untuk kegiatan inokulasi/ penanaman.
2) Laminar Air Flow mengutamakan adanya hembusan udara steril yang digerakkan oleh
blower yang disaring oleh HEPA Filter.
3) Sebelum dioperasikan Laminar Air Flow harus dinyalakan minimal 30 menit dan harus
dilakukan penyemprotan dengan alcohol agar alat dan ruang kerja tersebut terjamin
kesterilannya.
4) Pada saat melaksanakan pekerjaan, harus dinyalakan blowernya yang berfungsi sebagai
penghembus udara steril dan lampu TL sebagai penerang.
5) Agar Laminar Air Flow dapat difungsikan setiap saat, pemeliharaan dan perawatan alat
harus selalu dilakukan.

Cara Perawatan Laminar Air Flow (LAF) :


Apabila Laminar Air Flow Cabinet selesai dipergunakan, untuk langkah perawatannya yaitu
antara lain :
1) Membersihkan semua sisa potongan eksplan dengan tissue.
2) Bakarlah (pisau scalpel, pinset) dengan menyemprotkan terlebih dahulu dengan alkohol
95% dan tempatkan kembali dalam keadaan siap pakai.
3) Matikan blower dengan memijit tombol “off”.
4) Semprotkan ruang kerja dengan alkohol.
5) Tutup kembali pintu Laminar Air Flow Cabinet.
6) Matikan lampu TL.
7) Nyalakan kembali lampu UV.

Salah satu faktor yang menentukan di dalam keberhasilan kita melakukan insisiasi kultur
jaringan (mensterilkan bahan eksplan yang berasal dari luar) adalah kuliatas Laminar Air Flow
(LAF), Kualitas LAF ditentukan pada bahan lapisan (filter yang digunakan dalam laminar
tersebut.)
Kebanyakan produk LAF di dalam negri hanya menggunakan filter plakton yang mempunyai
kemampuan menyaring benda hanya sampai beberapa um (mikrometer) saja. Sehingga dalam
pelaksanaannya hasil kerja LAF tersebut tidak optimal. Kemudian ada juga yang kualitasnya
sudah cukup baik, yaitu sudah menggunakan filter steril yang memang khusus untuk menyaring
mikroba. Filter steril ini namanya HEPA dan ternyata yang digunakan banyak oleh produk lokal
adalah HEPA yang kualiatas dua atau dengan kemampuan menyaring 75%.
Ada filter steril yang daya saringnya sangat tinggi dan biasanya digunakan untuk laminar
berstandar internasional, yaitu yang menggunakan HEPA dengan kemampuan menyaring sangat
tinggi yaitu 99.99%. Pada kondisi ini semua partikel bahkan bau pun akan tersaring sehingga
benar-benar kemampuan kerja LAF tersebut sangat dapat diandalkan.

2.8 Vorteks
Vorteks merupakan alat yang digunakan untuk mencampur sejumlah bahan dalam suatu
botol. Prinsip kerja dari vorteks adalah dengan memberikan putaran atau guncangan pada
botol sehingga berbagai campuran bahan yang ada di dalam botol tersebut menjadi
tercampur secara merata. Proses pencampuran bahan pada vorteks harus dilakukan di
ruangan mikrobiological safety cabinet untuk mencegah terjadinya kontaminasi (Collin &
Lyne, 2004).

Anda mungkin juga menyukai