Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN AUDIT

Disusun Oleh :

1. Farha (12F018007)
2. Utami Naufa Aulia Rukmana (12F018021)

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MATARAM
2019
1. LAPORAN AUDIT BENTUK PENDEK (SHORT-FORM AUDIT REPORT)
Proses audit berakhir dengan diterbitkannya laporan audit. Laporan audit disusun
setelah auditor menyelesaikan pekerjaan lapangan (audit field works). Ada dua bentuk
utama laporan audit: laporan audit bentuk pendek dan laporan audit bentuk panjang.
Pertimbangan yang digunakan oleh auditor dalam menerbitkan laporan audit bentuk
pendek atau panjang tergantung pada kebutuhan klien. Kebutuhan klien ini biasanya
ditentukan oleh kebutuhan pemakai laporan audit (misalnya bank dan pemegang saham).
Ditinjau dari isinya,laporan audit bentuk panjang merupakan perluasan isi laporan audit
bentuk pendek. Laporan audit bentuk pendek baku terdiri dari tiga paragraraf: paragraf
pengantar, paragraf lingkup,dan paragraf pendapatan. Dalam penyajian, laporan audit
bentuk pendek ini dilampiri dengan laporan keuangan auditan dan catatan atas laporan
keuangan auditan tersebut.Sebagaimana dijelaskan dalam paragraf pengantar laporan
audit,laporan keuangan auditan adalah tanggung jawab manajemen perusahaan. Dan
karena catatan atas laporan keuangan merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan
keuangan,maka catatan atas laporan keuangan merupakan tanggung jawab manajemen
pula. Dengan demikian hanya laporan audit yang menjadi tanggung jawab auditor.
2. ISI LAPORAN AUDIT BAKU
A. Judul laporan
Laporan audit harus diberi judul dan judul tersebut harus mencantumkan kata
independen. Sebagai contoh : judul sebuah laporan audit berbunyi: “Laporan Auditor
Independen”. Maksud pencatuman kata independen tersebut adalah untuk
memberitahukan kepada pemakai laporan tentang tidak adanya keberpihakan disemua
aspek audit yang dilaksanakan oleh auditor.
B. Pihak yang Dituju
Dalam perikatan umum, biasanya pembuat perikatan dengan auditor adalah direksi
perusahaan atau dewan komisaris. Kepada siapa laporan audit dialamatkan dapat
ditentukan berdasarkan surat permintaan audit yang diterima dari klien.
C. Paragraf Pengantar
Paragraf ini berisi pernyataan auditor tentang:
1) Laporan keuangan yang menjadi objek audit,
2) Pernyataan bahwa tanggung jawab tentang laporan keuangan berada di tangan
manajemen,
3) Pernyataan bahwa tanggung jawab tentang pernyataan pendapat atas laporan
keuangan berada ditangan auditor.
D. Paragraf Lingkup
Dalam paragraf ini auditor menyatakan bahwa audit atas laporan keuangan
didasarkan atas standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntansi Indonesia,
penjelasan singkat tentang standar auditing, dan pernyataan tentang keyakinan auditor
bahwa audit yang dilaksanakan oleh auditor memberiakn dasar memadai untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditor.
Standar auditing yang secara implisit termasuk dalam paragraf lingkup audit
adalah semua standar dalam kelompok standar umum dan standar pekerjaan
laporan.Dengan menyebutkan dalam paragraf lingkup auditnya, bahwa auditor telah
melaksanakan auditnya sesuai dengan standar auditing,maka secara implisit auditor
memyatakan bahwa:
1) Auditor adalah terlatih dan ahli dalam auditing.
2) Auditor adalah independen dalam hubungan dengan klien.
3) Auditor telah menjalankan kemahiran profesionalnya dengan seksama.
4) Pekerjaan audit telah direncanakan dan disupervisi pelaksanaannya.
5) Pengendalian intern klien telah dipahami dan dinilai.
6) Telah diperoleh bukti komponen dalam jumlah cukup.
Jika salah satu atau lebih standar auditing tersebut diatas tidak dapat dipenuhi
oleh auditor,maka auditor harus membuat pengecualian (kualifikasi) terhadap lingkup
auditnya.Jika auditor mencantumkan pengecualian dalam lingkup auditnya,berarti
bahwa auditor harus menambahkan uraian yang menjelaskan standar auditing yang
tidak dipenuhinya dan mengapa hal tersebut terjadi.Pengecualian tersebut
kemungkinan disebabkan auditor tidak bebas dalam hubungannya dengan kliennya,
karena kurangnya jumlah dan kompetensi bukti yang dikumpulakannya, atau karena
pembatasan klien terhadap prosedur audit yang dilaksanakan oleh auditor.
E. Paragraf Pendapat
Paragraf ketiga dalam laporan audit baku tersebut diatas disebut dengan istilah
paragraf pendapat. Dalam paragraf ini auditor menyatakan pendapat atas laporan
keuangan auditan. Dalam merumuskan paragraf pendapat ini, auditor berpedoman
pada empat standar peleporan yang terdapat dalam standar auditing berikut ini:
1) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di indonesia.
2) Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada,
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan
keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi
tersebut dalam periode sebelumnya.
3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai,
kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
4) Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapatan mengenai laporan
keuangan secara keseluruahan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak
dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka
alasannya harus dinyatakan. Dalam hal ini auditor dikaitkan dengan laporan
keuangan,maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat
pekerjaan audit yang dilaksanakan,jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang
dipikul oleh auditor.
Perlu diketahui bahwa yang dimaksud denagn laporan keuangan dalam standar
pelaporan adalah tidak hanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan
ekuitas, dan laporan arus kas, namun meliputi pula semua catatan kaki dan penjelasan
serta tambahan informasi yang merupakan bagian tidak terpisahkan dalam penyajian
laporan keuangan. Oleh karena itu, dalam standar peleporan akuntansi yang ketiga
tersebut diatas auditor diharuskan menyampaikan kepada pemakai laporannya,
mengenai informasi penting yang menurut auditor perlu diungkapkan.
Tujuan standar keempat dalam standar pelaporan tersebut adalah untuk
memungkinkan pemegang saham, kreditur, dan pihak lain yang menggunakan laporan
keuangan menentukan seberapa jauh laporan keuangan yang dilaporkan oleh auditor
dalam laporan audit dapat dipercaya. Standar ini menetapkan jika nama auditor
dihubungkan dengan laporan keuangan,maka auditor tersebut harus:
1) Menyatakan suatu pendapat atas laporan keuangan sebagai suatu keseluruhan.
2) Menegaskan bawa ini tidak memberikan pendapat.
Dua alternatif tersebut pada dasarnya merupakan batas sampai seberapa jauh
auditor memikul tanggung jawab. Jika auditor tidak memberikan pendapat atas
laporan keuangan auditan, ia tidak bertanggung jawab atas apapun yang berkaitan
dengan kewajaran penyajian laporan keuangan kliennya.
Dalam hal auditor memberikan pendapt wajar tanpa pengecualian dan
pendapat tidak wajar, auditor memberiakn pendapat atas laporan keuangan auditan
secara keseluruhan. Jika auditor menyatakan bawa laporan keuangan auditan tidak
wajar, maka ia harus menjelaskan mengapa ia memberiakan pendapatan seemacam
itu. Baik dalam memberiakn pendapatan wajar maupun tidak wajar, auditor
mengetahui wajar atau tidaknya laporan keuangan auditan.
Dalam hal auditor memberikan pendapat wajar dengan pengecualian (disebut
juga dengan istilah qualified opinion) auditor tidak memikul tanggung jawab atas
kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan,tetapi mengecualikan beberapa
informasi yang tercantum dalam laporan keuangan auditan.
F. Tanda Tangan
Tanda tangan yang dicantumkan dalam lapran audit menunjukkan pengesahan
oleh auditor atas laporan audit yang bersangkuatan. Penandatangan laporan audit
adalah partner (sekutu) dalam kantor akuntan yang bersangkutan. Disamping tanda
tangan, auditor harus mencantumkan nama rekan (partner) yang menandatangani
laporan audit, nomor izin akuntan publik, dan nomor izin kantor akuntan publik.
G. Tanggal Laporan
SA Seksi 530 Pemberian tanggal atas Laporan auditor Idependen
menyebutkan bahwa tanggal selesainya pekerjaan lapangan harus digunakan oleh
auditor sebagai tanggal laporan auditnya. Setelah pekerjaan lapangan selesai
dilakukan, auditor beserta asisten auditor meninggalkan perusahaan klien, dan untuk
selanjutnya mengolah penerbitan laporan audit dikantornya. Biasanya jarak waktu
antara selesainya pekerjaan lapangan ini dengan penerbitan laporan audit adalah
pendek. Setelah auditor meninggalkan perusahaan klien, auditor tidak lagi dalam
posisi dapat mengetahui dengan mudah perubahan-perubahan yang terhadi dalam
perusahaan yang diauditnya. Oleh karena itu tanggung jawab auditor terhadap
peristiwa kemudian (subsequent events) dibatasi periodenya, yaitu sejak tanggal
neraca sampai dengan tanggal selesainya pekerjaan lapangan (meskipun mempunyai
unsur yang disajiakan dalam laporan keuangan klien) bukan lagi menjadi tanggung
jawab auditor.
Jika peristiwa kemudian yang memerlukan adjusment terhadap laporan
keuangan terjadi setelah tanggal selesainya pekerjaan lapangan, namun sebelum
penerbitan laporan auditor, dan auditor mengetahui tentang adanya peristiwa itu,
laporan keuangan harus di-adjust atau auditor harus memberikan pengecualian dalam
pendapatanya. Jika adjusment dilakukan tanpa pengungkapan peristiwa yang
bersangkutan, laporan auditor harus diberi tanggal sesuai selesainya pekerjaan
lapangan. Namun, jika laporan keuangan di-adjust dan pengungkapan tentang
peristiwa tersebut dilakukan, atau jika tidak dilakukan adjusment dan auditor dapat
memilih dua metode berikut ini: 1.menggunakan tanggal ganda (dual dating),atau 2
menggunakan tanggal kemudian.
Dalam hal peristiwa yang memerlukan pengungkapan terjadi setelah tanggal
laporan audit, namun sebelum penerbitan laporan audit, dan auditor mengetahui
adanya peristiwa itu, peristiwa tersebut harus diungkapkan oleh klien dalam catatan
atas laporan keuangan, atau jika tidak demikian, auditor harus memberiakn
pengecualian dalam pendapatnya. Jiak pengungkapan peristiwa tersebut dilakukan
dalam catatan atas laporan keuangan atau laporan audit, auditor dapat memilih dua
metode berikut ini: 1. Menggunakan tanggal ganda (dual dating),atau 2.
Menggunakan tanggal kemudian.
Tanggal ganda.Auditor dapat memilih satu dari dua metode berikut ini untuk
memberikan tanggal laporan auditnya, jika peristiwa kemudian yang diungkapkan
dalam laporan keuangan terjadi setelah selesainya pekerjaaan lapangan namun
sebelum penerbitan laporan auditor:
1) Auditor dapat menggunakan “tanggal ganda”(dual dating).Sebagai contoh,”16
Februari 20X2....,kecuali untuk Catatan No.X.....,yang bertanggal 1 Maret
20X2....”.Dalam metode tanggal ganda, tanggung jawab auditor untuk peristiwa
yang terjadi setelah tanggal selesainya pekerjaan lapangan dibatasi pada perisriwa
tertentu yang secara spesifik disebut dalam catatan atas laporan keuangan (atau
yang diungkapkan).
2) Auditor dapat memberikan tanggal kemudian terhadap laporan auditnya. Dengan
menggunakan tanggal kemudian (tanggal peristiwa yang terjadinya setelah tanggal
selesainya pekerjaan lapangan), tanggung jawab auditor untuk peristiwa kemudian
diperluas sampai dengan tanggal laporan auditnya.
Tanggal ini dipakai
sebagai tanggal
laporan audit
Tanggal
Awal tahun Tanggal Tanggal
Auditan selesainya penerbitan
Tanggal pekerjaan laporan
Neraca lapangan audit

