Desain Batang Tarik Kelompok 4
Desain Batang Tarik Kelompok 4
BATANG TARIK
Dosen
Kelompok 4
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MERCUBUANA
2019
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... II
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................. III
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................................................ 1
BAB II DASAR TEORI ............................................................................................................................... 2
BAB III PEMBAHASAN............................................................................................................................. 3
1.1 Batang tarik ............................................................................................................................. 3
2.1 Macam – macam Batang Tarik untuk keperluan konstruksi................................................... 3
3.1 Desain Elemen Batang Tarik ................................................................................................... 5
3.1.1 Tahanan Normal .................................................................................................................... 7
3.1.2 Kondisi Leleh dari Luas Penampang Kotor ............................................................................ 7
3.1.3 Kondisi Fraktur dari Luas Penampang Efektif pada Sambungan ......................................... 8
3.1.4 Luas Neto ............................................................................................................................ 9
3.1.5 Efek Lubang Berselang – seling pada Luas Neto .............................................................. 10
3.1.6 Luas Neto Efektif ............................................................................................................... 12
3.1.7 Geser Blok ( Block Shear ) ................................................................................................. 14
3.1.8 Kelangsingan Struktur Tarik .............................................................................................. 16
3.1.9 Transfer Gaya Pada Sambungan ....................................................................................... 16
4.1 Contoh Desain Batang Tarik ( Metode ASD ) ........................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................. 17
II
KATA PENGANTAR
Penulis
III
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Konstruksi rangka umumnya dibuat dari bahan kayu, dan digunakan pada
bangunan yang memiliki sistem struktur atap, seperti bangunan sekolah, perkantoran,
rumah sakit, rumah tinggal, tempat ibadah, ruang serba guna, pabrik, dan lain-lain;
dengan bahan penutup atap dari genteng, seng, asbes, maupun metal sheet. Banyaknya
kelebihan yang dimiliki oleh baja memberikan alternatif yang efektif dan efisien dalam
hal kegunaannya sebagai rangka atap. Saat ini baja ringan menjadi material bangunan
yang sedang tren, rangka atap baja lebih dominan terkenal dibanding material baja
untuk struktur lainnya. Penggunaan baja sebagai rangka atap menarik untuk dikaji.
Banyaknya kelebihan baja dibandingkan material lain yang biasa digunakan untuk
struktur rangka atap hendaknya menjadikan baja sebagai pilihan utama
masyarakat dalam hal pembuatan rangka atap untuk bangunan-bangunan gedung
mereka. Munculnya tren baru penggunaan baja sebagai material pembuatan rangka atap
mendorong nalar kami untuk mengkaji lebih dalam fenomena ini.
1.2. Rumusan Masalah
1 . Apa itu Batang Tarik ?
2. Macam- macam batang tarik untuk konstruksi ?
3. Bagaimana desain elemen batang tarik
4. Perhitungan Batang Tarik Metode ASD dan LRFD
1.3. Tujuan Penyusunan
Adapun tujuan dari penyusunan laporan ini antara lain adalah :
• Menambah dan memberikan pemahaman tentang perencanaan struktur baja dalam mata
kuliah struktur baja 1 .
• Mengetahui macam macam batang tarik yang dipakai dalam perancangan konstruksi
1
BAB II
DASAR TEORI
Sejak dulu, penggunaan kayu sebagai kerangka bangunan memang sangat lazim
digunakan, apalagi di Indonesia sendiri terdapat berbagai jenis kayu dengan kualitas dan
harga yang berbeda-beda. Namun, untuk sekarang ini sudah ada alternatif pengganti kayu
yang biasa digunakan sebagai kerangka konstruksi, yaitu konstruksi baja adalah salah
satunya. Bangunan yang berkelanjutan adalah bangunan yang memakai metode dan bahan
bangunan yang sangat memprioritaskan kualitas lingkungan, vitalitas ekonomi dan
keuntungan sosial melalui perencanaan pembangunan, operasional bangunan, perawatan dan
dekonstruksi lingkungan binaan tersebut. Bangunan yang berkelanjutan menekankan pada
lingkungan, ekonomi dan pengaruh sosial pada proyek pembangunan sebagai suatu integrasi
yang utuh dan bukan memandang salah satu faktor sebagai individu yang berlainan.
Di - era modern ini baja sangat sering dijumpai dalam pembangunan karena kekuatannya
serta segala kelebihan yang tidak dijumpai di material lain, baja berkembang menjadi
material yang sangat di perlukan dalam konstruksi sehingga banyak pembangunan
menggunakan bahan dari baja seperti halnya jembatan, atap, menara dan masih banyak lagi .
Dalam pendesainan struktur baja batang tarik dapat memengaruhi kekuatan struktur tersebut,
sehingga diperlukan kajian untuk mengetahui perilaku batang tarik tersebut . Batang tarik
terdapat berbagai macam ragamnya seperti profil bulat, WF, Pelat, Siku ganda , Siku bintang,
dll yang umumnya digunakan untuk struktur baja .
2
BAB III
PEMBAHASAN
3
Struktur Atap Struktur Jembatan
4
3.1 Desain Elemen Batang Tarik
Metode ASD
Batang tarik, pada umumnya didesain berdasarkan persyaratan kekuatan, yaitu
tegangan tarik yang terjadi akibat gaya yang bekerja, tidak boleh melebihi tegangan ijin
dari bahan :
Tegangan yang dihitung akibat beban kerja/layan harus berada dalam batas elastis,
yaitu tegangan sebanding dengan regangan seperti ditunjukkan pada grafik berwarna
hijau pada kurva tegangan-regangan baja di bawah.
5
Metode LRFD
Pendekatan umum berdasarkan faktor daya tahan dan beban, atau disebut
dengan Load Resistance Design Factor (LRFD) ini adalah hasil penelitian dari Advisory Task
Force yang dipimpin oleh T. V. Galambos. Pada metode ini diperhitungkan mengenai
kekuatan nominal Mn penampang struktur yang dikalikan oleh faktor pengurangan kapasitas
(under-capacity) ϕ, yaitu bilangan yang lebih kecil dar 1,0 untuk memperhitungkan ketidak-
pastian dalam besarnya daya tahan (resistance uncertainties). Selain itu diperhitungkan juga
faktor gaya dalam ultimit Mu dengan kelebihan beban (overload) γ (bilangan yang lebih besar
dari 1,0) untuk menghitung ketidak-pastian dalam analisa struktur dalam menahan beban mati
(dead load), beban hidup (live load), angin (wind), dan gempa (earthquake).
Mu ≤ Ø.Mn
Struktur dan batang struktural harus selalu direncanakan memikul beban yag lebih
besar daripada yang diperkirakan dalam pemakaian normal. Kapasitas cadangan ini
disediakan terutama untuk memperhitungkan kemungkinan beban yang berlebihan. Selain
itu, kapasitas cadangan juga ditujukan untuk memperhitungkan kemungkinan pengurangan
kekuatan penampang struktur. Penyimpangan pada dimensi penampang walaupun masih
dalam batas toleransi bisa mengurangi kekuatan. Terkadang penampang baja mempunyai
kekuatan leleh sedikit di bawah harga minimum yang ditetapkan, sehingga juga mengurangi
kekuatan.
Untuk pemeriksaan kekuatan dari batang tarik, digunakan luas netto penampang
profil (An). Luas netto penampang adalah luas profil dikurangi luas perlemahan akibat
lubang-lubang pemasangan baut. Pada struktur baja, luas netto penampang yang disyaratkan
adalah harus lebih besar dari 85% luas penampang profil.
Luas netto penampang profil (An) = Luas profil (A) – luas lubang baut
6
Untuk 2 buah profil siku tersusun, An = 2.(8) = 16 cm2
Tegangan tarik yang terjadi pada batang : = 312,5 kg/cm2, harga ini lebih kecil dari =
1600 kg/cm2. Dengan demikian ukuran profil siku yang dipilih, cukup kuat.
Momen inersia penampang batang : I = 2.(42,4) = 84,8 cm4 dan luas penampang
batang : A = 2.(9,4) = 18,8 cm2.Jari-jari inersia batang : i =√I/A = √(84,8/18,8) = 2,12 cm.
Untuk panjang batang : Lk = 400 cm, maka nilai kelangsingan batang adalah : = Lk/i =
400/2,12 = 189. Karena nilai kelangsingan batang ini lebih kecil dari kelangsingan batang
yang disyaratkan untuk batang tarik yaitu = 300, maka kekakuan batang memenuhi
persyaratan.
Tu Tn
SNI 03-1729-2002 menggunakan notasi Nu untuk menyatakan gaya tarik aksial terfaktor
namun digunakan notasi Tu untuk membedakan dengan notasi untuk gaya tekan aksial
sedangkan Tn adalah tahanan nominal dari penampang yang ditentukan berdasarkan 3
macam kondisi keruntuhan batang tarik .
7
3.1.3 Kondisi Fraktur dari Luas Penampang Efektif pada Sambungan
Untuk Batang Tarik yang mempunyai lubang ( untuk penempatan sambungan ),
maka luas penampangnya tereduksi di sebut luas Netto (An), Lubang pada batang
menimbulkan konsentrasi tegangan akibat beban kerja.
Bila kondisi fraktur pada sambungan yang menentukan, maka tahanan nominal, Tn, dari
batang tersebut memenuhi persamaan :
Tn = Ae fu
Dengan : Ae ( luas penampang efektif ) = U. An
An = luas netto penampang, mm2
U = Koefisien reduksi
8
3.1.4 Luas Neto
Lubang yang dibuat pada sambungan untuk menempatkan alat pengencang seperti
baut atau paku keling, mengurangi luas penampang sehingga mengurangi pula tahanan
penampang tersebut .
Menurut SNI 03-1729-2002 Pasal 17.3.5 mengenai perlubangan untuk baut,
dinyatakan bahwa suatu lubang bulat untuk baut harus dipotong dengan mesin pemotong
dengan api, atau dibor ukuran penuh, atau di-punch 3 mm lebih kecil dan kemudian
diperbesar atau di-punch penuh.
Dalam perhitungan luas neto penampang maka lebar lubang baut harus diambil sebesar
ukuran lubang nominal (Tabel 3.1) ditambah dengan 2 mm.
Selain itu, dinyatakan pula bahwa suatu lubang yang di-punch hanya diijinkan pada
material dengan tegangan leleh (fy) tidak lebih dari 360 MPa dan ketebalannya tidak
melebihi 5600/fy mm. Luas netto penampang batang tarik tidak boleh diambil lebih besar
daripada 85% luas brutonya,
9
3.1.5 Efek Lubang Berselang – seling pada Luas Neto
Lubang baut dapat diletakan berselang seling seperti pada gambar 3.5. Dalam SNI 03-
1729-2002 pasal 10.2.1 diatur mengenai cara perhitungan luas netto penampang dengan
lubang yang diletakan berselang seling, dinyatakan bahwa luas netto harus dihitung
berdasarkan luas minimum antara potongan 1 dan potongan 2 .
10
Tentukan Anetto minimum dari batang tarik berikut ini, baut = 19 mm, tebal pelat
6 mm
Penyelesaian : Luas Bruto, Ag = 6 x ( 60 + 60 + 100 + 75 ) = 1770 mm2
lebar lubang = 19 + 2 = 21 mm
Potongan AD
An = 1770 – 2 × 21 × 6 = 1518 mm2
Potongan ABD
552 × 6 552 ×6
An = 1770 – 3 × 2 × 6 + + = 1513 mm2
4 ×60 4 ×100
Potongan ABC
552 × 6 502 ×6
An = 1770 – 3 × 21 × 6 + + = 1505,125 mm2
4 ×60 4 ×100
Hitung An minimum dari batang tarik berikut, yang terbuat dari profil siku
L100.150.10 dengan lubang = 25 mm
11
Luas kotor Ag = 2420 mm2 ( tabel profil baja )
Lebar Lubang = 25+2 = 27 mm
Shear lag terjadi bila komponen batang tarik hanya disambung sebagian saja. Salah satu
mengatasi shear lag adalah dengan memperpanjang sambungan, Shear lag diistilahkan
menjadi luas netto efektif yang dinyatakan sebagai berikut :
Ae = U. An
x = exsentrisitas sambungan
12
SHEAR LAG
Apabila gaya
tarik disalurkan dengan menggunakan alat penyambung las, maka akan ada 3 macam
kondisi yang dijumpai yaitu :
1. Bila gaya tarik disalurkan hanya oleh las memanjang ke elemen bukan pelat atau oleh
kombinasi las memanjang dan melintang, maka Ae = Ag
2. Bila gaya tarik disalurkan oleh las melintang saja :
Ae = luas penampang yang disambung las ( u = 1 )
3. Bila gaya tarik disalurkan ke elemen pelat oleh las memanjang sepanjang kedua sisi
bagian ujung elemen : Ae = u Ag
Dengan : u = 1 untuk L 2 w, u = 0,87 untuk 2w > L 1,5 w, u = 0,75 untuk 1,5w
> L w, L = panjang las, w = jarak antar las memanjang (lebar pelat )
13
Selain ketentuan diatas, koefisien reduksi u untuk beberapa penampang menurut
manual dari ASTM adalah :
1. Penampang 1 dgn b/h = 2/3 atau penampang T yang dipotong dari penapang I dan
sambungan pada pelat sayap dengan jumlah baut lebih atau sama dengan 3 buah
perbaris u = 0,9
2. Untuk penampang yang lain dengan jumlah alat pengencang minimal 3 buah per baris
u = 0,85
3. Semua penampang dengan banyak baut = 2 buah u = 0,75.
14
1. Geser leleh – tarik fraktur ( fu.Ant 0,6 fu Anv )
2. Geser fraktur – Tarik Leleh ( fu. Ant < 0,6. fu. Anv )
fu = kuat tarik
fy = kuat leleh
Contoh Soal :
Bila rasio beban hidup dengan beban mati adalah sama dengan 3, L/D = 3, hitunglah beban
kerja yang dapat dipikul olej profil L100.100.10, dengan baut berdiamater 16 mm yang
disusun seperti pada gambar dibawah ini. BJ baja 37 (fy = 240, fu = 370)
Penyelesaian :
Kondisi Fraktur :
15
An2 = 1920 – 2(10)(16+2) + (502x10) / 4x40= 1716,25 mm2 ( 89,4%Ag)
Tn = Ae fu = 0,75 (1403,52)370 = 38,95 ton jadi tahanan rencana , Td=38,95 ton
Td > Tu = 1,2D+1,6L 38,95 = 1,2D + 1,6 (3D) = 6D diperoleh D=6,49 ton dan L = 19,47 ton. Beban
kerja, D + L = 6,49 + 19,47 = 25,96 ton
16
Dari hasil perhitungan gaya batang, didapat besarnya gaya aksial tarik yang bekerja pada
batang T adalah 5 ton (P+ = 5 ton = 5000 kg.).
Dari Tabel Profil Baja, diketahui karakteristik dari penampang profil siku L.70.70.7
adalah :
DAFTAR PUSTAKA
17
18