Anda di halaman 1dari 7

Nama : Fellicia Sahensolar

Nim : 17209045
Tugas : Pondasi Dalam
PONDASI II
Pengertian pondasi dalam
Pondasi dalam adalah jenis pondasi dibedakan dari pondasi dangkal dengan kedalaman
mereka tertanam ke dalam tanah. Ada banyak alasan seorang insinyur geoteknik akan
merekomendasikan pondasi dalam ke pondasi dangkal, tetapi beberapa alasan umum adalah
beban desain yang sangat besar, tanah yang buruk pada kedalaman dangkal, atau kendala situs
(seperti garis properti). Ada istilah yang berbeda digunakan untuk menggambarkan berbagai
jenis pondasi yang mendalam, termasuk tumpukan (yang analog dengan tiang), tiang jembatan
(yang analog dengan kolom), poros dibor, dan caisson. Tumpukan umumnya didorong ke
dalam tanah di situ; pondasi mendalam lainnya biasanya diletakkan di tempat dengan
menggunakan penggalian dan pengeboran. Konvensi penamaan dapat bervariasi antara disiplin
ilmu teknik dan perusahaan. Pondasi dalam dapat terbuat dari kayu, baja, beton bertulang dan
beton pratekan.

Pondasi dalam adalah pondasi yang ditanam didalam tanah dengan kedalaman tertentu yang
berfungsi meneruskan beban bangunan kedasar tanah. Pondasi dalam biasanya dipasang pada
kedalaman lebih dari 3 m di bawah elevasi permukaan tanah.Pondasi dalam dapat digunakan
untuk mentransfer beban ke lapisan yang lebih dalam untuk mencapai kedalam yang tertentu
sampai didapat jenis tanah yang mendukung daya beban strutur bangunan sehingga jenis tanah
yang tidak cocok di permukaan tidak mempengaruhi struktur bangunan.

Macam-macam pondasi dalam antara lain :

 Pondasi Sumuran
Pondasi sumuran merupakan sebuah bentuk peralihan diantara pondasi dangkal dan pondasi
tiang. Pondasi sumuran sangat tepat digunakan pada tanah kurang baik dan lapisan tanah
kerasnya berada pada kedalaman lebih dari 3m. Diameter sumuran biasanya antara 0.80 – 1.00
m dan ada kemungkinan dalam satu bangunan diameternya berbeda-beda, ini dikarenakan
masing-masing kolom berbeda bebannya.

 Pondasi Tiang Pancang

Penggunaan pondasi tiang pancang sebagai pondasi bangunan apabila tanah yang berada
dibawah dasar bangunan tidak mempunyai daya dukung (bearing capacity) yang cukup untuk
memikul berat bangunan dan beban yang bekerja padanya Atau apabila tanah yang mempunyai
daya dukung yang cukup untuk memikul berat bangunan dan seluruh beban yang bekerja
berada pada lapisan yang sangat dalam dari permukaan tanah kedalaman lebih dari 8 meter.

Fungsi dan kegunaan dari pondasi tiang pancang adalah untuk memindahkan atau mentransfer
beban-beban dari konstruksi di atasnya (super struktur) ke lapisan tanah keras yang letaknya
sangat dalam.

Dalam pelaksanaan pemancangan pada umumnya dipancangkan tegak lurus dalam tanah,
tetapi ada juga dipancangkan miring (battle pile) untuk dapat menahan gaya-gaya horizontal
yang bekerja, Hal seperti ini sering terjadi pada dermaga dimana terdapat tekanan kesamping
dari kapal dan perahu. Sudut kemiringan yang dapat dicapai oleh tiang tergantung dari alat
yang dipergunakan serta disesuaikan pula dengan perencanaannya.

 Pondasi Bore Pile

Pondasi Bore Pile adalah bentuk Pondasi Dalam yang dibangun di dalam tanah dengan
kedalaman tertentu. Pondasi di tempatkan sampai ke dalaman yang dibutuhkan dengan cara
membuat lobang yang dibor dengan alat bore pile mini crane. Setelah mencapai kedalaman
yang dibutuhkan, kemudian dilakukan pemasangan kesing/begisting yang terbuat dari plat besi,
kemudian dimasukkan rangka besi pondasi yang telah dirakit sebelumnya, lalu dilakukan
pengecoran terhadap lobang yang sudah di bor tersebut. Pekerjaan pondasi ini tentunya dibantu
dengan alat khusus, untuk mengangkat kesing dan rangka besi. Setelah dilakukan pengecoran
kesing tersebut dikeluarkan kembali.

Pengujian tanah untuk pondasi dalam

Untuk mengetahui daya dukung dan penurunan suatu pondasi tiang dilakukan pengujian beban
statis terhadap gaya aksial dengan loading test. Dari pengujian ini akan diketahui hubungan
antara beban dengan penurunan tiang tunggal

Loading Test

( Uji Pembebanan)

Uji pembebanan tiang (pile loading test) adalah suatu metode yang digunakan dalam
pemeruksaan terhadap sejumlah beban yang dapat didukung oleh suatu struktur dalam hal ini
adalah pondasi. Pile loading test diperlukan untuk membuktikan akurasi perhitungan desain
kapasitas daya dukung tiang di lapangan. Loading test biasa disebut juga uji pembebanan static.
Cara yang paling dapat diandalkan untuk menguji daya dukung pondasi tiang adalah dengan
uji pembebanan static. Interprestasi dari hasil benda uji pembebanan static merupakan bagian
yang cukup penting untuk mengetahui respon tiang pada selimut dan ujungnya serta besarnya
daya dukung ultimitnya. Berbagai metode interprestasi perlu mendapat perhatian dalam hal
nilai daya dukung ultimit yang di peroleh karena setiap metode dapat memberikan hasil yang
berbeda. Yang terpenting adalah agar dari hasil nilai uji pembebanan static, seorang praktis
dalam rekayasa pondasi dapat menentukan mekanisme yang terjadi misalnya dengan melihat
kur*a beban penurunan, besarnya deformasi plastis tiang, kemungkinan terjadinya kegagalan
pada tiang, dan sebagainya. Pengujian hingga 200% dari beban kerja sering dilakukan pada
tahap verifikasi daya dukung, tetapi untuk alasan lain misalnya untuk keperluan optimasi dan
untuk control beban ultimit pada gempa kuat, sering kali diperlukan pengujian sebesar 250%
hingga 300% dari beban kerja.

Sesudah tiang uji dipersiapkan( dipancang atau di cor), perlu ditunggu terlebih dahulu selama
28 hari sebelum tiang dapat di uji. Hal ini penting untuk memungkinkan tanahyang telah
terganggu kembali kepada keadaan semula, dan tekanan pori ekses yang terjadi akibat
pemancangan telah terdisipasi.

Tujuan Compressive Loading Test


Tujuan dilakukannya percobaan pembebanan Vertikal (compressive loading test) terhadap
pondasi tiang antara lain :

 Untuk mengetahui hubungan antara beban dan penurunan pondasi akibat beban rencana
 Untuk menguji bahan pondasi tiang yang di laksanakan mampu meneukung beban
rencana dan membuktikan bahwa dalam pelaksanaan tidak terjadi kegagalan.
 Untuk menentukan daya dukung ultimate nyata (real ultimate bearingcapacity) sebagai
kontrol dari hasil perhitungan berdasarkan formula statis maupun dinamis.
 Untuk mengetahui kemampuan elastis dari tanah, mutu beton dan mutu besi beton

Prosedur Pembebanan Vertikal (compressive test)

 Standard loading test ASTM


 Cyclic loading test ASTM
 Slow maintauned load test method (SM test)
 Quick maintained load test method (QM test)
 Constant rate of penetrarion test method (CRP Test)
 Swedish cyclic test methode (SC test)

Prosedur pengukuran

 Pembacaan dilakukan terhadap waktu, beban dan pergerakan tiang pada saat sebelum
dan sesudah tahapan pembebanan diberikan atau dikurangi.
 Pada saat proses pemberian beban harus dipastikan bahwa tiang uji tidak mengalami
keruntuhan. Untuk itu dilakukan pembacaan tambahan untuk selang waktu maksimal
10 menit selama 30 menit pertama dan selang waktu tidak lebih dari 20 menit untuk
setelah 30 menit pertama tersebut.
 Setelah beban total diberikan harus dipastikan pula bahwa tiang uji tidak mengalami
keruntuhan. Untuk itu dilakukan pembacaan tambahan untuk selang waktu maksimal
20 menit selama 2 jam pertama, selang waktu maksimal 1 jam untuk 10 jam
berikutnya, serta tidak melewati selang waktu 2 jam untuk 12 jam berikutnya.
 Jika keruntuhan terjadi, lakukan pembacaan sesegera mungkin sebelum dilakukan
pengurangan beban pertama.
 Selama proses pengurangan beban (unloading) lakukan pembacaan untuk selang
waktu tidak melewati 20 menit.
 Lakukan pembacaan terakhir pada saat 12 jam setelah seluruh beban diangkat.
Standard Loading Test

Beban yang diujikan adalah sebesar 200% dari beban perencanaan dan dilaksanakan dengan
pertambahan 25% dari beban perencanaan, kecuali jika terjadi keruntuhan sebelum beban
tersebut dicapai. Pertambahan beban dilakukan jika kecepatan penurunan yang terjadi tidak
lebih besar dari 0.01 in/hour atau 0.25mm/jam tetapi tidak lebih lama dari 2 jam. Jika tidak
terjadi keruntuhan maka total beban yang telah diberikan dapat diangkat kembali (unloading)
setelah 12 jam didiamkan jika penurunan yang terjadi pada 1 jam terakhir tidak lebih besar
daripada 0.01 in (0,25 mm). Jika penurunan yang terjadi masih lebih besar daripada 0.01 in
(0,25 mm) maka biarkan beban selama 24 jam. Jika waktu yang dimaksudkan pada item 3 di
atas telah tercapai, maka kurangi beban dengan tahap pengurangan sebesar 50% dari beban
perencanaan atau 25% dari beban total pengujian untuk setiap 1 jam. Jika tiang mengalami
keruntuhan maka pemompaan hydraulic jack dilanjutkan hingga penurunan yang terjadi adalah
sama dengan 15% dari diameter tiang.

Cyclic Loading Test

Secara umum increment pemberian beban pada pembebanan cyclic ini adalah sama dengan
yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya.Setelah beban yang diberikan sama dengan
50,100 dan 150% dari beban desain, biarkan masing-masing beban tersebut untuk 1 jam dan
angkat kembali beban dengan pengurangan yang sama besarnya dengan pada saat increment
pemberian beban.

Anda mungkin juga menyukai