Peristiwa kemudian terjadi


Dalam periode ini

Periode auditan Periode kemudian


(auditing period) (subsequent period)
Tanggal terjadinya peristiwa
yang menyebabkan tanggal
ganda

Gambar 27.2 Tanggal Ganda (Dual Dating)


Gambar 27.2 melukiskan penggunaan tanggal ganda dalam laporan audit. Tujuan auditor
menggunakan tanggal ganda dalam laporan audit adalah:
1. Memungkinkan auditor menyisipkan informasi penting dalam laporan keuangan klien
yang diketahui oleh auditor setelah selesainya pekerjaan lapangan.
2. Untuk memberitahukan pemakai laporan auditor hanya bertanggung jawab atas
peristiwa kemudian yang terjadi setelah tanggal neraca sampai dengan tanggal
selesainya pekerjaan lapangan dan peristiwa yang secara spesifik (misalnya
pembagian dividen saham pada tanggal 7 Maret 20X2 tersebut di atas) disebutkan
dalam laporan audit. Denagn penggunaan tanggal ganda ini, auditor menyatakan
bahwa ia tidak bertabnggung jawab atas peristiwa, selain yang secara spesifik disebut,
yang terjadi setelah tanggal selesainya pekerjaan lapangan.
Tanggal ini dipakai
sebagai tanggal
laporan audit
Tanggal Tanggal Tanggal
Awal tahun selesainya penerbitan
audit Pekerjaan laporan
lapangan audit
Tanggal
neraca

peristiwa kemudian terjadi


dalam periode ini

Periode auditan Periode kemudian


(auditan period) (subsequent periode)
Tanggal terjadinya
peristiwa yang
menyebabkan auditor
menggunakan tanggal
kemudian

Gambar 27.3 Tanggal Kemudian sebagai tanggal laporan audit

Tanggal kemudian.Gambar 27.3 menggambarkan penggunaan tanggal


kemudian dalam laporan audit.Dengan penggunaan tanggal kemudian ini,auditor
menggunakan tanggal tunggal (bukan ganda) dengan mengundur tanggal laporan
audit,dari tanggal selesainya pekerjaan lapangan ke tanggal terjadinya peristiwa yang
menyebabkan auditor menggunakan tanggal kemudian.Tanggung jawab auditoratas
peristiwa kemudian diperluas, yang sebelumnya hanya yang terjadi dalam periode
sejak tanggal neraca sampai dengan tanngal terjadinya peristiwa yang menyebabkan
auditor menggunakan tangal kemudian.
Dalam penggunaan tanggal ganda,terhadap peristiwa yang terjadi dalam
periode sejak tanggal penerbitan laporan audit,auditor hanya bertanggung jawab atas
peristiwa yang secara spesifik disebut.Dalam penggunaan tanggal kemudian,auditor
bertanggung jawab atas semua peristiwa yang terjadi dalam periode sejak tanggal
neraca samapai dengan tanggal selesainya pekerjaan lapangan ditambah dengan
semua peristiwa yang terjadi dalam periode sejak tanggal selesainya pekerjaan
lapangan sampai dengan peristiwa yang menyebabkan auditor menggunakan tanggal
kemudian.
DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi. 2014. Auditing, Edisi ke-6 Jakarta : PT. Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai