Anda di halaman 1dari 166

A.

LATAR BELAKANG

Dalam pramodern Cina, sebagian besar orang-orang yang memegang

kepercayaan dan praktek-praktek diamati terkait dengan kematian yang mereka

pelajari sebagai anggota keluarga dan desa-desa, bukan sebagai anggota agama-

agama terorganisir. Kepercayaan dan praktek-praktek semacam itu sering

dimasukkan di bawah payung “agama rakyat Cina.” Kelembagaan bentuk

Buddhisme, Konfusianisme, Taoisme, dan tradisi-tradisi lain menyumbang

banyak keyakinan dan praktik agama populer dalam varian lokal. Hadis-hadis ini,

terutama Buddhisme, termasuk ide budidaya pribadi untuk tujuan hidup dan

kehidupan yang ideal, sebagai akibatnya, semacam mencapai keselamatan akhirat,

seperti keabadian, pencerahan, atau kelahiran di alam surgawi. Namun,

keselamatan pribadi memainkan peran kecil dalam agama yang paling populer.
Dalam varian lokal khas agama rakyat, penekanan adalah pada (1) berpindah dari

dunia ini menjadi wilayah leluhur bahwa dalam cara kunci mencerminkan dunia

ini dan (2) interaksi antara orang-orang yang hidup dan nenek moyang mereka.

Cina belum ditandai sebagai yang terorganisasi atau sistem terpadu praktik

dan kepercayaan. Sebaliknya telah ditandai sebagai pliralistik sejak awl peradaban

Cina tiga ribu tahun yang lali. Istilah agama di Cina digunakan untuk

menggambrkan hubungan yang rumit dari berbagai agama dan tradisi filsafat di

negeri ini.

Cina terutma terdiri dari tiga tradisi utama : Buddhisme, Taoisme dan

Konfusianisme, walaupun yang terakhir ini adalah sekolah filsafat dan bukan

agama. Banyak sarjana termasuk empat tradisi, agama rakyat Cina. Prespektif

keagamaan mayoritas penduduk Cina adalah campuran dari kepercayaan dan


praktek dari tradisi keempat. Ini bukan praktik umum kecuali hanya satu agama

yang lain, bahkan ketika mereka sering mengandung unsur-unsur yan saling

bertentangan.

Jumlah orang yang mengikuti ajaran Budha lebih dari 1 miliyar (80%) dan

Taoisme 400 juta (30%). Perhatikan bahwa banyak orang Cina menganggap diri

mereka baik Budha dan Tao.

Agama-agama lain juga telah hadir dalam jumlah kecil di Cina selama

beberapa abad, seperti Kristen dengan sekitar 50 juta (4%), Islam dengan 20 juta

(1,5%), Hindu, Dongbaism, dan Bon. Ada juga agama-agama modern lainnya

yang meningkatkan jumlah pengikut mereka di negeri ini seperti Xiantianism dan

Falun Gong.
Beberapa dari agama-agama Cina berasal dari negara sendiri (Taoisme,

Koghucu). Tetapi yang lain yang diimpor dari bagian-bagian lain dunia

(Budhaisme dari India, kekristenan dari Barat). Semua umum, orang Cina dapat

dengan mudah menyerap agaa yang tidak mencoba tradisi dasar , mereka tapi itu

tidak sama jika ini dipaksakan, seperti yang terjadi selama mongol atau invasi

Manchu. Upaya-upaya religius mereka memberi lebih percaya diri untuk orang

Cina berdasarkan keunggulan keyakinan mereka.

Meskipun jumlah besar nominal pengikut agama-agama Cina dan bahwa

bagian terbesar orang mengatakan bahwa mereka percaya pada Tuhan, takdir,

nasib, keberuntungan dan akhirat; penduduk Cina tidak memiliki kecenderungan

keagamaan yang kuat. Kecenderungan ini telah sangat meningkat sejak Partai

Komunis mengambil kekuasaan di tahun1949. Pemerintah dianjurkan praktek


agama selama puluhan tahun dan selama Revolusi Kebudayaan, penganiayaan

agama yang ekstensif dilakukan dan ratusan greja dan kuil-kuil yang hancur.

Namun, banyak orang Cina terus mempraktekkan keyakinan agama

mereka, meskipun risiko pribadi yag tinggi. Periode liberalisasi berikut diizinkan

baha agama tidak lagi dilarang pada tahun 1982, konstitusi ini dimodifikasi untuk

mentoleransi kebebasan beragama, namun Pemerintah Cina terus menjadi “ateis”

dan hari ini, banyak candi yang masih dianggap hanya “peninggalan budaya”.
BAB II

PEBAHASAN

A. ISTILAH TIONGHOA

Istilah Tionghoa dan Tiongkok berasal dari kata kata dari bahasa Kanton,

yaitu salah satu bahasa Cina, dan artinya adalah orang Cina dan Negara Cina.

Istilah ini selalu dipakai oleh masyarakat Tionghoa sebelum 1965 (Suryadinata;
1978; hal 42). Akan tetapi pada tahun itu, di Bandung dalam pertemuan antara

Jenderal penting dari ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia)

menghasilkan keputusan menggunakan istilah ‘Cina’ ketika menggambarkan

masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia, sehingga mengurangi atau

menghapuskan perasaan ‘inferior’ dan ‘superior’ (Suryadinata; 1978; hal 42-43).

Oleh karena alasan ini yang melatarbelakangi pengunaan istilah ‘Cina’,

masyarakat keturunan Tionghoa merasa istilah ini adalah hinaan dan akibatnya

ketika bebicara tentang masyarakatnya mereka memakai istilah Tionghoa dan

merasa dihina ketika istilah orang Cina atau Cina dipakai.

Sejak saat itu ada banyak pernafsiran tentang pengunaan istilah Tionghoa

dan pengunaan istilah Cina. Misalnya di buku berjudul “Pri – Non Pri; Mencari

Format Baru Pembauran” yang diterbitkan pada tahun 1999, dalam bab

dituliskan oleh Arif Budiman. Beliau mempercayai bahwa istilah Cina seharusnya
bisa diterima oleh masyarakat Tionghoa sekarang. Ini karena istilah ini seringkali

dipakai masyarakat bukan Tionghoa dan tujuannya ketika digunakan tidak untuk

menghina orang orang yang keturunan Tionghoa (Moch Sa’dun M [ed]; 1999; hal

115-119).

Akan tetapi, dari jawaban yang saya terima dari angket yang menggunakan baik

istilah Tionghoa maupun istilah Cina, saya diberitahu untuk tidak memakai

istilah Cina. Karena dijelaskan bahwa istilah ini masih dianggap sebagai hinaan

dan masih kurang sopan. Jawaban tidak berasal dari anggota yang lebih tua tetapi

salah satu koresponden dari Santo Albertus (Dempo), yaitu koresponden yang

berusia 15 sampai 19 tahun. Akibatnya karena koresponden ini dari generasi baru

dari masyarakat keturunan Tionghoa, ini mengindikasikan istilah Cina masih


dianggap oleh masyarakat ini sebagai istilah yang kurang baik sekalipun ahli

pengetahuan tidak setuju bahwa ini seharusnya tidak dianggap seperti itu.

Jadi demi menghidari terjadinya kesalahan dan menghina masyarakat Tionghoa

dan juga memperlihatkan rasa hormat saya terhadap masyarakat Tionghoa, di

dalam laporan ini, saya akan menggunakan istilah Tionghoa dan Tiongkok dalam

pembicaraan saya mengenai masyarakat ini.

B. KONSEPSI OF SOULS DAN KEBERADAAN LELUHUR


Ada bukti dari sedini periode Shag (sekitar 1500-1050) SM) yang dirawat

leluhur cina serta takut pada mereka. Ini mungkin juga telah menjadi faktor utama

dalam pengembangan keyakinan di ganda dan beberapa jiwa-jiwa. Terlambat

dalam Dinasti Zhou (1050-256 SM), pemikiran kosmologis didominasi oleh yin-

yang dikotomi, menurut mana semua aspek kehidupan adalah hasil dari

pergantian dan saling mempengaruhi antara pasif (yin) dan aktif (yang) kekuatan.

Filsuf dikotomi untuk menerapkan teori jiwa. Kekurangan apapun perbedaan

mutlak antara fisik dan rohani, mereka dianggap sebagai yin jiwa (po) sebagai

bahan lebih, dan jiwa yang (hun) sebagai lebih halus. Dalam praktekya, po

dikaitkan dengan tubuh dan kuburan. Hun yang kurang menakutkan dikaitkan

dengan tablet leuhur disimpan di rumah keluarga dan yang dipasang pada ruang

leluhur (jika klan keluarga mampu untuk membangun satu). Bagi beberapa orang

ini berarti ada dua hun, sama seperti, bagi orang lain, mungkin ada beberapa po.

Salah satu pandangan umum termasuk ide dari tiga hun dan tujuh po. Teori jiwa

yang majemuk ini termasuk di antara faktor-faktor dalam agama rakyat yang
dikurangi secara luas kepercayaan dalam keselamatan jiwa individu. Pada saat

yang sama, namun beberapa teori membantu cina untuk mengelola persepsi

kontras jiwa leluhur (sebagai baik baik atau jahat, misalnya) dan untuk

memberikan kerangka penjelasan bagi ritual yang berbeda dalam negeri,

pemakaman, dan klan aula pemujaan untuk leluhur.

Sementara maksud dari semua ini jelas upacara untuk menghibur daripada

nenek moyang mereka menderita murka-sifat eksistensi leluhur relatif

terdefinisikan. Secara umum. Dunia para leluhur dikandung sebagai suram, gelap

alam, sebuah “yin” ruang (yinjin). Meskipun tidak jelas persis rincian, Cina

menganggap dunia arwah mirip dengan dunia yang hidup dicara kunci. Mereka

percaya penduduk di wilayah lain butuh uang dan makanan, harus berurusan

dengan birikrat, dan harus bekerja (dengan bantuan yang hidup) untuk

meningkatkan nasib mereka. Setelah kedatangan agama Budha di abad-abad awal


dari era umum, itu lebih spesifik menyumbangkan ide-ide tentanf dunia orang

mati maupun konsepsi lebih tepat hubungan antara perbuatan seseorang,

sementara hidup dan nasib seseorang sesudahnya.

Sebagai contoh, “birokrasi” dimensi neraka itu deperkuat oleh penglihatan

Buddhis Sepuluh Pengadilan Neraka, di mana hukuman yang dijatuhkan hakim

sesuai dengan prinsip-prisip yang diperlukan karna pahala untuk setiap perbuatan

baik atau jahat. Selain itu, terlepas dari apakah mereka mengikuti agama Buddha

dengan cara lain, kebanyakan orang Cina menganut doktrin karma (pembalasan

bagi tindakan di masa lalu) dan samsara (siklus eksistensi) dalam pemikiran

mereka tentang kehidupan dan kematian. Doktrin-doktrin ini membantu orang

untuk menjelaskan nasib warga di alam yang hidup dan yang mati, belum lagi

interaksi di antra mereka. Sebagai contoh, kisah-kisah hantu yang mengisi cina

traktat religius serta sasra sekuler hantu biasanya hadir sebagai kendaraan dari
krma pembalasan terhadap orang-orang fasik yang lolos dari hukuman oleh

otoritas duniawi (mungkin dalam bekas seumur hidup). Saat membaca cerita-

cerita seperti ini telah sering hanya pengalih perhatian biasa, melakukan ritual

untuk memastikan bahwa leluhur pergi tidak menjadi hantu berkeliaran telah

menjadi masalah serius.

C. RITUS UNTUK MATI


Selama sejarah Cina, teks-teks klasik pada ritual dan komentar pada

mereka telah meningkatkan pengaruh pada praktek ritual untuk orang mati.

Catatan teks Ritual (Liji), setelah ditunjuk salah satu Konfusianisme’s “Lima

Kitab Suci” selama zaman Han (206 SM -220 M), menjadi buku yang paling

berpengaruh dalam hal ini. Ritual Keluarga menurut Master Zhu (Zhuzi jiali),

oleh pemikir terkemuka kemudian Konfusianisme (Zhu Xi, 1130-1200 M),

menjadi yang paling berpengaruh komentar. Pengaruh teks-teks ini

mengakibatkan standarisasi luas khususnya upacara kematian dan upacara untuk

orang mati pada umumnya. Menurut ahli antropologi budaya James Watson,

upacara pemakaman standar menjadi penanda “Chineseness” untuk Han (etnis

Cina) orang-orang dalam interaksi mereka dengan kelompok-kelompok etnis lain

karena mereka menyebar ke wilayah-wilayah baru.


Dalam artikelnya, “Struktur Ritus pemakaman Cina,” Watson

mengidentifikasi unsur-unsur sembilan upacara pemakaman standar: (1) keluarga

memberikan pemberitahuan kepada publik dengan ratapan, paste up banner, dan

tindakan-tindakan lain; (2) anggota keluarga mengenakan pakaian berkabung dari

kain putih dan rami; (3) mereka ritual memandikan mayat; (4) mereka membuat

persembahan makanan dan mentransfer kepada orang mati (dengan membakar)

semangat uang dan berbagai barang-barang (rumah, meubel, dan item lainnya

yang terbuat dari kertas); (5 ) mereka mempersiapkan dan memasang tablet

leluhur di altar domestik; (6) mereka membayar uang untuk ritual spesialis

(biasanya pendeta Tao atau Buddha ulama) sehingga dapat dengan aman mayat

dikeluarkan dari masyarakat (dan roh yang diutus pada dunia lain perjalanan); (7)

mereka mengatur musik untuk mengiringi gerakan mayat dan untuk

menyelesaikan semangat; (8) mereka memiliki disegel mayat dalam peti mati

kedap udara, dan (9) mereka mengeluarkan peti mati dari masyarakat dalam
sebuah prosesi untuk pemakaman yang menandai selesainya upacara pemakaman

dan menata panggung untuk dimakamkan.

Sementara kebiasaan penguburan lebih tunduk pada variasi lokal daripada

upacara pemakaman seperti itu, di seluruh China ada preferensi untuk

dimakamkan atas sarana alternatif berurusan dengan mayat. Sebagai contoh,

beberapa memilih cina Buddhisme adat kremasi, meskipun jika tidak pengaruh

kuat agama ini telah pada ide-ide dan praktek-praktek cina yang berhubungan

dengan kehidupan dan kematian. Tidak seperti India, untuk siapa tubuh bisa

dilihat sebagai kendaraan sementara untuk satu roh abadi, biasanya cina melihat

tubuh sebagai hadiah yang berharga dari para leluhur bahwa salah satu tempat

harus utuh di bawah tanah di dekat salah satu desa leluhur. Cina modern,

khususnya di bawah Partai Komunis sejak 1949, Cina telah berpaling ke kremasi

lebih sering. Tapi ini karena alasan praktis yang berkaitan dengan penggunaan
lahan dan partai kampanye melawan “takhayul” perilaku dan mendukung

berhemat dalam melakukan ritual.

Secara tradisional, mayat, atau setidaknya tulang, mewakili kekuatan yang

berlangsung di luar kematian dan dapat mempengaruhi nasib hidup keluarga.

Untuk alasan ini, penggunaan ahli feng-shui (Cina geomansi) diperlukan untuk

menentukan waktu, tempat, dan orientasi penguburan mayat. Penggunaan ini

adalah sejalan dengan keyakinan tersebut bahwa po, yang berlama-lama di

makam, lebih fisik sifatnya dari jiwa hun (s). Pentingnya digarisbawahi oleh

kenyataan bahwa praktek sedang dihidupkan kembali di Cina setelah bertahun-

tahun penghukuman oleh pejabat Komunis.

Merawat hun jiwa (s) telah di jantung ritual ibadah yang terjadi jauh dari

Corbis grave. Di antara peringatan ini adalah kebiasaan berkabung sangat


kompleks. Mereka diatur oleh prinsip umum bahwa kedekatan hubungan

seseorang yang meninggal menentukan derajat berkabung orang harus mengamati

(dilambangkan dengan kasar satu pakaian dan panjangnya masa berkabung,

misalnya). Selain mengamati kebiasaan berkabung, keluarga almarhum

diwajibkan untuk merawat jiwanya (s) di altar rumah dan di ruang leluhur marga,

jika ada. Di altar rumah ingat keluarga yang baru saja mati sangat personal relatif

melalui persembahan makanan favorit dan item lainnya. Mereka ingat lebih jauh

saudara sebagai kelompok dalam ritus nenek moyang generik, seperti yang terjadi

sebelum pesta-pesta keluarga di Tahun Baru, pertengahan musim gugur, dan

festival lainnya. Memang, salah satu yang paling penting mengingatkan bahwa

nenek moyang simbolis masih bagian dari keluarga inklusi mereka sebagai tamu

terhormat pada hari libur makan.


D. INDIVIDU KESELAMATAN

Cina keyakinan dan praktik yang berkaitan dengan kematian itu terkait

erat dengan kehidupan keluarga dan, karena itu, dibentuk oleh para kolektivis

mentalitas. Dalam artikelnya, “Jiwa dan Keselamatan: Terjadi konflik dalam

bahasa Cina Populer Tema Agama,” antropolog Myron Cohen, bahkan

berpendapat bahwa keselamatan individu mengejar itu bertentangan dengan

agama rakyat ortodoks. Namun, pengejaran ini tidak absen dari kehidupan agama

tradisional. penyebaran agama Buddha di seluruh China adalah salah satu faktor

yang berkontribusi terhadap penerimaan. Faktor lain adalah semakin perkotaan

dan mobile sifat masyarakat Cina dari waktu ke waktu. Setidaknya sejak dinasti

Song (960-1279), kedua faktor mempunyai pengaruh kuat yang diberikan,


sehingga untuk milenium terakhir Cina telah melihat pertumbuhan luar biasa

dalam Buddhisme berorientasi berbaring dan dalam agama-agama lain dengan

ideologi Bala Keselamatan berasal dari Buddha, Tao, dan lain-lain sumber.

Lay Buddha telah tertarik ke tingkat yang lebih besar daripada rekan-rekan

mereka di biara tujuan kelahiran kembali di surga Barat, atau “Pure Land”

(jingtu), dari Amitabha Buddha. Tidak seperti biasa nenek moyang dunia, yang

cermin dunia ini dalam banyak cara, Tanah Murni diinginkan untuk cara-cara

yang berbeda dari dunia ini. Hal ini tidak dihuni oleh kerabat, tetapi dengan

bijaksana dan penuh kasih guru Buddha Dharma, dan bebas dari kotoran dan

penderitaan dari dunia fana. Untuk beberapa bukan tempat sama sekali, hanya

sebuah simbol kedamaian nirwana (pencerahan keberadaan siklus di luar negara).


Untuk tingkat yang lebih besar daripada Buddhisme, agama sinkretis

tertentu yang ditetapkan ide-ide yang berdiri dalam ketegangan dengan hirarki,

terikat pd bumi, dan kolektivis asumsi cina tradisional negara dan masyarakat.

Apakah seseorang mempelajari Agama Teratai Putih akhir-akhir kekaisaran kali,

Jalan Persatuan (Yiguan Dao) modern China dan Taiwan, atau gerakan Falun

Gong dalam dua puluh firstcentury’s People’s Republic of China, penekanannya

pada budidaya rohani individu dan, bila relevan, nasib individu setelah kematian.

Bukti minat budidaya rohani individu dan keselamatan ditemukan dalam sekte ini

‘popularitas luar biasa, yang telah terkejut tradisional maupun kontemporer

pemerintah.

Kelompok-kelompok seperti Jalan Kesatuan atau Falun Gong biasanya

menekankan perlunya disiplin secara moral dalam gaya hidup dan pelatihan

teknik budidaya spiritual yang unik tersedia untuk anggota. Norma-norma moral
mereka sebagian besar dari Konfusianisme, dan teknik-teknik spiritual mereka

dari Taoisme dan Buddhisme. Falun Gong janji bahwa teknik yang cukup kuat

untuk menyelamatkan anggota dari penyakit fatal. Jalan Kesatuan janji-janji

bahwa orang yang mengambil hak moral-spiritual akan menghindari bencana

yang wajah orang lain saat mereka dekat akhir dunia. Tidak seperti orang lain,

individu-individu ini akan bergabung dengan Abadi Mulia Ibu di surga. Sejak

tahun 1600-an, gagasan tentang keselamatan melalui Yesus juga menarik

perhatian beberapa orang Cina. Di masa lalu, orang Kristen cina ini diminta untuk

meninggalkan ritus-ritus nenek moyang, sejak 1939, gereja Katolik telah

memungkinkan Cina untuk menyembah Yesus dan juga melakukan ritual untuk

nenek moyang, dengan beberapa kelompok Protestan mengikuti tren.

Sebagai asam modernitas terus menggerogoti kain tradisional masyarakat

Cina, banyak orang Cina memeluk agama yang mengabarkan keselamatan pribadi
setelah kematian. Mereka yang melakukan hal ini dapat meninggalkan praktek-

praktek yang berkaitan dengan keyakinan tradisional tentang kehidupan,

kematian, dan jiwa nenek moyang, atau mereka mungkin menemukan cara untuk

mendamaikan praktik-praktik ini dengan sistem keyakinan baru mereka

mengadopsi.

E. MITOS DAN KEROHANIAN BANGSA CINA

Sebahagian besar budaya Cina berasaskan tanggapan bahawa wujudnya

sebuah dunia roh. Berbagai-bagai kaedah penelahan telah membantu menjawab

soalan, dan dijadikan pun alternatif kepada ubat. Budaya rakyat telah membantu

mengisi kekosongan untuk segala hal yang tiada penjelasannya. Kaitan antara
mitos, agama dan fenomena yang aneh memang rapat sekali. Dewa-dewi menjadi

sebahagian tradisi, antara yang terpenting termasuk Guan Yin, Maharaja Jed dan

Budai. Kebanyakan kisah-kisah ini telah berevolusi menjadi perayaan tradisional

Cina. Konsep-konsep lain pula diperluas ke luar mitos menjadi lambang

kerohanian seperti dewa pintu dan singa penjaga. Di samping yang suci, turut

dipercayai yang jahat. Amalan-amalan seperti menghalau mogwai dan jiang shi

dengan pedang kayu pic dalam Taoisme adalah antara konsep yang diamalkan

secara turun-temurun. Upacara penilikan nasibCina masih diamalkan pada hari ini

selepas bertahun-tahun mengalami perubahan.

F. TRADISI DAN BUDAYA CINA


Budaya Cina adalah salah satu kebudayaan tertua di dunia. Tradisi dan

budaya China bervariasi antara kota-kota yang berbeda, dan provinsi. Sebuah

topik pada tradisi dan kebudayaan Tionghoa tidak akan lengkap tanpa

menyebutkan makanan mereka, pakaian, pendidikan dan arsitektur dan

transportasi. Para ahli sejarah menyatakan bahwa budaya Cina sangat beradab dan

mereka punya tradisi yang unik dan indah.

a) Makanan Cina
Makanan Cina dikenal, warna aroma dan rasa. Makanan Cina, budaya dan

tradisi dapat ditelusuri kembali ke abad 16 SM Yi Yin, seorang sarjana yang

hidup pada Dinasti Shang berpendapat bahwa makanan harus mencakup rasa

seperti manis, asam, pahit, dan asin yg mengasyikkan. Pasalnya, lima organ utama

dari tubuh manusia – jantung, hati, limpa, paru-paru dan ginjal, membutuhkan diet

gizi. Ia merumuskan teori harmonisasi makanan, yang menekankan pada diet gizi

yang baik untuk menjaga kesehatan yang baik. Sebagai bagian dari budaya Cina,

Anda harus duduk untuk makan. Ada juga aturan seperti yang harus duduk

pertama di antara tua dan muda dan juga antara pria dan wanita. Dari seluruh

bangsa di dunia, Cina memiliki paling banyak ragam makanan khas negerinya.

Bagi mereka, memasak tidak hanya sekedar membuat makanan, melainkan sebuah

seni; mulai dari berbagai macam teknik pengolahan hingga cara penyajiannya.

Tidak hanya itu, masing-masing juga memiliki sejarah dan legendanya sendiri.

Menarik, bukan? Yuk, kita lihat beberapa di antaranya yang juga mudah

ditemukan di Indonesia.
 Dim sum

Makanan khas satu ini dapat ditemui hampir di seluruh restauran yang

menyajikan Chinese food. Dim sum biasa disajikan sebagai sarapan dan makanan

pendamping dalam acara minum teh (yum cha). Dim sum ini dihidangkan dalam

porsi mungil di keranjang atau piring kecil.

Dampak di keluarga : dalam acara minum teh di keluarga tionghoa kerap

menyajikan Dim sum sebagai makanan utama dalam acara minum teh.

 Moon cake
Moon cake atau kue bulan adalah makanan wajib pada Festival Musim Gugur,

dan dimaksudkan untuk sajian persembahan sebagai penghormatan pada leluhur

di masa panen. Sejarah mencatat bahwa kue bulan muncul pada zaman Dinasti

Song (960 -1279). Awalnya kue bulan berbentuk bulat berisi pasta yang terbuat

dari biji bunga teratai dan rasanya sangat manis. Namun seiring perkembangan

zaman, muncul berbagai variasi bentuk dan isi kue bulan.

Dampak di keluarga : Dikeluarga Tionghoa harus wajib menyajikan Moon Cake

(Kue Bulan) sebagai menu pokok dalam acara penghormatan leluhur.

 Zongzi

Zongzi atau biasa disebut Ba Tzang adalah makanan tradisional Tiongkok yang

terbuat dari beras ketan dan dibungkus dengan daun bambu. Zongzi biasa
disajikan pada tradisi perayaan Duanwu atau Festival Perahu Naga yang jatuh

pada bulan ke lima Imlek untuk memperingati wafatnya Qu Yuan, seorang

penyair dari zaman kerajaan Chu.

Dampak di keluarga : Pada awalnya, kegiatan membuat zongzi adalah kegiatan

yang diikuti seluruh keluarga dengan resep yang diajarkan turun temurun. Bahkan

seni membungkus zongzi dengan benar juga merupakan hal yang diajarkan turun

temurun dalam keluarga. Sayangnya sekarang hal tersebut sudah semakin jarang

dilakukan.

 Marry Girl Cake


Walau namanya menggunakan Bahasa Inggris, Marry Girl Cake ini adalah

makanan tradisional Cina. Marry Girl Cake biasa dihidangkan pada saat upacara

pernikahan tradisional Cina.

Dampak di keluarga : pada setiap acara pernikahan keluarga Tionghoa kerap

menyajikan Merry Cake sebagai makanan utama diupacara pernikahan tradisional

Tionghoa

 Sweetheart Cake

Kue tradisional Cina yang terbuat dari pasta almond dan buah melon ini memiliki

nama lain, yaitu Wife Cake. Nama tersebut diberikan berdasarkan legenda yang

menyertai kue ini. Menurut legenda, pada masa lalu hiduplah sepasang suami istri

yang sangat miskin, namun mereka saling mencintai. Suatu hari ayah sang suami
terkena sakit keras. Beliau tidak juga sembuh walaupun pasangan tersebut telah

menghabiskan seluruh uang mereka untuk biaya pengobatannya. Diam-diam, sang

istri bekerja sebagai budak demi mendapatkan uang untuk melanjutkan

pengobatan. Saat sang suami mengetahui apa yang dilakukan istrinya demi

keluarga mereka, ia berusaha membalas ketulusan sang istri dengan cara

membuatkan kue berisi melon dengan lapisan yang renyah. Ternyata kue tersebut

menjadi sangat terkenal hingga orang-orang ingin membelinya. Akhirnya mereka

mendapatkan banyak uang sehingga sang istri pun tidak perlu lagi bekerja sebagai

budak.

Dampak di keluarga : dikeluarga Tionghoa Kue ini dilambangkan oleh para

suami-suami tionghoa sebagai lambang ungkapan terimakasih seorang suami

kepada istri yang rela menjadi tulang punggung keluarga.


 Ronde

Makanan tradisional China dengan nama

asli Tāngyuán (Hanzi=湯圓;penyederhanaan=汤圆; hanyu pinyin=tāngyuán).

Nama tangyuan merupakan metafora dari reuni

keluarga (Hanzi=團圓;penyederhanaan=团圆) yang

dibaca tuányuán (menyerupai tangyuan). Ronde terbuat dari tepung ketan yang

dicampur sedikit air dan dibentuk menjadi bola, direbus, dan disajikan dengan

kuah manis. Ukurannya bisa kecil atau besar, diberi isi maupun tidak. Masyarakat

China biasa mengonsumsi tangyuan saat festival Yuanxiao atau Festival Lampion.

Dampak di keluarga : Keluarga tionghoa kerap menyajikan Ronde sebagai

sajian untuk merayakan Festival Lampion.


 Daging yang diawetkan (“Lak Wei [腊味]”)

Pada Jaman dulu, tidak ada teknologi dan bahan-bahan pengawet kimia yang

dipakai dalam mengawetkan Makanan, yang ada hanyalah cara pengawetan

tradisional yang harus disiapkan untuk menyambut kedatangan Tahun Baru Imlek.

Sekitar Tanggal 8 bulan 12 penanggalan Imlek cara pengawaten tradisional ini

memerlukan waktu yang lama. Daging-daging diawetkan untuk persiapan Tahun

Baru Imlek antara lain daging Ikan, daging Ayam, daging Bebek, dan daging

Babi.

Dampak di keluarga : Jauh-jauh hari sebelum menjelang perayaan Imlek,

keluarga Tionghoa sudah disibukkan dengan mempersiapkan/menyediakan

makanan-makanan untuk Tahun Baru Imlek.


b) Pakaian Tradisional Cina

Pakaian tradisional adalah bagian dari budaya Cina. Ada bukti yang

menunjukkan bahwa budaya Cina, Shantingtung, yang berkembang 18.000 tahun

lalu, digunakan jarum jahit yang terbuat dari tulang. Ada juga bukti yang

membuktikan keberadaan konsep menjahit dan ornamen dalam budaya Cina awal.

Namun, pentingnya merancang pakaian diakui selama era Kaisar Kuning dan juga

selama pemerintahan Kaisar dari Yao dan Shaun. Ia selama Dinasti Shang, 16 ke

abad ke-11 SM, bahwa pakaian halus dan canggih dikenakan. Bukti-bukti

menunjukkan bahwa sutra tenun selama periode ini.


Para Pien-fu, Ch’ang-p’ao dan Shen-i adalah tiga jenis pakaian tradisional

Cina. Pien-fu adalah kostum dua bagian, yang mencakup tunik-seperti yang

mencapai lutut dan rok panjang pergelangan kaki. Para Ch’ang-p’ao adalah jubah

panjang sedangkan Shen-I adalah kombinasi dari pien-fu dan Ch’ang-p’ao ini

adalah tunik dan rok dijahit bersama untuk membentuk sebuah jubah panjang.

Semua pakaian tradisional Cina memiliki jahitan minimal. Edgings sulaman,

sutera tersampir, band dekoratif dan hiasan di pundak dan ikat pinggang lebar

yang digunakan sebagai ornamen. Sebagai bagian dari budaya Cina semua

pakaian tradisional Cina berwarna gelap. Warna gelap lebih disukai dengan yang

cahaya. Orang-orang umum untuk sehari-hari digunakan, lebih memilih warna

terang.
c) Bukti Sejarah

 Tembok Raksasa Cina

Yang di bentangkan sepanjang negara cina. Tembok ini di bangun oleh Dinasti

Qin pada 220 SM. Di sempurnakan oleh Dinasti Ming pada abad ke-14. tembok

besar cina ini bisa di bilang salah satu simbol sejarah yang masih kokoh hingga

kini.

d) Adat Istiadat

 Cadar Merah Pada Pengantin Wanita


Pernihakan tradisional tionghoa memiliki cadar merah untuk menutupi muka.

Cadar itu terbuat dari sutra. Cadar ini berasal dari masa dinasti utara dan selatan.

Dampak di keluarga : dikeluarga tionghoa, pengantin wanita diwajibkan

mengenakan cadar merah pada pesta adat pernikahan.

e) Kebudayaan
 Budaya Teh

Minum teh telah menjadi semacam ritual di kalangan masyarakat Tionghoa. Di

Cina, budaya minum teh dikenal sejak 3.000 tahun sebelum Masehi (SM), yaitu

pada zaman Kaisar Shen Nung berkuasa. Bahkan, berlanjut di Jepang sejak

masa Kamakaru (1192 – 1333) oleh pengikut Zen.

Tujuan minum teh, agar mereka mendapatkan kesegaran tubuh

selama meditasi yang bisa memakan waktu berjam-jam. Pada akhirnya, tradisi

minum teh menjadi bagian dari upacara ritual Zen. masyarakat Tionghoa sudah

meyakini teh dapat menetralisasi kadar lemak dalam darah, setelah mereka

mengonsumsi makanan yang mengandung lemak. Mereka juga percaya, minum

teh dapat melancarkan buang air seni, menghambat diare, dan sederet kegunaan

lainnya.
f) Ritual

 Ceng Beng / Festival Qingming

Ritual etnis Tionghoa untuk bersembahyang dan jiarah ke kuburan dengan ajaran

Khongkucu. Bagi etnis Tionghoa ini merupakan suatu hari mengingat dan

menghormati nenek moyang. Setiap berdoa di depan nenek moyang, menyapu

pusaran, menyajikan makanana, teh, arak, dupa, kertas sembahyang sebagai

persembahan kepada nenek moyang.


Secara umum, kepercayaan tradisional Tionghoa mementingkan ritual

penghormatan yaitu:

 Penghormatan leluhur: Penghormatan kepada nenek moyang merupakan intisari

dalam kepercayaan tradisional Tionghoa. Ini dikarenakan pengaruh ajaran

Konfusianisme yang mengutamakan bakti kepada orang tua termasuk leluhur

jauh.

 Penghormatan dewa-dewi: Dewa-dewi dalam kepercayaan tradisional Tionghoa

tak terhitung jumlahnya, ini tergantung kepada popularitas sang dewa atau dewi.

Mayoritas dewa atau dewi yang populer adalah dewa-dewi yang merupakan tokoh

sejarah, kemudian dikultuskan sepeninggal mereka karena jasa yang besar bagi

masyarakat Tionghoa di zaman mereka hidup.


g) Bahasa

Bahasa Tionghoa memiliki banyak varian lokal/ lisan. Bahasa Tionghoa

merupakan bahasa dengan jumlah penutur asli terbanyak di dunia.

h) Kesenian

 Barongsai

Tarian tradisional Tionghoa dengan menggunakan kostum yang menyerupai

singa. Masyrakat Tionghoa percaya bahwa singa lambang kebahagiaan dan


kesenangan. Tarian barongsai ini gerakan singa memakan amplop berisi yang

dengan istilah ’Lay See’. Istilah ini banyak di gunakan di Hongkong.

 Wayang Potehi

Kesenian ini mirip wayang golek (wayang kayu), namun cerita yang ditampilkan

berasal dari legenda rakyat tiongkok, seperti Sampek Engthay, Sih Djienkoei,

Capsha Thaypoo, Sungokong, dll.

i) Perayaan
 Tahun Baru Imlek

Perayaan terpenting orang Tionghoa, yaitu tahun pergantian tahun bagi keluarga

Tionghoa.

Dampak di keluarga : Beberapa hari sebelum Tahun Baru Imlek, setiap

keluarga melakukan pembersihan lingkungan, membersihkan dan memperbaiki

peralatan dan perlengkapan rumah, mengecat Rumah, menghilangkan sarang laba-

laba, mencuci gorden dan lain sebagainya.Untuk menyambut perayaan tahun baru

imlek.

 Cap Go Meh
Melambangkan hari ke -15 pada perayaan imlek bagi komunitas tionghoa.

Perayaan ini di rayakan dengan jamuan besar dan berbagai kagiatan.

 Pertengahan Musim Gugur

Pada tanggal 15 Agustus Imlek banyak cerita yanag mendasarinya. Bahwa asal

perayaan musim gugur lebih dari 2000 tahun yang lalu. Karena pada saat

itu Tiongkok merupakan negara pertanian, maka perayaan ini bertepatan dengan

panen musim gugur.

 Perayaan Perahu Naga


Ini menjadi simbol dalam semangat dan kebudayaan bangsa tionghoa. Ini

merupakan salah satu dari perayaan besar bangsa tionghoa yang di adakan setiap

tahun.

 Duanwu Jie

di kalangan Tionghoa-Indonesia adalah salah satu festival penting dalam

kebudayaan dan sejarah Cina. Peh Cun adalah dialek Hokkian untuk

kata pachuan (Hanzi: 扒船, bahasa Indonesia: mendayung perahu). Walaupun

perlombaan perahu naga bukan lagi praktik umum di kalangan Tionghoa-

Indonesia, namun istilah Peh Cun tetap digunakan untuk menyebut festival ini.

Festival ini dirayakan setiap tahunnya pada tanggal 5 bulan 5

penanggalan Imlek dan telah berumur lebih 2300 tahun dihitung dari masa Dinasti

Zhou. Perayaan festival ini yang biasa kita ketahui adalah


makan bakcang (Hanzi: 肉粽, hanyu pinyin: rouzong) dan perlombaan

dayung perahu naga. Karena dirayakan secara luas di seluruh Cina, maka dalam

bentuk kegiatan dalam perayaannya juga berbeda di satu daerah dengan daerah

lainnya. Namun persamaannya masih lebih besar daripada perbedaannya dalam

perayaan tersebut

j) Kematian

Sampai saat ini orang Tionghoa masih menganggap kematian ini

merupakan suatu hal yang tabu untuk dibicarakan, Bagi orang Tionghoa,

seseorang yang sudah meninggal secara otomatis statusnya berubah menjadi

dewa, bahkan umurnya boleh ditambah tiga tahun (satu tahun untuk Bumi, satu

tahun untuk udara dan satu tahun untuk laut), oleh sebab itu orang tersebut harus

disembah terutama oleh mereka yang lebih muda, termasuk anak cucu.
Penyembahan dilakukan di kubur, selain itu dapat juga dilakukan di rumah

dengan cara memanggil roh arwah tersebut di depan altar ( Hio Lo)-nya.

Biasanya Hio Lo ini dipasang di rumah putra sulung, kecuali atas persetujuan

keluarga maka boleh ditempatkan di rumah anak yang lain. Jaman ini tersedia

fasilitas khusus untuk meletakkan abu leluhur, dan ada orang-orang volunteer

yang bersedia mengurusnya. Untuk mengetahui apakah roh yang dipanggil itu

sudah hadir atau belum maka diadakan Puak Poi yakni dengan melemparkan dua

keping uang logam. Apabila jatuhnya berlainan sisi sebanyak tiga kali berturut-

turut, itu berarti roh arwah yang dipanggil sudah hadir.

Menurut kepercayaan mereka, orang yang mati secara tragis misalnya,

tabrakan,bunuh diri, dan dibunuh, rohnya akan gentayangan; karena belum tiba

saatnya dipanggil masuk dunia orang mati. Nama mereka belum tercantum di

dalam kerajaan maut (Im Kan) yang dikuasai raja Giam Lo (Ong = raja). Roh
gentayangan inilah yang biasanya disembah mereka pada hai Cui Ko, yakni bulan

ke tujuh tanggal lima belas.

 Dampak terhadap
keluarganya :

 Tradisi Tionghoa sangat


menuntut agar anak-
anaknya senantiasa
menghormati orangtua,
yang dimaksud dengan
menghormati orangtua yang
sudah mati adalah dengan
cara menjalankan
kewajiban memberikan
mereka korban dan
makanan. Atau ada juga
yang mengirimkan mereka
rumah, pakaian, uang,
mobil, computer
(laptop) dan sebaginya.

 Biasanya keluarga
membuat iklan obituary
untuk orang tua yang sudah
meninggal, karena mereka
menganggap orang tua
yang meninggal/tutup usia
karena hal yang wajar akan
menjadi dewa.

k) Kesehatan

Tradisional keyakinan
kesehatan Cina
mengadopsi pandangan
holistik menekankan
pentingnya faktor
lingkungan dalam
meningkatkan risiko
penyakit. Menurut Quah
faktor-faktor ini
mempengaruhi
keseimbangan harmoni
tubuh yin dan yang. Ini
adalah dua kekuatan yang
berlawanan namun saling
melengkapi dan bersama
dengan qi energi vital
mereka mengendalikan
alam semesta dan
menjelaskan hubungan
antara orang dan
sekelilingnya.
Ketidakseimbangan dalam
dua kekuatan atau qi hasil
pada penyakit.
Dalam rangka untuk
mengembalikan
keseimbangan perbaikan
praktek-praktek tradisional
yang mungkin diperlukan.
Misalnya kelebihan panas
energi dapat diimbangi
dengan pendinginan teh
herbal dan sebaliknya.
Keyakinan ini tertanam di
antara Cina dan telah
ditemukan untuk menjadi
berubah migrasi berikut ke
Singapura.
Dalam budaya tradisional
Cina minum obat dianggap
permusuhan maka obat-
obatan cenderung diambil
hanya sampai gejala yang
lega dan kemudian
dihentikan jika gejala tidak
jelas obat mungkin tidak
akan pernah diambil.

Terlepas dari
keyakinan budaya orangtua
efek samping ringan dari
antibiotik tertentu seperti
sakit perut dapat
berkontribusi pada
ketidakpatuhan obat.
Penggunaan sisa berbagi
antibiotik dan over-the-
counter pembelian antibiotik
oleh orangtua situasi umum
di masyarakat.

 Dampak bagi keluarga :

 Mereka berpikir bahwa


anak-anak mereka
menderita penyakit yang
sama dari dilihat dari gejala
yang sama sehingga
mereka akan memberikan
sisa atau berbagi antibiotik
untuk anak-anak mereka
dan hanya membawa
mereka ke dokter mereka
jika tidak ada perbaikan
Chang

 Dalam keluarga kecil Cina


ada juga menyalahkan
sakit-kesehatan atau
kemalangan pada kekuatan
supranatural atau
pembalasan ilahi atau pada
niat jahat dari penyihir atau
dukun Helman . Kelompok-
kelompok tersebut biasanya
akan mencari obat dari
agama mereka.

 Ginseng Asia dikenal


dalam pengobatan
tradisional Cina untuk
mengobati diabetes.
Tumbuhan ini ternyata
mempunyai efek langsung
dalam menurunkan gula
serta meningkatkan
pelepasan insulin dari
pankreas dan meningkatkan
jumlah reseptor insulin yang
dibutuhkan tubuh.

 Kepercayaan tradisional
bahwa obat-obatan berbagi
asal yang sama adalah
bagian dari tradisi Cina. Ini
bisa menjadi alasan bahwa
Cina menggunakan daun
bawang, bawang putih, lili
kering tunas, akar jahe
segar, rebung dan jamur
pohon dalam masakan
mereka. Orang China
percaya bahwa tanaman
herbal memiliki sifat yang
mencegah serta
menyembuhkan berbagai
penyakit. Aturan makan
adalah bagian dari tradisi
dan budaya theChinese.
Ada aturan seperti berapa
banyak orang yang harus
duduk di atas meja dan
bagaimana program utama
untuk dilayani.

l) Kepercayaan masyarakat
tionghoa

 Tidak boleh memuji bayi


yang baru lahir, akan
mengundang roh jahat
Dampak dikeluarga
: biasanya orang tionghoa
yang baru melahir kan/yang
memiliki bayi baru lahir
cenderung tidak memuji
bayinya, bahkan mereka
juga mengajarkan bagi
pengasuh anaknya juga.

 Saat hamil jangan pernah


menyakiti binatang, nanti
prilaku anak yang dilahirkan
akan menyerupai binatang
tersebut.
Dampak bagi keluarga
: perempuan tionghoa yang
sedang mengandung akan
menyayangi binatang, dan
biasanya apabila tidak suka
dengan binatang
perempuan tionghoa yang
mengandung lebih memilih
jauh dari binatang.
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Mengapa etnis Tionghoa masih belum diterima keberadaannya di

Indonesia, yaitu dikarenakan Bangsa Indonesia yang seolah-olah merasa terjajah

oleh etnis Tionghoa. Bangsa Indonesia ingin negara Indonesia ini dikuasai oleh

penduduk pribumi.
Namun, pemikiran seperti ini adalah keliru dikarenakan sebelum orde baru

muncul pun, banyak pemimpin Indonesia yang pribumi berpendapat bahwa

konsep bangsa yang seperti itu adalah konsep budaya dan politik bukan ras.

B. Saran

 Masyarakat Indonesia harus dapat bersikap lebih baik kepada etnis lainnya.

 Dapat mengikuti bagaimana majunya orang Tionghoa, dan

 Dapat mengikuti etnis Tionghoa dalam meraih sukses bisnis


DAFTAR PUSTAKA

1. http://id.wikipedia.org/wiki/Tionghoa-Indonesia#Masa-masa_awal

2. http://id.wikipedia.org/wiki/tionghoa

3. http://www.geogle.com
4. www.tionghoa.com

5. www.annehira.com/sejarah cina.htm

6. http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Indonesia_(1968-1998)

7. http://www.seasite.niu.edu/Indonesian/budaya_bangsa/Pecinan/Masyarakat_Cina.

html

8. http://www.gentanusantara.com/?p=63

9. http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Tionghoa-Indonesia
10. http://asengkosasih.blogspot.com/2009/12/sejarah-etnis-cina-Tionghoa-di.html

11. http://static.rnw.nl/migratie/www.ranesi.nl/tema/masyarakat/etnis_Tionghoa_refo

rmasi080731-redirected

12. http://cwsgading.com/2009/06/26/cina-di-indonesia/

13. http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/message/4597?var=1
Posted 25th April 2013 by
Unknown

0
Add a comment
1.

APR

25

Askep Ulkus
Dekubitus

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kita kehilangan sekitar 1 gram sel kulit setiap harinya karena gesekan

kullit pada baju dan aktifitas hygiene yang dilakukan setiap hari seperti mandi.

Ulkus dekubitus dapat terjadi pada setiap tahap umur tetapi hal ini merupakan

masalah yang khusus pada lansia. Khususnya pada klien Imobilitas. Seseorang

yang tidak inmobilitas yang tidak berbaring ditempat tidur sampai berminggu-

minggu tanpa terjadi ulkus dekubitus karena dapat berganti posisi beberapa kali

dalam sejam. Penggantian posisi ini, biarpun hanya bergeser, sudah cukup hanya

mengganti bagian tubuh yang kintak dengan alas tempat tidur. Sedangkan

imobilitas berlangsung lama. Terjadinya ulkus disebabkan aliran darah stempat,

dan juga keadaan umum si penderita.

Luka dekubitus adalah sesuatu masalah bagi populasi pasien dirawat

dirumah sakit atau dirumah perawatan lainnya. Pasien-pasien tersebut memiliki

resiko untuk mengalami terjadinya luka dekubitus selama perawatan. Insiden dan

pravalensi terjadinya luka dekubitus pada populasi ini di Amerika Serikat cukup

tinggi untuk mendapatkan perhatian dari kalangan tenaga kesehatan. Penelitian


menunjukkan bahwa pravalensi luka dekubitus berpariasi, tetapi secara umum

dilaporkan bahwa 5-11% terjadi di tatanan perawatan akut/akut care, 15-25%

ditatanan perawatan jangka panjang dan 7-12% ditatanan perawatan rumah.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan ulkus dekubitus?

2. Bagaimana etiologi ulkus dekubitus?


3. Bagaiman pathofisiologi ulkus dekubitus?

4. Bagaimana cara perawatan pada pasien dekubitus?

5. Tinjauan kasus pada pasien dekubitus?

C. TUJUAN MASALAH

1. Untuk mengetahui pengertian Ulkus Dekubitus.

2. Untuk mengetahui etiologi ulkus dekubitus.

3. Untuk mengetahui pathofisiologi ulkus dekubitus

4. Untuk mengetahui cara perawatan pada pasien penderita dekubitus

5. Untuk mengetahui tinjauan kasus pada pasien penderita dekubitus


BAB II

PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN

Ulkus dekubitus merupakan nekrosis jaringan local yang cenderung terjadi

ketika jaringan lunak tertekan di antara tonjolan tulang dengan permukaan

eksternal dalam jangka waktu lama (National Pressure Ulcer Advisory Panel

[NPUAP], 1989a, 1989b).

Sebuah definisi baru telah diajukan di Konferensi Nasional NPUAP ke-4

(1995a). Margolis (1995) menyebutkan “definisi terbaik dekubitus adalah

kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit normal akibat dari tekanan eksternal

yang berhubungan dengan penonjolan tulang dan tidak sembuh dengan urutan dan

waktu biasa. Selanjutnya, gangguan ini terjadi pada individu yang berada di atas

kursi atau di atas tempat tidur , sering kali pada inkontinensia dan malnutrisi

ataupun individu yang mengalami kesulitan makan sendiri, serta mengalami

gangguan tingkat kesadaran.”


Dekubitus sering disebut ulkus dermal / ulkus dekubitus atau luka tekan

terjadi akibat tekanan yang sama pada suatu bagian tubuh yang mengganggu

sirkulasi (Harnawatiaj, 2008).

Dekubitus adalah Kerusakan lokal dari kulit dan jaringan dibawah kulit yang

disebabkan penekanan yang terlalu lama pada area tersebut (Ratna Kalijana, 2008)

Ulkus decubitus adalah suatu daerah yang mati jaringan disebabkan karena

kurangnya aliran darah didaerah yang bersangkutan. Decubitus berasal dari

bahasa latin yang artinya berbaring. Berbaring tidak selalu menyebabkan

terjadinya luka baring. Karena itu sebagian orang lebih menyukai istilah luka

tekan ( pressure sore) karena tekananlah yang merupakan penyebab utama

terjadinya ulkus decubitus(Wolf. Weitzel & Fuerst (1989: 354) dalam Dasar –

dasar Ilmu Keperawatan)


2. ETIOLOGI

Luka Dekubitus disebabkan oleh kombinasi dari faktor ekstrinsik dan intrinsik

pada pasien.

a. Faktor Ekstrinsik

 Tekanan : kulit dan jaringan dibawahnya tertekan antara tulang dengan permukaan

keras lainnya, seperti tempat tidur dan meja operasi. Tekanan ringan dalam waktu

yang lama sama bahayanya dengan tekanan besar dalam waktu singkat. Terjadi

gangguan mikrosirkulasi lokal kemudian menyebabkan hipoksi dan nekrosis.

tekanan antar muka ( interface pressure). Tekanan antar muka adalah kekuatan per

unit area antara tubuh dengan permukaan matras. Apabila tekanan antar muka

lebih besar daripada tekanan kapiler rata rata, maka pembuluh darah kapiler akan

mudah kolap, daerah tersebut menjadi lebih mudah untuk terjadinya iskemia dan

nekrotik. Tekanan kapiler rata rata adalah sekitar 32 mmHg.


 Gesekan dan pergeseran : gesekan berulang akan menyebabkan abrasi sehingga

integritas jaringan rusak. Kulit mengalami regangan, lapisan kulit bergeser terjadi

gangguan mikrosirkulasi lokal.

 Kelembaban : akan menyebabkan maserasi, biasanya akibat inkontinensia, drain

dan keringat. Jaringan yang mengalami maserasi akan mudah mengalami

erosi. Selain itu kelembapan juga mengakibatkan kulit mudah terkena pergesekan

(friction) dan perobekan jaringan (shear). Inkontinensia alvi lebih signifikan

dalam perkembangan luka tekan daripada inkontinensia urin karena adanya

bakteri dan enzim pada feses dapat merusak permukaan kulit.

 Kebersihan tempat tidur, alat-alat tenun yang kusut dan kotor, atau peralatan medik

yang menyebabkan klien terfiksasi pada suatu sikap tertentu juga memudahkan

terjadinya dekubitus.
b. Fase Intrinsik

 Usia : pada usia lanjut akan terjadi penurunan elastisitas dan vaskularisasi. Pasien

yang sudah tua memiliki resiko yang tinggi untuk terkena luka tekan karena kulit

dan jaringan akan berubah seiring dengan penuaan. Penuaan mengakibatkan

kehilangan otot, penurunan kadar serum albumin, penurunan respon inflamatori,

penurunan elastisitas kulit, serta penurunan kohesi antara epidermis dan dermis.

Perubahan ini berkombinasi dengan faktor penuaan lain akan membuat kulit

menjadi berkurang toleransinya terhadap tekanan, pergesekan, dan tenaga yang

merobek. Selain itu, akibat dari penuaan adalah berkurangnya jaringan lemak

subkutan, berkurangnya jaringan kolagen dan elastin. menurunnya efesiensi

kolateral kapiler pada kulit sehingga kulit menjadi lebih tipis dan rapuh.

. Penurunan sensori persepsi : Pasien dengan penurunan sensori persepsi akan

mengalami penurunan untuk merasakan sensari nyeri akibat tekanan diatas tulang

yang menonjol. Bila ini terjadi dalam durasi yang lama, pasien akan mudah
terkena luka tekan. karena nyeri merupakan suatu tanda yang secara normal

mendorong seseorang untuk bergerak. Kerusakan saraf (misalnya akibat

cedera, stroke, diabetes) dan koma bisa menyebabkan berkurangnya kemampuan

untuk merasakan nyeri.

 Penurunan kesadaran : gangguan neurologis, trauma, analgetik narkotik.

 Malnutrisi : Orang-orang yang mengalami kekurangan gizi (malnutrisi) tidak

memiliki lapisan lemak sebagai pelindung dan kulitnya tidak mengalami

pemulihan sempurna karena kekurangan zat-zat gizi yang penting.

Karena itu klien malnutrisi juga memiliki resiko tinggi menderita ulkus dekubitus.

Selain itu, malnutrisi dapat gangguan penyembuhan luka. Biasanya berhubungan

dengan hipoalbumin. Hipoalbuminemia, kehilangan berat badan, dan malnutrisi

umumnya diidentifikasi sebagai faktor predisposisi untuk terjadinya luka tekan.

Menurut penelitian Guenter (2000) stadium tiga dan empat dari luka tekan pada

orang tua berhubungan dengan penurunan berat badan, rendahnya kadar albumin,

dan intake makanan yang tidak mencukupi.


 Mobilitas dan aktivitas : Mobilitas adalah kemampuan untuk mengubah dan

mengontrol posisi tubuh, sedangkan aktivitas adalah kemampuan untuk

berpindah. Pasien yang berbaring terus menerus ditempat tidur tanpa mampu

untuk merubah posisi beresiko tinggi untuk terkena luka tekan. Orang-orang yang

tidak dapat bergerak (misalnya lumpuh, sangat lemah, dipasung). Imobilitas

adalah faktor yang paling signifikan dalam kejadian luka tekan.

 Merokok : Nikotin yang terdapat pada rokok dapat menurunkan aliran darah dan

memiliki efek toksik terhadap endotelium pembuluh darah. Menurut hasil

penelitian Suriadi (2002) ada hubungaan yang signifikan antara merokok dengan

perkembangan terhadap luka tekan.

 Temperatur kulit : Menurut hasil penelitian Sugama (1992) peningkatan temperatur

merupakan faktor yang signifikan dengan resiko terjadinya luka tekan.

 Kemampuan sistem kardiovaskuler menurun, sehingga perfusi kulit menurun.

 Anemia
 Hipoalbuminemia, beresiko tinggi terkena dekubitus dan memperlambat

penyembuhannya.

 Penyakit-penyakit yang merusak pembuluh darah juga mempermudah terkena

dekubitus dan memperburuk dekubitus.

3. PATHOFISIOLOGI

Tiga elemen yang mendasar terjadi dekubitus yaitu :

1. Intensitas tekanan dan tekanan yang menutup kapiler (Landis,1930)

2. Durasi dan besarnya tekanan (Koziak,1959)

3. Toleransi jaringan (Husain, 1953;Trumble, 1930)

Dekubitus terjadi sebagai hubungan antara waktu dengan tekanan(Stotts,

1988). Semakin besar tekanan, maka semakin besar pula insiden terbentuknya

luka. Kulit dan jaringan subkutan dapat mentoleransi beberapa tekanan. Tapi pada

tekanan eksternal terbesar daripada tekanan dasar kapiler akan menurunkan atau
menghilangkan aliran darah ke dalam jaringan sekitarnya. Jaringan ini menjadi

hipoksia sehingga terjadi cedera iskemia. Jika tekanan ini lebih besar dari

32mmHg dan tidak dihilangkan dari tempat yang mengalami hipoksia, maka

pembuluh darah kolaps dan thrombosis (Maklebust,1987). Jika tekanan

dihilangkan sebelum titik kritis maka sirkulasi pada jaringan tersebut akan pulih

kembali melalui mekanisme fisiologis hyperemia reaktif.”karena kulit mempunyai

kemampuan yang lebih besar untuk mentoleransi iskemia dari otot, maka

dekubitus dimulai di tulang dengan iskemia otot yang berhubungan dengan

tekanan yang akhirnya melebar ke epidermis”(Maklebust, 1995)

Pembentukan dekubitus juga berhubungan dengan adanya gaya gesek yang terjadi

saat menaikan posisi klien di atas tempat tidur . Efek tekanan juga dapat

ditingkatkan oleh distribusiberat badan yang tidak merata. Jika tekanan tekanan

tidak terdistribusi secara merata pada tubuh maka gradien tekanan jaringan yang

mendapatkan tekanan akan meningkat. Metabolisme sel kulit di titik tekanan

mengalami gangguan. Respon kompensasi jaringan terhadap iskemi yaitu


hyperemia reaktif memungkinkan jaringan iskemia dibanjiri dengan darah ketika

tekanan dihilangkan. Peningkatan aliran darah meningkatkan pengiriman oksigen

dan nutrient ke dalam jaringan. Gangguan metabolic yang disebabkan oleh

tekanan dapat kembali normal. Hyperemia reaktif akan efektif hanya apabila

tekanan dihilangkan sebelum terjadi kerusakan. Beberapa penelitian merasa

bahwa interval sebelum terjadi kerusakan berkisar antara 1 sampai 2 jam. Tetapi,

hal ini interval waktu subjectif, dan tidak berdasarkan data pengkajian klien.

4. PATWAY
5. MANIFESTASI KLINIK

Terjadi pada pasien-pasien paraplegia, quadriplegia, spina bifida, multipel

sklerosis dan imobilisasi lama di rumah sakit. Selain itu, factor lain perlu

diketahui dari riwayat penderita meliputi onset, durasi, riwayat pengobatan

sebelumnya, perawatan luka, riwayat operasi sebelumnya, status gizi dan

perubahan berat badan, riwayat alergi, konsumsi alkohol, merokok serta keadaan

sosial ekonomi penderita. Anamnesa sistem termasuk di dalamnya antara lain

demam, keringat malam, spasme (kaku), kelumpuhan, bau, nyeri (Arwaniku,

2007). Menurut NPUAP ( National Pressure Ulcer Advisory Panel ).

Luka tekan dibagi menjadi empat stadium ,yaitu :

 Stadium 1 : Ulserasi terbatas pada epidermis dan dermis dengan eritema pada

kulit. Penderita dengan sensibilitas baik akan mengeluh nyeri, stadium ini

biasanya reversible dan dapat sembuh dalam 5-10 hari.


Tanda dan Gejala : Adanya perubahan dari kulit yang dapat diobservasi. Apabila

dibandingkan dengan kulit yang normal, maka akan tampak salah satu tanda

sebagai berikut: perubahan temperatur kulit (lebih dingin atau lebih

hangat), Perubahan konsistensi jaringan (lebih keras atau lunak), Perubahan

sensasi (gatal atau nyeri), Pada orang yang berkulit putih, luka mungkin kelihatan

sebagai kemerahan yang menetap. Sedangkan pada yang berkulit gelap, luka akan

kelihatan sebagai warna merah yang menetap, biru atau ungu.

 Stadium 2 : Ulserasi mengenai dermis, epidermis dan meluas ke jaringan

adiposa terlihat eritema dan indurasi serta kerusakan kulit partial (epidermis dan

sebagian dermis) ditandai dengan adanya lecet dan lepuh . Stadium ini dapat

sembuh dalam 10-15 hari.

Tanda dan Gejala : Hilangnya sebagian lapisan kulit yaitu epidermis atau dermis,

atau keduanya. Cirinya adalah lukanya superficial, abrasi, melempuh, atau

membentuk lubang yang dangkal.


 Stadium 3 : Ulserasi meluas sampai ke lapisan lemak subkulit dan otot sudah

mulai terganggu dengan adanya edema dan inflamasi, infeksi akan hilang struktur

fibril. Kerusakan seluruh lapisan kulit sampai subkutis, tidak melewati fascia.

Biasanya sembuh dalam 3-8 minggu.

Tanda dan Gejala : Hilangnya lapisan kulit secara lengkap, meliputi kerusakan

atau nekrosis dari jaringn subkutan atau lebih dalam, tapi tidak sampai pada

fascia. Luka terlihat seperti lubang yang dalam.

 Stadium 4 : Ulserasi dan nekrosis meluas mengenai fasia,otot serta sendi.

Dapat sembuh dalam 3-6 bulan.

Tanda dan Gejala :

Hilangnya lapisan kulit secara lengkap dengan kerusakan yang luas, nekrosis

jaringan, kerusakan pada otot, tulang atau tendon. Adanya lubang yang dalam

serta saluran sinus juga termasuk dalam stadium IV dari luka tekan.
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a) Kultur : pertumbuhan mikroorganisme tiruan atau sel – sel jaringan.

b) Albumin serum : protein utama dalam plasma dan cairan serosa lain.

7. PENATALAKSANAAN
1. Perawatan luka decubitus

2. Penerangan untuk pasien dan keluarga

3. Bila ulkus kecil dapat sembuh sendiri bila faktor penyebab dihilangkan.

4. Usaha pencegahan keadaan yang lebih buruk.

5. Mengurangi tekanan dengan cara mengubah posisi selama 5 menit setiap 2 jam.

6. Menggunakan alas tidur yang empuk, kering dan kebersihan kulit dijaga jangan

sampai kotor karena urin dan feses.

7. Terapi obat :

 Obat antibacterial topical untuk mengontrol pertumbuhan bakteri

 Antibiotik prupilaksis agar luka tidak terinfeksi

8. Terapi diet

Agar terjadi proses penyembuhan luka yang cepat, maka nutrisi harus adekuat

yang terdiri dari kalori, protein, vitamin, mineral dan air. Penatalaksanaan klien

dekubitus memerlukan pendekatan holistic yang menggunakan keahlian pelaksana


yang berasala dari beberapa disiplin ilmu kesehatan (AHCPR, 1994; Olshansky,

1994) Gambaran keseluruhan dekubitus akan menjadi dasar pembuatan pohon

pengangambilan keputusan yang digunakan untuk menentukan rencana tindakan

(AHCPR, 1994, Maklebust dan Siegreen, 1991).

8. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan darah

Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120 mg/dl dan

dua jam post prandial > 200 mg/dl.

2. Urine

Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan

dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna

pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ )

3. Kultur pus
4. Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai

dengan jenis kuman.

9. PENGOBATAN

Pengobatan ulkus dekubitus dengan pemberian bahan topikal, sistemik

ataupun dengan tindakan bedah dilakukan sedini mungkin agar reaksi

penyembuhan terjadi lebih cepat. Pada pengobatan ulkus dekubitus ada beberapa

hal yang perlu diperhatkan antara lain :

1. Mengurangi tekanan lebih lanjut pada daerah ulkus. Secara umum sama dengan

tindakan pencegahan yang sudah dibicarakan di tas. Pengurangan tekanan sangat

penting karena ulkus tidak akan sembuh selama masih ada tekanan yang

berlebihan dan terus menerus.


2. Mempertahankan keadaan bersih pada ulkus dan sekitarnya. Keadaan tersebut

akan menyebabkan proses penyembuhan luka lebih cepat dan baik. Untuk hal

tersebut dapat dilakukan kompres, pencucian, pembilasan, pengeringan dan

pemberian bahan-bahan topikal seperti larutan NaC10,9%, larutan H202 3% dan

NaC10,9%, larutan plasma dan larutan Burowi serta larutan antiseptik lainnya.

3. Mengangkat jaringan nekrotik. Adanya jaringan nekrotik pada ulkus akan

menghambat aliran bebas dari bahan yang terinfeksi dan karenanya juga

menghambat pembentukan jaringan granulasi dan epitelisasi. Oleh karena itu

pengangkatan jaringan nekrotik akan memper-cepat proses penyembuhan ulkus.

Terdapat 3 metode yang dapat dilakukan antara lain :

a. Sharp dbridement (dengan pisau, gunting dan lain-lain).


b. Enzymatic debridement (dengan enzim proteolitik, kolageno-litik, dan

fibrinolitik).

c. Mechanical debridement (dengan tehnik pencucian, pembilasan, kompres dan

hidroterapi)

4. Menurunkan dan mengatasi infeksi, perlu pemeriksaan kultur dan tes resistensi.

Antibiotika sistemik dapat diberikan bila penderita mengalami sepsis, selulitis.

Ulkus yang terinfeksi hams dibersihkan beberapa kali sehari dengan larutan

antiseptik seperti larutan H202 3%, povidon iodin 1%, seng sulfat 0,5%. Radiasi

ultraviolet (terutama UVB) mempunyai efek bakterisidal.

5. Merangsang dan membantu pembentukan jaringan granulasi dan epitelisasi. Hal

ini dapat dicapai dengan pemberian antara lain :

 Bahan-bahan topikal misalnya : salep asam salisilat 2%, preparat seng (Zn 0, Zn

SO
 Oksigen hiperbarik; selain mempunyai efek bakteriostatik terhadap sejumlah

bakteri, juga mempunyai efek proliferati epitel, menambah jaringan granulasi dan

memperbaiki keadaan vaskular.

 Radiasi infra merah, short wave diathermy, dan pengurutan dapat membantu

penyembuhan ulkus karena adanya efek peningkatan vaskularisasi.

 Terapi ultrasonik; sampai saat ini masih terus diselidiki manfaatnya terhadap

terapi ulkus dekubitus

6. Tindakan bedah selain untuk pembersihan ulkus juga diperlukan untuk

mempercepat penyembuhan dan penutupan ulkus, terutama ulkus dekubitus

stadium III & IV dan karenanya sering dilakukan tandur kulit ataupun

myocutaneous flap.
10. PENCEGAHAN

Pencegahan ulkus dekubitus adalah hal yang utama karena pengobatan ulkus

dekubitus membutuhkan waktu dan biaya yang besar. Tindakan pencegahan dapat

dibagi menjadi :

a. Umum :

 Pendidikan kesehatan tentang ulkus dekubitus bagi staf medis, penderita dan

keluarganya.

 Pemeliharaan keadaan umum dan higiene penderita.

b. Khusus :

 Mengurangi/menghindari tekanan luaryang berlebihan pada daerah tubuh tertentu

dengan cara : perubahan posisi tiap 2 jam di tempat tidur sepanjang 24 jam.

melakukan push up secara teratur pada waktu duduk di kursi roda. pemakaian

berbagai jenis tempat tidur, matras, bantal anti dekubitus seperti circolectric bed,

tilt bed, air-matras; gel flotation pads, sheepskin dan lain-lain.


 Pemeriksaan dan perawatan kulit dilakukan dua kali sehari (pagi dan sore), tetapi

dapat lebih sering pada daerah yang potensial terjadi ulkus

dekubitus. Pemeriksaan kulit dapat dilakukan sendiri, dengan bantuan penderita

lain ataupun keluarganya. Perawatan kulit termasuk pembersihan dengan sabun

lunak dan menjaga kulit tetap bersih dari keringat, urin dan feces. Bila perlu dapat

diberikan bedak, losio yang mengandung alkohol dan emolien.

11. PENGELOLAAN DEKUBITUS

Pengelolaan dekubitus diawali dengan kewaspadaan untuk mencegah terjadinya

dekubitus dengan mengenal penderita risiko tinggi terjadinya dekubitus, misalnya

padapenderita yang immobil dan konfusio.

Usaha untuk meremalkan terjadinya dekubitus ini antara lain dengan memakai

sistem skor Norton. Skor dibawah 14 menunjukkan adanya risiko tinggi untuk

terjadinya dekubitus. Dengan evaluasi skor ini dapat dilihat perkembangan

penderita.
Tindakan berikutnya adalan menjaga kebersihan penderita khususnya kulit,

dengan memandikan setiap hari. Sesudah keringkan dengan baik lalu digosok

dengan lotion, terutama dibagian kulit yang ada pada tonjolan-tonjolan tulang.

Sebaiknya diberikan massase untuk melancarkan sirkulasi darah, semua

ekskreta/sekreta harus dibersihkan dengan hati-hati agari tidak menyebabkan lecet

pada kulit penderita.

Tindakan selanjutnya yang berguna baik untuk pencegahan maupun setelah

terjadinya dekubitus adalah:

1. Meningkatkan status kesehatan penderita; umum; memperbaiki dan menjaga

keadaan umum penderita, misalnya anemia diatasi, hipoalbuminemia dikoreksi,

nutirisi dan hidarasi yang cukup, vitamin (vitamin C) dan mineral (Zn)

ditambahkan khusus; coba mengatasi/mengoabati penyakit-penyakit yang ada

pada penderita, misalnya DM.

2. Mengurangi/memeratakan faktor tekanan yang mengganggu aliran darah;


 Alih posisi/alih baring/tidur selang seling, paling lama tiap dua jam. Keberatan

pada cara ini adalah ketergantungan pada tenaga perawat yang kadang-kadang

sudah sangat kurang, dan kadang-kadang mengganggu istirahat penderita bahkan

menyakitkan.

 Kasur khusus untuk lebih memambagi rata tekan yang terjadi pada tubuh

penderita, misalnya; kasur dengan gelembung tekan udara yang naik turun, kasur

air yang temperatur airnya dapat diatur. (keberatan alat canggih ini adalah

harganya mahal, perawatannya sendir harus baik dan dapat rusak).

 Regangan kulit dan lipatan kulit yang menyebabkan sirkulasi darah setempat

terganggu, dapat dikurangi antara lain;

a) Menjaga posisi penderita, apakah ditidurkan rata pada tempat tidurnya, atau

sudah memungkinakan untuk duduk dikursi.

• Bantuan balok penyangga kedua kaki, bantal-bantal kecil utuk menahan tubuh

penderita, “kue donat” untuk tumit,


b) Diluar negeri sering digunakan kulit domba dengan bulu yang lembut dan tebal

sebagai alas tubuh penderita. Begitu tampak kulit yang hiperemis pada tubuh

penderita, khsusnya pada tempat-tempat yang sering terjadi dekubitus, semua

usaha-usahan diatas dilakukan dengan lebih cermat untuk memperbaiki iskemia

yang terjadi, sebab sekali terjadi kerusakan jaringa upaya penyembuhan akan

lebih rumit.

Bila sudah terjadi dekubitus, tentukan stadium dan tindakan medik menyesuaikan

apa yang dihadapi:

1) Dekubitus derajat I

Dengan reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis;

kulit yang kemerahan dibersihkan hati-hati dengan air hangat dan sabun, diberi

lotion, kemudian dimassase 2-3 kali/hari.


2) Dekubitus derajat II

Dimana sudah terjadi ulkus yang dangkal; Perawatan luka harus memperhatikan

syarat-syarat aseptik dan antiseptik. Daerah bersangkutan digesek dengan es dan

dihembus dengan udara hangat bergantian untuk meransang sirkulasi. Dapat

diberikan salep topikal, mungkin juga untuk meransang tumbuhnya jaringan

muda/granulasi, Penggantian balut dan salep ini jangan terlalu sering karena

malahan dapat merusakkan pertumbuhan jaringan yang diharapkan.

3) Dekubitus derajat III

Dengan ulkus yang sudah dalam, menggaung sampai pada bungkus otot dan

sering sudah ada infeksi; Usahakan luka selalu bersih dan eksudat disusahakan

dapat mengalir keluar. Balut jangan terlalu tebal dan sebaliknya transparan

sehingga permeabel untuk masukknya udara/oksigen dan penguapan. Kelembaban


luka dijaga tetap basah, karena akan mempermudah regenarasi sel-sel kulit. Jika

luka kotor dapat dicuci dengan larutan NaCl fisiologis. Antibiotik sistemik

mungkin diperlukan.

4) Dekubitus derajat IV

Dengan perluasan ulkus sampai pada dasar tulang dan sering pula diserta jaringan

nekrotik; Semua langkah-langkah diatas tetap dikerjakan dan jaringan nekrotik

yang adal harus dibersihkan, sebab akan menghalangi pertumbuhgan

jaringan/epitelisasi.

Beberapa preparat enzim coba diberikan untuk usaha ini, dengan tujuan

mengurangi perdarahan, dibanding tindakan bedah yang juga merupakan alternatif

lain. Setelah jaringan nekrotik dibuang danluka bersih, penyembuhan luka secara

alami dapat diharapkan.

Beberapa usaha mempercepat adalah antara lain dengan memberikan oksigenisasi


pada daerah luka, Tindakan dengan ultrasono untuk membuka sumbatan-

sumbatan pembuluh darah dan sampai pada transplantasi kulit setempat.

BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

a. Identitas
Umur/usia perlu ditanyakan
karena adanya hubungan
dengan proses
penyembuhan luka atau
regenerasi sel.Sedangkan
ras dan suku bangsa perlu
dikaji karena kulit yang
tampak normal pada ras
dan kebangsaan tertentu
kadang tampak abnormal
pada klien dengan ras dan
kebangsaan lain (Smeltzer
& Brenda,
2001). Pekerjaan dan hobi
klien juga ditanyakan untuk
mengetahui apakah klien
banyak duduk atau sedikit
beraktivitas sehingga terjadi
penekanan pembuluh darah
yang menyebabkan suplai
oksigen berkurang, sel- sel
tidak mendapat cukup zat
makanan dan sampah hasil
sisa metabolisme
tertumpuk. Akhirnya sel-sel
matai, kulit pecah dan
terjadilah lubang yang
dangkal dan luka dekubitus
pada permukaan(
Carpenito , L.J , 1998 ).

b. Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang
paling dirasakan oleh klien
sehingga ia mencari
pertolongan. Keluhan yang
diungkapkan klien pada
umumnya yaitu adanya rasa
nyeri. Lokasi luka biasanya
terdapat pada daerah-
daerah yang menonjol,
misalnya pada daerah
belakang kepala, daerah
bokong, tumit, bahu, dan
daerah pangkal paha yang
mengalami ischemia
sehingga terjadi ulkus
decubitus (Bouwhuizen ,
1986 ).

c. Riwayat Penyakit
Sekarang
Hal- hal yang perlu dikaji
adalah mulai kapan keluhan
dirasakan, lokasi keluhan,
intensitas, lamanya atau
frekuensi, faktor yang
memperberat atau
memperingan serangan,
serta keluhan- keluhan lain
yang menyertai dan upaya-
upaya yang telah dilakukan
perawat disini harus
menghubungkan masalah
kulit dengan gejalanya
seperti: gatal, panas, mati
rasa, immobilisasi, nyeri,
demam, edema, dan
neuropati ( Carpenito , L.J ,
1998 )
d. Riwayat Personal dan
Keluarga
Riwayat penyakit keluarga
perlu ditanyakan karena
penyembuhan luka dapat
dipengaruhi oleh penyakit –
penyakit yang diturunkan
seperti : DM, alergi,
Hipertensi ( CVA ). Riwayat
penyakit kulit dan prosedur
medis yang pernah dialami
klien. Hal ini untuk
memberikan informasi
apakah perubahan pada
kulit merupakan manifestasi
dari penyakit sistemik
seperti : infeksi kronis,
kanker, DM
e. Riwayat Pengobatan
Apakah klien pernah
menggunakan obat- obatan.
Yang perlu dikaji perawat
yaitu: Kapan pengobatan
dimulai, Dosis dan
frekuensi,Waktu
berakhirnya minum obat.
f. Riwayat Diet
Yang dikaji yaitu berat
badan, tinggi badan,
pertumbuhan badan dan
makanan yang dikonsumsi
sehari- hari. Nutrisi yang
kurang adekuat
menyebabkan kulit mudah
terkena lesi dan proses
penyembuhan luka yang
lama.
g. Status Sosial Ekonomi
Untuk mengidentifikasi
faktor lingkungan dan
tingkat perekonomian yang
dapat mempengaruhi pola
hidup sehari- hari, karena
hal ini memungkinkan dapat
menyebabkan penyakit
kulit.
h. Riwayat Kesehatan, seperti:
 Bed-rest yang lama
 Immobilisasi
 Inkontinensia
 Nutrisi atau hidrasi yang
inadekuat

i. Pengkajian Psikososial
Kemungkinan hasil
pemeriksaan psikososial
yang tampak pada klien
yaitu: Perasaan depresi ,
Frustasi ,
Ansietas/kecemasan
,Keputusasaan
j. Aktivitas Sehari- Hari
Pasien yang immobilisasi
dalam waktu yang lama
maka bukan terjadi ulkus
pada daerah yang menonjol
karena berat badan
bertumpu pada daerah
kecilyang tidak banyak
jaringan dibawah kulit untuk
menahan kerusakan kulit.
Sehingga diperlukan
peningkatan latihan rentang
gerak dan mengangkat
berat badan. Tetapi jika
terjadi paraplegi maka akan
terjadi kekuatan otot tidak
ada (pada ekstremitas
bawah), penurunan
peristaltik usus (terjadi
konstipasi), nafsu makan
menurun dan defisit sensori
pada daerah yang
paraplegi.

k. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan Umum
Umumnya penderita datang
dengan keadaan sakit dan
gelisah atau cemas akibat
adanya kerusakan integritas
kulit yang dialami.
 Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah normal, nadi
cepat, suhu meningkat dan
respirasi rate meningkat.
 Pemeriksaan Kepala Dan
Leher

1) Kepala Dan Rambut


Pemeriksaan meliputi
bentuk kepala, penyebaran
dan perubahan warna
rambut serta pemeriksaan
tentang luka. Jika ada luka
pada daerah tersebut,
menyebabkan timbulnya
rasa nyeri dan kerusakan
kulit.
2) Mata
Meliputi kesimetrisan,
konjungtiva, reflek pupil
terhadap cahaya dan
gangguan penglihatan.
3) Hidung
Meliputi pemeriksaan
mukosa hidung, kebersihan,
tidak timbul pernafasan
cuping hidung, tidak ada
sekret.
4) Mulut
Catat keadaan adanya
sianosis atau bibir kering.
5) Telinga
Catat bentuk gangguan
pendengaran karena benda
asing, perdarahan dan
serumen. Pada penderita
yang bet rest dengan posisi
miring maka, kemungkinan
akan terjadi ulkus didaerah
daun telinga.
6) Leher
Mengetahui posisi trakea,
denyut nadi karotis, ada
tidaknya pembesaran vena
jugularis dan kelenjar linfe.

 Pemeriksaan Dada Dan


Thorax
Inspeksi bentuk thorax dan
ekspansi paru, auskultasi
irama pernafasan, vokal
premitus, adanya suara
tambahan, bunyi jantung,
dan bunyi jantung
tambahan, perkusi thorax
untuk mencari ketidak
normalan pada daerah
thorax.

 Abdomen
Bentuk perut datar atau flat,
bising usus mengalami
penurunan karena
inmobilisasi, ada masa
karena konstipasi, dan
perkusi abdomen
hypersonor jika dispensi
abdomen atau tegang.

 Urogenital
Inspeksi adanya kelainan
pada perinium. Biasanya
klien dengan ulkus dan
paraplegi terpasang kateter
untuk buang air kecil.

 Muskuloskeletal
Adanya fraktur pada tulang
akan menyebabkan klien
bet rest dalam waktu lama,
sehingga terjadi penurunan
kekuatan otot.

 Pemeriksaan Neurologi
Tingkat kesadaran dikaji
dengan sistem GCS.
Nilainya bisa menurun bila
terjadi nyeri hebat (syok
neurogenik) dan panas atau
demam tinggi, mual
muntah, dan kaku kuduk.

m. Pengkajian Fisik Kulit


 Inspeksi kulit
Pengkajian kulit melibatkan
seluruh area kulit termasuk
membran mukosa, kulit
kepala, rambut dan kuku.
Tampilan kulit yang perlu
dikaji yaitu warna, suhu,
kelembaban, kekeringan,
tekstur kulit (kasar atau
halus), lesi, vaskularitas.
Yang harus diperhatikan
oleh perawat yaitu :
 Warna, dipengaruhi oleh
aliran darah, oksigenasi,
suhu badan dan produksi
pigmen.
 Edema, Selama inspeksi
kulit, perawat mencatat
lokasi, distribusi dan warna
dari daerah edema.
 Kelembaban, Normalnya,
kelembaban meningkat
karena peningkatan
aktivitas atau suhu
lingkungan yang tinggi kulit
kering dapat disebabkan
oleh beberapa faktor,
seperti lingkungan kering
atau lembab yang tidak
cocok, intake cairan yang
inadekuat, proses menua.
 Integritas, Yang harus
diperhatikan yaitu lokasi,
bentuk, warna, distribusi,
apakah ada drainase atau
infeksi.
 Kebersihan kulit
 Vaskularisasi, Perdarahan
dari pembuluh darah
menghasilkan petechie dan
echimosis.
 Palpasi kulit, Yang perlu
diperhatikan yaitu lesi pada
kulit, kelembaban, suhu,
tekstur atau elastisitas,
turgor kulit.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Kerusakan Integritas Kulit Yang Berhubungan Dengan Kerusakan Mekanis Dari

Jaringan Sekunder Akibat Tekanan, Pencukuran Dan Gesekan.

2) Nyeri Yang Berhubungan Dengan Trauma Kulit, Infeksi Kulit Dan Perawatan

Luka.

3) Resiko Terhadap Infeksi Yang Berhubungan Pemajangan Ulkus Decubitus

Terhadap Feses/Drainase Urine.

4) Perubahan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Yang Berhubungan

Dengan Anoreksia Sekunder Terhadap Ketidak Cukupan Masukan Oral.

5) Kerusakan Mobilitas Fisik Yang Bergubungan Dengan Pembatasan Gerakan

Yang Diharuskan, Status Yang Tak Dikondisikan, Kehilangan Kontrol Motorik

Atau Perubahan Status Mental

6) Koping keluarga tak efektif yang berhubungan dengan luka kronis, perubahan

body image.

3. INTERVENSI DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1) Kerusakan Integritas Kulit Yang Berhubungan Dengan Kerusakan Mekanis

Dari Jaringan Sekunder Akibat Tekanan, Pencukuran Dan Gesekan.

 Hasil yang diharapkan / kriteria evaluasi:

 mengidentifikasi faktor penyebab luka decubitus.

 Mengidentifikasi rasional untuk pencegahan dan tindakan.

 Berpartisipasi dalam rencana tindakan yang diprogramkan untu meningkatkan

penyembuhan luka.

 Menunjukkan kemajuan penyembuhan decubitus.

 Intervensi Keperawatan

 Observasi ukuran, warna, kedalaman luka, jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka.

 Pantau/ evaluasi tanda- tanda vital dan perhatikan adanya demam.

 Identifikasi derajat perkembangan luka tekan (ulkus)

 Lakukan perawatan luka dengan tehnik aseptik dan antiseptik.


 Bersihkan jaringan nekrotik.

 Kolaborasi:

 Irigasi luka.

 Beri antibiotik oral,topical, dan intra vena sesuai indikasi.

 Ambil kultur luka.

 Rasional

 Untuk mengetahui sirkulasi pada daerah yang luka.

 Demam mengidentifikasikan adanya infeksi.

 Mengetahui tingkat keparahan pada luka.

 Mencegah terpajan dengan organisme infeksius, mencegah kontaminasi silang,

menurunkan resiko infeksi.

 Mencegah auto kontaminasi

2) Nyeri Yang Berhubungan Dengan Trauma Kulit, Infeksi Kulit

Dan Perawatan Luka.


 Hasil yang diharapkan / kriteria evaluasi:

 Rasa nyeri berkurang

 Klien dapat beradaptasi terhadap nyeri

 Intervensi Keperawatan

 Tutup luka sesegera mungkin.

 Tinggikan ekstremitas yang terdapat luka secara periodik.

 Beri tempat tidur yang dapat diubah ketinggiannya.

 Ubah posisi dengan sering dan ROM secara pasif maupun aktif sesuai

indikasi.

 Perhatikan lokasi nyeri dan intensitas.

 Berikan tindakan kenyamanan seperti pijatan pada area yang tidak sakit,

perut, posisi dengan sering.

 Dorong penggunaan tehnik manajemen stress.

 Tingkatkan periode tidur tanpa gangguan.

 Kolaborasi: Berikan analgesik sesuai indikasi.


 Rasional

 Suhu berubah dan gesekan udara dapat menyebabkan nyeri hebat pada

pemajanan ujung kulit.

 Unutk menurunkan pembentukan edema, menurunkan ketidaknyamanan.

 Peninggian linen dari luka membantu menurunkan nyeri.

 Menurunkan kekakuan sendi

 Perubahan lokasi/intensitas nyeri mengindikasikan terjadinya komplikasi.

 Meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot.

 Memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan relaksasi dan meningkatkan rasa

kontrol.

 Kekurangan tidur meningkatkan persepsi nyeri.

 Untuk mengurangi rasa nyeri yang ada


3) Resiko Terhadap Infeksi Yang Berhubungan Pemajangan Ulkus Decubitus

Terhadap Feses/Drainase Urine.

 Hasil yang diharapkan / kriteria evaluasi:

 Infeksi tidak terjadi.

 Tanda- tanda vital dalam batas normal.

 Intervensi Keperawatan

 Pantau terhadap tanda- tanda infeksi( rubor, dolor, kalor, fungsiolesa)

 Observasi tanda- tanda vital ( suhu, respirasi rate, nadi, tensi)

 Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.

 Lakukan rawat luka dengan tehnik aseptik dan antiseptik.

 Anjurkan klien untuk menghabiskan porsi yang tersedian terutama tinggi protein

dan vitamin.

 Jaga personal higiene klien( badan, tempat, pakaian)

 Kolaborasi dengan tim medisdalam penentuan antibiotik dan pemeriksaan

leukosit dan LED


 Rasional

 Respon jaringan terhadap infiltrasi patogen dengan peningkatan aliran darah dan

aliran limfe(edema, merah, bengkak)

 Patogen yang bersirkulasi merangsang hipotalamus untuk menaikkan suhu tubuh

 Mencegah terjadinya infeksi silang dari lingkungan luka ke dalam luka

 Mencegah terjadinya invasi kuman dan kontaminasi bakteri.

 Nutrisi dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan mengganti jaringan yang rusak

dan mempercepat proses penyembuhan.

 Sesuatu yang kotor merupakan media yang baik bagi kuman.

 Peningkatan leukosit dan LED merupakan indikasi terjadinya infeksi.

4) Perubahan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Yang Berhubungan

Dengan Anoreksia Sekunder Terhadap Ketidak Cukupan Masukan Oral.


 Hasil yang diharapkan / kriteria evaluasi:

 Nutrisi adekuat (sesuai dengan kebutuhan)

 Tidak mual dan muntah

 Tubuh terasa segar

 Mempertahankan berat badan yang sesuai

 Intervensi Keperawatan

 Jelaskan pentingnya nutrisi bagi tubuh

 Anjurkan klien makan sedikit tapi sering

 Berikan klien daftar makanan yang diijinkan dan dorong klien terlibat dalam

pemilihan menu

 Lakukan oral hygiene sebelum makan

 Timbang berat badan tiap hari

 Auskultasi bising usus


 Kolaborasi dengan: Tim gizi, Pemberian antiemetik ,Tim medis untuk pemberian

infus albumin behring

 Rasional

 Nutrisi yang asekuat akan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit

 Meminimalkan anoreksia dan mual sehubungan dengan status uremik atau

menurunnya peristaltik

 Memberikan tindakan kontrol terhadap pembatasan diet klien dan meningkatkan

nafsu makan klien

 Perawatan mulut membantu meningkatkan nafsu makan klien

 Terjadinya perubahan berat badan menunjukkan ketidak seimbangan cairan

 Immobilitas dapat menurunkan bising usus, Menentukan kalori dan kebutuhan

nutrisi,Menghilangkan mual dan muntah sehingga masukan oral meningkat,

Penurunan jumlah albumin dapat menghambat proses penyembuhan luka


5) Kerusakan Mobilitas Fisik Yang Bergubungan Dengan Pembatasan

Gerakan Yang Diharuskan, Status Yang Tak Dikondisikan, Kehilangan

Kontrol Motorik Atau Perubahan Status Mental.

 Hasil yang diharapkan / kriteria evaluasi:

 Klien mampu beraktivitas, miring kanan miring kiri dengan dibantu oleh keluarga

 Menunjukkan penurunan pada docrat yang tertekan

 Keadaan luka membai

 Intervensi Keperawatan

 Anjurkan keluarga membantu klien mobilisasi

 Atur posisi klien tiap 2 jam

 Perhatikan sirkulasi, gerakan dan sensasi secara sering

 Banti klien untuk latihan rentang gerak secara konsisten yang diawalai

dengan pasif kemudian aktif

 Dorong partisipasi klien dalam semua aktivitas sesuai kemampuannya


 Buat jadwal latihan secara teratur

 Tingkatkan latihan ADL melalui fisioterapi, hidroterapi, dan perawatan

 Kolaborasi dengan fisioterapi

 Rasional

 Menghilangkan tekanan pada daerah yang terdapat ulkus

 Penghilangan tekanan intermiten memungkinkan darah masuk kembali ke kapiler

yang tertekan

 Sirkulasi yang terganggu akan dapat menyebabkan oedem

 Mencegah secara progresif untuk engencangkan jaringan parut dan meningkatka

pemeliharaan fungsi otot atau sendi

 Meningkatkan kemandirian dan harga diri

 Mengurang kelelahan dan meningkatkan toleransi terhadap aktivitas

 Meningkatkan hasil latihan secara optimal dan maksimal

 Membantu melatih pergerakan


6) Koping keluarga tak efektif yang berhubungan dengan luka kronis,

perubahan body image.

 Hasil yang diharapkan / kriteria evaluasi:

 Keluarga mampu mengungkapkan perasaannya tentang perubahan penampilan

pada klien

 Keluarga dapat mengekspresikan perasaan cemasnya, kedukaan dan adanya

sesuatu yang hilang pada klien

 Keluarga mampu beradaptasi sesuai dengan keadaan klien

 Keluarga memberi support yang tinggi pada klien dalam menjalani hidup

selanjutnya.

 Intervensi Keperawatan

 Bina hubungan saling percaya


 Berikan kesempatan kelurga dan klien untuk mengungkapkan perasaannya saat

ini dengan memvalidasi dan mengobservasi perasaan keluarga dan klien

 Berikan informasi yang diperlukan klien dan keluarga tentang proses terjadinya

ulkus

 Libatkan klien dan keluarga dalam rencana perawatan yang lebih lanjut

 Anjurkan keluarga untuk selalu memberi reinforcement positif dan support

mental pada klien

 Tunjukkan sikap menerima terhadap perubahan

 Rasional

 Menimbulkan kepercayaan pada perawat sehingga mempermudah melakukan

komunikasi untuk tindakan selanjutnya.

 Membantu mengurangi beban pikiran klien dan keluarga karena perasaanya

tersalurkan dan perawat mengetahui penyebab masalahnya

 Membantu mengurangi ketakutan dan kecemasan klien dan keluarga


 Menjadikan klien dan keluarga bagian dari rencana keperawatan dan membantu

klien menerima kenyataan yang ada

 Dukungan keluarga sangat membantu dalam meningkatkan kepercayaan diri

klien

 Memberikan rasa percaya diri pada klien dan membantu menghilangkan perasan

negatifnya.
BAB IV

TINJAUAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. S
Umur : 58 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Agama : islam

Pekerjaan : Buruh.

Pendidikan : SMP

Suku : jawa

Alamat : jl.Kapten Sumarsono, Medan

No. RM : 025184

Diagnosa medis : Tetanus

Tanggal medik : 1 Maret 2013

B. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB

Nama : Tn.M

Jenis kelamin : laki-laki

Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : jl.Kapten Sumarsono

Hubungan dengan pasien : Anak kandung pasien

C. RIWAYAT KESEHATAN

1. Keluhan Utama

Pasien mengatakan sakit pada punggung bagian bawah.

2. Keluhan Tambahan

Pasien mengatakan gatal dan terasa panas pada punggung bagian bawah.

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dari IGD pada tanggal 1 Maret 2013 kemudian pasien dirawat di
ruang ICU selama 6 hari. Setelah keadaan membaik, pasien dirawat di ruang

Asoka pada tanggal 7 maret 2013. Pasien mengeluh sakit pada punggung bagian

bawah, gatal, dan terasa panas pada punggung bagian bawah.

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien pernah mengalami kecelakaan 5 tahun yang lalu namun tidak ada luka,

hanya terjadi dislokasi pada kaki kiri dan dipijat kemudian sembuh.

5. Riwayat Penyakit Keluarga

Dari keluarga baik ibu maupun bapak pasien tidak ada penyakit keturunan dan

menular

D. GENOGRAM
E. PENGKAJIAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

a. Pola Aktifitas
 Sebelum sakit

Aktivitas seperti : mandi, berpakaian, eliminasai, mobilisasi ditempat tidur,

ambulansi, dan makan tidak ada gangguan, semua bias dilakukan sendiri oleh

pasien.

 Saat sakit

Pasien merasa tidak mampu lagi melakukan aktifitas seperti biasa tanpa bantuan

orang lain.

b. Pola Nutrisi dan Metabolik

 Sebelum sakit

Pasien makan 3 kali sehari, minum air putih sebanyak 6 gelas sehari.

 Saat saki

Pasien mengatakan makan 2 kali sehari dan minum 4 gelas, nafsu makan sedikit

mengalami penurunan.

c. Pola istrirahat tidur


 Sebelum sakit

Pasien mulai tidur jam 21.00 selama 8 jam, kualitas tidur nyenyak

 Saat sakit

Pasien tidur selama 6 jam saat tidur pada waktu malam hari, tidur tidak nyenyak

d. Pola Eliminasi

 Sebelum sakit

BAB 1-2x sehari, bau : khas, konsistensi : Ampas. Warna: kuning kecoklatan,

BAK : 4-5 sehari, warna agak kekuningan

 Saat sakit

Pasien mengatakan BAB tidak lancar, pasien sudah 3 hari tidak BAB, BAK

Lancar

e. Pola kognitif perceptual

 Sebelum sakit

Status mental : Sadar, Bicara : Normal, Pendengaran : Normal, penglihatan

Normal
 Saat sakit

Status mental : Sadar, Bicara : Normal, Pendengaran : Normal, penglihatan

Normal

f. Pola Konsep diri

 Sebelum sakit

Harga diri, ideal diri, identitas diri, gambaran diri, dan peran diri tidak terganggu

 Saat sakit

Harga diri, Ideal dir, dan identitas diri tidak terganggu sedangkan gambaran diri

terganggu karena pasien tidak mampu melakukan aktivitas seperti biasa.

F. PENGKAJIAN FISIK

a) Pemeriksaan umum

Keadaan umum : sedang

Kesadaran : Composmentis
b) Tanda-tanda Vital :

TD : 130/90 mmHg

RR : 24x/mnt

HR : 84x/mnt

S : 37ºC

c) Pemeriksaan head to toe

 KEPALA

Bentuk : mesochepal

Rambut : pendek, warna hitam dan sedikit beruban.

Mata : penglihatan normal, kongjutiva tidak anemis, sklera tidak ikhterik

Telinga : simetris, bersih, pendengaran baik

Hidung : tidak ada polip, bersih, fungsi penciuman baik

Mulut&gigi : trismus 2 cm, gigi bersih, mulut bersih,tidak ada caries.

 LEHER : terdapat sedikit kekakuan pada leher.tidak ada pembesaran kelnjar

tiroid
 DADA

Bentuk : simetri, tidak ada retraksi dada

Paru : tidak ada bunyi ronckhi, wheezing

Jantung : irama teratur, bunyi jantung reguler S1>S2

 ABDOMEN : bentuk datar, tidak terjadi pembesaran dan tidak ada nyeri tekan.

 PUNGGUNG : bentuk simetri, ada luka dekubitus

 GENETALIA : jenis kelamin laki-laki, terpasang kateter

 KULIT : turgor lembab.

 EKSTREMITAS

Atas : terpasang infus D5 % ditangan kanan dan kedua tangan dapat digerakkan.

Bawah : tidak terdapat oedem dan dapat digerakkan dengan baik.

G. DATA PENUNJANG

Pemeriksaan laboratorium tanggal 3 Maret 2013

 Urine rutin kuning kuning muda, agak tua

 Kekeruhan keruh jernih


 Keasaman,Ph 6,0 asam (5,5-7,07)

 Leukosit banyak

 Eritrosit 6-8 < 6/LPB

 Sel epire 3-4 <3/LPB

 Terapi :

a) Infus D5 20 tetes/menit - Ranitidine 3x1 ampul.

b) Oksigen 4 liter/mnt.

c) Dexametason 3x1 ampul.

d) Diazepam 10 mg iv (jika kejang).

e) Cefotaxime 3x1000 mg

f) Metronidazol 2x1

H. ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

KEPERAWATAN
1. DS : Pasien  Aliran darah Kerusakan integritas

mengatakan bahwa menurun atau hilang kulit

punggung terasa  Hipoksia

panas dan bagian  Iskemia

bokong juga terasa  Dekubitus

sakit jika 
tidur Hilangnya sebagian

dalam posisi kulit

terlentang.  Kerusakan integritas

DO : kulit

- tampak ada luka

tonjolan di tulang

ekor.

- Adanya kerusakan

2 pada lapisan  Aliran darah Nyeri akut

epidermis dan berkurang


dermis.  Hipoksia

- Ada luka dekubitus  Cedera iskemia

 Dekubitus

DS : 
pasien Hilangnya sebagian

mengatakan sakit kulit

pada punggung  Nyeri akut

bagian bawah.

DO : Pasien terlihat

3. merintih kesakitan,  Aliran darah Resiko infeksi

luka tampak luas berkurang

dan terlihat lapisan  Hipoksia

dermis.  Cedera iskemia

Skala nyeri 6.  Dekubitus

Agen cedera fisik Hilang sebagian

Nyeri akut kulit


DS: 
pasien Keterbatasan gerak

mengatakan aktifitas

dibantu oleh

keluarganya dan

hanya bias berbaring

ditempat tidur -

DO : ada luka

dekubitus di daerah

tulang belakang.

Terdapat luka post

kecelakaan di kaki

kanan.

Terpasang infus dan

DC.

Pertahanan primer
tidak adekuat (kulit

tidak utuh, truma

jaringan)

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Immobilisasi fisik

2) Nyeri akut berhubungan dengan Agen cedera fisik


3) Resiko infeksi berhubungan dengan Pertahanan primer tidak adekuat (kulit tidak

utuh, truma jaringan)

J. INTERVENSI KEPERAWATAN

N DIAGNOS TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

O A DAN

KRITERIA

HASIL

1. Kerusakan Tujuan: Setel Observation  ekstremitas diperlu

integritas ah dilakukan ekstremitas kan agar kita dapat

kulit b.d tindakan oedema, mengetahui

Immobilisa keperawatan ulserasi, tingkat kelembapan


si fisik diharapkan kelembaban dari luka

kerusakan  Monitor warna dekubitus

integritas kulit kulit  untuk mengetahui

tidak terjadi.  Kaji TTV klien perubahan warna

Kriteria  Monitor kulit kulit

Hasil: pada daerah untuk mengetahui

Sensasi kerusakan dan keadaan umum

normal, kemerahan klien

Elastisitas  untuk mengetahui

normal, perubahan pada

Warna, daerah kerusakan

Tekstur, kulit

Jaringan bebas

lesi, Adanya

pertumbuhan
2. Nyeri akut rambut  untuk mengkaji

b.d Agen dikulit,Kulit  Kaji secara sekela nyeri

cedera fisik utuh menyeluruh dipermukaan kulit

tentang nyeri serta factor

Tujuan : termasuk penyebab dari

Setelah lokasi, durasi, nyeri

dilakukan frekuensi,  tingkst relaksasi

tindakan intensitas, guide,imagery,tera

keperawatan dan faktor pi musik,distraksi

diharapkan penyebab. dapat memberikan

nyeri . rasa nyaman dan

berkurang  Ajarkan teknik dapat mengurangi

atau hilang. non rasa nyeri

Kriteria Hasil: farmakologi

 Laporkan (misalnya:
frekuensi relaksasi,

nyeri guide,imagery,t

 Kaji frekuensi erapi

nyeri musik,distraksi

 Lamanya )

nyeri

berlangsung

 Ekspresi

3. Resiko wajah

infeksi b.d terhadap nyeri  menginformasikan

Pertahanan Kegelisahan keadaan pasien

primer  Perubahan  cara pertama untuk

tidak TTV  Sediakan menghindari

adekuat informasi infeksi

(kulit tidak Tujuan: Setel tentang kondisi menggambarkan


utuh, ah dilakukan pasien tanda dan gejala

trauma tindakan  Diskusikan penyakit

jaringan) keperawatan perawatan yang meminta pasie

diharapkan akan dilakukan memberitahukan a

infeksitidak  Gambaran tanda tau melaporkan

terjadi. dan gejala kondisi

Kriteria penyakit penyakitnya

Hasil:  Instruksikan

 Pengetahuan pasien untuk

tentang melaporkan

adanya resiko kepada perawat

infeksi untuk

 Mampu melaporkan

memonitor tentang tanda

faktor resiko dan gejala yang


dari dirasakan.

lingkungan

 Membuat

strategi untuk

mengendalika

n resiko

infeksi

 Mengatur

gaya hidup

untuk

mengurangi

resiko

 Penggunaan

pelayanan

kesehatan
yang sesuai
K. IMPLEMENTASI

NO HARI/TANGGAL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI

1. Senin  MengObservation S : kLien

1 maret 2013 ekstremitas oedema, mengatakan

08:00 ulserasi, kelembaban bahwa

Monitor warna kulit punggung

 MeMonitor temperatur terasa panas

kulit dan bagian

 mengInspeksi kulit dan bokong juga

membran mukosa terasa sakit

 mengInspeksi kondisi jika tidur

insisi bedah dalam posisi

 meMonitor kulit pada terlentang


daerah kerusakan dan O : Klien

kemerahan tampak gelisa

 meMonitor infeksi dan A : masalah

2. oedema belum teratasi

Selasa P : intervensi

2 maret 2012 dilanjutkan

08:00

 mengKaji secara

menyeluruh tentang

nyeri termasuk lokasi,

durasi, frekuensi, S : KLien

intensitas, mengatakan

dan faktor penyebab. nyeri pada

 mengobservasi isyarat punggung

non verbal dari bagian


ketidaknyamanan belakang

terutama jika tidak O : kLien

dapat tampak

berkomunikasi secara kesakitan, dan

efektif. wajahnya

 Memberikan analgetik pucat

dengan tepat. A : masalah

 Memberikan informasi belum teratasi

3. tentang nyeri seperti P : intervensi

Selasa penyebab nyeri, dilanjutkan

2 maret 2013 berapa lama akan

20:00 berakhir

dan antisipasi

ketidaknyamanan dari

prosedur.
 Mengajarkan teknik

non farmakologi

(misalnya: relaksasi,

guide, imagery,terapi

musik,distraksi)

 Mendeskripsikan S : klien

proses penyakit mengatakan

dengan tepat keadaannya

sedikit

 Menyediakan informasi membaik

tentang kondisi pasien O : klien

masih

 Mendiskusikan terbaring

perawatan yang akan ditempat tidur.


dilakukan A : masalah

belum teratasi

 mengGambarkan tanda P : intervensi

dan gejala penyakit dilanjutkan

 menginstruksikan

pasien untuk

melaporkan kepada

perawat untuk

melaporkan tentang

tanda dan gejala yang

dirasakan.
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Wolf. Weitzel & Fuerst (1989: 354) dalam Dasar – dasar Ilmu

Keperawatan, mengartikan ulkus

decubitus adalah suatu daerah yang mati jaringan disebabkan karena kurangnya

aliran darah didaerah yang

bersangkutan. Decubitus berasal dari bahasa latin yang artinya berbaring.

Berbaring tidak selalu menyebabkan

terjadinya luka baring. Karena itu sebagian orang lebih menyukai istilah luka

tekan ( pressure sore) karena tekananlah


yang merupakan penyebab utama terjadinya ulkus decubitus.

B. SARAN
Penulis berharap semoga penyusunan makalah tentang Askep pada Ulkus
Dekubitus ini dapat memberikan ilmu dan pengetahuan dalam bidang pendidikan
dan praktik keperawatan. Dan juga dengan makalah ini dapat menjadi acuan untuk
tindakan proses keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai