Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Edisi Kedua
Cetakan pertama, Januari 2012 Cetakan kelima, Juni 2014
Cetakan kedua, Januari 2013 Cetakan keenam, September 2014
Cetakan ketiga, Januari 2014 Cetakan ketujuh, Juni 2015
Cetakan keempat, April 2014 Cetakan kedelapan, September 2015
658.1511
BUD BUDIYANTI, Harti
m Materi pokok akuntansi manajemen; 1 – 9/EKMA4314/
3 sks/ Harti Budiyanti, I Made Narsa, Irma. -- Cet.8; Ed.2.--
Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2015.
440 hal; 21 cm
ISBN: 978-979-011-656-6
1. akuntansi manajemen
I. Judul II. Narsa, I Made III. Irma
iiii
Daftar Isi
Kegiatan Belajar 2:
Laporan Keuangan dan Manfaat Laporan Keuangan ........................ 1.32
Latihan …………………………………………............................... 1.46
Rangkuman ………………………………….................................... 1.48
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 1.50
Kegiatan Belajar 2:
Kalkulasi Biaya: Absorption Costing dan Variable Costing ............ 2.27
Latihan …………………………………………............................... 2.57
Rangkuman ………………………………….................................... 2.58
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 2.59
ii
iv
Kegiatan Belajar 2:
Masalah Akuntansi Biaya Pesanan .................................................... 3.12
Latihan …………………………………………............................... 3.18
Rangkuman ………………………………….................................... 3.20
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 3.20
Kegiatan Belajar 2:
Analisis CVP – Risiko dan Ketidakpastian, ABC ............................. 4.36
Latihan …………………………………………............................... 4.43
Rangkuman ………………………………….................................... 4.46
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 4.48
viii
Kegiatan Belajar 2:
Penerapan Pengambilan Keputusan Taktis
(Tactical Decision Making Implementation) .................................... 5.22
Latihan …………………………………………............................... 5.32
Rangkuman ………………………………….................................... 5.37
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 5.37
Kegiatan Belajar 2:
Teknik Evaluasi Kinerja ................................................................... 6.25
Latihan …………………………………………............................... 6.39
vi
iv
Kegiatan Belajar 2:
Metode Harga Transfer ..................................................................... 7.15
Latihan …………………………………………............................... 7.21
Rangkuman ………………………………….................................... 7.27
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 7.27
Kegiatan Belajar 2:
Manajemen Kos Berbasis Aktivitas .................................................. 8.25
Latihan …………………………………………............................... 8.41
vii
v
yaitu metode biaya penuh (full costing) dan metode biaya variabel
(variable costing).
Modul 3 mengenai Analisis Biaya Pesanan. Tujuan pokok bahasan ini
adalah agar Anda mampu memecahkan kasus-kasus yang
berhubungan dengan konsep biaya relevan dan memecahkan
masalah akuntansi dalam metode akumulasi biaya berdasarkan
pesanan.
Modul 4 mengenai Analisis Kos-Volume-Laba. Tujuan pokok bahasan ini
adalah agar Anda mampu menjelaskan konsep dasar analisis kos-
volume-laba (CVP) dan menerapkan analisis CVP dalam kondisi
ketidakpastian termasuk dengan pendekatan biaya berbasis aktivitas
(ABC).
Modul 5 mengenai Pengambilan Keputusan Taktis. Tujuan pokok bahasan
ini adalah agar Anda mampu menjelaskan pengertian setiap jenis
keputusan taktis, proses pengambilan keputusan taktis dan
memecahkan kasus-kasus pengambilan keputusan taktis dengan
menghitung besarnya kos relevan dari setiap keputusan taktis.
Modul 6 mengenai Evaluasi Kinerja dan Pusat Pertanggungjawaban.
Tujuan pokok bahasan ini adalah agar Anda mampu menjelaskan
tipe-tipe pusat pertanggung jawaban dan teknik untuk menilai
kinerja pusat pertanggungjawaban terutama pusat investasi serta
penerapan teknik-teknik dalam menilai kinerja pusat
pertanggungjawaban.
Modul 7 mengenai Penetapan Harga Transfer. Tujuan pokok bahasan ini
adalah agar Anda mampu menjelaskan alasan penggunaan harga
transfer, syarat penetapan harga transfer, metode-metode penetapan
harga transfer, kelemahan dan kelebihan masing-masing metode
serta penerapan metode-metode penetapan harga transfer tersebut.
Modul 8 mengenai Kalkulasi Kos Berbasis Aktivitas (ABC) dan Manajemen
Kos Berbasis Aktivitas (ABM). Tujuan pokok bahasan ini adalah
agar Anda mampu menjelaskan konsep kalkulasi kos berbasis
aktivitas (ABC) dan manajemen kos berbasis aktivitas serta
memecahkan kasus yang berhubungan dengan ABC dan ABM.
viii xi
Anda mampu mengaplikasikan konsep dan teori akuntansi manajemen dalam organisasi atau perusahaan
Anda mampu
Anda mampu Anda mampu
memecahkan kasus- Anda mampu Anda mampu Anda mampu
menerapkan analisis CVP menerapkan teknik-teknik
kasus dan masalah- memecahkan kasus- menerapkan metode- menerapkan metode-
dalam kondisi dalam menilai kinerja
masalah akuntansi yang kasus pengambilan metode penetapan harga metode penetapan harga
ketidakpastian termasuk pusat
berhubungan dengan keputusan taktis. transfer transfer
dengan pendekatan ABC pertanggungjawaban
konsep biaya pesanan
PEN D A HU L UA N
M ateri akuntansi manajemen akan lebih mudah dipahami jika Anda telah
memahami materi akuntansi keuangan dan akuntansi kos. Fokus utama
materi akuntansi keuangan adalah penyajian laporan keuangan untuk pihak
eksternal, sementara fokus utama akuntansi kos adalah pengelolaan kos
produksi. Hasil akhir akuntansi kos adalah laporan kos produksi dan laporan
kos penjualan yang akan digunakan oleh pihak internal khususnya
manajemen untuk penetapan harga produk. Setelah memahami proses
pengelolaan kos produksi maka tahap selanjutnya adalah memanfaatkan
laporan-laporan kos produksi tersebut untuk beragam keputusan manajerial
lainnya. Akuntansi manajemen mempelajari metode penggunaan informasi
kos untuk tujuan perencanaan, pengendalian, pengambilan keputusan, dan
pengukuran kinerja.
Modul ini terdiri dari dua kegiatan belajar. Kegiatan belajar pertama
membahas konsep akuntansi manajemen secara komprehensif. Pembahasan
dimulai dengan memahami definisi akuntansi manajemen, bagaimana
akuntansi manajemen membantu manajemen menjalankan tugas-tugas
manajerialnya serta perbedaan utama akuntansi manajemen dengan akuntansi
keuangan. Pada kegiatan belajar ini juga dibahas mengenai klasifikasi
informasi manajemen berdasarkan obyek informasi, pemilihan alternatif dan
wewenang manajer. Kebutuhan akan akurasi, kecepatan, dan keterincian
informasi kos disadari mampu menjadi strategi meraih keunggulan
kompetitif. Kebutuhan informasi, perkembangan disain, teknik, metode
analisis, dan metode produksi dibahas pada bagian perkembangan terkini
akuntansi manajemen. Beberapa riset empiris tentang manfaat informasi
1.2 Akuntansi Manajemen
Kegiatan Belajar 1
A. PENGANTAR
1. Pengguna Laporan
Informasi akuntansi manajemen digunakan oleh manajer internal
perusahaan, sementara informasi akuntansi keuangan digunakan oleh
kelompok eksternal organisasi meliputi: kelompok pemegang saham,
1.6 Akuntansi Manajemen
2. Periode Pelaporan
Periode pelaporan informasi akuntansi manajemen ditentukan oleh
organisasi itu sendiri, sesuai dengan kebutuhan dan kesepakatan antar
manajemen dalam organisasi. Beberapa laporan harus disajikan bulanan
(contohnya biaya gaji staf), atau disajikan mingguan (contohnya upah
karyawan pabrik). Sebaliknya, periode pelaporan dan format laporan
informasi akuntansi keuangan telah diatur oleh organisasi profesi Ikatan
Akuntan Indonesia melalui Standar Akuntansi Keuangan dan Badan
Pengawas Pasar Modal bagi perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Pengaturan periode dan format pelaporan bertujuan untuk
menciptakan keseragaman, sehingga laporan keuangan dapat diperbanding-
kan antar waktu (satu perusahaan yang sama), serta antar perusahaan pada
industri yang sama.
3. Isi
Isi laporan akuntansi keuangan diatur oleh organisasi profesi Ikatan
Akuntan Indonesia melalui Standar Akuntansi Keuangan (SAK), dan
organisasi lainnya seperti Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM).
Standar Akuntansi Keuangan mengatur antara lain format penyajian
seperangkat laporan keuangan yang meliputi laporan laba rugi, neraca,
laporan aliran kas, laporan modal pemilik dan catatan atas laporan keuangan.
Rincian laporan berikut urutan akun yang harus di laporkan dalam laba rugi,
neraca, laporan aliran kas dan modal pemilik telah diatur dengan jelas.
Standar Akuntansi Keuangan ini harus dipatuhi terutama oleh perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Perubahan penyajian dan pelaporan
serta dampaknya terhadap laba organisasi harus diungkap secara jelas dan
logis.
Sebaliknya, isi laporan akuntansi manajemen sangat dipengaruhi oleh
kebutuhan setiap fungsi dalam organisasi. Setiap perusahaan memiliki format
laporan akuntansi manajemen yang berbeda dengan lainnya, sesuai dengan
kebutuhan para manajernya.
EKMA4314/MODUL 1 1.7
4. Fungsi
Informasi akuntansi manajemen berfungsi menyediakan data dan
informasi bagi para manajer dalam mengelola divisi yang menjadi tanggung
jawabnya. Informasi akuntansi manajemen juga berfungsi membantu
pelaksanaan tugas-tugas manajerial seperti: perencanaan, pengukuran dan
pengendalian kinerja, dan pengambilan keputusan. Sedangkan Informasi
akuntansi keuangan berfungsi sebagai alat pertanggungjawaban pengelola
kepada pemilik atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
5. Dimensi Waktu
Informasi akuntansi manajemen menggunakan data masa lalu, masa kini
dan masa depan untuk memfasilitasi aktivitas perencanaan jangka panjang
dan jangka pendek, aktivitas pembuatan keputusan investasi dan aktivitas
pengendalian. Sedangkan informasi akuntansi keuangan hanya menggunakan
data masa lalu untuk melaporkan kinerja keuangan kepada pihak eksternal
organisasi.
6. Audit
Informasi akuntansi keuangan menjadi subyek pemeriksaan oleh auditor
independen, terutama perusahaan yang terdaftar di bursa saham. Pemeriksaan
laporan keuangan ini dianggap perlu untuk memastikan bahwa isi laporan
keuangan telah disajikan secara wajar sesuai dengan standar akuntansi.
Sebaliknya, informasi akuntansi manajemen tidak menjadi subyek audit
meskipun beberapa akun dalam laporan keuangan dihasilkan oleh sistem
akuntansi manajemen.
7. Akurasi
Informasi akuntansi keuangan disajikan dengan mengikuti karakteristik
kualitatif informasi salah satunya akurat. Informasi yang disajikan akurat dan
menggambarkan dengan tepat posisi aset, kewajiban dan ekuitas pada satu
waktu. Sebaliknya, informasi akuntansi manajemen lebih mengutamakan
kecepatan informasi untuk pengambilan keputusan taktis, atau operasional
harian meskipun akurasi informasinya tidak tinggi.
8. Rinci
Informasi akuntansi keuangan menggambarkan kinerja satu organisasi
secara menyeluruh yang merupakan rangkuman dari kinerja semua fungsi
1.8 Akuntansi Manajemen
Tabel 1.1.
Ringkasan Perbedaan Akuntansi Manajemen dengan Akuntansi Keuangan
Butir Informasi Akuntansi Informasi Akuntansi
No.
Perbandingan Manajemen Keuangan
1. Pengguna laporan Internal organisasi: manajer Eksternal organisasi:
pemegang saham,
pemerintah, investor, kreditor
2. Periode pelaporan Tidak terikat waktu, sesuai Tahunan, bulanan,
kebutuhan manajemen semesteran.
3. Isi laporan Tidak ada format baku, sesuai Diatur dalam Standar
kebutuhan manajemen Akuntansi Keuangan dan
peraturan Bapepam
4. Fungsi informasi/ Untuk pelaksanaan aktivitas Alat pertanggungjawaban
laporan yang manajerial, perencanaan, pihak manajemen kepada
dihasilkan pengendalian dan pemilik atas sumber daya
pengambilan keputusan yang dikelolanya.
5. Dimensi waktu Data historis, data sekarang Data historis
dan proyeksi data masa depan
6. Audit Bukan obyek audit Wajib diaudit oleh KAP
(Kantor Akuntan Publik)
independen terutama untuk
perusahaan yang terdaftar di
Bursa Saham
7. Akurasi data & Tidak menghendaki akurasi Akurasi menjadi salah satu
Informasi penuh, tetapi kecepatan karakteristik laporan
penyediaan dan penyampaian keuangan yang berkualitas.
informasi menjadi
pertimbangan utama.
8. Keterincian data & Informasi sangat rinci per Informasi yang disajikan
informasi jenis biaya, per divisi dan per bersifat agregat dan
periode akumulasi. komprehensif mewakili
organisasi.
EKMA4314/MODUL 1 1.9
Dalam bisnis, terdapat banyak keputusan yang harus dibuat, baik secara
rutin, harian, mingguan, atau bulanan, dan keputusan jangka panjang.
Beberapa keputusan strategis akan mempengaruhi arah organisasi di masa
depan.
Ragam keputusan yang sering dibuat oleh manajemen adalah sebagai
berikut.
1. Keputusan Membuat atau Membeli
Keputusan ini menjawab pertanyaan apakah produk tertentu harus dibuat
sendiri atau dibeli dari luar perusahaan (outsource). Manajemen harus
membeli produk atau suku cadang dari luar karena mereka tidak memiliki
pengetahuan dan teknologi yang tepat untuk memproduksinya sendiri.
Perusahaan makanan dan minuman tentu tidak akan menyerahkan pembuatan
produknya kepada pihak luar karena akan menyebabkan resep rahasianya
diketahui para pesaing. Organisasi akan mempertimbangkan faktor kualitas
produk, keandalan pemasok, dan besaran kos sebagai referensi dalam
pengambilan keputusan ini.
Tabel 1.2.
Rincian Kos produksi PT. Mountfresh
Biaya variabel :
(bervariasi sesuai dengan jumlah unit yang diproduksi)
Kos bahan baku …………………………………………………. Rp577.500
Kos tenaga kerja ………………………………………………… 660.000
Kos overhead pabrik variabel
(bervariasi sesuai dengan jumlah batch yang diproduksi
dengan tarif Rp1.100 per batch. 1 batch produksi
menghasilkan 50 unit kursi. Jika produksi saat ini adalah
7500 unit maka terdapat 150 batch (7500 unit: 50 unit per
batch) yang sedang diproduksi saat ini. Kos overhead pabrik
variabel dihitung dengan cara:
150 batch @ Rp1.100 ………………………………………… 165.000
Kos overhead pabrik tetap ………………………………….. 605.000
------------------------
PT. Mountfresh baru saja menerima pesanan khusus kursi kerja standar
sebanyak 2.500 unit dengan harga jual Rp220.000. Perusahaan diminta
memproduksi kursi kerja tersebut dalam 25 batch yang masing-masing berisi
100 unit, berbeda dengan produksi reguler, di mana satu batch produksi
menghasilkan 50 unit kursi. Apakah pesanan khusus ini akan diterima?
Beberapa informasi yang harus dicermati dari contoh soal ini adalah
berikut ini.
1.12 Akuntansi Manajemen
Tabel 1.2.
PT. Mountfresh
Perhitungan Laba Kontribusi Pesanan Khusus
Bulan Januari 2010
Kos tetap:
Kos overhead
pabrik tetap 605.000 0 605.000
Biaya pemasaran
tetap 385.000 0 385.000
---------------+ ------------+ ---------------+
Biaya tetap total (990.000) (0) (990.000)
---------------- -------------- ---------------
Laba operasi
(laba kontribusi – 82.500 82.500 165.000
kos tetap total)
Berdasarkan formula ini, kos tenaga kerja per unit adalah Rp88.000
(Rp660.000.000/7.500 unit). Kos tenaga kerja untuk pesanan khusus
adalah Rp88.000 2.500 unit, yaitu Rp220.000.000. Kos tenaga kerja
1.14 Akuntansi Manajemen
Berdasarkan formula ini, kos overhead pabrik variabel per unit adalah
Rp22.000 (Rp165.000.000/7.500 unit). Kos overhead variabel untuk
pesanan khusus adalah 22.000 2.500 unit, yaitu Rp55.000.000. Kos
overhead variabel untuk 10.000 unit kursi kerja adalah (165.000.000 +
55.000.000 atau dengan cara Rp22.000 10.000 unit) Rp220.000.000.
4) Pendapatan diperoleh dengan cara mengalikan harga jual per unit dengan
jumlah unit terjual. Harga jual unit reguler adalah Rp330.000, dan harga
jual unit pesanan khusus adalah Rp220.000. Pendapatan produk reguler
adalah sebesar (Rp330.000 7.500 unit) = Rp2.475.000.000, dan
pendapatan produk pesanan khusus adalah sebesar (Rp220.000 2.500
unit) = Rp550.000.000. Total pendapatan adalah penjumlahan
pendapatan dari produk reguler dan produk pesanan khusus, yaitu
sebesar (2.475.000.000 + 550.000.000) = Rp3.025.000.000.
5) Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan pada Tabel 1.2 di atas, diketahui ada tambahan
laba kontribusi dan laba operasi sebesar Rp82.500.000 maka PT.
Mountfresh akan menerima pesanan khusus tersebut, selain untuk
memanfaatkan kapasitas menganggurnya juga dapat memperoleh
tambahan laba operasi. Pesanan khusus ini mungkin tidak akan diterima
jika melebihi kapasitas normal (10.000 unit) karena akan meningkatkan
kos tetap dua kali lipat dengan adanya tambahan pemakaian mesin
pabrik, adanya tambahan upah tenaga kerja akibat lembur, dan
komponen kos overhead pabrik tetap lainnya.
Pesanan khusus ini akan diterima berdasarkan asumsi bahwa penerimaan
pesanan khusus tidak akan mengganggu penjualan regulernya.
kos dan biaya yang dapat dihindari jika kantor cabang/divisi tersebut
dihentikan, pendapatan yang hilang, besaran penghematan biaya yang
diperoleh serta pengaruhnya terhadap laba/rugi operasi.
Tabel 1.3.
Cafe Kopi
Rincian Penjualan dan Biaya Produksi Produk Minuman
Tabel 1.4.
Cafe Kopi
Rincian Perhitungan Laba Kontribusi per Produk Cafe Kopi
Keterangan:
1. Pendapatan total = Harga jual/unit X unit terjual.
2. Biaya Variabel total = biaya variabel/unit X unit terjual
3. Laba Kontribusi = Pendapatan – biaya variabel
4. % laba kontribusi ditentukan dengan formula =
Laba kontribusi
% laba kontribusi = ------------------------ X 100 %
Pendapatan
Kesimpulan:
Berdasarkan hasil perhitungan yang tersaji pada Tabel 1.4, laba
kontribusi tertinggi diperoleh dari produk kopi hitam. Produk kopi hitam
akan menempati ruangan pendingin paling banyak, diurutkan kedua
adalah produk sari buah, ketiga adalah produk teh beraroma, serta
terakhir produk cappucino.
1. Persaingan Global
Perjanjian perdagangan bebas (AFTA, WTA) membuka semua jalur
komunikasi dan transportasi bagi semua negara yang terlibat di dalamnya.
Produksi dan penjualan produk dapat dilakukan lintas negara, menyebabkan
tingkat persaingan semakin tinggi. Jepang dapat membuka pabrik otomotif
dan menjualnya langsung di Amerika tanpa dikenai biaya impor. The Coca
Cola Company, Proctect & Gambler membuka pabriknya di Cina dan
menikmati pasar Asia yang potensial. Persaingan global membutuhkan
informasi kos produksi yang akurat dan rinci agar dapat memperoleh dan
mempertahankan keunggulan kompetitif ini.
EKMA4314/MODUL 1 1.19
Ketepatwaktuan
1. Informasi tersedia dengan cepat ketika dibutuhkan.
2. Informasi dapat diakses dari sistem informasi perusahaan.
3. Laporan rutin disajikan secara berkala dan disajikan secara sistematis.
4. Informasi tersedia seketika terjadi satu peristiwa khusus.
keuangan organisasi.
5. Informasi yang memungkinkan manajemen melakukan what – if analysis.
6. Informasi yang relevan untuk model keputusan berdasarkan analisis
diskonto aliran kas.
7. Informasi yang relevan untuk model keputusan berdasarkan analisis
pendapatan dan biaya incremental.
8. Informasi yang relevan untuk analisis kredit.
9. Informasi yang relevan untuk kebijakan pemberian kredit.
LAT IH A N
dari anda, sehingga ia dapat memutuskan jenis kursus secara tepat sesuai
kebutuhannya saat ini. Bantulah Puspita memahami perbedaan antara
akuntansi keuangan dengan akuntansi manajemen.
e. Dimensi Waktu
Informasi akuntansi manajemen menggunakan data masa lalu, masa kini
dan masa depan untuk memfasilitasi aktivitas perencanaan jangka
panjang dan jangka pendek, aktivitas pembuatan keputusan investasi dan
aktivitas pengendalian. Sedangkan informasi akuntansi keuangan hanya
menggunakan data masa lalu untuk melaporkan kinerja keuangan kepada
pihak eksternal organisasi.
f. Audit
Informasi akuntansi keuangan menjadi subyek pemeriksaan oleh auditor
independen, terutama perusahaan yang terdaftar di bursa saham.
Pemeriksaan laporan keuangan ini dianggap perlu untuk memastikan
bahwa isi laporan keuangan telah disajikan secara wajar sesuai dengan
standar akuntansi. Sebaliknya, informasi akuntansi manajemen tidak
menjadi subyek audit meskipun beberapa akun dalam laporan keuangan
dihasilkan oleh sistem akuntansi manajemen.
g. Akurasi
Informasi akuntansi keuangan disajikan dengan mengikuti karakteristik
kualitatif informasi salah satunya akurat. Informasi yang disajikan akurat
dan menggambarkan dengan tepat posisi aset, kewajiban dan ekuitas
pada satu waktu. Sebaliknya, informasi akuntansi manajemen lebih
mengutamakan kecepatan informasi untuk pengambilan keputusan taktis,
atau operasional harian meskipun akurasi informasinya tidak tinggi.
h. Rinci
Informasi akuntansi keuangan menggambarkan kinerja satu organisasi
secara menyeluruh yang merupakan rangkuman dari kinerja semua
fungsi dalam organisasi yang diukur dengan satuan moneter. Standar
Akuntansi Keuangan mensyaratkan penggabungan laporan keuangan
untuk semua entitas dalam satu kelompok organisasi menjadi satu
laporan konsolidasi. Karenanya, informasi akuntansi keuangan
merupakan informasi yang bersifat agregat dan komprehensif.
Sebaliknya, informasi akuntansi manajemen berisi informasi rinci
tentang fungsi/divisi dalam organisasi. Semua informasi yang disajikan
berbentuk data rinci berdasarkan jenis kos (bahan baku, tenaga kerja dan
overhead) per divisi untuk satu periode waktu tertentu.
1.28 Akuntansi Manajemen
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
3) Berikut ini adalah rincian tugas seorang akuntan manajemen, kecuali ....
A. membuat laporan penjualan bulanan untuk wakil direktur
pemasaran
B. membuat laporan yang menunjukkan penurunan penjualan produk
relatif terhadap tahun lalu untuk wakil direktur pemasaran
C. mereviu strategi dari lini-lini bisnis yang berbeda
D. menilai profitabilitas berbagai produk
Kegiatan Belajar 2
A. LAPORAN KEUANGAN
Jurnal
Penyesuaian
Gambar 1.1.
Proses Pelaporan Keuangan
EKMA4314/MODUL 1 1.33
2. Kreditor
Kreditor harus memiliki keyakinan bahwa pinjaman berikut bunga dapat
dibayarkan tepat waktu.
3. Pemasok dan kreditor usaha lainnya
Informasi keuangan penting untuk menilai solvabilitas perusahaan.
4. Pemegang saham
Pemegang saham berkepentingan dengan informasi tentang pertumbuhan
perusahaan, pembagian keuntungan, dan penambahan modal untuk
rencana bisnis masa depan.
5. Pelanggan
Pelanggan berkepentingan dengan informasi tentang kelangsungan hidup
perusahaan, terutama jika terikat dalam perjanjian jangka panjang.
6. Pemerintah
Pemerintah berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan aktivitas
perusahaan, penetapan kebijakan pajak, dan dasar penyusunan statistik
pendapatan nasional.
7. Karyawan
Karyawan berkepentingan dengan informasi tentang stabilitas dan
profitabilitas perusahaan yang menjadi dasar menilai kemampuan
perusahaan memberikan balas jasa, manfaat pensiun, dan kesempatan
untuk terus bekerja.
8. Masyarakat
Laporan keuangan menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan
perkembangan terkini posisi kesejahteraan perusahaan berikut rangkaian
aktivitasnya bagi masyarakat.
1. Dapat Dipahami/Dimengerti
Informasi akuntansi bermanfaat bila dapat dipahami oleh pemakainya.
Ada dua hal penting dalam menginterpretasikan karakteristik ini, pertama
informasinya harus mudah dicerna dan kedua, pengguna haruslah mereka
EKMA4314/MODUL 1 1.35
2. Relevan
Informasi akuntansi memenuhi kualitas relevan jika informasinya
berguna untuk evaluasi masa lalu dan masa kini, atau untuk memprediksi
posisi dan kinerja keuangan di masa depan.
3. Andal
Informasi tidak menyesatkan, bebas kesalahan material, dan dapat
diandalkan. Kualitas andal dipengaruhi oleh karakteristik berikut.
a. Penyajian jujur, informasi menggambarkan transaksi yang jujur dan
wajar.
b. Substansi mengungguli bentuk, peristiwa dicatat dan disajikan sesuai
dengan substansi dan realitas ekonomi bukan hanya dasar hukum.
c. Netralitas, informasi dibuat untuk kebutuhan umum pemakai.
d. Pertimbangan sehat, ketidakpastian diatasi berdasarkan pertimbangan
yang sehat dalam penyusunan laporan keuangan.
e. Lengkap, informasi keuangan dianggap lengkap bila memenuhi seluruh
karakteristik kualitatif dan memenuhi standar pengungkapan laporan
keuangan.
4. Dapat diperbandingkan
Laporan keuangan harus dapat diperbandingkan antarperiode untuk
mengetahui kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan.
1. Neraca
Merupakan laporan keuangan yang menyajikan informasi mengenai
posisi keuangan (aset, kewajiban, dan ekuitas) perusahaan pada tanggal
1.36 Akuntansi Manajemen
terpisahkan. Laporan arus kas disajikan dengan membagi arus kas masuk dan
keluar berdasarkan tiga aktivitas, yaitu sebagai berikut.
a. Aktivitas operasi
Merupakan arus kas yang diterima dari aktivitas utama penghasil
pendapatan perusahaan seperti penerimaan kas dari penjualan barang dan
jasa, penerimaan dari royalti, komisi, pembayaran kas kepada pemasok
barang dan jasa, pembayaran gaji, dan upah kepada karyawan.
b. Aktivitas investasi
Merupakan arus kas yang diterima dan dikeluarkan untuk memperoleh
sumber daya yang menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan.
Contoh aktivitas ini, pembayaran kas untuk pembelian aset tetap, aset
tidak berwujud, dan aset jangka panjang lainnya. Penerimaan kas dari
penjualan tanah, bangunan, dan peralatan.
c. Aktivitas pendanaan
Merupakan arus kas yang timbul dari klaim terhadap arus masa depan
oleh para pemasok modal perusahaan. Penerimaan kas dari emisi
obligasi, pinjaman, wesel, dan pinjaman lainnya. Sedangkan pembayaran
kas untuk pelunasan pinjaman, pembayaran kas untuk menebus saham
perusahaan.
e. karyawan, analisis ini bermanfaat untuk menentukan tarif bonus, gaji dan
kesejahteraan lainnya.
Aset lancar
Current ratio = -------------------
Utang lancar
Total Utang
Rasio solvabilitas = -------------------
Total Aset
Total Utang
Total debt to equity ratio = ------------------
Modal Saham
Total Utang
Total debt to total capital asset ratio = ------------------
Modal Kerja
EKMA4314/MODUL 1 1.41
Penjualan netto
Rasio perputaran aktiva = ----------------------
Total aset
Penjualan kredit
Rasio perputaran piutang = ------------------------
Piutang rata-rata
Piutang rata-rata
Rata-rata pengembalian piutang = ------------------------ x 360 hari
Penjualan kredit
Persediaan rata-rata
Avarage day's inventory = -------------------------------- x 360 hari
Kos Produk Terjual (HPP)
Laba Bersih
ROA = -------------------
Total Aset
Laba Bersih
ROE = ---------------------------
Total Ekuitas
PT. DITIASA
NERACA PER 31 DESEMBER 2008
(dalam ribuan rupiah)
31 Desember 2008
Kas 1.500
Piutang 7.500
Cadangan penghapusan piutang (750)
Persediaan 6.000
Aset tetap 20.000
Akumulasi penyusutan (5.000)
------------ +
Jumlah aset 29.250
--------------
Utang dagang 4.000
Utang obligasi 8.000
Modal saham 6.000
Laba ditahan 11.250
----------- +
Jumlah utang 29.250
-------------
1.44 Akuntansi Manajemen
PT DITIASA
LAPORAN LABA RUGI
Untuk periode yang berakhir per 31 DESEMBER 2008
(Dalam Ribuan Rupiah)
Penjualan 1.500
Persediaan awal 800
Pembelian 500
Barang siap dijual 1.300
Persediaan akhir (600)
----------- +
Harga Pokok Penjualan 700
------------ -
Laba kotor 800
Biaya operasi
Penghapusan piutang 75
Penyusutan aktiva tetap 200
Biaya penjualan 100
Biaya operasi lain 150
----------- +
Total biaya operasi (525)
----------- -
Laba bersih 275
1. Rasio likuiditas
a. Rasio lancar = Aset lancar 1.500 + (7.500-750) + 6.000 3,56
Utang lancar 4.000
2. Rasio Solvabillitas
Rasio Solvabilitas = Total Utang 12.000 0,41
Total Aset 29.250
3. Rasio Utang
Rasio Total Debt to Equity = 12.000 2
Total Utang 6.000
Modal Saham
EKMA4314/MODUL 1 1.45
4. Rasio Aktivitas
Rasio Perputaran Aktiva = 1.500 0,05
Penjualan Bersih 29.250
Total Aset
5. Rasio Laba
Return On Asset = Laba Bersih 275 0,009
Total Aset 29.250
6. Rasio Rentabilitas
Rasio Rentabilitas = 275 0,07
Laba bersih setelah pajak 4.000
Utang Lancar
LAT IH A N
R A NG KU M AN
Mengukur kemampuan
Rasio cepat (Aset lancar - Persediaan) perusahaan melunasi utang
------------------------------ jangka pendek dengan aktiva
utang lancar yang paling likuid.
Rasio Aktivitas:
Penjualan kredit Makin kecil angkanya, makin
Perputaran piutang ------------------------------ cepat perputaran piutang
Piutang rata-rata makin likuid, makin baik.
Rasio Utang
Total utang
Total utang ------------------------------ Mengukur likuiditas jangka
terhadap total aset Total aset panjang perusahaan.
Rasio Profitabilitas
Laba bersih Mengukur kemampuan perusahaan
Profit margin -------------------------- menghasilkan laba yang tinggi
Penjualan pada tingkat penjualan tertentu.
Laba bersih Mengukur kemampuan perusahaan
Return on Aset -------------------------- menghasilkan laba pada tingkat
aktiva tertentu.
Total aset Rasio ini sama dengan ROI,
makin tinggi makin baik.
Price earning Ratio Harga saham per lembar Menilai harga saham relative
------------------------------------ terhadap labanya.
Laba per lembar saham
TES F OR M AT IF 2
1) Di antara pos-pos berikut yang tidak termasuk dalam akun riil adalah ....
A. penjualan
B. utang jangka pendek
C. cadangan penghapusan piutang
D. modal saham
C. 50,73
D. 53,83
9) Masih menggunakan informasi pada soal No.8, rasio aset cepat (Quick
ratio) adalah ....
A. 2.8
B. 8.2
C. 3.1
D. 2.4
10) Jika sebuah perusahaan memiliki rasio gros profit margin 25%, berarti....
A. setiap 1 rupiah penjualan, menghasilkan laba bruto 0.75 rupiah
B. setiap 0.25 penjualan, menghasilkan laba bruto 1 rupiah
C. SETIAP 1 rupiah penjualan menghasilkan laba bruto 0.25 rupiah
D. tidak ada jawaban yang tepat
Tes Formatif
1) D. Menyiapkan anggaran perusahaan.
2) C. Menginterpretasi perbedaan antara hasil aktual dengan jumlah yang
dianggarkan dalam laporan kinerja bulanan.
3) C. Me-review strategi dari lini-lini bisnis yang berbeda merupakan
tugas Chief Executive Officer.
4) C. Laporan keuangan berisi informasi mengenai posisi finansial
perusahaan saat dilaporkan, berdasarkan informasi yang telah terjadi
(historis). Termasuk dalam 1 set laporan keuangan adalah laporan
laba rugi, neraca, arus kas, catatan atas laporan keuangan.
5) D. Score keeping: akuntan manajemen bertindak sebagai pencatat nilai
terwujud dalam bentuk tugas penyusunan anggaran, pencatatan
realisasi anggaran dan penilaian kinerja. Akuntan manajemen akan
melakukan analisis atas pencapaian target yang ditetapkan dalam
anggaran, dan merekomendasikan tindakan perbaikan yang mungkin
dapat dilakukan.
6) A. Laba kontribusi dihitung dengan cara mengurangkan biaya produksi
dari harga jualnya. Termasuk dalam biaya produksi adalah biaya
bahan, biaya tenaga kerja dan biaya overhead yang dibebankan
perproduk.
7) A. Keputusan menutup suatu aktivitas divisi, membutuhkan informasi
mengenai pendapatan, biaya tetap dan biaya variabel yang dapat
dihindarkan jika divisi tersebut ditutup. Jika pendapatan yang
diperoleh tidak lagi mampu membiayai biaya tetapnya, maka
keputusan menutup aktivitas tersebut adalah tepat.
8) D. Filosofi JIT adalah minimalisasi kos persediaan, baik persediaan
bahan baku, maupun bahan jadi. Selain itu, organisasi hanya akan
berproduksi jika dibutuhkan, dengan kuantitas yang juga sesuai
kebutuhan. Jadi, peningkatan harga jual bukan menjadi tujuan.
9) D. Filosofi TQM adalah menghasilkan produk dengan terencana,
terkendali di setiap fase proses produksi serta menghasilkan produk
tanpa adanya produk cacat. Untuk itu, pengendalian mutu diterapkan
sejak disain produk, pembuatan sampel, pemesanan bahan baku,
proses produksi hingga produk diterima konsumen.
1.54 Akuntansi Manajemen
Tes Formatif 2
1) A. Akun riil adalah akun yang termasuk dalam kelompok akun neraca.
Penjualan termasuk dalam akun laba rugi, yang harus ditutup setiap
akhir periode.
2) D. Laporan arus kas disusun dengan pendekatan cash basis, sementara
neraca dan laporan laba rugi disusun dengan pendekatan aktual.
3) D. Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah keterpahaman,
relevan, andal dan dapat diperbandingkan.
4) C. Kualitas informasi yang andal dipengaruhi oleh penyajian jujur,
netral dan lengkap.
5) D. Merupakan arus kas yang timbul dari klaim terhadap arus masa
depan oleh para pemasok modal perusahaan. Penerimaan kas dari
emisi obligasi, pinjaman, wesel dan pinjaman lainnya. Pembayaran
untuk pelunasan pinjaman, pembayaran kas untuk menebus saham
perusahaan.
6) B. Rata-rata umur piutang = 365/perputaran piutang, maka 365 dibagi 8
diperoleh angka 45.63.
7) D. Rasio perputaran aktiva tetap = penjualan/aktiva tetap,
800.000/20.000.000 = 0.04.
8) C. Current Ratio = total aktiva lancar/utang lancar, 55.000.000
/15.000.000 = 3.67.
9) A. Quick ratio = aset lancar - persediaan/utang lancar, 55.000.000 -
13.000.000/15.000.000 = 2.8.
10) C. Gros profit margin, mengukur laba bruto yang diperoleh dari setiap
penjualan yang dilakukan.
EKMA4314/MODUL 1 1.55
Glosarium
Daftar Pustaka
Ou, Jane A, Penman, Stephen H. (1989). Financial statement analysis and the
prediction of stock returns, Journal of Accounting and Economics,
Vol.11, November, hal. 295-329.
PEN D A HU L UA N
Kegiatan Belajar 1
Perilaku Biaya
variabel, sedangkan dalam jangka pendek paling tidak ada satu jenis biaya
yang bersifat tetap. Masalahnya adalah, how long is the short run?
dengan volume 500 m3, tetapi jenis-jenis tangki yang ada di pasar tidak
ada yang berkapasitas 500 m3, melainkan yang paling mendekati
berkapasitas 650 m3. Dengan demikian, perusahaan terpaksa membeli
tangki dengan kapasitas 650 m3 sehingga ada kapasitas menganggur
sebanyak 150 meter kubik.
Tabel 2.1.
Contoh-contoh Pemicu Biaya yang dapat Dijadikan Ukuran
E. PERILAKU BIAYA
BIAYA
ARAS AKTIVITAS
Gambar 2.1.
Perilaku Biaya dalam Hubungan dengan Aras Aktivitas
Biaya variabel adalah biaya yang secara total berubah jika terjadi
perubahan tingkat aktivitas. Sebenarnya sifat perubahan biaya ini tidaklah
benar-benar linear, melainkan bertahap. Untuk itu, dikenal istilah biaya
variabel bertahap (step variabel cost). Biaya variabel bertahap ini memiliki
rentang perubahan yang relatif pendek. Lebarnya rentang pada setiap tahap
menggambarkan rentang penggunaan aktivitas. Biaya variabel bertahap dan
biaya tetap bertahap sulit dibedakan karena konsep cakrawala waktu bersifat
relatif. Sebuah perilaku biaya dapat dikatakan variabel bertahap atau tetap
bertahap jika kedua biaya tersebut disandingkan. Biaya dengan tahap lebih
pendek disebut biaya variabel bertahap. Gambar 2.2 menunjukkan perbedaan
antara biaya variabel dan biaya variabel bertahap.
EKMA4314/MODUL 2 2.7
Biaya KV
Rp500 KVB
Rp300
Rp200
Rp100 KT
20 40 60 100 120
Aras Aktivitas
Gambar 2.2.
Biaya Tetap, Biaya Variabel, dan Biaya Variabel Bertahap
Biaya tetap adalah biaya yang dalam rentang waktu atau aktivitas
(activity range) tertentu tidak berubah meskipun terjadi perubahan tingkat
aktivitas. Perlu dipahami bahwa yang dimaksud dengan tetap adalah tetap
dalam rentang waktu tertentu, sehingga jika ditunjukkan dalam gambar akan
tampak bertahap. Namun, step fixed cost memiliki rentang waktu perubahan
biaya yang lebih panjang dibandingkan dengan step variabel costs.
Biaya
Rp500 BTB
Rp300
Rp200
Kapasitas Normal Operasi
Rp100 BT
20 40 60 100 120
Aras Aktivitas
Gambar 2.3.
Biaya Tetap dan Biaya Tetap Bertahap (KTB)
1. Biaya Campuran
Biaya campuran (mixed cost) adalah biaya yang memiliki karakteristik
tetap dan juga karakteristik variabel. Gambar 2.4 menunjukkan perilaku
biaya campuran. Dari Gambar 2.4 tersebut tampak bahwa biaya total terdiri
dari unsur variabel dan unsur tetap (warna gelap). Jika dibuat notasi bahwa
biaya campuran dinotasikan dengan Y; biaya tetap dinotasikan dengan T;
biaya variabel dinotasikan dengan V; dan aras aktivitas dinotasikan dengan
X, maka secara matematis biaya campuran dapat ditulis dengan persamaan
Y=T + VX.Error! No text of specified style in document.-1: Biaya Campuran
Gambar
Biaya
Rp500 Biaya campuran
Rp300
Rp200 Unsur variabel
Rp100
Unsur tetap
20 40 60 100 120
Aras Aktivitas
Gambar 2.4.
Biaya Campuran (mixed cost)
Biaya campuran pada dasarnya adalah biaya total, yaitu mencakup unsur
tetap dan unsur variabel, tetapi tidak terlihat dengan jelas berapa unsur tetap
dan berapa unsur variabelnya. Metode pemisahan biaya campuran secara
umum menggunakan model-model matematika, meskipun dalam praktik acap
kali seorang manajer menggunakan pertimbangan ahlinya berdasarkan
insting dan pengalaman untuk memisahkan biaya campuran. Oleh karena itu,
perlu untuk memahami fungsi biaya secara matematika. Fungsi biaya
campuran, adalah sebagai berikut.
Y = T+VX
Tabel 2.2.
Data Volume Aktivitas dan Total Biaya Aktivitas Peti Kemas
Dari seluruh amatan pada Tabel 2.2 diketahui bahwa Ya adalah jumlah
biaya tertinggi, Yb adalah jumlah biaya terendah, Xa adalah volume aktivitas
tertinggi, dan Xb adalah volume aktivitas terendah. Dengan demikian
berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 2.2, maka dapat dilakukan
perhitungan, dengan pertama-tama menentukan biaya dan aktivitas pada titik
tertinggi dan menentukan biaya dan aktivitas pada titik terendah. Kemudian
menyelisihkan biaya tertinggi dengan biaya terendah, demikian pula aktivitas
pada titik tertinggi dengan aktivitas pada titik terendah.
Tabel 2.3.
Penentuan Unsur Tetap dan Variabel Biaya Aktivitas Peti Kemas
Tabel 2.4.
Data Biaya setelah Dipisahkan
Bulan Total Biaya (Rp) Biaya Tetap (Rp) Biaya Variabel (Rp)
Januari 2.000.000 625.000 1.375.000
Februari 2.500.000 625.000 1.875.000
Maret 2.500.000 625.000 1.875.000
April 3.000.000 625.000 2.375.000
Mei 7.500.000 625.000 6.875.000
Juni 4.500.000 625.000 3.875.000
Juli 4.000.000 625.000 3.375.000
Agustus 5.000.000 625.000 4.375.000
September 6.500.000 625.000 5.875.000
Oktober 6.000.000 625.000 5.375.000
secara visual dan dipilih dua titik pada ujung-ujung gugusan sehingga kalau
dihubungkan kira-kira mewakili kecenderungan sebaran titik-titik tersebut
atau membelah tepat di tengah-tengah gugusan.
Data pada Tabel 2.2 setelah di plot pada bidang grafik dengan metode
diagram pencar tampak pada Gambar 2.5. Dari gambar tersebut terlihat
gugusan titik-titik koordinat berbentuk oval dengan kecenderungan menyebar
dari pojok kiri bawah ke pojok kanan atas. Dari gugusan tersebut, misalnya
yang dipilih adalah titik A dan titik B. Langkah selanjutnya sama dengan
metode titik terendah dan titik tertinggi. Titik A diperlakukan sebagai titik
tertinggi, sedangkan titik B diperlakukan sebagai titik terendah.
Biaya (000)
Rp8.000
7.000 A
6.000
5.000
4.000
3.000
2.000 B
1.000
Gambar 2.5.
Diagram Pencar
Jadi, rumus biaya total terdiri dari biaya tetap sebesar Rp357.000
ditambah dengan biaya variabel sebesar Rp14.286 per pelayanan peti kemas.
Atau kalau ditulis dalam bentuk persamaan menjadi:
Total Biaya = Rp357.000 + Rp14.286 (peti kemas).
Tabel 2.5.
Metode Kuadrat Terkecil
d. Regresi berganda
Prinsip pemisahan metode LS sebenarnya tidak berbeda dengan metode
regresi berganda. LS tidak lain dari bentuk Regresi Sederhana, yaitu hanya
dengan satu unsur biaya variabel (satu variabel bebas). Sedangkan regresi
berganda terdiri dari lebih dari satu variabel bebas. Dengan demikian, data
2.14 Akuntansi Manajemen
pada Tabel 2.4 di atas tidak perlu dikerjakan dengan regresi berganda karena
hanya terdiri satu variabel bebas, yaitu X (pelayanan peti kemas). Adapun
bentuk persamaan regresi berganda adalah sebagai berikut.
Y = T + V1X1 + V2X2 +...............+ VnXn.................................................... (3)
Cara menghitung angka intercept, dan koefisien regresi dalam regresi
ganda saat ini sangat mudah dengan menggunakan program-program aplikasi
seperti SPSS, Eviews, dan lainnya. Namun, yang terpenting justru bagaimana
kita dapat membaca dan menganalisis luaran program tersebut. Pada Tabel
2.6 disajikan hasil-hasil perhitungan regresi ganda.
Jika mengacu ke luaran pada Tabel 2.6 maka fungsi biaya untuk
mengestimasi biaya setup adalah sebagai berikut.
Y = 2,498.64 + 2.51X
Dari data luaran regresi di atas dapat dijelaskan bahwa 92% (lihat
adjusted R2) variansi dalam biaya setup total dapat dijelaskan oleh perubahan
dalam jam setup. Dengan memperhatikan F tes pada tabel ANOVA dapat
dikatakan bahwa model estimasi biaya setup ini sangat baik, karena jam setup
signifikan pada level 0.000025. Artinya, jam setup adalah pemicu biaya yang
baik bagi biaya penyetelan (setup).
Tabel 2.6.
Luaran Analisis Regresi
SUMMARY OUTPUT
Regression Statistics
Multiple R 0.965127
R Square 0.931469
Adjusted R Square 0.921679
Standard Error 285.6803
Observations 9
ANOVA
Df SS MS F Significance F
Regression 1 7765004 7765004 95.14395 2.52E–05
Residual 7 571292.5 81613.21
Total 8 8336296
Coefficients Std Error t Stat P-value Lower Upper
95% 95%
e. Pertimbangan manajemen
Pada akhirnya, sering kali seorang manajer menggunakan pertimbangan
(judgement) dalam memperlakukan biaya yang terjadi di unitnya.
Pertimbangan ini umumnya didasarkan pada pengetahuan dan
pengalamannya di masa lalu. Dengan pertimbangan matang yang
dimilikinya, manajemen dapat dengan cepat menaksir atau memutuskan
berapa persen porsi biaya tetap dan berapa persen porsi biaya variabel. Cara
ini bisa dikaitkan dengan metode-metode yang sudah di bahas di depan.
Cost Dimension
Resources
Process Dimension
Products and
Customers
Gambar 2.6.
Model Manajemen Berbasis Aktivitas
2.16 Akuntansi Manajemen
2. Menganalisis Aktivitas
Analisis aktivitas adalah: seperangkat teknik yang dipergunakan untuk
mengidentifikasi aktivitas yang signifikan dari suatu organisasi sebagai dasar
untuk memperoleh gambaran dan informasi tentang proses bisnis suatu
organisasi dan menganalisis biaya dan kinerjanya secara detail. Ada empat
tahapan dalam melakukan analisis aktivitas, yaitu sebagai berikut.
Tahap 1: Identifikasi tujuan proses dan luas lingkup analisis aktivitas
(Process Objectives and Activity analysis scope Identification).
Pada tahap ini lakukan identifikasi tujuan proses berdasarkan
keinginan atau harapan konsumen, serta tentukan ruang lingkup
analisis dalam arti pahami struktur organisasi dari unit bisnis yang
akan dianalisis.
Tahap 2: Pencatatan dengan grafik (Record by Charting), yaitu melakukan
pencatatan terhadap seluruh aktivitas yang dipergunakan selama
proses menghasilkan output mulai awal sampai akhir. Sekecil
apapun aktivitas yang dilakukan harus dicatat. Jangan melakukan
analisis apapun terhadap aktivitas-aktivitas tersebut, karena pada
tahap berikutnya akan dilakukan pengklasifikasian aktivitas.
Tahap 3: Pengklasifikasian (Classification), yaitu melakukan pemilahan
dan pengelompokan-pengelompokan terhadap aktivitas-aktivitas
tersebut ke dalam kelompok-kelompok aktivitas yang diberi label
sebagai aktivitas yang menambah nilai atau tidak menambah nilai.
Tahap 4: Perbaikan berkelanjutan (Continuously Improvements). Pada
tahapan ini, setelah semua aktivitas dikelompokkan, maka
lakukan perbaikan atau peningkatan efisiensi dari seluruh aktivitas
secara berkesinambungan dan mengembangkan rencana untuk
mengurangi bahkan mengeliminasi aktivitas-aktivitas tidak
menambah nilai.
EKMA4314/MODUL 2 2.17
a. Aktivitas menambah nilai dan tidak menambah nilai (VAA & NVAA)
Dari keseluruhan aktivitas yang ada dapat diklasifikasikan menjadi tiga,
berikut ini.
1) Aktivitas penambah nilai riil (real value added activities-RVAA) adalah
aktivitas yang benar-benar dibutuhkan dilihat dari sudut kepentingan
konsumen (menambah nilai bagi konsumen).
2) Aktivitas penambah nilai bisnis (business value added activities-BVAA)
adalah aktivitas yang sebenarnya tidak menambah nilai bagi konsumen,
tetapi sangat penting dan dibutuhkan oleh organisasi.
3) Aktivitas tidak penambah nilai (non-value added activities-NVAA)
adalah aktivitas-aktivitas yang tidak diperlukan baik oleh konsumen
maupun organisasi.
Tabel 2.7.
Matriks Analisis Aktivitas
LAT IH A N
Diminta:
a. Berapa biaya variabel per unit?
b. Berapa total biaya tetap?
c. Berapa estimasi biaya manufaktur pada aras 6.000 unit?
Jawab:
a. Biaya Variabel ($7,500/3,000) Rp2.50
Komponen biaya variabel dari biaya campuran
[($13,750 - $11,500)/(7,500 - 3,000)] 0.50
Total biaya variabel per unit Rp3.00
Soal 2
Manajer operasi Pabrik XYZ meminta informasi untuk membantunya
mengestimasi biaya pemeliharaan. Berikut ini disajikan print out computer
mengenai informasi yang diproses dengan metoda least squares:
Intercept 7.300
Slope 4,2
Koefisien korelasi 90
Variabel aktivitas adalah jumlah unit yang diproduksi
Diminta:
a. Dengan menggunakan informasi dari print out tersebut, buatlah fungsi
biaya yang dapat digunakan untuk mengestimasi biaya pemeliharaan
pada berbagai level aktivitas!
b. Berapa estimasi biaya pemeliharaan bulan depan jika jumlah produksi
20.000 unit?
c. Berapa persen perubahan biaya pemeliharaan yang dapat dijelaskan oleh
perubahan volume produksi?
Jawab:
a. Total biaya pemeliharaan = Rp7,300 + Rp4.20X
b. Total biaya pemeliharaan = Rp7,300 + (Rp4.20 x 20.000) = Rp91,300
c. 81.0% (.902)
EKMA4314/MODUL 2 2.21
Soal 3
Berikut ini adalah data mengenai jam mesin dan beban listrik Tahun 20xx:
Beban Beban
Jam Jam
Bulan Listrik Bulan Listrik
Mesin Mesin
(Rp) (Rp)
Januari 2.000 18.900 Juli 3.600 25.250
Februari 2.400 21.500 Agustus 3.000 23.250
Maret 1.400 14.000 September 1.500 16.000
April 2.600 23.500 Oktober 3.300 26.500
Mei 3.300 28.750 November 4.200 31.500
Juni 3.300 22.700 Desember 4.200 22.250
Diminta:
a. pergunakan metode high-low point untuk mengestimasi beban listrik
variabel per jam mesin;
b. pergunakan metode high-low point untuk mengestimasi beban listrik
tetap per bulan;
c. pergunakan metode high-low point untuk membuat fungsi biaya listrik
bulanan;
d. estimasi berapa jumlah beban listrik jika jumlah jam mesin adalah 1300
jam mesin!
Jawab:
a. Beban listrik variabel per jam mesin adalah sebagai berikut.
Rp31.500 - Rp14.000)/(4.200 – 1.400)= Rp6,25
b. Beban listrik tetap per bulan = Rp31.500 - (Rp6,25 x 4.200)= Rp5.250
c. Beban listrik per bulan = Rp5.250 + (Rp6,25 x jam mesin)
d. Jumlah beban listrik pada aktivitas 1300 jam adalah:
Rp5.250 + (Rp6,25 x 1.300)= Rp13.375
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
6) Pada bulan Januari, jumlah barang yang diproduksi sebanyak 5.000 unit
dengan biaya per unit Rp500. Pada level aktivitas tersebut porsi biaya
variabel dari total biaya adalah 40%. Pada bulan Februari, perusahaan
merencanakan memproduksi sebanyak 4.500 unit. Jika perilaku biaya
tidak berubah, maka ....
A. total biaya tetap akan menurun
B. total biaya variabel tidak berubah
C. total biaya per unit akan meningkat
D. biaya variabel per unit ada menurun
PT. ABC memiliki data biaya dan tingkat aktivitas untuk bulan April dan
Mei sebagai berikut.
April Mei
Level aktivitas dalam unit 10.000 20.000
9) Mengacu ke Soal A di atas, jika diasumsikan level ini ada dalam suatu
rentang relevan, maka biaya campuran untuk bulan Mei adalah ....
A. Rp10.000
B. Rp25.000
C. Rp40.000
D. Rp20.000
10) Mengacu ke Soal A di atas, jika diasumsikan bahwa level tersebut ada
dalam suatu rentang relevan maka biaya tetap untuk bulan Mei adalah ....
A. Rp30.000
B. Rp25.000
C. Rp20.000
D. Rp40.000
EKMA4314/MODUL 2 2.25
11) Mengacu ke Soal A di atas, jika diasumsikan bahwa level ini ada dalam
suatu rentang relevan, maka fungsi total biaya perusahaan adalah ....
A. total kos = Rp30.000 + Rp1,00 Unit
B. total kos = Rp30.000 + Rp1,50 Unit
C. total kos = Rp$45.000 + Rp1,50 Unit
D. total kos = Rp60.000 + Rp0,50 Unit
12) Mengacu ke Soal A di atas berapa estimasi total biaya untuk bulan Juni,
asumsikan estimasi level aktivitas adalah 12.000 unit ....
A. Rp60.000
B. Rp42.000
C. Rp66.000
D. Rp63.000
Kegiatan Belajar 2
Kalkulasi Biaya:
Absorption Costing dan Variable Costing
1
Variable costing juga dikenal dengan nama direct costing. Namun
demikian, tidak semua biaya manufaktur variabel merupakan biaya
langsung. Sebagai contoh biaya overhead variable, merupakan biaya tidak
langsung. Jadi, konsep variable costing lebih luas dibandingkan dengan
direct costing.
2.28 Akuntansi Manajemen
Tabel 2.8.
Perbandingan Absorption Costing dan Variable Costing
Tabel 2.9.
Data Produksi dan Biaya
Dari data pada Tabel 2.9, dapat dihitung biaya produksi menurut
pendekatan absorption costing dan variable costing seperti yang dijelaskan
pada tabel 2.10 berikut ini.
Tabel 2.10.
Perhitungan Biaya Produksi per Unit
Total biaya produksi per unit berbeda sebesar Rp250 antara absorption
costing dan variable costing. Perbedaan ini disebabkan oleh adanya
pembebanan biaya overhead tetap per unit sebesar Rp250 jika biaya produksi
dihitung dengan menggunakan absorption costing. Tentu saja perbedaan
2.30 Akuntansi Manajemen
biaya produksi per unit ini akan membawa dampak pada perbedaan nilai
sediaan akhir dan biaya pokok produk terjual (cost of goods sold), akibat
selanjutnya adalah adanya perbedaan laba menurut absorption costing dan
variable costing. Besarnya perbedaan secara keseluruhan adalah sebesar
biaya overhead tetap yang melekat pada nilai sediaan akhir. Jika diasumsikan
perusahaan memiliki sediaan akhir sebesar 2.000 unit maka nilai sediaan
menurut absorptiom costing adalah 2.000 Rp2.250 adalah sebesar
Rp4.500.000, sementara nilai sediaan menurut variable costing adalah
Rp2.000 2.000, yaitu sebesar Rp4.000.000.
Dalam absorption costing, biaya produksi mencakup seluruh biaya, baik
biaya yang bersifat langsung (bahan baku langsung dan tenaga kerja
langsung) maupun biaya tidak langsung (biaya overhead pabrik tetap dan
variabel). Sementara dalam variable costing biaya produksi hanya mencakup
biaya-biaya yang bersifat variabel saja (bahan baku langsung, tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead variabel).
Pemisahan biaya menjadi biaya tetap dan biaya variabel sangat penting
bagi manajemen karena hanya biaya-biaya variabel yang bisa dikendalikan
oleh manajemen dalam kaitannya dengan pengelolaan aktivitas perusahaan.
Biaya tetap sifatnya tidak terpengaruh oleh keputusan manajemen selama
aktivitas yang dikelola masih dalam rentang relevan (relevance range).
Dengan demikian, manajemen akan lebih cepat dan lebih tepat dalam proses
pengambilan keputusan.
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai perbedaan
antara absorption costing dan variabel costing, dan dampaknya terhadap laba
kita mengacu pada data yang disajikan pada Tabel 2.9.
Tabel 2.11.
PT. Cendana
Laporan Laba Rugi – Variable Costing
Penjualan Rp24,000,000
Kurangi beban-beban variabel:
- Biaya pokok produk terjual Rp16,000,000
- Biaya penjualan dan administrasi Rp800,000 Rp16,800,000
Margin kontribusi Rp7,200,000
Kurangi beban-beban tetap:
- Biaya overhead tetap Rp2,500,000
EKMA4314/MODUL 2 2.31
Tabel 2.12.
PT. Cendana
Laporan Laba Rugi – Absorption Costing
Penjualan 24,000,000
Biaya Pokok Penjualan 18,000,000
Laba Kotor 6,000,000
Beban penjualan dan administrasi 1,800,000
Laba Operasi Bersih 4,200,000
Dari Tabel 2.11 dan Tabel 2.12 tampak bahwa laba operasi bersih lebih
besar Rp500.000 (Rp4.200.000 – Rp3.700.000) pada perhitungan menurut
absorption costing dibandingkan dengan laba menurut variable costing.
Perbedaan ini disebabkan ada perbedaan perlakuan terhadap biaya overhead
tetap. Pada pendekatan variable costing seluruh biaya overhead tetap
dibebankan sebagai biaya periode dalam periode berjalan, sedangkan pada
pendekatan absorption costing biaya overhead tetap diperlakukan sebagai
biaya produk, sehingga yang dibebankan pada periode berjalan hanya yang
melekat pada produk yang terjual saja sehingga masih ada biaya overhead
tetap yang melekat pada nilai sediaan akhir, yaitu sebesar Rp250 2000 unit
= Rp500.000.
Tabel 2.13.
Hubungan antara Produksi, Penjualan, dan Laba
Tabel 2.14.
Data Produksi, Penjualan, dan Sediaan
Penyelesaian:
Sebelum menyusun laporan laba rugi, terlebih dahulu perlu dihitung biaya
produksi per unit.
Tabel 2.15.
Perhitungan Biaya Produksi per Unit
Tabel 2.16.
Laporan Laba Rugi Komparatif – Absorption Costing PT. Melati
Tabel 2.17.
Laporan Laba Rugi Komparatif – Variable Costing PT. Melati
Dari laporan laba rugi sebagaimana disajikan pada Tabel 2.16 dan Tabel
2.17 tampak bahwa terjadi selisih laba berturut-turut untuk Tahun 200A,
200B, dan 200C sebesar Rp0, Rp2.000.000 (laba absorption costing lebih
besar), dan (Rp2.000.000) (laba absorption costing lebih kecil). Selisih laba
ini dapat di rekonsiliasi sebagai berikut.
Tabel 2.18.
Rekonsiliasi Absorption Costing dan Variable Costing
Tabel 2.19.
Data Operasi
200A 200B
Biaya produksi variabel per unit Rp10.000 Rp10.000
Produksi (aktual = estimasian) 20.000 10.000
Barang terjual (@25.000) 10.000 20.000
Overhead tetap (actual = estimasian) Rp100.000.000 Rp100.000.000
Dari data pada Tabel 2.19 dapat dihitung tarif biaya overhead pabrik
tetap untuk tahun 200A sebesar Rp100.000.000/20.000 = Rp5.000, dan untuk
Tahun 200B sebesar Rp100.000.000/10.000 = Rp10.000. Sehingga dengan
demikian, biaya produksi penuh per unit untuk tahun 200A adalah Rp 15.000
(Rp10.000 + Rp5.000) , dan untuk Tahun 200B adalah Rp20.000 (Rp10.000
+ Rp10.000). Bagaimana kinerja manajer dari tahun 200A ke 200B, apakah
terjadi peningkatan atau penurunan kinerja?
EKMA4314/MODUL 2 2.37
Tabel 2.20.
Perhitungan Laba Rugi Komparatif
a. Absorption Costing
200A 200B
Penjualan Rp250.000.000 Rp500.000.000
Biaya barang terjual*) Rp150.000.000 Rp350.000.000
Laba Bersih Rp100.000.000 Rp150.000.000
b. Variable Costing
200A 200B
Penjualan Rp250.000.000 Rp500.000.000
Biaya barang terjual variabel**) Rp100.000.000 Rp200.000.000
Kontribusi Margin Rp150.000.000 Rp300.000.000
Biaya tetap Rp100.000.000 Rp100.000.000
Laba Bersih Rp50.000.000 Rp200.000.000
200A 200B
Sediaan Awal 0 150.000.000
Produksi1 300.000.000 200.000.000
Barang Tersedia 300.000.000 350.000.000
Sediaan Akhir2 150.000.000 0
Biaya Barang Terjual 150.000.000 350.000.000
1)
200A = Rp15.000 20.000 unit
200B = Rp 20.000 10.000 unit
2)
200A = (20.000 – 10.000) Rp15.000
3)
200A = Rp10.000 20.000
200B = Rp10.000 10.000
4)
200B = (Rp20.000 – 10.000) Rp10.000
Dari laporan laba rugi pada Tabel 2.20 tampak bahwa penjualan
meningkat dari tahun 200A ke 200B sebesar 100%, yaitu dari Rp250.000.000
di Tahun 200A menjadi Rp500.000.000 di Tahun 200B. Akan tetapi, dengan
menggunakan pendekatan absorption costing laba hanya meningkat sebesar
50%, yaitu dari Rp100.000.000 menjadi Rp150.000.000 di Tahun 200B.
Kinerja manajer tampak sangat buruk karena peningkatan laba tidak
proporsional dengan peningkatan penjualan. Berbeda dengan laba yang
dihitung dengan menggunakan pendekatan variable costing. Kontribusi
margin naik sebesar 100% sama dengan kenaikan penjualan, bahkan laba
bersih meningkat sebesar 400%. Pendekatan yang kedua lebih rasional dilihat
dari sisi pengendalian biaya. Artinya, kinerja manajer seharusnya dievaluasi
hanya berdasarkan apa yang dapat dikendalikannya, yaitu biaya variabel.
dihapus atau ditutup maka biaya tetap langsung segmen ini juga hilang.
Biaya-biaya ini tidak terkait dengan variabilitas aktivitas segmen. Biaya tetap
bersama adalah biaya-biaya yang terjadi di kantor pusat ataupun biaya-biaya
yang terjadi karena penggunaan fasilitas bersama yang bersifat resource
sharing. Biaya-biaya ini bersifat alokasi dan tidak bisa dihindari meskipun
suatu segmen ditutup.
Format standar laporan segmentasi disajikan pada Tabel 2.21 berikut ini.
Tabel 2.21.
Format Standar Laporan Segmentasi
PT. Indolekso Pratama, Tbk.
Laporan Laba Rugi-Segmentasi
Periode Januari – Desember 200X
segmen. Artinya, biaya tetap bersama ini akan hilang jika sebuah segmen
dihapus (di drop).
Dari sini dapat dijelaskan bahwa jika kita ingin mengukur kinerja
segmen maka biaya-biaya yang dibebankan haruslah biaya-biaya yang
berkaitan langsung dengan segmen yang bersangkutan. Adapun yang dilihat
sebagai kinerja segmen adalah segmen margin (lihat Tabel 2.21).
3. Biaya Relevan
Biaya relevan (relevant cost) adalah biaya masa yang akan datang yang
berbeda untuk berbagai alternatif (the future cost that differ across
alternatives). Jadi, suatu biaya dikatakan relevan, tidak hanya merupakan
biaya masa yang akan datang, tetapi juga harus berbeda di antara berbagai
alternatif. Seluruh keputusan berhubungan dengan masa yang akan datang,
tetapi hanya biaya masa akan datang yang relevan untuk pengambilan
keputusan. Jika biaya masa yang akan datang jumlahnya sama untuk satu
atau lebih alternatif keputusan maka biaya tersebut tidak berpengaruh untuk
pengambilan keputusan, oleh karena itu, disebut biaya tidak relevan
(irrelevant cost).
Kemampuan mengidentifikasi apakah suatu biaya adalah relevan atau
tidak relevan sangat penting dalam proses pengambilan keputusan, karena
mengambil keputusan berarti proses memilih alternatif terbaik di antara
alternatif yang saling bersaing. Informasi mengenai biaya relevan inilah yang
memengaruhi pemilihan alternatif-alternatif tersebut.
Terdapat berbagai jenis keputusan yang harus diambil oleh manajemen,
baik yang bersifat rutin maupun tidak rutin, bersifat taktis maupun strategis,
bersifat jangka panjang maupun jangka pendek. Keputusan-keputusan
operasional umumnya bersifat rutin sehingga proses pengambilan
keputusannya ditangani secara sistemik. Akan tetapi, keputusan-keputusan
taktis jangka pendek, sifatnya sangat kondisional. Misalnya berkaitan dengan
masalah utilisasi kapasitas menganggur. Oleh karena itu, diperlukan analisis
tersendiri untuk setiap jenis keputusan. Gambar 2.7 berikut ini
mengklasifikasi jenis-jenis keputusan yang harus dibuat oleh manajemen.
Decision
Making Non-Routine
Short Range
Tactical
Routine
EKMA4314/MODUL 2 2.41
Gambar 2.7.
Jenis-jenis Keputusan Manajerial
Yang dibahas dalam modul ini adalah keputusan taktis jangka pendek
(bersifat khusus).
Tabel 2.22.
Tahapan-tahapan dalam Model Pengambilan Keputusan
Ilustrasi:
a. sebuah perusahaan sedang dihadapkan pada suatu keadaan, di mana
perusahaan tersebut tidak mampu memenuhi permintaan atas barang A;
b. untuk memproduksi barang A ini diperlukan dua komponen, yaitu X &
Y, sementara kapasitas pergudangan dan produksi untuk memproduksi
komponen X & Y tidak cukup;
EKMA4314/MODUL 2 2.43
c. komponen X & Y sebenarnya bisa dibeli dari pemasok lain, tentu saja
dengan harga pasar.
Pengambilan
Revenue
keputusan
Non
Keuangan Relevant Cost
Pengambilan
Keputusan
Gambar 2.8.
Model keputusan
EKMA4314/MODUL 2 2.45
Kriteria keputusan: Jika avoidable cost > Purchase price, maka Beli
2.46 Akuntansi Manajemen
Contoh:
PT. Raditya saat ini memproduksi sebuah komponen elektronik seri-423Z
yang dipergunakan untuk produksi printernya. Perusahaan harus
memproduksi komponen ini sebanyak 10,000 unit. Perusahaan juga
menerima tawaran dari supplier untuk komponen yang sama dengan harga
Rp4.750 per unit. Biaya produksi penuh (full / absorption cost) untuk
memproduksi 10.000 komponen 423Z, adalah berikut ini.
Tabel 2.23.
Data Produksi dan Biaya Per Unit
Tabel 2.24.
Analisis Biaya Relevan
Sebuah distributor ice cream dari suatu daerah yang biasanya tidak
pernah dilayani oleh perusahaan mengajukan permohonan pembelian
sebanyak 2 juta galon dengan harga Rp1.550 per galon, tetapi distributor
2.48 Akuntansi Manajemen
tersebut meminta untuk pasang label sendiri pada ice cream tersebut.
Distributor juga bersedia membayar biaya transportasi.
Biaya Variabel:
Ramuan susu, keju, mentega Rp 700
Gula 100
Gula-gula dan perasa 150
Tenaga kerja langsung 250
Pengemasan 200
Komisi 20
Distribusi 30
Lain-lain 50
Total biaya variabel Rp 1.450
Total biaya tetap 97
Total biaya Rp 1,450
Tabel 2.25.
Laporan Laba Rugi Segmentasi (Rp.000) PT. Laksamana
Tabel 2.26.
Laporan Laba Rugi Segmentasi (Rp.000) – Drop Usaha Pasir PT. Laksamana
Dari analisis pada Tabel 2.26, apa keputusan Saudara? Sudah benarkah
analisis di atas? Hati-hati: Analisis ini tampaknya menyarankan bahwa pasir
di-drop saja, karena kalau di-drop atau dihentikan laba perusahaan meningkat
sebesar Rp35.000.000. Dalam kasus ini biaya depresiasi, meskipun
merupakan biaya tetap langsung untuk segmen pasir, tidak bisa dihindari
karena asetnya tetap ada, dan biaya tersebut merupakan biaya yang sudah
terjadi dan terbenam (sunk cost).
Dengan menggunakan analisis biaya diferensial, maka analisis dapat
dilakukan seperti tampak pada Tabel 2.27 berikut ini.
Tabel 2.27.
Analisis Biaya Diferensial – Kasus Drop usaha pasir PT. Laksamana
Tabel 2.28.
PT. Laksamana
Laporan Laba Rugi Segmentasi (Rp.000)
Produk-produk Bersifat Komplementer
Tabel 2.29.
PT. Laksamana
Analisis Biaya Diferensial (Rp.000)
Pasir Pasir
Keterangan Diferensial
Dipertahankan di-Drop
Pendapatan Penjualan 1.450.000 1.186.00 264.000
Kurangi: Biaya variabel 870.000 666.600 203.400
Kontribusi margin 580.000 519.400 60.600
Kurangi Beban Tetap langsung:
- Advertensi 30.000 20.000 10.000
- Gaji 112.000 77.000 35.000
- Depresiasi 103.000 103.000 -
Total 245.000 200.000 45.000
Segmen Margin 335.000 319.400 15.600
Kurangi: Beban tetap bersama 125.000 125.000 -
Laba Operasi 210.000 194.400 15.600
lebih lanjut untuk meningkatkan nilai tambah. Jika suatu produk tidak dapat
dijual pada saat titik pisah, maka pilihan satu-satunya adalah diproses lebih
lanjut, dan bukan produk seperti ini yang dimaksud dalam pembahasan ini.
Contoh: Sebuah perusahaan/perkebunan apel ketika panen menghasilkan
3 grade apel, yaitu sebagai berikut.
1) Grade A: kategori mulus/sangat baik dan ranum sebanyak 800 kg, oleh
karena itu langsung dibeli oleh supermarket dengan harga premium.
2) Grade B: layak makan, cukup baik tetapi ada cacat kecil sebanyak 600
kg. Apel ini dikemas dalam kantong-kantong plastik dalam keadaan
bercampur, pembeli harus membeli dalam bentuk paket. Tetapi ada
perusahaan besar yang meminta agar apel grade B dijadikan selai roti
dan sanggup membelinya dengan harga tertentu (Lihat Gambar 2.9).
Dengan demikian apel grade B ini dihadapkan pada dua pilihan. Dijual
langsung dalam bentuk kemasan kantong atau diproses lebih lanjut
menjadi selai roti.
3) Grade C: rusak sebanyak 600 kg, langsung dijadikan sauce apel. Apel
grade ini tidak ada pilihan kecuali harus diproses menjadi sauce apel.
Apel Grade A
800 k g
Harga Jual Rp
4 0 .0 0 0 k g Dikemas
120 Kemasan
Biaya Rp5.000/kemasan
Hg Jual Rp130.000/kmsn
Apel Grade B
Joint Cost
600 kg
Rp30.000.000
Saus Apel-Kalengan
500 klg isi 16-oz
Biaya $0.10/kg
Apel Grade C Hg Jual $0.75/ klg
600 kg
Gambar 2.9.
Jenis-jenis Produk dan Alternatif Keputusan
2.54 Akuntansi Manajemen
Tabel 3.30.
Analisis Biaya Diferensial
yang paling optimum yang dihasilkan dari komposisi relatif penjualan produk
atau segmen.
Contoh, PT. Gunarsa memiliki kapasitas mesin 40.000 jam. Perusahaan
dapat memproduksi dua produk, yaitu X dan Y. Permintaan maksimum untuk
X adalah 15,000 unit dan permintaan maksimum untuk Y adalah 40,000
unit. Kontribusi marjin untuk X adalah Rp25.000 dan untuk Y adalah
Rp10.000.
Jika pendapatan optimum dilambangkan dengan Z, maka Z adalah fungsi
dari X dan Y, Z = f(X,Y), yang secara fungsional dapat dinyatakan sebagai
berikut.
Z = Rp25.000X x Rp10.000Y
2X + 0.5Y 40,000
Barang Y
80-
75- Kendala jam mesin: 2X + 0.5Y ≤ 40.000
70-
65- Kendala permintaan X = 15.000
60-
55-
50-
45-
40- E D
Kendala permintaan Y = 40.000
35-
30- C
25-
20-
15-
10-
5-
A B
0-
5 10 15 20 25 Barang X
Gambar 2.10.
Model Grafis
Tabel 2.31.
Analisis Kombinasi Produksi X dan Y – Solusi Optimum
Titik
Jumlah X Jumlah Y
Kombinasi Pendapatan
EKMA4314/MODUL 2 2.57
Z =Rp25.000X+Rp10.000Y
A 0 0 -
B 15.000 0 375.000.000
C 15.000 20.000 575.000.000
D 10.000 40.000 650.000.000
E 0 40.000 400.000.000
Dari Tabel 2.31 tampak bahwa solusi optimum adalah jika perusahaan
memproduksi dengan komposisi relatif 10:40, artinya jumlah barang X yang
diproduksi sebanyak 10.000 unit dan barang Y sebanyak 40.000 unit. Dengan
kombinasi ini, perusahaan memperoleh pendapatan maksimum, yaitu sebesar
Rp650.000.000.
LAT IH A N
PT. Gulali merupakan sebuah distributor permen cokelat susu dari suatu
daerah yang mengajukan permohonan pembelian sebanyak 5 juta pack
permen dengan harga Rp4.500 per pack. Namun PT. Gulali meminta untuk
pasang label sendiri pada permen tersebut. PT. Gulali juga menyanggupi
2.58 Akuntansi Manajemen
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
Produk X
Produksi (unit) 100.000
Penjualan (unit) 80.000
Harga Jual (Rp) Rp16.000
Jam Mesin 50.000
Biaya-biaya manufaktur:
Bahan langsung Rp80.000.000
Tenaga kerja langsung 240.000.000
Overhead variabel 40.000.000
Overhead tetap 200.000.000
Biaya-biaya Nonmanufaktur:
Penjualan Variabel Rp48.000.000
Penjualan tetap 20.000.000
Tidak ada sediaan barang pada awal periode.
10) Mengacu ke Soal A maka biaya Produk X per unit dengan menggunakan
absorption costing adalah ....
A. Rp5.600
B. Rp7.600
C. Rp5.000
D. Rp4.000
11) Mengacu ke Soal A maka Biaya Produk Terjual (Cost of Goods Sold)
dengan menggunakan variabel costing adalah ....
A. Rp312.000.000
B. Rp296.000.000
C. Rp288.000.000
D. Rp256.000.000
2.62 Akuntansi Manajemen
12) Mengacu ke Soal A maka Biaya Produk Terjual (Cost of Goods Sold)
dengan menggunakan absorption costing adalah ....
A. Rp860.000.000
B. Rp728.000.000
C. Rp704.000.000
D. Rp448.000.000
Soal B: digunakan untuk menjawab pertanyaan Nomor 13, 14, 15, dan
16.
PT. Gunarsa memulai operasi pada tanggal 1 Januari. Perusahaan
menjual satu jenis produk dengan harga Rp7.000 per unit. Selama tahun
berjalan, perusahaan telah memproduksi sebanyak 50.000 dan terjual 45.000
unit. Tidak ada sediaan barang dalam proses pada tanggal 31 Desember.
13) Mengacu ke Soal B, biaya produk per unit di bawah variabel costing
adalah ....
A. Rp5.300
B. Rp4.700
C. Rp4.200
D. Rp3.700
14) Mengacu ke Soal B, biaya produk per unit di bawah absorption costing
adalah ....
A. Rp5.300
B. Rp4.700
C. Rp4.200
D. Rp3.700
15) Mengacu ke Soal B maka nilai sediaan akhir barang jadi di bawah
variabel costing adalah ....
A. Rp18.500.000
B. Rp23.500.000
C. Rp26.500.000
EKMA4314/MODUL 2 2.63
D. Rp21.000.000
16) Mengacu ke Soal B, maka nilai sediaan akhir barang jadi di bawah
absorption costing adalah ....
A. Rp18.500.000
B. Rp23.500.000
C. Rp26.500.000
D. Rp21.000.000
18) Mana di antara aktivitas berikut yang tidak termasuk dalam proses
pengambilan keputusan taktis?
A. Mendefinisikan masalah dan mengidentifikasi alternatif
B. Mengidentifikasi di biaya dan menefit setiap alternatif yang layak
C. Menilai faktor-faktor kualitatif
D. Semua jawaban di atas termasuk dalam model keputusan taktis
19) Suatu biaya agar dapat dikatakan relevan untuk satu keputusan tertentu,
maka biaya tersebut harus merupakan ....
A. biaya variabel
B. biaya yang berbeda minimal di antara dua alternatif
C. biaya yang bersifat langsung dengan keputusan yang diambil
D. biaya masa yang akan datang dan berbeda di antara berbagai
alternatif
20) Biaya masa yang akan datang yang jumlahnya sama di antara semua
alternatif dipertimbangkan sebagai biaya ....
A. relevan untuk semua alternatif
B. tidak relevan untuk semua alternatif
C. relevan hanya untuk sebagian besar alternatif
D. relevan hanya untuk sebagian kecil alternatif
21) Jika terdapat kelebihan kapasitas, harga minimum yang dapat diterima
untuk suatu pesanan khusus adalah ....
2.64 Akuntansi Manajemen
22) Jika perusahaan beroperasi pada kapasitas penuh, harga pesanan khusus
minimum harus mampu menutup biaya ....
A. variabel yang berhubungan dengan pesanan khusus
B. manufaktur variabel dan tetap yang berhubungan dengan pesanan
khusus
C. variabel dan tambahan biaya tetap yang berhubungan dengan
pesanan khusus
D. variabel dan tambahan biaya tetap yang berhubungan dengan
pesanan khusus, ditambah dengan kontribusi margin yang hilang
atas unit produk reguler yang tidak diproduksi
23) Ketika terdapat satu sumber langka, produk pertama yang seharusnya
diproduksi adalah produk yang ....
A. memiliki kontribusi margin per unit tertinggi dari sumber langka
tersebut
B. memiliki harga jual per unit tertinggi dari sumber langka tersebut
C. memiliki permintaan tertinggi
D. paling rendah biaya produksinya
29) Mengacu ke Soal E, mana produk yang sebaiknya dijual saat titik pisah?
A. Hanya produk X
B. Hanya produk Y
C. Kedua Produk X dan Y
D. Tidak keduanya
Daftar Pustaka
Hansen, Don R., and Maryanne M.Mowen. (2009). Cost Management, Eight
Edition, South Western Publishing. New Jersey.
PEN D A HU L UA N
Kegiatan Belajar 1
Menerima Memulai
Pemesan
Pesa nan Prod uksi
a n i
Penjadwalan Pemesanan
Kerja Material
n n
a l
Gambar 3.1.
Urutan Kejadian dalam Job-order Costing
Tabel 3.1.
Kartu Biaya Pesanan Berbentuk Skontro
Kartu biaya pesanan pada Tabel 3.1 tersebut berbentuk skontro atau
menyamping. Dalam model ini komponen biaya produksi pesanan disusun
menyamping. Bahan baku langsung paling kiri, kemudian di bagian tengah
adalah kolom untuk mencatat biaya tenaga kerja langsung. Kolom paling
kanan adalah untuk mencatat biaya overhead yang dibebankan1.
Dalam job order costing, sistem biaya yang dipergunakan adalah sistem
1
Tabel 3.2.
Kartu Biaya Pesanan Berbentuk Stafel
DIRECT MATERIAL
Date Req. No. Quantity Ammount Total
DIRECT LABOR
Date Hours Rate /hr Ammount Total
FACTORY OVERHEAD
Date Hours Rate/hr Ammount Total
Tabel 3.2 menyajikan bentuk lain yang dapat dibuat yaitu model stafel.
Dalam model ini komponen-komponen biaya produksi pesanan disusun ke
bawah. Komponen bahan baku langsung paling atas, komponen biaya tenaga
kerja langsung di bagian tengah, dan paling bawah komponen biaya overhead
yang dibebankan.
Apakah bentuknya harus seperti contoh pada Tabel 3.1 (skontro) atau
Tabel 3.2 (Stafel)? Tidak, bahkan setiap perusahaan dapat mendesain bentuk
3.6 Akuntansi Manajemen
kartu sendiri yang terintegrasi dengan sistem akuntansi dan sistem pelaporan
secara keseluruhan.
Tidak Tidak
Bahan Bakar
Langsu ng Langs ung
Listrik
Depr. Mesin
Asur. Mesin
Reparasi, dsb
Langsung Langsung
Overhead
Dibebankan
Gambar 3.2.
Klasifikasi dan Akumulasi Biaya dalam Job-Order Costing
LAT IH A N
Soal 1
PT. Jati Karya menerima pesanan komponen komputer dari sebuah
perusahaan produsen personal computer. Jelaskan urutan kegiatan atau
3.8 Akuntansi Manajemen
kejadian yang dilakukan oleh PT. Jati Karya dalam menerima pesanan
tersebut.
Urutan kegiatan (kejadian) yang harus dilakukan oleh PT. Jati Karya
dalam menerima pesanan komponen komputer adalah:
1) Menerima pesanan.
2) Mencatat kualifikasi produk yang dipesan secara cermat dan rinci.
3) Memasukkan kualifikasi produk ke dalam kartu biaya pesanan.
4) Menghitung perkiraan biaya yang akan dikeluarkan untuk memproduksi
pesanan tersebut.
5) Menghitung perkiraan laba kotor yang diinginkan.
6) Memberikan informasi tentang harga pesanan ke pelanggan.
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
Kegiatan Belajar 2
Ilustrasi 1
PT. X adalah perusahaan manufaktur yang berproduksi atas dasar
pesanan. Pada tahun ini perusahaan menerima tiga pesanan yang masing-
masing diberi nomor: Job#5574, Job#5575, dan Job#5576. Saldo awal bahan
baku senilai Rp100.000. Untuk mengerjakan pesanan-pesanan tersebut terjadi
transaksi-transaksi sebagai berikut (asumsikan urutan transaksi
mencerminkan urutan tanggal). Transaksi-transaksi dalam ilustrasi ini
diadopsi dari buku Cost Accounting 13rd (Carter & Usry, 2002).
1. Transaksi
a. Dibeli material secara kredit Rp25.000.000.
b. Material dipakai seharga Rp37.000.000 terdiri dari Rp31.000.000 bahan
langsung dan Rp6.000.000 bahan tidak langsung. Dari Rp31.000.000,
untuk Job#5574=Rp2.510.000, Job#5575=Rp24.070.000, dan Job#5576
=Rp4.420.000.
c. Gaji dan Upah Rp31.000.000 terdiri dari Rp27.000.000 tenaga kerja
langsung dan Rp4.000.000 tenaga kerja tidak langsung. Dari
EKMA4314/MODUL 3 3.13
Tabel 3.3.
Jurnal Umum (Rp.000)
Tabel 3.4.
Pencatatan Komponen Biaya ke Job#5574 (Rp.000)
Gunarsa Company
Direct Material
Direct Labor
3.16 Akuntansi Manajemen
Tabel 3.5.
Ringkasan Biaya Produksi Pesanan
Komponen Job#5574 Job#5575 Job#5576 Total
Saldo awal BDP 0 0 0 0
Biaya perioda ini:
- Bahan Langsung 2.510.000 24.070.000 4.420.000 31.000.000
- Tenaga Kerja 1.568.000 22.832.000 2.600.000 27.000.000
Langsung 1.176.000 10.024.000 2.000.000 13.200.000
- Overhead
dibebankan
Sediaan akhir BDP 0 0 9.020.000 9.020.000
Barang Jadi 5.254.000 56.926.000 0 62.180.000
Gambar 3.3.
Aliran Biaya dalam Akun-akun Biaya Produksi
Bahan Baku Barang Dalam Proses
Barang Jadi
4. Pembuatan Laporan-laporan
Dari kartu dan buku jurnal, kita dapat menyusun laporan biaya produksi,
laporan biaya produk terjual, dan laporan laba rugi. Berikut ini disajikan
laporan-laporan berkaitan dengan pengerjaan ketiga pesanan di atas, yaitu
Job#5574, Job#5575, dan Job#5576.
Catatan:
Sediaan awal bahan baku senilai Rp100.000.000 dan selisih pembebanan
overhead dibebankan ke (menambah atau mengurangi) biaya produk terjual.
Beban operasional yang dikeluarkan adalah sebagai berikut: Beban penjualan
Rp25.000 dan Beban administrasi Rp50.000.
Tabel 3.6.
Laporan Biaya Produksi Pesanan
Rayburn Company
Laporan Biaya Produk yang Diproduksi
Untuk Bulan yang berakhir 31 January 20xx
Tabel 3.7.
Laporan Biaya Produk Terjual
Rayburn Company
Laporan Biaya Produk Terjual
Untuk Bulan yang berakhir 31 Januari 20xx
Tabel 3.8.
Laporan Laba Rugi
Rayburn Company
Laporan Laba Rugi
Untuk Bulan yang berakhir 31 Januari 20xx
LAT IH A N
Soal 1
PT. Indah Cipta merupakan sebuah produsen yang menerima pesanan
pembuatan keramik. Beberapa transaksi yang terjadi pada bulan Agustus
2011 adalah sebagai berikut:
EKMA4314/MODUL 3 3.19
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
2) Bagaimana jurnal yang harus dibuat ketika terjadi pemakaian bahan baku
untuk mengerjakan pesanan?
A. Barang Dalam proses xx
Bahan baku xx
B. Bahan Baku xx
Barang Dalam proses xx
C. Overhead Pengendali xx
Bahan Baku xx
D. Biaya Bahan xx
Bahan Baku xx
EKMA4314/MODUL 3 3.21
3) Bagaimana jurnal yang harus dibuat ketika terjadi untuk mencatat biaya
tenaga kerja langsung?
A. Biaya gaji xx
Barang Dalam Proses xx
B. Barang Dalam proses xx
Utang Gaji xx
C. Biaya Gaji xx
Utang Gaji xx
D. Biaya Tenaga kerja Langsung xx
Overhead pengendali xx
C. Biaya Depresiasi xx
Akumulasi Depresiasi xx
D. Akumulasi depresiasi xx
Overhead Pengendali xx
10) Jika terjadi selisih overhead lebih dibebankan (overapplied), maka jurnal
yang harus dibuat adalah ....
A. biaya Barang Terjual (COGS) xx
Laba Bersih xx
B. overhead Pengendali xx
Selisih Lebih Dibebankan xx
C. biaya Barang Terjual (COGS) xx
Selisih Lebih Dibebankan xx
D. overhead Pengendali xx
Biaya Barang Terjual (COGS) xx
Berikut ini adalah informasi terpilih yang dipisahkan dari pencatatan PT.
Gunarsa.
Depresiasi, peralatan pabrik Rp17.000.000
Depresiasi, bangunan pabrik 10.000.000
Depresiasi, bangunan kantor 9.000.000
14) Premi lembur akan dimasukkan sebagai elemen biaya overhead pabrik,
jika kegiatan lembur terjadi sebagai akibat dari ....
A. jumlah pesanan meningkat secara tajam (rush order)
B. kekurangan kapasitas produksi
C. ketidakefisienan dalam proses produksi
D. kebijakan manajemen
15) Untuk mengerjakan job nomor# 100, telah dipakai bahan baku senilai
Rp9.500.000,- Dari jumlah tersebut 15% merupakan bahan penolong.
Jurnal yang harus dibuat untuk mencatat pemakaian bahan baku tersebut
adalah ....
A. Biaya Pemakaian Bahan Baku Rp 9.500.000
Persediaan Bahan Baku Rp 9.500.000
B. Barang Dalam proses Rp 8.075.000
Biaya Overhead Pabrik Rp 1.425.000
Persediaan Bahan Baku Rp 9.500.000
C. Barang Dalam proses Rp 8.075.000
Biaya Overhead Pabrik Rp 1.425.000
Biaya Pemakaian Bahan Baku Rp 9.500.000
D. Harga Pokok Pesanan #100 Rp 9.500.000
Biaya Pemakaian Bahan Baku Rp 9.500.000
Daftar Pustaka
Hansen, Don R., and Maryanne M.Mowen. (2009). Cost Management, Eight
Edition. New Jersey: South Western Publishing.
PEN D A HU L UA N
Pemahaman tentang kos produksi, kos variabel dan kos tetap sebaiknya
dipelajari kembali sebagai dasar pemahaman materi dalam modul ini. Anda
juga sebaiknya mempersiapkan alat tulis dan kalkulator sebelum mulai
mempelajarinya sehingga akan diperoleh pemahaman yang lebih optimal.
EKMA4314/MODUL 4 4.3
Kegiatan Belajar 1
A. PENGANTAR
Analisis CVP adalah salah satu alat utama untuk perencanaan dan
pengambilan keputusan. Analisis ini mempunyai manfaat pada awal tahap
perencanaan karena menyajikan suatu kerangka pemikiran yang sederhana
dalam mendiskusikan isu-isu perencanaan dan pengelolaan data yang
relevan. Analisis CVP menggunakan sistem kalkulasi kos di mana kos
produk (cost of product) menggunakan Variable Costing. Pendekatan untuk
analisis CVP bisa dilakukan dalam 2 cara, yaitu dengan pendekatan
matematis dan pendekatan grafik.
Laba Operasi = (Harga Jual x Jumlah Unit Terjual) – (Kos Variabel per
Unit x Jumlah Unit Terjual) – Total Kos Tetap
Jadi, jelas bahwa dengan penjualan sebanyak 6.250 tiket akan menghasilkan
laba nol.
Cara yang lebih cepat dalam menghitung unit impas adalah dengan
berpusat pada marjin kontribusi. Marjin kontribusi adalah pendapatan
penjualan dikurangi dengan total kos variabel. Pada titik impas, marjin
kontribusi sama dengan beban tetap. Apabila mengganti marjin kontribusi per
unit untuk harga dikurangi kos variabel per unit pada persamaan laba operasi
dan memperoleh jumlah unit (Q) maka akan didapat persamaan dasar titik
impas sebagai berikut.
Laba Operasi = (Harga Jual per Unit Q) – (Kos Variabel per Unit
Q) – Total Kos Tetap
0 = {(Harga Jual per Unit – Kos Variabel per Unit) Q}
– Total Kos Tetap
0 = Marjin Kontribusi per unit Q – Total Kos Tetap
Q = Total Kos Tetap/Marjin kontribusi per unit
4.6 Akuntansi Manajemen
Misalkan, harga jual per unit tiket di Premium Theater sebesar Rp20.000
pada Desember 2009, namun dari jumlah tersebut sebesar Rp12.000
digunakan untuk menutupi kos variabel per tiket. Hal ini berarti terdapat
selisih Rp8.000 per tiket untuk kontribusi dalam menutup kos tetap bulanan
sebesar Rp50.000.000. Maka jumlah unit terjual untuk mencapai titik impas
dapat dihitung sebagai berikut.
Q = Total Kos Tetap/Margin Kontribusi per unit
Q = Rp50.000.000/Rp8.000 = 6.250
Premium Theater harus menjual sebanyak 6.250 tiket untuk mencapai titik
impas.
Secara umum, dengan asumsi kos tetap adalah konstan, dampak terhadap
laba operasi perusahaan yang dihasilkan dari perubahan jumlah unit yang
terjual (Q) dapat dinilai dengan mengalikan marjin kontribusi per unit dengan
perubahan unit yang terjual. Sebagai contoh, jika tiket yang terjual adalah
11.000 unit dan bukan 10.000 unit maka berapakah jumlah laba yang akan
diperoleh? Terlihat terdapat perubahan dalam unit yang terjual, yaitu
kenaikan 1.000 tiket. Marjin kontribusi per unit adalah Rp8.000. Maka laba
operasi akan meningkat sebanyak Rp8.000.000 (=Rp8.000 1.000).
Dengan kata lain, jika tarif pajak 30% maka Premium Theater harus
menghasilkan laba operasi sebesar Rp30.000.000 untuk memperoleh laba
bersih sebesar Rp21.000.000. Dengan konversi ini maka unit yang harus
dijual untuk mencapai laba bersih sebesar Rp21.000.000 adalah:
EKMA4314/MODUL 4 4.9
Untuk pembuktian maka laporan laba rugi dapat disusun sebagai berikut.
Penjualan (10.000 Rp20.000) ……………. Rp200.000.000
Dikurangi: Kos Variabel (10.000 Rp12.000) 120.000.000
Marjin Kontribusi ……………………….. Rp 80.000.000
Dikurangi: Kos Tetap ………………………. 50.000.000
Laba operasi …………………………..…… Rp 30.000.000
Dikurangi: Pajak Penghasilan 30% ………… 9.000.000
Laba bersih ……………………………… Rp 21.000.000
Marjin Kontribusi per unit dibagi dengan harga jual per unit disebut Rasio
Marjin Kontribusi. Rasio ini dapat dinyatakan dalam persentase. Sehingga
untuk menghitung titik impas dalam rupiah penjualan dapat disederhanakan
menjadi:
Misalkan, Premium Theater menjual tiket dengan harga jual per unit
Rp20.000, kos variabel Rp12.000, dan kos tetap Rp50.000.000. Maka titik
impas dalam rupiah penjualannya adalah sebesar:
G. ANALISIS MULTIPRODUK
Mesin Mesin
Manual Otomatis Total
Penjualan ……………………… Rp480.000 Rp640.000 Rp1.120.000
Dikurangi: Kos Variabel ……… Rp390.000 Rp480.000 Rp 870.000
Marjin kontribusi ……………. Rp 90.000 Rp160.000 Rp 250.000
Dikurangi: Kos Tetap Langsung Rp 30.000 Rp 40.000 Rp 70.000
Marjin Produk ………………… Rp 60.000 Rp120.000 Rp 180.000
Dikurangi: Kos Tetap Umum … ………… ………… Rp 26.250
Laba Operasi ………………… ………… ………… Rp 153.750
EKMA4314/MODUL 4 4.11
Jadi, sebanyak 400 mesin pemotong rumput manual dan 200 mesin
pemotong rumput otomatis harus dijual untuk mencapai marjin produk
impas. Namun, marjin produk impas hanya menutup kos tetap langsung,
sementara kos tetap umum masih belum tertutupi. Penjualan kedua mesin
pemotong rumput dalam jumlah tersebut akan menimbulkan kerugian sebesar
kos tetap umum. Belum ada titik impas perusahaan secara keseluruhan yang
4.12 Akuntansi Manajemen
Bauran
Harga Kos Kontribusi
Variabel Kontribusi Marjin Per Unit
Produk Per Unit Per Unit Penjualan Paket Marjin
Mesin Manual Rp400.000 Rp325.000 Rp 75.000a 3 Rp225.000c
Mesin Otomatis Rp800.000 Rp600.000 Rp200.000b 2 Rp400.000d
Total Paket Rp625.000
a
(Rp400.000 – Rp325.000), b(Rp800.000 – Rp600.000),
c
(Rp75.000 3) , d(Rp200.000 2)
Mesin Mesin
Manual Otomatis Total
Penjualan Rp184.800 Rp246.400 Rp 431.200
Dikurangi: Kos Variabel Rp150.150 Rp184.800 Rp 334.950
Marjin Kontribusi Rp 34.650 Rp 61.600 Rp 96.250
Dikurangi: Kos Tetap Langsung Rp 30.000 Rp 40.000 Rp 70.000
Margin Produk Rp 4.650 Rp 21.600 Rp 26.250
Dikurangi: Kos Tetap Umum Rp 26.250
Laba operasi Rp 0
Penjualan Rp1.120.000
Dikurangi: Kos Variabel Rp 870.000
Marjin Kontribusi Rp 250.000
Dikurangi: Kos tetap Rp 96.250
Laba Operasi Rp 153.750
Perhatikan bahwa laporan laba rugi tersebut telah sesuai dengan kolom
total laporan laba rugi yang lebih terinci yang diperiksa sebelumnya.
Proyeksi laporan laba rugi bersandar pada asumsi bahwa 1.200 mesin
pemotong rumput manual dan 800 mesin pemotong rumput otomatis akan
terjual (yang berarti bauran penjualan = 3 : 2).
Dengan laporan laba rugi tersebut, pertanyaan umum mengenai CVP
dapat diajukan. Misalnya, berapa pendapatan penjualan yang harus dihasilkan
untuk mencapai impas? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita dapat membagi
total Kos tetap sebesar Rp96.250.000 dengan rasio marjin kontribusi sebesar
0.2232 (= Rp250.000/Rp1.120.000). Sehingga diperoleh titik impas dalam
rupiah penjualan sebagai berikut.
EKMA4314/MODUL 4 4.15
I. GRAFIK LABA-VOLUME
Contoh: PT. Sriwedari memproduksi suatu produk tunggal dengan data Kos
dan harga sebagai berikut.
Total Kos tetap Rp 100
Kos Variabel per unit Rp 5
Harga Jual per unit Rp 10
Dengan menggunakan data tersebut, laba operasi dapat dinyatakan sebagai
berikut.
Laba Operasi = (Rp10 Unit) – (Rp5 unit) - Rp100
= (Rp5 Unit) - Rp 100
penjualan 40 unit dapat dibaca melalui grafik dengan (1) membuat garis
vertikal dari sumbu horizontal ke garis laba dan (2) membuat garis horizontal
dari garis laba ke garis vertikal. Seperti diilustrasikan dalam tampilan
gambar, laba dari penjualan 40 unit adalah Rp100. Grafik volume-laba,
meskipun mudah untuk diinterpretasikan, gagal mengungkapkan bagaimana
Kos berubah ketika volume-volume penjualan berubah.
J. GRAFIK CVP
Perhatikan bahwa garis total pendapatan dimulai pada titik nol dan
meningkat dengan kemiringan yang sama dengan harga jual per unit
(kemiringan sebesar 10). Garis total kos memotong sumbu vertikal pada
sebuah titik yang sama dengan total kos tetap dan meningkat dengan
kemiringan yang sama dengan kos variabel per unit (kemiringan sebesar 5).
Jika garis total pendapatan berada di bawah garis total kos maka akan muncul
daerah rugi. Demikian juga jika garis total pendapatan berada di atas garis
total kos, maka akan muncul daerah laba. Titik di mana garis total
pendapatan dan garis total kos berpotongan adalah titik impas. Untuk
mencapai impas, PT. Sriwedari harus menjual 20 unit dan dengan demikian
memperoleh total pendapatan sebesar Rp200.
4.18 Akuntansi Manajemen
Alternatif 1.
Apa pengaruhnya terhadap laba jika kos iklan naik sebesar Rp8.000.000 dan
penjualan naik sebesar 125 unit? Diketahui bahwa marjin kontribusi per unit
adalah Rp75.000 (=Rp400.000 – Rp325.000). Karena unit yang terjual naik
sebanyak 125 unit maka kenaikan total tambahan marjin kontribusi adalah
sebesar Rp9.375.000(= Rp75.000 125 unit). Akan tetapi, karena total kos
tetap meningkat sebesar Rp8.000.000, maka kenaikan laba tambahan hanya
sebesar Rp1.375.000 (= Rp9.375.000 – Rp8.000.000). Perhitungan berikut
memperlihatkan ringkasan pengaruh-pengaruh dari alternatif pertama.
Perhatikan bahwa yang perlu dilihat adalah kenaikan tambahan dalam total
marjin kontribusi dan kos tetap untuk menghitung kenaikan total laba.
SEBELUM SETELAH
KENAIKAN IKLAN KENAIKAN IKLAN
Unit Terjual 1.600 1.725
Marjin Kontribusi per Unit Rp 75.000 Rp 75.000
Total Marjin Kontribusi Rp120.000.000 Rp 129.375.000
Dikurangi: Kos Tetap Rp 45.000.000 Rp 53.000.000
Laba Operasi Rp 75.000.000 Rp 76.375.000
SELISIH LABA
Perubahan Unit Penjualan 125
Marjin Kontribusi per Unit Rp 75.000
Perubahan Marjin
Kontribusi Rp9.375.000
Dikurangi: Perubahan Kos
Tetap Rp8.000.000
Kenaikan Laba Operasi Rp1.375.000
Alternatif 2.
Kos tetap tidak mengalami kenaikan. Untuk harga jual per unit sebesar
Rp400.000 dan kos variabel per unit Rp325.000, maka marjin kontribusi per
unit adalah Rp75.000 (= Rp400.000 – Rp325.000). Jika 1.600 unit terjual,
maka total marjin kontribusi adalah Rp120.000.000 (= Rp75.000 1.600
unit). Jika harga jual per unit turun menjadi Rp375.000 maka marjin
kontribusi turun menjadi Rp50.000 per unit (Rp375.000 – Rp325.000 ). Jika
1.900 unit terjual dengan harga jual baru tersebut, maka total marjin
4.20 Akuntansi Manajemen
SEBELUM SETELAH
PENURUNAN PENURUNAN
Unit Terjual 1.600 1.900
Marjin Kontribusi per Unit Rp 75.000 Rp 50.000
Total Marjin Kontribusi Rp 120.000.000 Rp95.000.000
Dikurangi: Kos Tetap Rp 45.000.000 Rp45.000.000
Laba Rp 75.000.000 Rp50.000.000
SELISIH LABA
Perubahan marjin kontribusi Rp25.000.000
Dikurangi: Perubahan Kos Tetap -
Penurunan laba Rp25.000.000
Alternatif 3.
Total marjin kontribusi untuk 1.600 unit yang terjual adalah
Rp120.000.000. Margin kontribusi yang baru untuk 2.600 unit sebesar
Rp130.000.000 (= Rp50.000 2.600 unit). Dengan demikian terdapat
kenaikan total marjin kontribusi sebesar Rp10.000.000 (Rp130.000.000
– Rp120.000.000). Namun, untuk mencapai kenaikan tersebut, terdapat
tambahan kos tetap (kos iklan) sebesar Rp8.000.000. Pengaruh-pengaruh
pada alternatif ketiga tersaji sebagai berikut:
SEBELUM SETELAH
PERUBAHAN PERUBAHAN
Unit Terjual 1.600 2.600
Marjin Kontribusi per Unit Rp 75.000 Rp 50.000
Total Marjin Kontribusi Rp120.000.000 Rp130.000.000
Dikurangi: Kos Tetap Rp 45.000.000 Rp 53.000.000
Laba Operasi Rp75.000.000 Rp 77.000.000
EKMA4314/MODUL 4 4.21
SELISIH LABA
Perubahan Marjin Kontribusi Rp10.000.000
Dikurangi: perubahan kos tetap Rp8.000.000
Kenaikan Laba Operasi Rp2.000.000
LAT IH A N
Diminta:
1) Buatlah grafik CVP dengan unit yang terjual sebagai sumbu horizontal
dan rupiah sebagai sumbu vertikal! Tandailah titik impas pada sumbu
horizontal!
2) Buatlah grafik CVP dengan skenario terpisah berikut!
a) Kos tetap meningkat sebesar Rp5.000.
b) Kos variabel meningkat sebesar Rp7.
c) Harga jual per unit menjadi Rp12.
d) Anggaplah bahwa kos tetap meningkat sebesar Rp5.000 dan kos
variabel per unit sebesar Rp7.
Soal II
PT. Prima menawarkan paket penjualan dalam menghadapi tahun ajaran baru
mendatang dengan data harga jual dan kos variabel per unit sebagai berikut.
4.22 Akuntansi Manajemen
Produk Bauran Harga Jual per Unit Kos Variabel per Unit
Buku tulis 4 Rp1.500 Rp700
Pensil 2 Rp1.000 Rp500
Serutan 1 Rp1.500 Rp800
Penggaris 1 Rp 750 Rp300
Diminta:
1) Apabila perusahaan mempunyai target untuk menjual 7.000 paket pada
tahun mendatang maka dengan menggunakan rumus CVP, tentukan
besarnya laba sebelum pajak dan tingkat penjualan dalam total yang
ditargetkan.
2) Tentukan tingkat penjualan (dalam unit untuk setiap unit produk dan
total Rp) pada titik impas.
3) Tentukan tingkat penjualan (dalam unit untuk setiap jenis produk dan
dalam total Rp) pada target laba sebelum pajak Rp 14.445.000.
Soal III
PT. Tertib Parkir adalah perusahaan swasta yang bergerak dalam bidang
pengelolaan parkir mobil. Perusahaan mempunyai 1 buah gedung berlantai
lima untuk melakukan usahanya, di mana harga perolehan gedung tersebut
sebesar Rp2.800.000.000. Taksiran umur ekonomis adalah 20 tahun dengan
nilai buku pada tahun terakhir sebesar Rp400.000.000 dan disusutkan
berdasarkan metode garis lurus.
Tarif parkir mobil Rp2.000/jam dan gedung ini dibuka untuk umum selama
24 jam nonstop. Pendapatan parkir yang diperoleh selama Juli 2009 adalah
Rp400.000.000. Informasi tambahan selama Juli 2009 adalah:
Diminta:
1) BEP dalam Rp dan jam parkir tiap bulan.
2) Jika rata–rata kendaraan parkir selama 2 jam, berapa unit kendaraan
yang harus diparkir tiap bulan agar mencapai BEP?
3) Jika laba sebelum pajak per bulan Rp18.000.000, berapa omzet per
bulan yang harus dicapai dalam Rp dan jam parkir?
Soal IV
PT. Coklat memproduksi dua produk, yaitu Square dan Circle. Proyeksi
laporan laba rugi untuk tahun mendatang, dibagi dalam segmen lini produk
sebagai berikut.
Harga jual adalah Rp30 untuk Square dan Rp50 untuk Circle.
Diminta:
1) Hitunglah jumlah unit tiap produk yang harus di jual untuk mencapai
titik impas!
2) Hitunglah pendapatan yang harus diterima untuk menghasilkan laba
operasi 10 persen dari pendapatan penjualan!
4.24 Akuntansi Manajemen
Soal 1
1)
Rp35,000
Rp30,000
Total Pendapatan, Total Kos
Rp25,000
Rp20,000
Rp15,000
Rp10,000
Rp5,000
Rp0
0 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500
Unit Jual
Rp40,000
Total Pendapatan, Total
Rp35,000
Rp30,000
Rp25,000
Kos
Rp20,000
Rp15,000
Rp10,000
Rp5,000
Rp0
0 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 4,000
Unit Jual
Rp50,000
Total Pendapatan, Total Kos
Rp40,000
Rp30,000
Rp20,000
Rp10,000
Rp0
0 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 4,000
Unit Jual
Rp50,000
Total Pendapatan, Total Kos
Rp40,000
Rp30,000
Rp20,000
Rp10,000
Rp0
0 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 4,000
Unit Jual
Rp70,000
Total Pendapatan, Total Kos
Rp60,000
Rp50,000
Rp40,000
Rp30,000
Rp20,000
Rp10,000
Rp0
0 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000
Unit Jual
Soal II
1) Q = 7.000 paket
Soal III
Upah tenaga kerja tiap bulan sebesar Rp133.000.000 dengan perincian
sebagai berikut.
Soal IV
1) Bauran Penjualan
Squares: Rp300.000/Rp30 = 10.000 unit
Circles: Rp2.500.000/Rp50 = 50.000 unit
Total
Produk P V* P–V Bauran =
Marjin
Squares Rp30 Rp10 Rp20 1 Rp20
Circles 50 10 40 5 200
Paket Rp220
*Rp100.000/10.000 = Rp10; Rp500.000/50.000 = Rp10
4.30 Akuntansi Manajemen
3) Bauran Baru:
Total
Produk P V = P–V Bauran =
Marjin
Squares Rp30 Rp10 Rp20 3 Rp 60
Circles 50 10 40 5 200
Paket Rp260
R A NG KU M AN
kontribusi per unit. Marjin kontribusi per unit adalah selisih antara
harga jual per unit dengan kos variabel per unit.
Untuk analisis multiproduk harus diketahui bauran penjualan yang
diharapkan. Pada bauran penjualan tertentu, masalah multiproduk
dapat dialihkan ke dalam analisis produk tunggal. Namun, harus
diingat bahwa hasil akan berubah jika bauran penjualan juga
berubah. Perubahan bauran penjualan mengakibatkan titik impas
juga akan berubah.
2. Menghitung jumlah pendapatan yang diperlukan untuk
mencapai titik impas atau menghasilkan target laba.
Titik impas dalam rupiah penjualan untuk produk tunggal dapat
dihitung dengan membagi total kos tetap dengan rasio marjin
kontribusi. Rasio marjin kontribusi adalah marjin kontribusi dibagi
harga jual per unit.
Untuk analisis multiproduk, cara penghitungan tidak berbeda
dengan produk tunggal, hanya saja dalam multiproduk harus
diperhitungkan bauran penjualan dari produk yang dijual.
3. Membuat grafik volume laba dan grafik CVP.
CVP didasarkan atas beberapa asumsi yang harus dipertimbangkan
dalam menerapkan masalah-masalah dalam bisnis. Analisis ini
mengasumsikan bahwa fungsi kos dan pendapatan adalah linear,
tidak ada persediaan akhir barang jadi, bauran penjualan diketahui
dengan pasti, dan adanya kepastian harga jual, kos tetap dan kos
variabel. Asumsi-asumsi tersebut membentuk landasan bagi analisis
grafik sederhana dengan menggunakan grafik volume laba dan
grafik CVP.
4. Rumus persamaan-persamaan yang penting.
Rumus perhitungan dari persamaan-persamaan penting dari analisis
CVP disajikan pada tabel berikut ini.
TES F OR M AT IF 1
Informasi berikut ini untuk menjawab soal No.1 sampai dengan No.3
PT. Sedap Wangi mempunyai 2 restoran yang buka 24 jam sehari. Kos
tetap untuk kedua restoran sebesar Rp90.000.000 per tahun. Restoran ini
melayani permintaan mulai dari secangkir kopi hingga menu makanan
lengkap. Rata-rata pembelian per pelanggan sebesar Rp16.000. Kos variabel
rata-rata per pelanggan sebesar Rp6.400. Target laba bersih restoran tersebut
Rp10.500.000 dengan tarif pajak 30%. Pada bulan Oktober 2009, jumlah
pelanggan mencapai 12.500 pelanggan.
2) Target penjualan untuk mencapai laba bersih setelah pajak dalam unit
sebesar ....
A. 14.062 pelanggan
B. 9.375 pelanggan
C. 10.469 pelanggan
D. 10.938 pelanggan
Informasi ini adalah untuk menjawab soal No.4 sampai dengan No. 6
Yayasan Harapan Batita menyediakan layanan penitipan anak untuk hari
Senin hingga Jumat. Kos variabel per anak tiap bulan adalah:
5) Jika target laba operasi per bulan sebesar Rp5.200.000 maka jumlah
anak yang dititipkan sebanyak:
A. 12 orang
B. 26 orang
C. 40 orang
D. 52 orang
10) Jumlah unit yang harus diproduksi dan dijual untuk mencapai laba
Rp10.000 adalah ....
A. 8.000 unit
B. 18.000 unit
C. 12.500 unit
D. 10.000 unit
EKMA4314/MODUL 4 4.35
Kegiatan Belajar 2
Asumsi penting dari analisis CVP adalah bahwa harga dan kos diketahui
dengan pasti. Namun, hal tersebut jarang terjadi. Risiko dan ketidakpastian
adalah bagian dari pengambilan keputusan bisnis dan bagaimanapun hal itu
harus ditangani. Secara formal, risiko berbeda dari ketidakpastian. Untuk
risiko, distribusi probabilitas variabelnya diketahui, sementara untuk
ketidakpastian, distribusi probabilitas variabelnya tidak diketahui.
Marjin pengaman adalah unit terjual atau diharapkan untuk terjual atau
pendapatan yang dihasilkan atau diharapkan untuk dihasilkan yang melebihi
EKMA4314/MODUL 4 4.37
volume titik impas. Sebagai contoh, jika volume pada titik impas perusahaan
adalah 200 unit dan perusahaan saat ini menjual 500 unit. Maka marjin
pengaman adalah 300 unit (500 – 200). Marjin pengaman juga dapat
dinyatakan dalam pendapatan penjualan. Jika volume titik impas adalah
Rp20.000 dan pendapatan saat ini adalah Rp350.000 maka marjin
pengamannya adalah Rp150.000. Marjin pengaman dapat dipandang sebagai
ukuran kasar risiko. Dalam kenyataannya selalu muncul peristiwa yang tidak
diketahui ketika rencana disusun, yang dapat menurunkan penjualan di
bawah jumlah yang diharapkan. Jika marjin pengaman perusahaan adalah
besaran atas penjualan tertentu yang diharapkan di tahun depan, maka risiko
menderita kerugian apabila penjualan mengalami penurunan akan lebih kecil
dibandingkan jika marjin pengamanannya kecil. Manajer yang mengalami
marjin yang rendah mungkin ingin mempertimbangkan berbagai tindakan
untuk meningkatkan penjualan atau mengurangi Kos. Langkah-langkah
tersebut akan meningkatkan marjin pengaman dan mengurangi risiko
menderita kerugian.
Jika kos tetap digunakan untuk mengurangi kos variabel sedemikian rupa
sehingga margin kontribusi meningkat dan laba menurun, maka tingkat
pengungkit operasinya meningkat yang menandakan adanya peningkatan
risiko.
Sebagai contoh adalah perusahaan yang sedang merencanakan untuk
menambah sebuah lini produk baru. Untuk itu, perusahaan dapat memilih
apakah akan mengandalkan lebih berat pada otomatisasi dari pada tenaga
kerja. Jika perusahaan memilih untuk menekankan pada otomatisasi dari pada
tenaga kerja, maka kos tetap akan lebih tinggi dan kos variabel akan lebih
rendah. Data yang relevan untuk tingkat penjualan sebesar 10.000 unit adalah
sebagai berikut.
(driver) tingkat volume. Pada CVP analisis, sebagai kalkulasi kos suatu
produk, pendekatan tradisional akan menyebabkan kesalahan penafsiran atas
informasi yang diperlukan oleh manajer dalam pengambilan keputusan.
Sistem kalkulasi kos produk berdasarkan aktivitas (Activity-based costing /
ABC) mampu memberikan gambaran yang lebih baik mengenai analisis CVP
dan tentunya memberikan informasi yang lebih baik bagi manajer dalam
pengambilan keputusan.
Pada sistem perhitungan kos berdasarkan aktivitas, kos dibagi dalam
kategori berdasarkan tingkat unit dan nonunit. Sistem perhitungan kos
berdasarkan aktivitas mengakui bahwa beberapa kos berubah tergantung pada
jumlah unit yang diproduksi. Sedangkan beberapa lainnya tidak. Namun,
meskipun sistem perhitungan kos berdasarkan aktivitas mengakui bahwa kos
berdasarkan nonunit adalah tetap berkenaan dengan volume produksi, namun
perhitungan sistem kos berdasarkan aktivitas juga memperlihatkan bahwa
banyak kos berdasarkan nonunit berubah berkenaan dengan penggerak
aktivitas lainnya.
Analisis CVP menjadi lebih bermanfaat dengan menggunakan ABC,
karena dapat memberikan wawasan yang lebih akurat mengenai perilaku kos.
Wawasan tersebut memberikan keputusan yang lebih baik bagi para manajer.
Namun analisis CVP berdasarkan aktivitas harus dimodifikasi. Sebagai
contoh diasumsikan bahwa kos perusahaan dapat dijelaskan dengan tiga
variabel: penggerak aktivitas tingkat unit, yaitu unit yang dijual, penggerak
aktivitas tingkat batch, yaitu jumlah pengaturan, dan penggerak aktivitas
tingkat produk, yaitu jam rekayasa (engineering hours). Persamaan kos
berdasarkan ABC selanjutnya dapat dinyatakan sebagai berikut.
Total Kos = Kos tetap + (Kos Variabel per unit Jumlah unit) +
(Kos pengaturan jumlah pengaturan) + (Kos rekayasa x jumlah
rekayasa)
Laba operasi seperti sebelumnya, adalah total pendapatan dikurangi total kos.
Hal ini dinyatakan sebagai berikut.
Dengan menggunakan ABC, maka titik impas dalam unit (Q) sebesar:
Q = Rp150.000.000/(Rp25.000 – Rp15.000)
Q = 10.000 unit
Berapakah unit yang harus dijual (Q) untuk mencapai target laba sebesar
Rp20.000.000 dengan menggunakan ABC dan sistem Tradisional?
Jumlah unit yang harus dijual untuk mencapai target laba yang diinginkan
dengan menggunakan ABC dapat dihitung sebagai berikut.
Q = {Total kos tetap ABC + target laba + (kos per penyetelan jumlah
penyetelan) + (kos per rekayasa jam rekayasa)/Margin kontribusi
per unit.
Q = {Rp50.000.000 + Rp20.000.000 + (Rp1.000.000 20) + (Rp30.000
1.000)} / (Rp20.000 – Rp10.000)
Q = Rp120.000.000/Rp10.000 = 12.000 unit.
Jumlah unit yang harus dijual untuk mencapai target laba yang diinginkan
dengan menggunakan sistem Tradisional dapat dihitung sebagai berikut.
Q = {Total kos tetap + target laba} / Marjin kontribusi per unit.
Q = Rp120.000.000/Rp10.000 = 10.000 unit.
Meskipun jumlah unit yang dijual untuk mencapai target laba operasi
tertentu, namun penggunaan analisis CVP berdasarkan aktivitas memberikan
representasi yang lebih lengkap mengenai perilaku kos yang mendasarinya
dan dapat memberikan pemahaman strategik yang penting.
EKMA4314/MODUL 4 4.43
LAT IH A N
Soal I
PT Toba Travel adalah agen perjalanan yang khusus melayani
penerbangan antara pulau Nias - Medan. Agen ini mengenakan tarif tiket
Merpati Airlines untuk penerbangan pulang pergi sebesar Rp1.800.000.
Sampai dengan bulan lalu, Merpati Airlines membayar komisi sebesar 10%
dari harga tiket per penumpang kepada agen tersebut, di mana komisi ini
merupakan satu-satunya sumber pendapatannya. Kos tetap per bulan yang
ditanggung agen ini sebesar Rp18.000.000 (untuk membayar gaji, sewa, dan
lain-lain), sedangkan kos variabel per unit sebesar Rp40.000 per tiket.
Merpati Airlines pada bulan ini melakukan revisi pemberian komisi
kepada seluruh agen perjalanannya, di mana komisi akan diberikan sebesar
10% per tiket sampai maksimum Rp100.000, mana yang lebih tinggi. Bagi
tiap tiket dengan harga lebih dari Rp1.000.000 maka Merpati Airlines hanya
akan membayar komisi sebesar Rp100.000 berapa pun harga tiket tersebut.
Pajak atas pendapatan 30%.
Diminta:
1) Berdasarkan struktur pemberian komisi yang lama, berapakah tiket
pulang pergi yang harus dijual agen perjalanan per bulan untuk
mencapai:
a) titik impas (BEP);
b) laba operasi per bulan Rp12.000.000.
2) Berdasarkan struktur pemberian komisi yang baru, berapakah tiket
pulang pergi yang harus dijual agen perjalanan per bulan untuk
mencapai:
a) titik impas (BEP);
b) laba operasi setelah pajak per bulan Rp4.200.000.
Soal II
Vonny Wong adalah seorang distributor bingkai foto. Untuk tahun 2010,
Vonny berencana membeli bingkai foto seharga Rp20.000 per unit dan
menjualnya seharga Rp30.000 per unit. Kos tetap diperkirakan sebesar
4.44 Akuntansi Manajemen
Rp240.000.000 dan kos variabel Rp60.000 per kiriman berapa pun jumlah
bingkai foto yang dipesan.
Diminta:
1) Jika Vonny menjual 40.000 unit bingkai foto dalam 1.000 kali
pengiriman, hitunglah laba operasi yang akan diperoleh Vonny.
2) Jika Vonny mengantisipasi akan melakukan 500 kali pengiriman selama
tahun 2010, hitunglah berapa banyak bingkai foto yang harus dijual
untuk mencapai titik impas
Soal III
SPSS adalah software alat analisis statistik dengan penjualan tertinggi.
Perusahaan pada bulan depan akan meluncurkan versi terbaru 15.0 di mana
perusahaan membagi pelanggannya menjadi 2 kelompok, yaitu pelanggan
baru dan pelanggan lama. Sekalipun isi dari software untuk kedua kelompok
sama, namun terdapat perbedaan harga jual dan kos pemasaran untuk kedua
kelompok tersebut.
Data yang tersedia untuk kedua kelompok adalah:
Kos tetap sebesar Rp17,160,000 di mana bauran penjualan adalah 70% untuk
pelanggan baru dan 30% pelanggan lama.
Diminta:
1) tentukan titik impas penjualan dalam unit untuk tiap pelanggan;
2) jika penjualan mencapai 450,000 unit, hitung laba operasi yang
dihasilkan;
3) hitung marjin pengaman dan tingkat pengungkit operasi.
EKMA4314/MODUL 4 4.45
Soal I
1) Komisi sebesar 10% dari tiap tiket = 10% Rp1.800.000 = Rp180.000
Jadi,
Pendapatan = Rp180.000
Kos variabel per unit = Rp40.000
Marjin kontribusi per unit = Rp180.000 – Rp 40.000 = Rp140.000
Kos tetap per bulan = Rp18.000.000
a) Q = Kos Tetap/Marjin kontribusi
= Rp18.000.000 / Rp140.000 = 129 tiket
b) Jika target laba operasi per bulan sebesar Rp12.000.000
Q = (Total Kos Tetap + Laba Operasi) / Marjin kontribusi
= (Rp18.000.000 + Rp12.000.000) / Rp140.000 = 214 tiket
Soal II
1) Laba operasi = Pendapatan – (Kos bingkai foto jumlah bingkai foto)
– (Kos pengiriman jumlah pengiriman) – Kos tetap
= 40.000 Rp30.000 –(Rp20.000 40.000) – (Rp60.000
1.000) - 240.000.000
= Rp100.000.000.
4.46 Akuntansi Manajemen
Soal III
1) 70% berbanding 30%, berarti 7 untuk pelanggan baru dan 3 untuk
pelanggan lama
Marjin kontribusi per paket = 7 Rp100 + 3 Rp60 = Rp880
Q paket = Rp17.160.000 / Rp880 = 19.500 unit paket
Titik impas dalam unit untuk tiap pelanggan adalah:
Pelanggan Baru = 19.500 7 = 136.500 unit
Pelanggan Lama = 19.500 3 = 58.500 unit
2) Jika penjualan mencapai 450.000 unit
Unit penjualan untuk pelanggan baru = 450.000 70% = 315.000 unit
Unit penjualan untuk pelanggan lama = 450.000 30% = 135.000 unit
Pendapatan
= (315.000 x Rp230 + 135.000 x Rp140) = Rp91.350.000
Dikurangi: Kos Variabel
= (315.000 x Rp130 + 135.000 x Rp80) = Rp51.750.000
Marjin Kontribusi = Rp39.600.000
Dikurangi: Kos Tetap = (Rp17.160.000)
Laba operasi = Rp22.440.000
R A NG KU M AN
Asumsi penting dari analisis CVP adalah bahwa harga dan kos
diketahui dengan pasti. Namun, hal tersebut jarang terjadi. Risiko dan
ketidakpastian adalah bagian dari pengambilan keputusan bisnis dan
bagaimanapun hal itu harus ditangani. Secara formal, risiko berbeda dari
ketidakpastian. Untuk risiko, distribusi probabilitas variabelnya
EKMA4314/MODUL 4 4.47
TES F OR M AT IF 2
4) Jika penjualan naik 20% maka laba operasi naik sebesar ....
A. 87%
B. 67%
C. 68,4%
D. 27,2%
EKMA4314/MODUL 4 4.49
5) Tingkat pajak sebesar 40%. Unit yang harus dijual untuk mendapatkan
target laba setelah pajak sebesar Rp15.900.000 adalah ....
A. 46.000
B. 45.400
C. 51.000
D. 43.500
Informasi ini untuk menjawab pertanyaan soal No.6 sampai dengan soal
No. 10
PT. Tanganmetika memproduksi kalkulator ilmiah dan kalkulator bisnis.
Pada bulan mendatang, perusahaan mengestimasi dapat menjual 2.000
kalkulator ilmiah dan 10.000 kalkulator bisnis. Laporan laba rugi segmen
untuk kedua produk adalah:
Ilmiah Bisnis Total
Penjualan Rp50.000.000 Rp200.000.000 Rp250.000.000
Dikurangi: Kos 24.000.000 90.000.000 114.000.000
variabel
Margin kontribusi Rp26.000.000 Rp110.000.000 Rp136.000.000
Dikurangi: Kos 12.000.000 96.000.000 108.000.000
tetap langsung
Margin segmen Rp14.000.000 Rp 14.000.000 Rp 28.000.000
Dikurangi: Kos 14.400.000
tetap umum
Laba Operasi Rp13.600.000
9) Jika kos variabel per unit kalkulator bisnis dinaikkan sebesar Rp1.000
dan kos iklan untuk kalkulator bisnis naik sebesar Rp4.000.000, maka
perubahan yang terjadi adalah ....
A. total kos tetap umum tidak mengalami perubahan
B. total kos tetap langsung mengalami kenaikan
C. margin kontribusi total mengalami penurunan
D. semua jawaban di atas adalah benar
10) Jika produk kalkulator bisnis dihentikan operasinya, maka total kos tetap
sebesar ....
A. Rp 12.000.000
B. Rp 96.000.000
C. Rp108.000.000
D. Rp 26.400.000
12) Titik impas dalam unit dengan menggunakan analisis ABC adalah ....
A. 9.600 unit
B. 16.000 unit
C. 16.200 unit
D. 29.200 unit
15) Jika diasumsikan bahwa penjualan naik sebesar 30% maka laba operasi
dengan menggunakan ABC akan ....
A. naik 2,7
B. turun 2,7
C. naik 2,4
D. turun 2,4
4.52 Akuntansi Manajemen
Tes Formatif 1
1) B. Q impas = Total Kos Tetap
Marjin Kontribusi per unit
= Rp90.000.000
(Rp16.000 – 6.400)
= 9.375 orang
2) D. Qtarget = Total Kos Tetap + (Laba Bersih /(1- tarif pajak))
Marjin Kontribusi per unit
= (Rp90.000.000 + (10.500.000/70%))
(Rp16.000 – 6.400)
= 10.938 orang
3) B. Laba operasi = Pendapatan – Kos variable – Kos tetap
= (12.500 Rp16.000) – (12.500 Rp6.400) – Rp90.00.000
= Rp30.000.000
4) A. Qimpas = Total Kos Tetap
Marjin Kontribusi per unit
= Rp2.800.000
(Rp300.000 – Rp100.000)
= 14 orang
5) C. Q(target)= Total Kos Tetap + Laba Operasi
Margin Kontribusi per unit
= (Rp2.800.000 + 5.200.000)
(Rp300.000 – Rp100.000)
= 40 orang
6) A. Penambahan Kos sewa gedung = Rp1.600.000 – Rp1.000.000
= Rp600.000
Penambahan Kos antar jemput = Rp1.000.000
Total Kos Tetap = Rp2.800.000 + Rp600.000 + Rp1.000.000
= Rp4.400.000
Q = Rp 4.400.000
(300.000 – 100.000)
= 22 orang
7) A. Penentuan harga jual dalam jangka panjang tidak membutuhkan
pengetahuan yang menyeluruh tentang Kos produksi
4.54 Akuntansi Manajemen
(karena kos produksi tetap menjadi kos yang tidak relevan untuk
digunakan dalam pengambilan keputusan jangka panjang)
8) D. Semua jawaban di atas adalah benar
(lihat asumsi dasar dalam penerapan CVP)
9) C. Q impas = Total Kos Tetap
Marjin Kontribusi per unit
= Rp26.000/(Rp5 – Rp3)
= 13.000 unit
10) B. Q(target) = Total Kos Tetap + Laba Operasi
Margin Kontribusi per unit
= (Rp26.000 + 10.000)
(Rp5 – Rp3)
= 18.000 unit
Tes Formatif 2
1) A. Q impas = Total Kos Tetap
Marjin Kontribusi per unit
= Rp81.620.000
(Rp5.000 – 2.880)
= 38.500 unit
2) A. Marjin Pengaman = Penjualan – Impas dalam Rupiah
= (50.000 – 38.500) Rp5.000
= Rp57.500.000
3) D. Tingkat Pengungkit Operasi = Marjin Kontribusi
Laba Operasi
= Rp106.000.000/Rp24.380.000
= 4,35
4) A. Tingkat Pengungkit Operasi= 4,35 dan Penjualan naik 20%,
Laba Operasi naik = 4,35 20% = 87%
5) C. Q(target) = Total Kos Tetap + Laba Operasi (1- tarif pajak)
Marjin Kontribusi per unit
= Rp81.620.000 + (15.900.000/0.6)
(Rp5.000 – Rp2.880)
= 51.000
EKMA4314/MODUL 4 4.55
Glosarium
menurun.
Margin of safety : (marjin pengaman). Selisih antara tingkat
penjualan yang ditargetkan dengan titik impas.
Margin of safety : (rasio marjin pengaman). Margin pengaman yang
ratio dinyatakan sebagai persentase dari penjualan.
Operating Leverage : (pengungkit operasi). Penggunaan kos tetap untuk
menciptakan perubahan persentase laba yang
lebih tinggi ketika aktivitas penjualan berubah.
Prime cost : (kos utama). Penjumlahan kos bahan baku
langsung dan tenaga kerja langsung.
Relevant Range : (rentang yang relevan). Suatu rentang aktivitas
yang terbatas di mana suatu pengeluaran secara
akurat dapat diklasifikasikan bersifat tetap atau
variabel.
Sales mix : (bauran penjualan). Rasio penjualan multiproduk
dalam satu paket penjualan.
Variable cost : (kos variabel). Suatu kos yang totalnya berubah
secara proporsional terhadap peningkatan atau
penurunan dalam aktivitas.
EKMA4314/MODUL 4 4.59
Daftar Pustaka
Hansen, Don R., and Maryanne M.Mowen. (2009). Cost Management, Eight
Edition. New Jersey: South Western Publishing.
PEN D A HU L UA N
Modul ini akan lebih mudah dipahami jika Anda telah memahami
dengan baik konsep kos standar, kontribusi marjin, dan analisis varian.
Konsep ini menjadi alat untuk menganalisis beragam alternatif yang tersedia.
Pembahasan materi akan dibagi menjadi dua kegiatan belajar. Kegiatan
Belajar 1 membahas Konsep kos diferensial, sedangkan Kegiatan Belajar 2
membahas penerapan pengambilan keputusan taktis dalam bisnis.
EKMA4314/MODUL 5 5.3
Kegiatan Belajar 1
A. PENGANTAR
1. Jenis-jenis Keputusan
Manajemen sering membuat keputusan tentang kos atau profitabilitas
potensial dari tindakan-tindakan alternatif. Akuntansi memfasilitasi proses ini
dengan menyediakan informasi yang relevan untuk pengambilan keputusan
tersebut. Jenis pengambilan keputusan yang berbeda tentunya memerlukan
5.4 Akuntansi Manajemen
penyelia pabrik dan beban penyusutan aktiva tetap adalah contoh lainnya.
Kos tenggelam merupakan kos historis yang terjadi karena suatu keputusan
masa lalu yang tidak dapat dibatalkan dan tidak dapat berubah dengan adanya
keputusan di masa datang, maka Kos ini tidak dapat digunakan sebagai dasar
atau tidak relevan dalam pengambilan keputusan.
Kos variabel pada umumnya adalah kos relevan dalam analisis kos
diferensial karena kos tersebut harus dikeluarkan pada saat suatu aktivitas
dilakukan atau diperluas, namun dapat dihindari (avoidable) jika aktivitas
tidak dilakukan. Apabila suatu kos tetap harus dikeluarkan untuk
melaksanakan atau memperluas suatu proyek, maka tambahan kos tetap
tersebut dapat dikategorikan sebagai kos diferensial. Pengeluaran tunai (out
of pocket cost) yang diperlukan adalah relevan bagi pengambilan keputusan.
Misalnya jika suatu perusahaan harus menyewa lebih banyak mesin untuk
meningkatkan kegiatan produksinya maka kos tambahan untuk menyewa
mesin tersebut dapat dikategorikan sebagai kos diferensial.
Selain itu, kos kesempatan (opportunity cost) sebaiknya dipertimbang-
kan juga dalam mengevaluasi masalah pengambilan keputusan jangka
pendek. Kos kesempatan adalah nilai terukur yang dikorbankan karena
menolak alternatif penggunaan terbaik dari sumber daya. Misalnya, suatu
mesin dapat digunakan untuk memproduksi atau dapat disewakan. Jika
alternatif yang dipilih adalah mesin tersebut digunakan untuk proses
produksi, maka nilai sewa dari mesin tersebut adalah kos kesempatan.
Kos terkait (imputed cost) juga dapat menjadi relevan dalam analisis kos
diferensial. Kos terkait adalah kos hipotesis dari suatu sumber daya yang
diukur dengan nilai kegunaannya. Kos terkait hampir sama dengan kos
kesempatan, perbedaannya adalah bahwa kos terkait merupakan ukuran
arbitrer. Contoh dari kos terkait adalah hilangnya kepercayaan publik karena
pengurangan karyawan atau perusakan lingkungan oleh perusahaan.
Analisis kos diferensial tidak berguna untuk perencanaan strategik
karena mengabaikan dampak jangka panjang dari suatu keputusan. Dalam
jangka panjang, semua kos harus dapat ditutup atau perusahaan tidak akan
mendapatkan keuntungan. Jika perusahaan tidak mendapatkan keuntungan,
maka perusahaan tidak dapat bertahan dalam jangka panjang. Untuk
pengambilan keputusan mengenai penetapan harga produk dan bauran
produk jangka panjang, perhitungan kos berdasarkan aktivitas memberikan
informasi yang relevan. Jika suatu proyek diprediksi jangka panjang maka
evaluasi pengeluaran modal sebaiknya digunakan. Untuk proyek atau
5.6 Akuntansi Manajemen
aktivitas yang jangka waktunya tidak melampaui satu periode, maka analisis
kos diferensial memberikan informasi yang relevan.
Sebagai ilustrasi, asumsikan bahwa sebuah mesin dibeli dengan harga
Rp4.200.000 setahun yang lalu, dan mesin itu didepresiasikan selama dua
tahun sebesar Rp2.100.000 setiap tahunnya. Mesin tersebut tidak diperjual-
belikan atau ditukarkan. Pada akhir tahun pertama, mesin tersebut
mempunyai nilai buku neto sebesar Rp2.100.000 (Rp4.200.000 – 2.100.000)
namun mesin tersebut butuh untuk diperbaiki atau ditukarkan. Asumsikan
bahwa kos untuk membeli mesin baru adalah Rp7.000.000 dan diperkirakan
akan bertahan untuk satu tahun. Sedangkan untuk memperbaiki mesin lama
dibutuhkan kos sebesar Rp3.500.000 dan akan memberikan umur ekonomis
tambahan sebanyak satu tahun. Kos listrik untuk beroperasinya kedua mesin
diperkirakan adalah Rp2.500 setiap jamnya. Mesin baru adalah mesin yang
semi-otomatis sehingga mampu untuk mengurangi kos tenaga kerja dari
Rp10.000 menjadi Rp9.500 per jamnya untuk mesin baru. Jika perusahaan
diestimasikan akan beroperasi selama 2.000 jam pada tahun yang akan
datang, maka total kos variabel untuk listrik adalah 2.000 Rp2.500 =
Rp 5.000.000, dan kos tenaga kerja akan sebesar Rp19.000.000 (= Rp 9.500
2.000) untuk mesin baru dan Rp20.000.000 (=Rp10.000 2.000) untuk
mesin yang lama.
diperlukan karena kos tersebut tidak relevan dengan keputusan yang akan
diambil.
Kos penyetelan untuk mesin baru Kos penyetelan untuk mesin lama
Rp9.500 per jam untuk tenaga kerja Rp10.000 per jam untuk tenaga kerja
x 120 penyetelan per satu tahun X 120 penyetelan per satu tahun
x 1 jam setiap penyetelan x 4 jam setiap penyetelan
= Rp 1.140.000 = Rp4.800.000
Tabel 5.1.
Model Penggunaan Sumber Daya dan Penilaian Relevansi
Kategori
Hubungan Permintaan (Demand) dan Penawaran
Sumber Relevansi
(Supply)
Daya
Sumber daya Penawaran = Permintaan
fleksibel a. Permintaan berubah a. Relevan
b. Permintaan tetap b. Tidak relevan
Diperoleh di Penawaran – Permintaan = kapasitas menganggur
Muka (Jangka a. Peningkatan Penawaran < kapasitas menganggur a. Tidak
pendek) b. Peningkatan Penawaran > kapasitas menganggur relevan
c. Penurunan Permintaan (permanen): b. Relevan
(1) kapasitas berkurang (1) Relevan
(2) kapasitas tidak berubah (2) Tidak relevan
Diperoleh di Penawaran – Permintaan = kapasitas menganggur
Muka (Jangka a. Peningkatan Penawaran < kapasitas menganggur a. Tidak relevan
panjang) b. Peningkatan Penawaran > kapasitas menganggur b. Keputusan
c. Penurunan Permintaan (permanen) modal
c. Tidak relevan
pesanan khusus atau menambahkan lini produk yang baru karena dengan
diambilnya keputusan tersebut akan mengakibatkan keterlambatan bahkan
kerugian pada penjualan. Sebaliknya, perusahaan yang masih mempunyai
kapasitas produksi berlebih, akan memungkinkan untuk menerima pesanan
khusus, atau menambah lini produk baru. Faktor lain yang penting adalah
nilai waktu dari uang (time value of money) yang relevan ketika mengambil
keputusan yang baru menunjukkan hasil dua tahun atau lebih.
menurunkan kos produksi secara keseluruhan. Pada saat yang sama, itu dapat
menurunkan fleksibilitas perusahaan untuk memproduksi aneka produk dan
dapat meningkatkan kos jika berproduksi dalam jumlah yang kecil atau
produk yang berbeda. Keputusan yang berkaitan dengan efisiensi kos tidak
dapat dipisahkan dari penjelasan mengenai penjelasan strategi pasar, yaitu
memutuskan tipe dan ukuran pesanan apa yang dapat diterima oleh
perusahaan.
Dengan mengidentifikasi hanya kos terkait, pengambil keputusan
mungkin salah untuk menghubungkan keputusan dengan strategi perusahaan.
Pengambil keputusan juga harus memperhatikan isu strategis perusahaan.
Sebagai contoh, keputusan mengenai membeli atau memproduksi sebagian
produk perusahaan mungkin lebih masuk akal dari segi kos relevan namun
perubahan strategi yang buruk dari sisi kompetitif.
bahwa alokasi kos tetap adalah tidak relevan. Lebih mudah dilihat bahwa
manajer melihat kos tetap sebagai kos yang tidak relevan ketika diberi jumlah
keseluruhan.
LAT IH A N
Soal I
Departemen Anggaran dari PT. Jaya Perkasa membuat jadwal (schedule)
untuk overhead pabrik pada berbagai tingkat produksi.
Diminta:
1) tentukan kos inkremental untuk 100.000 unit;
2) hitung total kos produksi 250.000 unit di bulan Februari;
5.16 Akuntansi Manajemen
Soal II
PT. Audio lebih banyak memproduksi sendiri komponen produknya. Baru-
baru ini, PT. Swara Elektronik menawarkan untuk memasok satu komponen
(X-12) seharga Rp6.500 per unit. PT Audio menggunakan 5.300 unit
komponen X-12 tiap tahunnya. Kos standar per unit komponen tersebut
sebesar Rp9.150 dengan perincian:
Bahan baku langsung …………. = Rp2.950
Tenaga kerja langsung ………… = 400
Ovehead variabel ……………… = 1.800
Ovehead tetap ………………..... = 4.000
Dari Rp4.000 per unit overhead tetap terdapat Rp1.850 merupakan kos sewa
peralatan khusus untuk membuat komponen X-12. Jika produksi X-12
dihentikan, maka mesin yang disewa bisa segera dikembalikan tanpa kos
tambahan.
Diminta:
1) apa saja kos relevan untuk tiap alternatif?
2) apakah keputusan yang diambil perusahaan?
Soal III
Kadabra Kebab, gerai kebab di dekat kampus, menyewa pegawai dengan
upah Rp5.000 per jam. Setiap pegawai tahu bahwa jumlah jam berbeda setiap
minggu tergantung pada jumlah usaha yang diharapkan perusahaan. Bahan
makanan dibeli dari pemasok sesuai kebutuhan. Ketahanan bahan baku
adalah 4 hari untuk bahan baku yang cepat busuk, dan satu bulan untuk bahan
yang tahan lama. Listrik dan air dibayar tiap bulan berdasarkan pemakaian
bulan sebelumnya. Kadabra Kebab menyewa bangunan dan lahan parkir
selama tiga tahun. Tiap bulan, gerai ini membayar iklan surat kabar dan radio
untuk bulan berikutnya.
Diminta:
1) Klasifikasikan sumber daya yang ada! Apakah terikat atau fleksibel,
jangka pendek atau jangka panjang (untuk sumber daya terikat)?
EKMA4314/MODUL 5 5.17
Soal I
1) Estimasi Kos untuk tambahan produksi 100.000 unit:
Bahan baku langsung = Rp15.000.000/150.000 x 100.000 unit = Rp10.000.000
Tenaga kerja langsung = Rp11.250.000/150.000 x 100.000 unit = 7.500.000
Overhead variabel = Rp7.500.000/150.000 x 100.000 unit = 5.000.000
Overhead tetap = Rp12.500.000 – 10.000.000 = 2.500.000
Total kos diferensial ....................................... = Rp25.000.000
3) Harga jual per unit untuk mencapai mark up 20% dari kos produksi:
Kos produksi per unit = Rp68.750.000/250.000 = Rp275.000
Harga jual per unit setelah mark up 20% = Rp275.000 x 120% = Rp330.000
Soal II
Kos relevan per unit untuk alternatif membuat sendiri:
Bahan baku langsung = Rp 2.950
Tenaga kerja langsung = 400
Overhead variabel = 1.800
Overhead tetap = 1.850 (kos terhindarkan)
Total kos = Rp 7.000
Kos relevan per unit untuk alternatif membeli dari pemasok adalah Rp6.500.
Maka terdapat selisih sebesar Rp500 per unit, di mana lebih menguntungkan
untuk membeli komponen dari pemasok.
Soal III
Yang termasuk kategori:
1) sumber daya fleksibel, yaitu pramusaji, bahan makanan, dan utilitas
(listrik dan air);
5.18 Akuntansi Manajemen
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
2) Yang termasuk dalam kos tenggelam (sunk cost) adalah, kecuali ....
A. gaji supervisor pabrik
B. beban penyusutan peralatan pabrik
C. kelebihan nilai buku atas nilai sisanya
D. beban sewa tambahan mesin produksi untuk menambah kapasitas
produksi
EKMA4314/MODUL 5 5.19
7) PT. Swallow membuat sandal dan menjualnya dengan harga jual per unit
Rp15.000. Kos produksi variabel per unit Rp7.500 dan Kos produksi
tetap per unit yang dialokasikan sebesar Rp2.500. Perusahaan
mempunyai kapasitas menganggur yang cukup tersedia untuk menerima
pesanan khusus kali ini sebanyak 10.000 unit dengan harga per unit
Rp12.500. Perusahaan tidak mengeluarkan kos pemasaran sedikit pun
untuk pesanan khusus ini. Laba atau rugi operasi dari pesanan khusus ini
sebesar ....
A. laba Rp25.000.000
B. laba Rp 50.000.000
C. tidak mendapatkan laba
D. rugi sebesar Rp25.000.000
5.20 Akuntansi Manajemen
Informasi ini untuk menjawab pertanyaan soal No. 8 sampai dengan No.
10.
Waikiki Company membuat suku cadang No.12 untuk digunakan dalam
lini produksinya. Kos manufaktur per unit untuk 20.000 unit adalah
Rp64.000 dengan perincian:
Bahan baku langsung ………………………. Rp 6.000
Upah tenaga kerja langsung ……………….. Rp30.000
Overhead pabrik – variabel ………………… Rp12.000
Overhead pabrik – tetap …………………… Rp16.000
9) Kos relevan jika membuat sendiri suku cadang No.12 adalah ....
A. Rp1.140.000.000
B. Rp 960.000.000
C. Rp1.100.000.000
D. Rp1.280.000.000
10) Total kos relevan yang harus dihemat dengan menggunakan fasilitas
yang dibebaskan untuk membuat suku cadang No.12 sebesar ....
A. Rp 80.000.000
B. Rp 85.000.000
C. Rp125.000.000
D. Rp140.000.000
EKMA4314/MODUL 5 5.21
Kegiatan Belajar 2
A. PENGANTAR
B. JENIS-JENIS KEPUTUSAN
perusahaan. Saat ini perusahaan telah membeli 5.000 unit komponen dan
tidak ada alternatif untuk penggunaan lainnya. Overhead variabel dibebankan
ke komponen sebesar Rp400 per upah tenaga kerja langsung. Overhead tetap
dibebankan ke komponen sebesar Rp30.000.000. Apakah keputusan yang
akan diambil PT. Kuda Terbang?
Untuk kasus ini, penyusutan dapat diabaikan, karena merupakan kos
tenggelam (sunk cost). Karena bahan baku langsung telah dibeli dan tidak ada
alternatif lain untuk digunakan maka setengah dari total kos bahan baku
langsung dikategorikan juga sebagai kos tenggelam. Hal yang sama untuk
overhead tetap. Sedangkan kos lainnya termasuk kos yang relevan. Kos lain
terkait dengan pembelian komponen dari pemasok luar adalah terdapat kos
baru yang muncul karena aktivitas penerimaan dan pengecekan komponen
tersebut. Kos tersebut adalah untuk upah tenaga kerja sebesar Rp8.500.000.
Daftar kos relevan dari tiap alternatif disajikan sebagai berikut.
Alternatif Kos
Membuat Membeli Diferensial
Sewa peralatan Rp12.000.000 - Rp12.000.000
Bahan baku 5.000.000 - 5.000.000
langsung
Upah tenaga 20.000.000 - 20.000.000
kerja langsung
Overhead 8.000.000 - 8.000.000
variabel
Harga Beli - Rp47.500.000 (47.500.000)
Upah bagian - 8.500.000 (8.500.000)
penerimaan
Total Kos Rp45.000.000 Rp56.000.000 Rp(11.000.000)
relevan
A B C Total
Penjualan Rp500.000 Rp 800.000 Rp 150.000 Rp1.450.000
Kos Variabel 250.000 480.000 140.000 870.000
Marjin Rp250.000 Rp 320.000 Rp 10.000 Rp 580.000
Kontribusi
Kos tetap
langsung:
Iklan Rp 10.000 Rp 10.000 Rp 10.000 Rp 30.000
Gaji 37.000 40.000 35.000 112.000
penyelia
Penyusutan 53.000 _____40.000 ______10.000 ____103.000
Total Rp100.000 Rp 90.000 Rp 55.000 Rp 245.000
Marjin Rp150.000 Rp 230.000 Rp (45.000) Rp 335.000
Segmen
Kos tetap 125.000
umum
Laba operasi Rp 210.000
Dari hasil analisis yang dilakukan oleh manajer pemasaran maka dapat
disimpulkan bahwa lebih menguntungkan untuk tetap memproduksi produk
C dibandingkan jika produksi produk C dihentikan.
5.28 Akuntansi Manajemen
Penjualan Rp100.000.000
Kos Variabel 40.000.000
Marjin Kontribusi Rp 60.000.000
Kos Tetap Langsung 55.000.000
Marjin Segmen Rp 5.000.000
Dihentikan dan
Dipertahankan Kos Diferensial
Digantikan
Penjualan Rp1.450.000.000 Rp1.286.000.0001 Rp 164.000.000
Kos Variabel 870.000.000 706.600.0002 163.400.000
Marjin Rp 580.000.000 Rp 579.400.000 Rp 600.000
Kontribusi
1) Rp1.186.000.000 + Rp100.000.000
2) Rp666.600.000 + Rp40.000.000
Proses
Dijual Kos Diferensial
Lanjutan
Penjualan Rp7.600.000 Rp1.500.000 Rp6.100.000
Kos incremental 4.800.000 - 4.800.000
Marjin laba Rp2.800.000 Rp1.500.000 Rp1.300.000
Dari analisis di atas, maka dapat disimpulkan bahwa apel kualitas B akan
diproses lebih lanjut menjadi selai karena menghasilkan marjin laba yang
lebih besar bagi perusahaan.
Produk Y dapat diproduksi sebanyak 80.000 unit (= 40.000 jam/0,5 jam) per
tahun. Dengan harga Rp100.000 per unit maka total marjin kontribusi sebesar
Rp8.000.000.000 (=80.000 Rp100.000). Dari perhitungan tampak bahwa
produk Y menghasilkan marjin kontribusi lebih tinggi dibandingkan produk
X, meskipun marjin kontribusi per unit produk X adalah 2,5 (=Rp250.000 :
Rp100.000) kali lebih besar dari marjin kontribusi per unit produk Y. Namun
marjin kontribusi per unit bukan merupakan masalah penting. Produk yang
menghasilkan marjin kontribusi tertinggi per jam mesin yang harus dipilih,
karena kelangkaan dari sumber dayanya. Produk X menghasilkan Rp125.000
per jam mesin (=Rp250.000/2 jam). Produk Y menghasilkan Rp200.000 per
jam mesin (=Rp100.000/0,5 jam). Jadi, bauran optimalnya adalah 80.000 unit
produk Y dan tidak ada untuk produk X.
LAT IH A N
Soal I
PT. Swara Indah membuat CD player untuk mobil dan menjualnya ke
produsen mobil seharga Rp1.000.000 per unit. Kapasitas penuh perusahaan
sebesar 20.000 unit per bulan, dan saat ini perusahaan memproduksi 18.000
unit untuk pelanggan regulernya. Laporan bulanan perusahaan menunjukkan:
Soal II
PT. Rumahku Istanaku membuat rumah minimalis. Presiden direktur
perusahaan, tertarik untuk mempertimbangkan apakah akan lebih baik jika
pintu yang akan digunakan pada setiap rumah di produksi sendiri atau
membelinya dari pemasok luar. Informasi di bawah ini berdasarkan produksi
500 pintu, diberikan untuk membantu memberikan pilihan yang terbaik.
Dari kos overhead tetap, perusahaan dapat menghemat Rp5.000 per unit
dari kos lain-lain jika membeli pintu dari pemasok dan mengalokasikan kos
overhead tetap ke tempat lain. Harga dari pemasok untuk pintu adalah
Rp55.000.000.
Soal III
PT. Burung Airlines melayani rute penerbangan Jakarta-Batam. Kursi yang
tersedia di pesawat ini hanya kursi untuk turis, dan data yang tersedia adalah:
5.34 Akuntansi Manajemen
Diminta:
1) Hitunglah total marjin kontribusi untuk penerbangan sekali jalan!
2) Dari riset yang dilakukan, jika harga rata-rata sekali jalan diturunkan
menjadi Rp480.000 per penumpang maka jumlah penumpang akan naik
menjadi 215 orang, apakah Burung Airlines akan menurunkan harga jual
tiketnya?
Soal IV
PT. Bersih Berkilau memproduksi berbagai jenis cairan pembersih, baik
untuk penggunaan industri maupun rumah tangga. Salah satu produknya,
bubuk pembersih kasar disebut VIM, yang mempunyai kos produksi variabel
Rp1.600 per kg dan dijual Rp2.000 per kg. Sebagian kecil dari produksi
tahunan produk ini akan diproses lebih lanjut di Departemen Pencampuran,
di mana produk ini digabungkan dengan beberapa bahan baku lain untuk
menghasilkan pasta pemoles perak yang dijual Rp4.000 per stoples. Untuk
proses lebih lanjut ini, satu stoples memerlukan 1/4 kg VIM, bahan baku
lain, upah tenaga kerja, dan kos overhead variabel sebesar Rp2.500 per
stoples, serta kos pemasaran variabel sebesar Rp300 per stoples. Jika proses
lebih lanjut ini dilakukan maka terdapat kos tetap di departemen
Pencampuran sebesar Rp5.600.000 yang dapat dihindari (avoidable cost).
Diminta: hitung jumlah stoples minimum pasta pemoles perak yang harus
dijual jika keputusan untuk melakukan proses lebih lanjut menguntungkan
bagi perusahaan!
EKMA4314/MODUL 5 5.35
Soal I
Pesanan khusus dari PT. Mobilindo akan diterima, karena masih ada
kapasitas produksi yang menganggur (kapasitas 20.000 unit sedangkan
produksi masih 18.000 unit). Selain itu, pesanan khusus ini masih
mendapatkan laba operasi sebesar Rp160.000.000.
Kos yang relevan untuk pengambilan keputusan ini hanya kos variabel
produksi, sedangkan kos variabel penjualan tidak dimasukkan karena
perusahaan tidak menanggung kosnya.
Soal II
Jika membuat sendiri maka kos yang dikeluarkan adalah:
Soal III
1) Rata-rata harga tiket sekali jalan = Rp 500.000
Kos komisi agen = 8% Rp500.000 = (40.000)
Pendapatan bersih per tiket = Rp 460.000
Pendapatan bersih per penerbangan=Rp460.000200penumpang=Rp 92.000.000
Kos makanan & minuman = Rp20.000 x 200 penumpang = (Rp 4.000.000)
Total marjin kontribusi per penerbangan sekali jalan = Rp 88.000.000
Soal IV
Harga jual per stoples ................................................................ = Rp 4.000
Kos variabel per toples:
Bahan Baku VIM = 1/4 x Rp1.600 = Rp 400
Bahan baku lain, upah tenaga kerja, dan
overhead variabel ...................... = Rp 2.500
Kos pemasaran ............................. = Rp 300 +
Total Kos variabel ......................................... = (Rp 3.200)
Marjin Kontribusi ................................................ = Rp 800
Kos kesempatan jika diproses lebih lanjut
= 1/4 x (Rp2.000 Rp1.600) ............................. = (Rp 100)
Marjin Kontribusi (net) ......................................... = Rp 700
EKMA4314/MODUL 5 5.37
Jika diproses lebih lanjut, maka terdapat keuntungan sebesar Rp700 per
stoples.
Minimum penjualan yang harus dilakukan =Rp5.600.000/Rp700 = 8.000
stoples.
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
Informasi ini untuk menjawab pertanyaan soal No.1 sampai dengan No.3
PT Sumber Ayu memproduksi dua jenis produk (Junho dan Hera) yang
menggunakan masukan yang sama. Junho menggunakan 2 kg bahan
baku untuk tiap unit yang diproduksi, dan Hera menggunakan 3 kg
bahan baku untuk tiap unit yang diproduksi. Saat ini perusahaan
mempunyai 16.000 kg bahan baku dalam persediaan. Semua bahan
impor. Untuk tahun mendatang, perusahaan berencana mengimpor
tambahan 8.000 kg untuk memproduksi 2.000 unit Junho dan 4.000 unit
Hera. Marjin kontribusi per unit untuk Junho Rp30.000 dan Hera
Rp60.000.
Perusahaan telah menerima informasi bahwa sumber bahan ditutup
karena embargo. Konsekuensinya, perusahaan tidak akan dapat
mengimpor 8.000 kg yang rencananya digunakan untuk produksi tahun
mendatang. Tidak terdapat sumber bahan lain.
1) Jenis sumber daya bahan baku tersebut adalah sumber daya ....
A. fleksibel
5.38 Akuntansi Manajemen
Informasi ini untuk menjawab pertanyaan soal No.4 sampai dengan No.6
PT Semarak Dunia memproduksi 4 jenis produk (K, L, M, N) dari
sumber daya yang sama. Gabungan kos untuk satu kuartal adalah:
Bahan baku langsung ……………. Rp130.000.000
Tenaga kerja langsung …..……….. 58.000.000
Overhead …………………...……... 82.000.000
Pendapatan tiap produk adalah: K = Rp140.000.000, L = Rp95.000.000,
M = Rp32.000.000, dan N = Rp45.000.000.
Pihak manajemen sedang mempertimbangkan untuk memproses lebih
lanjut produk N sehingga meningkatkan nilai penjualan N menjadi
Rp75.500.000. Akan tetapi, untuk memproses lebih lanjut produk N,
perusahaan harus menyewa beberapa peralatan khusus dengan kos per
kuartal Rp15.000.000. Kos utama tambahan juga diperlukan sebesar
Rp8.500.000 per kuartal.
7) Kos relevan per unit jika pesanan khusus ini diterima sebesar ....
A. Rp19.250
B. Rp17.500
C. Rp21.250
D. Rp23.000
10) Keputusan yang diambil Ken atas mobil yang akan digunakannya:
A. Menjual mobil bekas X dan membeli mobil bekas Y
B. Membeli mobil bekas Y tapi tidak menjual mobil bekas Y
C. Tidak jadi membeli mobil bekas Y
D. Menjual mobil bekas X dan tidak membeli mobil bekas Y
Tes Formatif 1
1) D. Manfaat analisis kos diferensial untuk pengambilan keputusan:
1) menerima atau menolak pesanan pelanggan;
2) mengurangi harga dari suatu pesanan khusus;
3) mengurangi harga di pasar yang kompetitif;
4) mengevaluasi alternatif membuat atau membeli;
5) menentukan menjual atau memproses lebih lanjut;
6) memperluas atau menghentikan suatu fasilitas.
2) D. Kos tenggelam merupakan kos yang tidak relevan, sedangkan kos
sewa tambahan mesin produksi untuk menambah kapasitas
produksi merupakan kos relevan.
3) D. Kos variabel, kos tetap untuk memperluas proyek dan kos terkait
termasuk dalam kos relevan, sedangkan kos tenggelam tidak
termasuk dalam kos relevan.
4) D. Beberapa tanda penghentian produk/fasilitas produksi adalah:
1) meningkatnya jumlah barang yang dikembalikan (retur);
2) menurunnya volume penjualan;
3) tingkat pengembalian investasi rendah;
4) tidak berfungsinya produk/fasilitas produksi karena ada produk
saingan yang lebih superior;
5) kos variabel mendekati atau melebihi pendapatan;
6) kos promosi yang naik secara kontinu untuk mempertahankan
penjualan.
5) B. Langkah/tahap dalam proses pengambilan keputusan adalah:
1) identifikasi permasalahan dan ketidakpastian;
2) mengumpulkan data terkait;
3) membuat prediksi untuk masa yang akan datang;
4) memilih alternatif yang paling menguntungkan dari berbagai
alternatif;
5) mengimplementasikan keputusan, mengevaluasi dan
melakukan perbaikan jika dibutuhkan;
6) C. Bisa tetap dan bisa variabel.
7) B. Karena kapasitas produksi masih banyak menganggur dan mampu
memenuhi pesanan khusus tanpa harus mengorbankan penjualan
5.42 Akuntansi Manajemen
reguler dan tidak perlu kos pemasaran khusus, maka yang dihitung
hanya kos produksi variabel sebagai kos relevannya.
Profit = (Rp12.500 – Rp7.500} 10.000 unit = Rp50.000.000,-
8) C. Kos variabel dan kos tetap yang dihapuskan.
9) A. Kos Relevan:
1) kos variabel = {Rp64.000 – 16.000} 20.000 = Rp960.000.000
2) kos tetap yang dihapuskan = Rp9.000 20.000 = Rp180.000.000
Total kos relevan = Rp1.140.000.000,-
10) B. Total kos jika membeli dari luar=Rp60.000Rp20.000
= Rp1.200.000.000
Total kos jika membuat sendiri = Rp1.140.000.000
Penghematan jika membuat sendiri = Rp60.000.000
Minimum kebijakan penghematan jika membeli dari luar = Rp25.000.000
Total penghematan jika membuat sendiri = Rp85.000.000,-
Tes Formatif 2
1) A. Bahan baku merupakan sumber daya yang dapat dibeli seperlunya
dengan mudah dan saat dibutuhkan. Jadi termasuk sumber daya
fleksibel.
2) D. Marjin Kontribusi per unit = Rp60.000/5 = Rp12.000
3) C. Agar optimal Junho = 2.000 x 2 kg = 4.000 kg.
Hera = (16.000 kg – 4.000 kg) / 5 = 2.400
Bauran produk Junho : Hera = 2.000 : 2.400 = 5 : 6
4) A. Kos Relevan = Rp15.000.000 + 8.500.000 = Rp23.500.000
(Kos gabungan tidak diperhitungkan karena dalam kasus ini
menjadi kos tidak relevan).
5) B. Laba operasi = Rp312.000.000 – Rp270.000.000 = Rp42.000.000
6) D. Pendapatan inkremental = Rp35.500.000 (=Rp75.500.000 –
Rp40.000.000)
Kos inkremental = Rp23.500.000 (=Rp15.000.000 + 8.500.000)
Laba inkremental = Rp12.000.000 (=35.500.000 – 23.500.000)
7) A. Rp19.250 (kos tetap merupakan kos yang tidak relevan).
8) C. Ditolak karena akan rugi sebesar Rp1.250 (= Rp18.000 – 19.250).
9) B. Kos tenggelam, karena kos tersebut tidak diperhitungkan dalam
penjualan berikutnya.
EKMA4314/MODUL 5 5.43
Glosarium
Daftar Pustaka
Hansen, Don R., and Maryanne M. Mowen. (2009). Cost Management, Eight
Edition. New Jersey: South Western Publishing.
P EN D A HU L UA N
Kegiatan Belajar 1
Pusat Pertanggungjawaban
A. PENGANTAR
Sebuah perusahaan yang baik adalah hasil dari sebuah pengelolaan yang
baik. Salah satu cara pengelolaan adalah dengan membuat struktur organisasi
yang jelas dan mendeskripsikan tugas yang jelas untuk masing-masing posisi.
Ada berbagai macam bentuk struktur organisasi yang dapat dipilih oleh
perusahaan atau organisasi. Setiap struktur mempunyai konsekuensi terhadap
pelimpahan tugas dan wewenang. Dalam modul ini akan dijelaskan mengenai
salah satu model pelimpahan tugas dan wewenang, yaitu model
terdesentralisasi. Selain itu, akan dibahas hal-hal terkait dengan sistem
terdesentralisasi tersebut.
Secara umum ada dua tipe struktur organisasi yang berpengaruh dalam
cara pendelegasian wewenang. Pertama, struktur organisasi terpusat
(sentralisasi). Kedua, struktur organisasi desentralisasi. Pada struktur
organisasi terpusat, hanya sedikit wewenang yang dilimpahkan atasan kepada
bawahannya. Sebaliknya organisasi yang memilih struktur organisasi
terdesentralisasi, akan banyak terjadi pelimpahan wewenang dari atasan
kepada bawahan. Dengan semakin besarnya ukuran perusahaan, biasanya
struktur organisasi akan mengarah pada sistem terdesentralisasi. Rentang
pelimpahan wewenang organisasi biasanya berada di antara sangat terpusat
sampai sangat terdesentralisasi. Kebanyakan perusahaan berada di tengah-
tengah dengan kecenderungan mengarah ke desentralisasi. Ada beberapa
alasan mengapa perusahaan memilih sistem terdesentralisasi antara lain,
berikut ini.
perusahaan berada. Oleh karena itu, manajer lokal merupakan orang yang
mempunyai akses informasi terbesar terhadap kondisi dan situasi lokal
sehingga manajer lokal juga merupakan orang yang paling tepat untuk
mengambil keputusan.
Masalah kedua jika menganut sistem terpusat maka akan terjadi
penumpukan informasi (information overload). Jika keputusan harus diambil
oleh manajemen pusat maka semua informasi haruslah disampaikan kepada
manajemen pusat. Hal ini menyebabkan manajemen pusat dipenuhi oleh
berbagai informasi. Pada dasarnya, di dunia ini tidak ada orang yang
menguasai semua permasalahan. Sehingga walaupun manajemen pusat
menerima banyak informasi, belum tentu dapat mengambil keputusan yang
tepat untuk suatu masalah di luar bidang keahliannya. Daripada harus
memiliki banyak ahli di pusat, akan lebih baik memberikan tanggung jawab
pada para pegawai yang mempunyai keahlian untuk bertanggung jawab di
bidang keahliannya. Misalnya seorang manajer yang memiliki keahlian untuk
menjual produk bisa dijadikan kepala bagian pemasaran atau jika seorang
manajer memiliki keahlian teknologi informasi, maka dia bisa dijadikan
kepala divisi sistem informasi.
Permasalahan ketiga adalah kecepatan mengambil keputusan. Jika
menganut sentralisasi permasalahan lokal harus disampaikan kepada
manajemen pusat, kemudian pusatlah yang akan menentukan tindakan apa
yang harus dilakukan. Proses ini akan memakan waktu. Untuk persaingan
usaha hal ini jelas tidak menguntungkan. Akan lebih baik jika masalah lokal
dapat diselesaikan cepat.
akan sangat baik jika organisasi mempunyai orang di dalam perusahaan yang
bisa menggantikan posisi manajer level yang lebih tinggi yang telah kosong
tersebut. Cara terbaik untuk melatih karyawan di level bawah adalah dengan
mengizinkan mereka untuk mengambil keputusan-keputusan yang signifikan
sehingga siap untuk menduduki posisi yang lebih tinggi. Sistem
terdesentralisasi ini juga merupakan sarana bagi manajer puncak untuk
mengevaluasi manajer-manajer yang lebih rendah dan menilai siapa yang
bisa mendapatkan promosi.
Di samping itu, pemberian tanggung jawab akan memberikan kepuasan
tersendiri bagi lokal manajer sehingga mereka akan berusaha bekerja lebih
keras, lebih baik dan lebih kreatif. Hal ini tentu saja akan berdampak baik
bagi perusahaan. Tapi tentu saja seberapa jauh manfaat dari pemberian
tanggung jawab ini terkait dengan bagaimana seorang manajer dievaluasi dan
bagaimana perusahaan menghargai kerja keras manajer tersebut.
4. Meningkatkan Kompetisi
Jika perusahaan memiliki struktur organisasi yang sangat terpusat,
laporan keuangan setiap segmen akan digabung menjadi satu. Hal ini bisa
menutupi kekurangan atau kerugian yang dialami oleh sebuah segmen usaha.
Segmen yang merugi jika dibiarkan, dalam jangka panjang akan
mempengaruhi stabilitas perusahaan secara keseluruhan. Hal ini tentu saja
tidak dapat dibiarkan begitu saja. Salah satu cara terbaik untuk memperbaiki
kinerja segmen usaha adalah dengan memberikan tanggung jawab dan
otonomi yang luas atas tindakan bisnis yang mereka lakukan. Otonomi
segmen ini akan meningkatkan persaingan antar segmen dan diharapkan akan
membuat manajer segmen lebih sadar terhadap kinerja segmen yang
dipimpinnya. Secara berkala manajemen pusat akan melakukan penilaian
kinerja segmen melalui laporan keuangan per segmen usaha.
C. PUSAT PERTANGGUNGJAWABAN
Pada suatu siang di bulan Desember tahun 2009, bapak Heru mengajak
seluruh staf yang berada di bawah divisinya untuk makan siang di
sebuah restoran. Hari itu bapak Heru dan stafnya ingin merayakan
keberhasilan divisi yang dipimpinnya. Perayaan ini tidaklah berlebihan
karena baru saja manajemen tempat bapak Heru bekerja
mengumumkan bahwa divisi yang dipimpin oleh bapak Heru merupakan
divisi yang paling efisien dibanding dengan divisi-divisi lain sehingga
karyawan divisi tersebut berhak untuk mendapatkan bonus tahunan
yang lebih besar dibanding karyawan divisi lain.
Bagaimana proses penentuan bahwa divisi yang dipimpin bapak Heru
adalah divisi yang paling efisien?
Pertama pada akhir Tahun 2008, para direktur beserta kepala divisi
departemen, unit dan kepala bagian bersama-sama menyusun anggaran
untuk tahun 2009. Bapak Heru sebagai seorang kepala divisi ikut serta
dalam proses penyusunan anggaran kos divisi yang akan digunakan
untuk mengendalikan kos divisi yang dipimpinnya. Kemudian
manajemen (controller) akan mengakumulasi seluruh data aktual pada
akhir periode yang ditentukan (triwulan, semester atau tahun).
Kemudian akuntan manajemen akan menyusun laporan pertanggung-
jawaban yang berisikan perbandingan anggaran yang disusun pada akhir
Tahun 2008 dengan hasil kerja selama Tahun 2009. Laporan ini akan
disampaikan kepada pihak manajemen (dalam kasus ini adalah atasan
6.6 Akuntansi Manajemen
bapak Heru) dan juga dikirimkan kepada bapak Heru sendiri. Dari hasil
laporan tersebut, manajemen dapat melihat variansi (variance) hasil
kerja dengan anggaran yang telah ditetapkan. Variansi bisa merupakan
variansi yang menguntungkan (Favorable) atau sebaliknya
(Unfavorable). Berdasarkan laporan inilah manajemen bisa menetapkan
besaran bonus untuk para karyawan.
Gambar 6.1.
STRUKTUR ORGANISASI PT. VIONA
(Contoh Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban)
Dewan
Komisaris
Presiden
Direktur
Tiap bagian atau posisi digambarkan dalam bentuk kotak. Kotak atau
posisi merupakan tempat pertanggungjawaban atau biasa disebut dengan
pusat pertanggungjawaban, misalnya kotak dengan nama Bagian
Pemotongan.
3. Anggaran
Anggaran (budget) berbeda dengan penganggaran (budgeting). Anggaran
merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai
selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial,
sedangkan penganggaran adalah proses atau metode untuk mempersiapkan
suatu anggaran. Penganggaran adalah kegiatan operasi yang ditentukan di
muka sebelum operasi sesungguhnya berjalan dan kegiatan tersebut
dijabarkan dalam bentuk uang (financial).
Dalam perusahaan, anggaran memiliki peran penting dalam proses
perencanaan dan pengendalian keuangan perusahaan. Agar fungsi
perencanaan dan pengendalian ini dapat berjalan dengan baik maka proses
pembuatan anggaran pun menjadi suatu yang krusial sifatnya. Partisipasi
pelaksana anggaran, target yang diharapkan, dan keterlibatan manajer senior
merupakan faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam penyusunan
anggaran. Pengaruh faktor-faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
4. Laporan Pertanggungjawaban
Laporan pertanggungjawaban merupakan bagian integral dari sistem
akuntansi pertanggungjawaban. Laporan ini merupakan sarana untuk
penilaian kinerja dari pusat-pusat pertanggungjawaban. Biasanya laporan ini
dibuat pada akhir periode dan merupakan gabungan laporan-laporan unit
yang berada di bawah seorang manajer pusat pertanggungjawaban, kemudian
akan diserahkan kepada manajer/pejabat yang lebih tinggi. Isi dari laporan
adalah data anggaran, data aktual atau realisasi anggaran, dan varians
(selisih) antara yang dianggarkan dengan realisasi. Selisih bisa merupakan
selisih yang menyenangkan (favorable) jika kos aktual lebih kecil daripada
kos yang dianggarkan. Akan tetapi, varians bisa juga merupakan varians
yang tidak menyenangkan (unfavorable), bilamana kos aktual lebih besar
daripada kos yang telah dianggarkan. Berikut adalah sebuah contoh serta
prosedur pembuatan laporan pertanggungjawaban. (Diasumsikan setiap unit
dalam organisasi merupakan pusat kos, di mana unit-unit tersebut harus
EKMA4314/MODUL 6 6.11
Tahap 1
Tahap pertama pembuatan laporan adalah pembuatan laporan setiap
bagian yang ada di bawah sebuah departemen. Pada modul ini kita ambil
contoh proses pembuatan laporan yang berada di bawah pimpinan Direktur
Produksi. Pertama kali setiap bagian yang berada di bawah departemen
produksi akan membuat laporan bagian masing-masing. Dalam kasus ini
akan ada 3 (tiga) buah laporan bagian, yaitu: Laporan Kos Bulanan dari
Bagian Pemotongan, Bagian Perakitan, dan Bagian Pengepakan. Berikut ini
disajikan sebagai contoh adalah Laporan Kos Bulanan dari Bagian Perakitan.
Kos-kos yang dilaporkan adalah kos-kos yang sifatnya dapat dikendalikan
oleh masing-masing bagian.
Tabel 6.1.
Laporan Tingkat I (Bagian Perakitan)
PT. VIONA
Bagian Perakitan
Laporan Kos Bulanan
(Dalam juta rupiah)
Tahap 2
Setiap bagian akan menyerahkan laporan yang telah dibuat kepada
kepala departemen. Kepala departemen kemudian akan menggabungkan
laporan-laporan yang berada di bawahnya. Dalam kasus PT. Viona dapat kita
lihat laporan berikut. Bapak Sigit, S.T., selaku kepala Departemen Pengawas
Operasi Produksi akan membuat laporan departemennya yang berisikan
gabungan dari 3 (tiga bagian) yang ada di bawahnya, yaitu bagian
6.12 Akuntansi Manajemen
Tabel 6.2.
Laporan tingkat II (Departemen Pengawas Operasi)
PT. VIONA
Departemen Pengawas Operasi
Laporan Kos Bulanan
(Dalam juta rupiah)
Tahap 3
Berdasarkan struktur organisasi PT. Viona terlihat bahwa Direktur
Produksi membawahi tiga departemen yaitu departemen pemeliharaan,
departemen pengawas operasi dan departemen pengawas kualitas produksi.
Masing-masing departemen akan menyerahkan laporan pertanggungjawaban
EKMA4314/MODUL 6 6.13
Tabel 6.3.
Laporan Tingkat III (Direktur Produksi)
PT. VIONA
Direktur Produksi
Laporan Kos Bulanan
(Dalam juta rupiah)
Tahap 4
Ini adalah tahap terakhir dari proses laporan pertanggungjawaban.
Semua laporan yang diserahkan oleh para Direktur akan digabungkan
menjadi satu yang menjadi laporan perusahaan secara keseluruhan. Berikut
contoh laporan rangkuman dari laporan para Direktur PT. Viona.
6.14 Akuntansi Manajemen
Tabel 6.4.
Laporan Tingkat IV (Presiden Direktur)
PT. VIONA
Rangkuman Laporan Direktur
Laporan Kos Bulanan
(Dalam juta rupiah)
Presiden Direktur
LAT IH A N
Soal I
PT. Rapih adalah sebuah perusahaan yang memproduksi dan menjual
beberapa jenis pulpen dengan merek “Rapih”. Perusahaan dipimpin oleh
Direktur Utama dan membawahi beberapa direktur, salah satu di antaranya
adalah Direktur Pabrik (Produksi). Direktur Pabrik membawahi empat
departemen, yaitu 1) departemen body pulpen yang membuat badan (rangka)
pulpen, 2) departemen isi pulpen yang membuat isi pulpen, 3) departemen
perakitan yang menggabungkan badan pulpen dengan isi pulpen sehingga
pulpen siap digunakan, 4) departemen pembantu yang bertugas membantu
seluruh departemen. Masing-masing departemen dipimpin oleh seorang
penyelia (supervisor).
Di samping departemen-departemen tersebut, perusahaan juga memiliki
divisi penjualan yang dipimpin oleh direktur penjualan, divisi personalia
yang dipimpin oleh direktur personalia dan controller. Para direktur dan
controller bertanggung jawab kepada direktur utama.
Diminta:
Buatlah bagan organisasi untuk PT. Rapih!
Soal II
Penyelia dari “departemen perakitan” pada sebuah perusahaan pembuat
mobil-mobilan menerima salinan (copy) dari laporan departemen perakitan
untuk bulan November 2009 dari controller (bagian akuntansi) sebagai
berikut.
Diminta:
a. Coba analisis, apakah laporan controller tersebut benar!
b. Beri komentar atas variansi yang terjadi!
EKMA4314/MODUL 6 6.17
Soal I
a. Bagan organisasi sebagai berikut.
DIREKTUR
UTAMA
Soal II
a. Untuk mengetahui apakah laporan Controller benar atau tidak kita harus
menghitung varians (penyimpangan) yang ada secara lebih detail (lihat
kembali modul kos standar (standar costing). Berikut perhitungan detail
varians untuk masing-masing komponen kos produksi.
Applied Variable
Overhead
Actual Variable Budgeted Variable (Tarif/jam x standar jam
Overhead Overhead yg diizinkan untuk
Rp 46.700.000 (Tarif/jam x jam aktual) produksi aktual)
= Rp3.000/jam x 15,400 jkl = Rp3.000 x 15,600 jkl
= Rp 46.200,000 = Rp 46.800,000
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
6) Jika sebuah unit dianggap sebuah pusat laba, maka wewenang dan
tanggung jawab manajer unit tersebut meliputi ....
A. kos yang dapat dikendalikan oleh unit bersangkutan
B. kos dan penjualan yang terjadi di unit bersangkutan
C. penjualan dan investasi yang terjadi di unit bersangkutan
D. kos, penjualan, dan investasi yang terjadi di unit bersangkutan
Kegiatan Belajar 2
A. PENGANTAR
Evaluasi kinerja mencakup dua hal, yaitu evaluasi atas segmen usaha dan
evaluasi individu yang memimpin segmen usaha tersebut. Kedua hal tersebut
harus dibedakan karena bisa saja kinerja sebuah segmen tidak ada kaitannya
dengan upaya yang dilakukan oleh manajer segmen. Karena alasan ini maka
perusahaan berusaha memisahkan keduanya. Manajer harus dinilai dari segi
prestasi mereka dalam mengendalikan kos/pendapatan/laba/investasi yang
sudah menjadi wewenangnya. Sementara dari segi segmen usaha/divisi,
penilaian bisa ditekankan pada keberhasilan atau kegagalan usaha yang
dilakukan oleh segmen usaha tersebut, bukan oleh orang (manajer) yang
melakukan.
Bisa saja sebuah segmen usaha/divisi mengalami keberhasilan yang
baik, sementara mungkin manajer divisi tersebut tidak terlalu banyak
“berkeringat” atas keberhasilan divisi yang dipimpinnya. Contohnya: divisi
penjualan mampu melakukan penjualan di atas target yang telah ditetapkan
bukan karena kepemimpinan manajer divisi tersebut, tapi lebih karena produk
tersebut memang sudah menjadi kebutuhan dan dikenal baik oleh masyarakat
pengguna. Di sisi lain, ada manajer yang sudah berusaha keras
mengendalikan kos-kos yang berada di bawah kendalinya, akan tetapi karena
keadaan perekonomian yang tidak menguntungkan (sesuatu yang di luar
kendali manajer dan perusahaan) usaha tersebut menjadi tidak terlihat
6.26 Akuntansi Manajemen
hasilnya. Penilaian yang tepat terhadap kinerja manajer merupakan hal yang
strategis sifatnya karena penilaian kinerja erat kaitannya dengan motivasi
manajer dalam bekerja.
Untuk memahami keterkaitan antara segmen usaha, kinerja manajer dan
evaluasi kinerja, perhatikan ilustrasi berikut.
Analisis Illustrasi:
Keadaan yang tidak menyenangkan ini mungkin terjadi akibat
kepemimpinan Nardelli yang cukup lama di Home Depot. Nardelli jauh
dari pelanggan sebagaimana dia jauh dari para pegawainya.
Pengurangan pegawai mengakibatkan banyak terjadi keluhan dari
pelanggan karena kurangnya pegawai untuk melayani pelanggan di toko
Home Depot. Pada Tahun 2005 peringkat Home Depot meluncur ke
peringkat akhir dari seluruh retailer di Amerika Serikat dalam index
EKMA4314/MODUL 6 6.27
Keterangan :
ROI = Tingkat pengembalian dari investasi yang dilakukan.
Margin = Memperlihatkan penjualan yang tersedia untuk
bunga, pajak, dan laba.
Assets Turnover = Menunjukkan seberapa produktif aset digunakan
untuk menghasilkan penjualan. Dalam bahasa
Indonesia disebut sebagai perputaran aset.
Laba Operasi = Laba Sebelum Bunga dan Pajak (Earning Before
Interest and Tax).
Aset Operasi = Seluruh aset yang digunakan untuk menghasilkan
laba operasi, termasuk kas, piutang, persediaan,
tanah, bangunan, mesin, dan lain sebagainya).
Rumus Rata-rata = (Nilai Buku Bersih Awal + Nilai Buku Bersih Akhir).
Aset Operasi 2
Hasil perhitungan ROI, Margin dan Asset Turn Over sangat berguna
untuk menilai dan membandingkan kinerja antarsegmen usaha. Berikut
contoh perhitungan ROI, Margin, dan Assets Turnover pada divisi mie instan
dan divisi kecap di PT. Indonesiana.
EKMA4314/MODUL 6 6.29
Tabel 6.5.
PT. INDONESIANA
Tabel 6.5 menunjukkan ROI dari dua divisi untuk tahun 2008 dan 2009.
Pada Tahun 2008, kedua divisi memiliki ROI yang sama, yaitu 18%.
Sedangkan pada Tahun 2009, ROI divisi mie instan mengalami peningkatan
menjadi 20%, sebaliknya ROI divisi kecap turun menjadi 15%. Hal ini
dapat dijelaskan dengan melihat margin dan Assets Turn Over kedua divisi
tersebut. Perhatikan Tabel 6.6 berikut ini.
Tabel 6.6.
PT. INDONESIANA
Pada Tabel 6.6 terlihat bahwa kedua divisi mengalami penurunan yang
sama pada rasio margin yaitu sebesar 16.67%. Margin bisa turun karena
adanya kenaikan biaya-biaya atau penurunan harga akibat tekanan persaingan
atau keduanya. Pada divisi mie instan, penurunan margin dapat ditutup oleh
kenaikan Assets Turnover . Berbeda dengan divisi kecap, selain mengalami
penurunan rasio margin, divisi ini juga mengalami penurunan perputaran
6.30 Akuntansi Manajemen
aset. Hal ini berarti divisi mie instan lebih optimal menggunakan aset divisi.
(Perhatikan tabel, bahwa rata-rata aset divisi mie instan tidak berubah tapi
laba operasi meningkat). Sementara divisi kecap pada Tahun 2009 menjadi
kurang optimal dalam menggunakan aset divisi tersebut.
Setidaknya ada 3 hal kelebihan ROI untuk penilaian kinerja di samping
kemudahan dalam penghitungan rasio tersebut. Adapun kelebihan-kelebihan
tersebut adalah mendorong manajer untuk lebih fokus:
1. pada hubungan antara fakta penjualan, biaya-biaya, dan investasi;
2. melakukan efisiensi kos;
3. dalam optimalisasi penggunaan aset.
Untuk ilustrasi akan digunakan kembali divisi mie instan dan divisi
kecap yang ada di PT. Indonesiana. Berikut data dan hasil perhitungan
penghasilan residu. Untuk kalkulasi penghasilan residu digunakan tingkat
kembalian minimum (Minimum RR) sebesar 14%. Angka 14% diambil
karena ROI kedua divisi berada di atas 14%.
6.32 Akuntansi Manajemen
Tabel 6.7.
PT. INDONESIANA
Contoh:
PT. Eldivo mempunyai dua buah sumber pendanaan, yaitu Rp40.000.000
obligasi jangka panjang dengan tingkat bunga 9% dan Rp120.000.000 saham
biasa yang dianggap memiliki risiko rata-rata. Jika tarif pajak adalah 40%
dan tingkat bunga obligasi ritel Indonesia (ORI) 6% maka WACC dapat
dihitung sebagai berikut.
Tabel 6.8.
Sumber Jumlah Persentase Kos Setelah Pajak Kos
Dana Tertimbang
(a) (b) (c) (d) (e) = (c) x (d)
Obligasi Rp 40.000.000 0.25 0.09 (1 – 0.4) = 0.0135
0.054
Ekuitas 120.000.000 0.75 0.06 + 0.06 = 0.120 0.0900
Total Rp 160.000.000 0.1035
Jadi, WACC perusahaan adalah 10.35%.
6.34 Akuntansi Manajemen
Jika laba perusahaan setelah pajak sebesar Rp35.800.000 maka Nilai Tambah
Ekonomis adalah:
Laba setelah pajak Rp 35.800.000
Dikurangi: kos modal 20.700.000
Nilai Tambah Ekonomis (EVA) Rp 15.100.000
Nilai Tambah Ekonomis yang positif memiliki arti bahwa PT. Eldivo
akan memperoleh laba melebihi atau di atas dari kos modal dari modal yang
digunakan. Hal ini sama artinya investasi ini akan menambah kekayaan
perusahaan.
D. BALANCE SCORECARD
4. Pemetaan Strategi
Untuk dapat membuat sebuah sistem pengukuran yang menggambarkan
strategi perusahaan diperlukan sebuah model umum strategi. Balance
Scorecard menawarkan sebuah kerangka kerja untuk menggambarkan
EKMA4314/MODUL 6 6.37
Gambar 6.1.
Pemetaan Strategi: Model Sederhana untuk Penciptaan Nilai
Organisasi Sektor Swasta
STRATEGI
Perspektif Keuangan:
Jika kita sukses, bagaimana kita akan melihat
para pemegang saham?
Perspektif Pelanggan:
Untuk mencapai visi kita, bagaimana seharusnya
kita memandang pelanggan kita?
Perspektif Internal:
Untuk dapat memuaskan pelanggan kita, proses
mana yang harus unggul?
Gambar 6.2.
Pemetaan Strategi: Model Sederhana untuk Penciptaan Nilai
Organisasi Sektor Publik dan Nirlaba
MISI
Perspektif Internal:
Untuk dapat memuaskan pelanggan
kita, proses mana yang harus unggul?
LAT IH A N
a.
Laba Operasi/Penjualan
b.
Penjualan/Rata-rata aset
c.
Margin x Asset Turnover
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
10) Nilai Tambah Ekonomis (Economic Value Added / EVA) 5DIVA Corp.
Adalah ....
A. Rp53.710.000,-
B. Rp47.140.000,-
C. Rp71.530.000,-
D. Rp74.140.000,-
EKMA4314/MODUL 6 6.45
Tes Formatif 1
1) D. (Perusahaan yang menerapkan sistem terdesentralisasi berarti
perusahaan yang banyak mendelegasikan pengambilan keputusan
kepada unit-unit yang lebih rendah).
2) B. Ada empat alasan mengapa perusahaan memilih struktur
terdesentralisasi:
a) penggunaan data lokal dan kecepatan mengambil keputusan,
b) fokus kerja manajemen pusat,
c) pelatihan dan memotivasi manajer lokal,
d) meningkatkan kompetisi antardivisi.
Jadi, pernyataan yang benar adalah 1 dan 3
3) B. Pernyataan 1,2, dan 3 benar.
4) C. Anggaran dalam sistem akuntansi pertanggungjawaban berfungsi
untuk alat perencanaan dan evaluasi kinerja pusat pertanggung-
jawaban.
5) C. Akuntansi pertanggungjawaban meliputi a) tanggung jawab atasan
terhadap bawahan, b) tanggung gugat bawahan kepada atasan, c)
pendelegasian wewenang sesuai jenis pusat pertanggungjawaban d)
sistem pelaporan yang merupakan pertanggungjawaban dari level
yang lebih rendah kepada level yang lebih tinggi.
6) B. Wewenang manajer pusat laba meliputi: kos dan penjualan divisi
yang dipimpinnya.
7) A. Kos yang dapat dikendalikan adalah jenis kos langsung dan
termasuk kategori kos variabel. Jadi yang tergolong kos terkendali
adalah kos bahan langsung, kos bahan tidak langsung dan kos
tenaga kerja langsung.
8) D. Pusat investasi karena di antara semua manajer pusat
pertanggungjawaban, manajer pusat investasilah yang memiliki
wewenang paling luas, meliputi, kos, pendapatan serta diizinkan
melakukan investasi tanpa persetujuan manajemen pusat.
9) B. Proses pembuatan anggaran yang cukup baik adalah proses yang
memperhatikan usulan dari bawah (bottom up approach) dan
penetapan target yang cukup tinggi tapi mungkin untuk dicapai
(menantang).
EKMA4314/MODUL 6 6.47
10) C. Variansi bersifat menguntungkan apabila kos aktual lebih kecil dari
kos yang dianggarkan dan apabila pendapatan aktual lebih besar dari
pendapatan yang dianggarkan.
Tes Formatif 2
1) A. Return On Investment, Residual Income, Economic Value Added dan
Balance Scorecard merupakan beberapa teknik yang dapat
digunakan dalam mengukur kinerja. Balance Scorecard adalah
sebuah teknik yang penilaian kinerja yang tidak hanya mengukur
kinerja keuangan akan tetapi juga mengukur aspek nonkeuangan.
2) C. (Pernyataan I, II dan III benar. Pernyataan IV salah karena balance
scorecard tidak hanya memperhitungkan aspek keuangan dan aspek
pelanggan akan tetapi juga memperhatikan aspek-aspek lain seperti
aspek pembelajaran dan pertumbuhan, aspek inovasi, dan terkadang
juga aspek sosial untuk jenis organisasi tertentu).
3) D. (Pernyataan a, b dan c salah. Jika dilihat dari segi ROI, seorang
manajer divisi hanya akan melaksanakan proyek yang berada di atas
target ROI yang ditetapkan kantor pusat dan sekaligus
meningkatkan ROI divisi yang dipimpinnya. Jika ROI proyek baru
berada di atas target kantor pusat, tapi akan menurunkan ROI divisi,
manajer tidak akan melakukan investasi tersebut karena kinerja dia
akan dilihat dari ROI divisinya.
Laba yang positif belum tentu berarti proyek tersebut layak
dilaksanakan. Harus dilihat dahulu, untuk memperoleh laba tersebut,
berapa banyak investasi yang telah dilakukan. Jadi, jawaban yang
benar adalah D.
Perhitungan untuk Soal 4, 5,6 sebagai berikut.
4) A.
5) B.
6) C.
6.48 Akuntansi Manajemen
Daftar Pustaka
Blocher, Edward C., Kung H.Chen, Gary Cokins and Thomas W. Lin.
(2005). “Cost Management – A Strategic Emphasis”. Mc. Graw Hill, 3rd
edition.
PENDAHULUA N
Kegiatan Belajar 1
Sering kali kita temui dalam dunia bisnis yang memiliki beberapa
segmen usaha yang terkait satu sama lain. Misalnya perusahaan yang
bergerak di industri komputer. Perusahaan ini bisa mempunyai beberapa
segmen usaha mulai dari pembuatan chip komputer, mother board, modem
internal, dan komponen-komponen komputer lainnya sampai dengan
komputer yang utuh. Komponen komputer yang dibuat oleh suatu segmen
akan dipergunakan oleh segmen yang menghasilkan komputer yang utuh.
Jika organisasi perusahaan komputer tersebut menerapkan sistem
desentralisasi maka setiap segmen usaha merupakan sebuah pusat
pertanggungjawaban. Jika segmen usaha tersebut dianggap sebagai sebuah
pusat laba atau pusat investasi maka segmen tersebut akan dievaluasi
berdasarkan laba yang dihasilkan atau berdasarkan Return On Investment
(ROI) atau Residual Income (RI) atau dengan menggunakan ukuran
Economic Value Added (EVA).
Lalu bagaimana dengan komponen yang ditransfer dari segmen
komponen (selanjutnya akan disebut dengan divisi komponen) ke divisi
komputer? Bagaimana dengan nilai dari komponen tersebut? Tentu saja
divisi komponen tidak bisa memberi secara gratis kepada divisi komputer
karena divisi komponen berkewajiban untuk menghasilkan laba dalam usaha
yang dilakukannya. Oleh karena itu, divisi komponen akan “menjual” dan
mengenakan harga kepada divisi komputer. Harga inilah yang disebut dengan
harga transfer. Bagi divisi komponen, transaksi ini akan menjadi pendapatan,
z EKMA4314/MODUL 7 7.3
sedangkan bagi divisi komputer harga yang dikenakan tersebut menjadi kos
(cost).
Pada Gambar 7.1 dijelaskan bagaimana mekanisme harga transfer
tersebut. PT. Viona mempunyai dua buah divisi, yaitu divisi komponen dan
divisi komputer. Divisi komponen menghasilkan komponen-komponen
komputer, sedangkan divisi komputer merakit komponen-komponen
komputer menjadi sebuah komputer yang utuh. Divisi komponen selain
menjual komponen kepada divisi komputer juga bisa menjual komponen
yang diproduksinya ke pasar bebas, tergantung kebijakan perusahaan dan
harga jual mana yang lebih menguntungkan divisi tersebut. Divisi komputer
akan menghasilkan komputer utuh yang merupakan produk akhir PT. Viona
dan kemudian menjual komputer tersebut ke pasar bebas. Selain bisa
membeli komponen dari divisi komponen, divisi komputer berhak untuk
membeli komponen dari pasar bebas (missal PT. X) jika dirasa membeli
komponen dari divisi komponen tidak menguntungkan bagi divisi komputer
tersebut. Mekanisme harga transfer pada PT. Viona dapat dilihat pada
Gambar 7.1 berikut ini.
Jual komponen
(eksternal)
Jual komponen PASAR
(internal)
Divisi Divisi
Komponen komputer
Harga Transfer
PT VIONA
PT X Jual Komputer
(Pemasok Eksternal)
Beli komponen
Gambar 7.1.
Mekanisme Harga Transfer
7.4 Akuntansi Manajemen z
penjual dan divisi pembeli tersebut. Adapun definisi harga transfer minimum
dan maksimum menurut Hansen dan Mowen (2006) adalah sebagai berikut.
PT VIONA
Divisi Divisi
Komponen komputer
Komponen
Harga Transfer
(Pajak, cukai impor,
Taiwan mata uang asing, Indonesia
expropriation risk )
PASAR
Komponen Komputer
Gambar 7.2.
Mekanisme Harga Transfer pada Perdagangan Internasional
Pertanyaan Diskusi
Apakah Nike sepertinya kehilangan kesempatan untuk menekan harga dan
meningkatkan penjualan produk di AS?
Jawaban Kasus: Konversi Mata Uang Asing, Harga Transfer, dan Laba
Pernyataan Nike mungkin benar bahwa penurunan nilai tukar dolar AS tidak
berpengaruh banyak terhadap harga produk Nike. Hal ini dapat dijelaskan sebagai
berikut: kos yang terkena dampak penurunan nilai tukar hanyalah kos tenaga kerja
langsung (labor cost). Proporsi kos tenaga kerja langsung terhadap total kos produksi
besarannya sedang. Sedangkan proporsi terbesar kos produksi adalah kos bahan
baku langsung (direct material) dan masih harus diimpor dari AS dan negara lain di luar
Negara AsTeng. Oleh karena itu penurunan nilai tukar dolar AS hanya sedikit
dampaknya terhadap kos produksi.
Sebaliknya jika mata uang lokal AsTeng mengalami penurunan maka kos pendanaan
(financing cost) menjadi meningkat dan terkadang juga bisa mengurangi ketersediaan
dana. Penurunan mata uang lokal juga akan menyebabkan harga bahan baku impor
menjadi mahal.
Dari sudut pandang harga transfer, perubahan nilai tukar yang dramatis menghadirkan
masalah dalam evaluasi kinerja. Apakah divisi lokal harus bertanggung jawab terhadap
perubahan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang lokal? Apakah fluktuasi nilai tukar
dapat dikendalikan (controllable) oleh manajer lokal? Pertanyaan-pertanyaan tersebut
sulit untuk dijawab. Akan tetapi banyak perusahaan berharap agar manajer lokal
mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan untuk mengendalikan efek negatif dari
fluktuasi nilai tukar.
7.10 Akuntansi Manajemen z
L A TIH A N
5) Kaitan tarif pajak suatu negara dengan penetapan harga transfer adalah:
Tarif pajak yang berbeda-beda antar negara akan mempengaruhi besaran
harga transfer yang ditetapkan atas transaksi internal yang terjadi antar
divisi atau cabang yang berada di negara yang berbeda dengan tujuan
untuk memaksimalkan laba perusahaan secara keseluruhan. Jika divisi
pembeli berada di negara yang menerapkan tarif pajak signifikan tinggi
sedangkan divisi penjual berada di negara dengan tarif pajak relatif lebih
rendah maka perusahaan akan menerapkan harga transfer yang tinggi.
Harga transfer yang tinggi akan menyebabkan kos produksi divisi
pembeli menjadi tinggi dan laba menjadi rendah, sehingga beban pajak
yang akan ditanggung oleh divisi pembeli akan menjadi lebih sedikit.
RA NGK UMA N
TES FORMATIF 1
9) Bila tarif pajak di negara tempat divisi pembeli tinggi, sedangkan tarif
pajak di divisi penjual rendah maka harga transfer yang akan ditetapkan
akan ....
A. lebih tinggi dari harga pasar
B. sama dengan harga pasar
C. lebih rendah dari harga pasar
D. tidak ada pengaruhnya
10) Isu harga transfer menjadi penting dan bersifat kritis jika transfer produk
terjadi secara internasional karena ....
A. menyangkut kesempatan (opportunity) yang dapat diraih oleh
perusahaan induk
B. menyangkut penilaian kinerja dari divisi pembeli dan penjual
C. penetapan harga transfer potensial menimbulkan konflik antar tujuan
yang ada
D. menyangkut masalah penyucian uang (money laundering)
Kegiatan Belajar 2
H arga transfer adalah salah satu faktor penting untuk menilai kinerja
divisi-divisi yang ada di sebuah perusahaan yang memilih sistem
pengaturan organisasi terdesentralisasi. Pemilihan metode dalam penetapan
harga transfer dengan sendirinya akan berpengaruh pada kinerja divisi-divisi
yang terlibat. Oleh karena itu, pemilihan metode yang tepat dalam situasi
tertentu menjadi sangat penting agar pengukuran kinerja divisi tidak menjadi
bias.
Ada tiga metode yang dapat dipilih untuk menetapkan harga transfer,
yaitu
1. harga pasar (market price);
2. harga transfer negosiasi (negotiated transfer price);
3. harga transfer berbasis kos (cost based transfer price).
komponen serupa dari pihak luar sebanyak 20.000 unit dengan harga
Rp32.000/unit.
Dalam kasus ini maka:
- Harga transfer maksimum adalah Rp32.000/unit.
- Harga transfer minimum adalah Rp18.000 (Rp8.000 + Rp6.000 +
Rp4.000). Dalam kasus terdapat kapasitas yang menganggur maka
kos yang relevan diperhitungkan hanyalah kos overhead variabel.
Kos overhead tetap yang dianggarkan sebesar Rp160.000.000
(Rp2.000/unit × 80.000 unit) adalah untuk rentang produksi sampai
dengan 80.000 unit. Jadi, walaupun jumlah total produksi hanya
sebanyak 60.000 unit, total kos overhead tetap (fixed overhead cost)
akan tetap Rp160.000.000 sehingga tidak relevan untuk
diperhitungkan oleh divisi K dalam memutuskan menerima atau
menolak tawaran divisi F.
- Selisih Rp14.000 (Rp32.000 – Rp18.000) adalah rentang harga yang
dapat dinegosiasikan untuk menetapkan harga transfer internal.
b. Harga Transfer Kos Penuh ditambah Markup (Full Cost plus Markup)
Rumus menghitung harga transfer kos penuh ditambah markup:
Pada metode ini harga transfer tidak hanya menutup kos produksi divisi
penjual tapi masih ada markup yang dapat diperoleh oleh divisi penjual.
7.20 Akuntansi Manajemen z
b. Jika divisi penjual beroperasi pada kapasitas penuh dan ada kos
distribusi yang dapat dihindari, maka gunakan negotiated transfer
price.
c. Jika divisi penjual beroperasi di bawah kapasitas normal, selama
jumlah pemesanan sebesar kapasitas menganggur, gunakan
negotiated transfer price.
3. Apakah transfer internal mempunyai dampak yang signifikan bagi laba
divisi? Jika ya maka harga transfer bisa menggunakan harga pasar atau
negotiated transfer price, tergantung dari kondisi. Jika transfer internal
tidak berdampak signifikan maka gunakan cost based transfer price.
L A TIH A N
Tepung hasil produksi Divisi Tepung biasa dijual kepada pihak luar
seharga Rp5.500/kg. Divisi ini mampu menghasilkan 400.000 kg tepung
setiap tahun akan tetapi karena perekonomian sedang lesu maka pada tahun
depan, Divisi Tepung memprediksikan hanya 300.000 kg tepung yang dapat
7.22 Akuntansi Manajemen z
diserap oleh pasar. Kos penjualan variabel sebesar Rp400/kg dapat dihindari
jika dijual internal.
Divisi Mie Instan membeli jenis tepung yang sama dari luar sebagai
bahan dasar pembuatan mie instan dengan harga Rp5.300/kg. Divisi Mie
Instan merencanakan untuk membeli 100.000 kg tepung pada tahun depan.
Manajer Divisi Mie Instan mendekati Manajer Divisi Tepung untuk membeli
100.000 kg tepung dengan harga Rp4.500/kg.
Instruksi:
a. Tentukan harga transfer minimum!
b. Tentukan harga transfer maksimum!
c. Perlukah transfer internal terjadi? Mengapa? Jika anda adalah manajer
Divisi Tepung, apakah Anda akan menerima tawaran Divisi Mie instan
untuk menjual tepung dengan harga Rp4.500/kg?
d. Jika Divisi Tepung beroperasi pada kapasitas penuh, perlukah terjadi
transfer internal? Mengapa?
e. Jika diasumsikan penjualan tepung kepada pihak luar sebanyak 300.000
kg dengan harga Rp5.500/kg dan 100.000 kg tepung ditransfer ke Divisi
Mie instan dengan harga Rp5.000/kg, hitunglah laba operasi Divisi
Tepung!
Soal II
Limus Nunggal Corp. adalah sebuah perusahaan besar yang mempunyai lebih
dari 50 divisi termasuk divisi A, B dan H. Divisi A ingin membeli onderdil
untuk produksi akhir yang dibuatnya. Ada dua pemasok yang telah
menawarkan onderdil kepada divisi A, yaitu pemasok “PT. Kurnia Jaya” dan
“PT. Subur Makmur”. PT. Kurnia Jaya mengajukan harga sebesar
Rp212.000, sedangkan PT. Subur Makmur mengajukan harga Rp200.000.
Jika Divisi A membeli onderdil dari PT. Kurnia Jaya, maka PT. Kurnia Jaya
akan membeli bahan baku dari Divisi H seharga Rp30.000 di mana kos
variabel produk Divisi H adalah sebesar Rp10.000. Jadi, transaksi ini akan
menambah laba Limus Nunggal Corp secara keseluruhan sebesar Rp20.000.
Sedangkan PT. Subur Makmur tidak mengambil bahan baku dari Limus
Nunggal Corp.
z EKMA4314/MODUL 7 7.23
Instruksi:
a. Susunlah suatu diagram aliran kas (cash flow) untuk kedua alternatif
pembelian tersebut! Apakah harga pasar yang murah secara otomatis
merupakan harga terbaik yang harus dipilih?
b. Misalkan divisi B mampu membuat onderdil yang dibutuhkan oleh divisi
A dan beroperasi dengan kapasitas penuh (full capacity). Harga jual
onderdil produk divisi B dijual, baik kepada pihak internal atau
eksternal, dengan harga Rp212.000 (asumsi: harga pasar Rp212.000).
Kos yang harus dikeluarkan (outlay cost) divisi B untuk membuat
onderdil tersebut sebesar Rp150.000. Divisi B tidak membeli bahan baku
dari divisi H sebagaimana PT. Kurnia Jaya. Jika divisi A membeli
onderdil dari divisi B dengan harga transfer Rp212.000, apakah
keputusan tersebut merupakan keputusan optimal bagi perusahaan secara
keseluruhan? (Dalam kasus ini PT. Subur Makmur dianggap tidak ada).
Soal I
1) Harga transfer minimum adalah: Rp2.900 Divisi tepung memiliki
kapasitas yang berlebih (excess capacity), jadi kos yang relevan untuk
diperhitungkan dalam penentuan harga transfer hanyalah kos produksi
variabel.
2) Harga transfer maksimum adalah: Rp5.300 sebesar harga beli dari
supplier luar. Divisi Mie Instan tidak akan mau membayar lebih dari
harga tersebut.
3) Transfer internal perlu terjadi karena harga transfer maksimum
(opportunity cost divisi pembeli) masih lebih besar dari harga transfer
minimum (opportunity cost divisi penjual). Divisi Tepung akan
memperoleh laba tambahan sebesar Rp210.000.000 (= (Rp4.500 – Rp
2.400) × 100.000kg ), jika menerima tawaran transfer Divisi Mie Instan.
4) Walau Divisi Tepung telah beroperasi penuh, transfer internal masih
perlu terjadi karena ada kos variabel penjualan yang dapat dihindari
dalam transfer internal. Divisi Tepung akan bersedia melepas tepung
kepada Divisi Mie instan selama harga transfer besar sama Rp5.100
(=Rp5.500 – Rp 400).
7.24 Akuntansi Manajemen z
Soal II
Persoalan harga transfer menjadi suatu hal yang menarik bila ada saling
keterkaitan antardivisi maupun dengan pasar. Pertanyaan penting yang harus
diajukan adalah apakah keputusan yang diambil merupakan keputusan
optimal bila dilihat dari sisi perusahaan secara keseluruhan. Harga pasar
(market price) bukanlah merupakan harga terbaik untuk menentukan harga
transfer bila tingkat keterkaitan sangat tinggi sekalipun tidak ada niat untuk
melakukan transfer internal.
a. Kasus ini akan menjelaskan bahwa harga pasar tidak secara otomatis
memberikan keputusan yang optimal bagi perusahaan secara keseluruhan
sekalipun bukan dalam masalah harga transfer. Ternyata jika Divisi A
memutuskan untuk membeli onderdil dari PT. Kurnia Jaya seharga
Rp212.000 maka perusahaan secara keseluruhan justru akan memperoleh
keuntungan sebesar Rp8.000. Perhitungan sebagai berikut.
Limus Nunggal
Corp
(1) Rp200.000
Divisi A PT SUBUR
MAKMUR
(2) Rp 212.000
Limus Nunggal
Corp
(1) Rp 212.000
Divisi A
Keterangan:
Membeli dari PT. Kurnia Jaya Membeli dari Divisi B
(Alternatif 1) (Alternatif 2)
a. Bila membeli dari PT. Kurnia Jaya maka Bila membeli dari Divisi B maka B akan
mengeluarkan uang untuk pembelian
Divisi A akan mengeluarkan uang untuk
bahan baku sebesar Rp 150.000,-
pembelian onderdil sebesar Rp 212.000
b. PT. Kurnia Jaya akan membeli bahan baku
dari Divisi H, sehingga Divsi H akan
memperoleh keuntungan sebesar Rp
20.000 (Rp30.000 – Rp10.000)
c. Divisi B akan menjual produknya pada
pihak eksternal sehingga akan
mendapatkan keuntungan sebesar
Rp62.000 (Rp212.000 – Rp150.000)
z EKMA4314/MODUL 7 7.27
RA NGK UMA N
TES FORMATIF 2
Kapasitas produksi Divisi Matras adalah 30.000 unit per bulan, namun saat
ini Divisi Matras hanya membuat sebanyak 20.000 unit. Divisi Matras
menjual matras kepada pihak luar dengan harga Rp135.000,-
C. Rp15.000
D. Rp 8.000
5) Jika Divisi Matras beroperasi pada kapasitas penuh, berapakah harga jual
Matras yang akan ditawarkan oleh Divisi Matras kepada Divisi Furnitur?
A. Rp135.000
B. Rp130.000
C. Rp100.000
D. Rp 92.000
9) Jika jumlah unit yang ditransfer secara internal sebanyak 20.000 unit
dengan harga transfer sebesar Rp300.000, berapakah total keuntungan
atau kerugian gabungan?
A. Keuntungan gabungan sebesar Rp400.000.000
B. Kerugian gabungan sebesar (Rp400.000.000)
C. Keuntungan gabungan sebesar Rp600.000.000
D. Kerugian gabungan sebesar (Rp600.000.000)
Tes Formatif 1
1) C.
2) C.
3) B.
4) C.
5) A.
6) A.
7) B.
8) C.
9) A.
10) C.
Tes Formatif 2
1) B. (Rp130.000/unit, yaitu harga divisi furnitur membeli dari pihak
luar).
2) D. (Rp92.000/unit. Karena divisi matras masih memiliki kapasitas
menganggur sebanyak 10.000 unit (30.000 – 20.000), maka jika
pesanan masih berada dalam rentang kapasitas menganggur tersebut,
maka harga transfer untuk pesanan tersebut minimal harus menutup
seluruh kos-kos variabel (Rp55.000 + Rp25.000 + Rp12.000).
3) A. (Rp20.000/unit = Rp130.000/unit – Rp110.000/unit).
4) B. (Rp18.000/unit = Rp110.000/unit – Rp92.000/unit).
5) A. (Rp135.000/unit, sama dengan harga yang ditawarkan kepada pihak
luar. Jika divisi matras menawarkan lebih rendah maka akan
mengurangi profit divisi tersebut dan tentu saja manajer divisi tidak
menginginkan hal tersebut).
6) B. (Rp310.000/unit, sama dengan pembelian divisi FG dari pihak luar).
7) D. (Rp290.000/unit = Rp320.000/unit – Rp30.000 (kos transport yang
dapat dihindari jika terjadi transfer internal)).
8) C. (Rp300.000/unit, kedua divisi sama-sama memperoleh penghematan
atau tambahan keuntungan sebesar Rp10.000/unit).
9) C. (Keuntungan gabungan sebesar Rp600.000.000 = {(Rp300.000 –
Rp290.000)/unit × 20.000 unit) + (Rp310.000 – Rp290.000)/unit x
20.000 unit)}
z EKMA4314/MODUL 7 7.33
10) D. (Rp5.950.000.000)
Penjualan
((Rp320.000 × 35.000) + (Rp300.000 × 10.000)) Rp14.200.000.000
- Harga Pokok Penjualan variabel (Rp160.000 ×
45.000) (7.200.000.000)
- Beban transport (Rp30.000 × 35.000) (1.050.000.000)
------------------
Marjin Kontribusi Rp 5.950.000.000
7.34 Akuntansi Manajemen z
Daftar Pustaka
Blocher, Edward C., Kung H.Chen, Gary Cokins and Thomas W. Lin.
(2005). “Cost Management – A Strategic Emphasis”. Mc. Graw Hill, 3rd
edition.
PEN D A HU L UA N
Pemahaman materi modul ini akan optimal terutama jika Anda membaca
kembali materi pembebanan kos overhead pabrik dan penetapan tarif kos
overhead pabrik pada modul Akuntansi Biaya. Siapkan alat tulis dan
kalkulator agar proses pembelajaran berjalan lancar.
EKMA4314/MODUL 8 8.3
Kegiatan Belajar 1
A. PENGANTAR
Pada masa lalu, perusahaan membuat variasi jenis produk yang terbatas,
di mana kos tidak langsung hanya mengambil porsi yang kecil dari total kos
produk sehingga penggunaan sistem kalkulasi kos secara sederhana untuk
mengalokasikan kos secara lebih mudah, sudah cukup akurat. Namun,
dengan semakin berkembangnya teknologi, sehingga variasi jenis produk
semakin beragam dapat diciptakan, maka perataan kos akan menyebabkan
alokasi kos menjadi semakin tidak akurat, terutama untuk kos tidak langsung.
Misalnya penggunaan satu tarif dalam mengalokasikan kos overhead pabrik
kos tidak langsung ke produk, sering menghasilkan informasi kos produk
yang bias, terlalu rendah (undercosting) atau terlalu tinggi (overcosting).
Contoh berikut menggambarkan bagaimana penghitungan kos dapat
memberikan informasi kos yang tidak akurat dan menyesatkan. Empat
sekawan (Julian, George, Anne, dan Dick) berkumpul di Resto “Wuenak
Tenan”. Mereka memesan hidangan utama, hidangan penutup, dan minuman
yang berbeda sesuai selera masing-masing. Jumlah tagihan yang harus
dibayar oleh empat sekawan tersebut adalah sebesar Rp432.000 dengan
perincian sebagai berikut:
Hidangan Hidangan
Minuman Total
Utama Penutup
Julian Rp 60.000 Rp16.000 Rp 32.000 Rp108.000
George Rp 80.000 Rp32.000 Rp 56.000 Rp168.000
Anne Rp 44.000 - Rp 16.000 Rp 60.000
Dick Rp 56.000 Rp16.000 Rp 24.000 Rp 96.000
Total Rp240.000 Rp64.000 Rp128.000 Rp432.000
Produk yang kosnya dinilai terlalu rendah akan dijual dengan harga lebih
rendah sehingga permintaan akan produk tersebut meningkat, namun
sebenarnya penjualan atas produk tersebut akan menyebabkan kerugian.
Sebaliknya jika produk yang kosnya dinilai terlalu tinggi akan dijual dengan
harga lebih tinggi sehingga permintaan akan produk tersebut menjadi
berkurang dan bahkan akan kehilangan konsumen karena kalah dari pesaing
yang menerapkan harga yang lebih kompetitif. Dengan kata lain, penetapan
kos produk yang tidak tepat akan menyebabkan perusahaan mengalami
kerugian, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Sumber Daya
Gambar 8.1.
Prosedur Dua Tahap pada Volume-Based Costing
8.6 Akuntansi Manajemen
baku, kos pemasaran, dan administratif yang terjadi untuk mendapatkan serta
memproses pesanan, dan biaya administratif untuk akuntansi dan penagihan.
Penggerak tingkat batch adalah ukuran aktivitas yang bervariasi dengan
jumlah batch yang diproduksi. Contohnya adalah penyetelan, jam penyetelan,
dan permintaan bahan baku.
Sumber Daya
Gambar 8.2.
Prosedur Dua Tahap pada Activity-Based Costing (ABC)
6. Keunggulan ABC
Pada awalnya, banyak perusahaan yang menggunakan ABC untuk
mengurangi penyimpangan kos sebuah produk yang biasa ditemui dalam
VBC. Volume-Based Costing (VBC) merupakan suatu sistem menghasilkan
kos produk yang tidak memiliki hubungan dengan kegiatan atau sumber daya
yang digunakan. ABC secara jelas menunjukkan efek dari perbedaan
aktivitas dan perubahan produk pada kos. Beberapa keunggulan ABC, di
antaranya berikut ini.
a. Memberikan informasi pengukuran laba yang lebih baik, karena ABC
memberikan kos produk yang lebih akurat dan informatif.
8.10 Akuntansi Manajemen
7. Keterbatasan ABC
Meskipun ABC mempunyai beberapa keunggulan, manajer tetap harus
memperhatikan keterbatasan yang dimiliki oleh sistem ABC, antara lain
berikut ini.
a. Beberapa kos membutuhkan alokasi dari departemen dan produk
berdasarkan pengukuran yang berubah-ubah.
b. Kos produk yang diidentifikasi oleh sistem ABC tidak mencakup seluruh
kos yang berkaitan dengan produk.
c. Sistem ABC membutuhkan waktu dan kos yang cukup besar untuk
mengembangkan dan mengimplementasikannya.
AW SZ
Unit produksi 10.000 40.000
Harga jual per unit Rp 5.000 Rp 2.500
Kos utama per unit Rp 2.000 Rp 800
Jam tenaga kerja langsung per unit 5 3.75
Tarif upah per jam Rp 200 Rp 200
EKMA4314/MODUL 8 8.11
AW SZ
Total overhead yang dibebankan Rp7.750.000 Rp23.250.000
Unit produksi 10.000 40.000
Overhead pabrik per unit Rp 775 Rp 581,25
AW SZ
Harga jual Rp 5.000 Rp 2.500
Kos produksi:
Kos utama Rp 2.000 Rp 800
Overhead pabrik 775+ 581,25+
Total kos ( 2.775) ( 1.381,25)
Laba Rp 2.225 Rp 1.118,75
AW SZ Total
Jam rekayasa 10.000 15.000 25.000
Jumlah penyetelan 400 200 600
Jam mesin 100.000 200.000 300.000
Jumlah pesanan pengemasan 5.000 20.000 25.000
Tarif
Jumlah
Penggerak kos Kos (=Kos/jumlah
Aktivitas
aktivitas)
Jam rekayasa Rp2.500.000 25.000 Rp 100
Jumlah penyetelan 6.000.000 600 10.000
Jam mesin 21.000.000 300.000 70
Jumlah pesanan pengemasan 1.500.000 25.000 60
Kos overhead pabrik yang dibebankan pada kedua produk dengan ABC
adalah sebagai berikut.
AW ( 10.000 unit)
Tarif per Total Overhead
Penggerak Aktivitas Aktivitas Aktivitas Overhead per Unit
Jam rekayasa Rp 100 10.000 Rp 1.000.000 Rp 100
Jumlah penyetelan 10.000 400 4.000.000 400
Jam mesin 70 100.000 7.000.000 700
Jumlah pesanan 60 5.000 300.000 30
pengemasan
Kos Overhead Rp12.300.000 Rp 1.230
EKMA4314/MODUL 8 8.13
SZ ( 40.000 unit)
Tarif
Total Overhead
per
Penggerak Aktivitas Aktivitas Aktivitas Overhead per Unit
Jam rekayasa Rp 100 15.000 Rp1.500.000 Rp 37,5
Jumlah penyetelan 10.000 200 2.000.000 50
Jam mesin 70 200.000 14.000.000 350
Jumlah pesanan 60 20.000 1.200.000 30
pengemasan
Overhead cost Rp18.700.000 Rp 467,5
AW SZ
Harga jual Rp 5.000 Rp 2.500
Kos produksi:
Kos utama Rp 2.000 Rp 800
Overhead pabrik 1.230 + 467,5 +
Total kos 3.230 1.267,5
Laba Rp 1.770 Rp 1.232,5
Dari perhitungan kedua sistem di atas, maka dapat terlihat selisih kos
overhead per unit dan selisih laba per unit atas tiap produk perusahaan, yaitu
sebesar berikut ini.
AW SZ
Kos overhead per unit:
VBC Rp 775 Rp 581,25
ABC 1.230 467,50
Selisih Rp 455 Rp 113,75
Laba per unit:
VBC Rp 2.225 Rp 1.118,75
ABC 1.770 1,232,50
Selisih Rp 455 Rp 113,75
8.14 Akuntansi Manajemen
LAT IH A N
Deluxe Reguler
Unit yang diproduksi 5.000 50.000
Total Kos Utama Rp40.000.000 Rp300.000.000
Jam tenaga kerja langsung 5.000 46.000
Diminta:
1. Hitung tarif overhead yang dianggarkan berdasarkan jam tenaga kerja
langsung!
2. Berapakah overhead yang dibebankan?
3. Berapakah overhead yang dibebankan terlalu tinggi atau terlalu rendah?
4. Hitung kos per unit untuk tiap produk!
Soal II
PT. Indah Dunia memproduksi dua tipe stereo: deluxe dan reguler data
aktivitas adalah sebagai berikut.
EKMA4314/MODUL 8 8.15
Diminta:
1. hitung rasio konsumsi tiap aktivitas!
2. kelompokkan aktivitas berdasarkan rasio konsumsi dan tingkat aktivitas!
3. hitung tarif tiap kelompok aktivitas!
4. dengan menggunakan tarif kelompok aktivitas, hitunglah kos produk per
unit!
Soal III
Supermarket Sanjaya telah mengalami kerugian dari lini produk makanan
beku untuk beberapa periode terakhir. Manajemen percaya bahwa toko dapat
meningkatkan keuntungan yang diperolehnya jika menghentikan lini produk
makanan beku yang diperolehnya. Hasil operasi untuk beberapa periode
terakhir adalah (dalam ribuan) sebagai berikut.
8.16 Akuntansi Manajemen
Diminta:
1. Hitung keuntungan yang diperoleh dari setiap lini produk dengan
menggunakan sistem perhitungan kos yang telah digunakan supermarket
tersebut!
2. Hitung keuntungan yang diperoleh dari setiap lini produk dengan
menggunakan sistem ABC dengan menggunakan informasi yang telah
diberikan!
3. Hal apa yang ditunjukkan oleh sistem ABC pada pertanyaan kedua?
Soal IV
PT. Sumber Elektrik memproduksi berbagai peralatan elektronik. Salah satu
dari pabriknya memproduksi printer laser merek: Super dan Biasa. Pada awal
tahun, data berikut disiapkan untuk pabrik:
EKMA4314/MODUL 8 8.17
SUPER BIASA
Unit produksi 100.000 800.000
Harga Jual Rp 900.000 Rp 750.000
Kos utama Per unit Rp 529.000 Rp 482.750
Kos Overhead per unit Rp 47.000 Rp 117.250
Tarif
Nama Kelompok Penggerak Aktivitas kelompok SUPER BIASA
Penyetelan Jumlah Penyetelan Rp3.000 300 200
Pemesinan Jam Mesin Rp 200 100.000 300.000
Teknik Jam Teknik Rp 40 50.000 100.000
Pengepakan Perintah Pengepakan Rp 20 100.000 400.000
Penyediaan Tempat Jam Mesin Rp 1 200.000 800.000
Diminta:
1. Hitunglah persentase laba kotor (laba kotor dari persentase penjualan),
laba kotor per unit, dan total laba kotor tiap produk!
2. Dengan menggunakan tarif kelompok, hitunglah kos overhead per unit
untuk masing-masing produk! Dengan menggunakan kos unit baru ini,
hitunglah persentase laba kotor, laba kotor per unit, dan total laba kotor
untuk tiap produk!
8.18 Akuntansi Manajemen
Soal I
1) Tarif = Rp180.000.000/50.000 = Rp3.600 per jam tenaga kerja
langsung
2) Overhead yang dibebankan = Rp3.600 51.000 = Rp183.600.000
3) Variasi overhead = Rp200.000.000 Rp183.600.000 = Rp16.400.000
dibebankan terlalu rendah
4) Kos per unit:
Deluxe Reguler
Kos Utama Rp 40.000.000 Rp300.000.000
Kos Overhead:
Rp3.600 5.000 Rp 18.000.000
Rp3.600 46.000 Rp165.600.000
Total kos Produksi Rp 58.000.000 Rp465.600.000
Unit yang diproduksi 5.000 50.000
Kos per unit (Kos total / unit) Rp11.600 Rp9.312
Soal II
1)
3)
Deluxe Reguler
Kos utama Rp39.000.000 Rp369.000.000
kos Overhead
Kelompok tingkat batch:
(Rp6.000.000 10) Rp60.000.000
(Rp6.000.000 5) Rp 30.000.000
Kelompok tingkat unit :
(Rp900 10.000) Rp 9.000.000
(Rp900 90.000) Rp 81.000.000
Total kos produksi Rp108.000.000 Rp480.000.000
Unit yang diproduksi 5.000 50.000
Kos per unit (kos total/unit) Rp21.600 Rp9.600
Soal III
1) (dalam ribuan)
Makanan Beku Makanan Ringan Sayuran Segar
Penjualan Rp120.000 Rp 90.000 Rp158.125
Harga pokok penjualan 105.000 67.000 110.000
Laba kotor 15.000 23.000 48.125
Kos pendukung (20% 24.000 18,000 31.625
sales)
Laba (rugi ) operasi Rp (9.000) Rp 5.000 Rp 16.500
8.20 Akuntansi Manajemen
2) (dalam ribuan)
Makanan Beku Makanan Ringan Sayuran Segar
Penjualan Rp 120.000 Rp 90.000 Rp 158.125
Harga pokok penjualan 105.000 67.000 110.000
Laba kotor 15.000 23.000 48.125
Kos pendukung:
Pemrosesan pesanan 800 4.400 7.200
Pengantaran 1.100 7.700 13.200
Jarak antar 3.000 750 6.000
Layanan pelanggan 6.000 8.000 17.200
Laba (rugi ) operasi Rp 4.100 Rp 2.150 Rp 4.525
Soal IV
1) (dalam ribuan rupiah)
*Rp529 + Rp251
**Rp482.75 + Rp91.75
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
6) Tingkatan kos dalam ABC yang sedikit atau tidak ada memberikan
manfaat dibandingkan dengan volume-based costing adalah ....
A. plant (facilities–sustaining) level
B. product level
C. unit level
D. tidak ada jawaban yang benar
7) Pemicu kos dari aktivitas untuk tingkat batch yang benar adalah ....
A. lot bahan baku yang dipindahkan
B. jam mesin
C. produk jadi yang dihasilkan dalam pound
D. jumlah nomor atau kode komponen yang digunakan
10) Item di bawah ini merupakan penggerak aktivitas potensial kos overhead
di tingkat produk, kecuali ....
A. penambahan design
B. promosi pemasaran
C. penyetelan (setup) mesin
B. jawaban A dan B adalah benar
Kegiatan Belajar 2
A. PENGANTAR
Sumber Daya
Produk dan
Pelanggan
Gambar 8.3.
Dua Dimensi Model ABM
8.26 Akuntansi Manajemen
B. PENERAPAN ABM
Model ABM
Perencanaan Sistem
PVA
ABC
Membuat penilaian
atas isi aktivitas Membebankan Kos
Sumber daya ke
aktivitas
Menentukan akar
penyebab masalah Mengurangi Memper-
Kos baiki Mengidentifikasi
keputusan objek kos dan
penggerak aktivias
Membuat ukuran
kinerja aktivitas
Menghitung tarif per
Meningkatkan aktivitas
Mencari peluang Profitabilitas
untuk perbaikan
Membebankan kos ke
objek kos
Gambar 8.4.
Model Penerapan ABM
C. PERENCANAAN SISTEM
a. Pelaporan kos dari aktivitas bernilai tambah dan tidak bernilai tambah
Rumus:
Maka pengurangan kos dari aktivitas yang tidak bernilai tambah dapat
dihitung:
EKMA4314/MODUL 8 8.33
Dari hasil analisis trend diperoleh bahwa terdapat penurunan kos dari
aktivitas yang tidak bernilai tambah sebesar Rp495.000.000 pada Tahun
2008 dari tahun sebelumnya.
c. Peranan Standar Kaizen
Penghitungan kos pada standar Kaizen berkaitan dengan penurunan kos
berbagai produk-produk dan proses yang telah ada. Dalam istilah
operasional, hal ini dapat dikatakan sebagai penurunan kos atas aktivitas
tidak bernilai tambah. Pengendalian atas penurunan kos proses dapat
dicapai melalui penggunaan berulang dari 2 subsiklus utama, yaitu 1)
Siklus Kaizen–perbaikan berkelanjutan, dan 2) Siklus Pemeliharaan
(maintenance). Subsiklus Kaizen berkaitan dengan urutan Plan-Do-
Check-Act. Standar Kaizen menggambarkan rencana (Plan) perbaikan
untuk periode mendatang. Rencana ini diasumsikan dapat dicapai
sehingga standar kaizen dapat dikatakan sebagai standar yang dapat
dicapai (current attainable standard). Kemudian dilakukan berbagai
aktivitas untuk menerapkan perbaikan yang direncanakan (Do).
Selanjutnya, hasil aktual dibandingkan dengan standar kaizennya untuk
memberikan ukuran dari tingkat perbaikan yang dicapai (Check).
Terakhir, penetapan standar tersebut sebagai standar minimum baru
untuk dasar pengukuran kinerja mendatang serta memulai siklus
pemeliharaan (maintenance) dan pencarian secara simultan untuk
peluang perbaikan yang diperlukan (Act). Subsiklus perbaikan berkaitan
dengan urutan Standard-Do-Check-Act. Standar dibuat berdasarkan atas
perbaikan sebelumnya (Standard); kemudian tindakan dilakukan (Do)
dan berbagai hasilnya diperiksa untuk meyakinkan bahwa kinerja sesuai
dengan tahap yang baru (Check), dan jika tidak sesuai maka segera
dilakukan tindakan untuk memperbaiki (Act). Proses penurunan kos
berdasarkan standar Kaizen dapat dilihat pada Gambar 8.5.
8.34 Akuntansi Manajemen
Check Check
Do Act Do Act
Plan Standard
Gamber 8.5.
Proses Standar Kaizen
Tagihan Bulanan:
Pengiriman pertama Rp5 per pernyataan
Peringatan berikutnya Rp25 per peringatan
Retur Penjualan Rp100 per kejadian
Pengisian kembali persediaan Rp5 per unit yang dikembalikan
Kantor Penjualan:
Gaji dan tunjangan Rp100,000 per bulan
Kos kantor Rp50,000 per bulan
8.38 Akuntansi Manajemen
bagian penjualan
Jumlah permintaan 2 1 10
Rata-rata setiap 3 4 2
pengembalian
Manajer PT. Junior dapat melakukan analisis kos yang dikeluarkan PT.
Junior untuk setiap pelanggan. Caranya adalah dengan menghitung
setiap kategori kos yang telah dilakukan oleh PT. Junior.
8.40 Akuntansi Manajemen
8.40
PT. A PT. B PT. C
Customer unit - level cost
Pemrosesan pesanan 400 2 Rp 1 = Rp 800 38 20 Rp 1 = Rp 760 8 80 Rp 1 = Rp 640
Restocking 2 3 Rp 5 = 30 1 4 Rp 5 = 20 10 2 Rp 5 = 100
Customer batch – level cost
Terima pesanan 2 Rp 30 = 60 20 Rp 30 = 600 80 Rp 30 = 2.400
Pemrosesan pesanan 2 Rp 20 = 40 20 Rp 20 = 400 80 Rp 20 = 1.600
Pengiriman:
Perjalanan 2 Rp 100 = 200 20 Rp 100 = 2.000
KM 10 2 Rp 1 = 20 15 20 Rp 1 = 300
Pesanan terkirim 0 0 Rp 800 5 = 4.000
Retur penjualan 2 Rp 100 = 200 1 Rp 100 = 100 10 Rp 100 = 1.000
Customer sustaining cost
Kunjungan ke pelanggan 1 Rp 200 = 200 2 Rp 200 = 400 5 Rp 200 = 1.000
Akuntansi Manajemen
Tagihan bulanan 1 Rp 5 = 5 1 Rp 5 = 5 1 Rp 5 = 5
Peringatan berikutnya 0 0 2 Rp 25 = 50
Total Rp 1.555 Rp 4.585 Rp 10.795
EKMA4314/MODUL 8 8.41
LAT IH A N
Soal I
PT. Semesta Alam mempunyai 20 orang staf yang bekerja di departemen
Utang Dagang. Gaji rata-rata satu orang staf sebesar Rp2.000.000. Suatu
penelitian menunjukkan aktivitas berikut dan waktu relatif yang dibutuhkan
untuk setiap aktivitas.
Diminta:
1) Klasifikasikan keempat aktivitas tersebut di atas sebagai bernilai tambah
atau tidak bernilai tambah!
2) Hitung kos administrasi untuk tiap aktivitas!
Soal II
PT. Permata Hati telah mengembangkan standar bernilai tambah untuk
aktivitas pembelian, peralatan, perakitan peralatan, administrasi peralatan,
dan pemeriksaan peralatan. Data yang tersedia adalah sebagai berikut:
Diminta:
Siapkan laporan kos bernilai tambah, kos tidak bernilai tambah, dan kos
aktual tiap aktivitas!
Soal III
PT. Seputih Salju memproduksi transmisi untuk mobil salju. Karena tekanan
persaingan, perusahaan berusaha mengurangi kos. Sebagai bagian dari usaha
ini, pihak manajemen mengimplementasikan sistem manajemen berbasis
aktivitas dan mulai fokus pada proses dan aktivitas. Pembelian adalah salah
satu aktivitas yang dikaji secara seksama. Kajian ini menunjukkan jumlah
pesanan pembelian adalah penggerak yang baik untuk kos pembelian. Selama
tahun lalu, perusahaan mengeluarkan kos pembelian tetap sebesar
Rp25.200.000 (gaji dari enam orang karyawan). Kos tetap ini menyediakan
kapasitas pemrosesan dari 28.800 pesanan (4.800 per karyawan pada
kapasitas praktis). Pihak manajemen memutuskan jumlah pesanan pembelian
standar bernilai tambah sebesar 14.400. Pesanan aktual yang diproses pada
periode terakhir sebesar 27.600.
Diminta:
1) Buatlah laporan yang menunjukkan kos bernilai tambah, kos tak bernilai
tambah, dan kos aktual dari pembelian!
2) Asumsikan pihak manajemen dapat memperbaiki aktivitas pembelian
dan mengurangi permintaan untuk pembelian dari 27.600 pesanan
menjadi 21.600 pesanan. Tindakan apa yang perlu dilakukan dalam
kaitannya dengan manajemen berbasis aktivitas?
Soal I
1) Klasifikasi tiap kegiatan
a) Aktivitas bernilai-tambah:
1) Menyiapkan cek untuk pemasok.
2) Membuat ayat jurnal dan mengirim cek.
b) Aktivitas yang tidak bernilai-tambah:
1) Membandingkan pesanan pembelian dan penerimaan pesanan
dan faktur.
2) Menyelesaikan ketidakcocokan pada ketiga dokumen.
EKMA4314/MODUL 8 8.43
Soal II
1) Kos aktivitas bernilai-tambah (= SQ SP)
Pembelian = 2.100 Rp300.000 = Rp 630.000.000
Perakitan = 170.000 Rp12.000 = Rp2.040.000.000
Administrasi = 18.000 Rp110.000 = Rp1.980.000.000
Total kos ................................ = Rp4.650.000.000
Soal III
1) Tarif aktivitas tetap = Rp25.200.000/28.800 = Rp875 per pesanan
Kos bernilai-tambah = Rp875 14.400 = Rp12.600.000
Kos tidak bernilai tambah = Rp875 Rp14.400 = Rp12.600.000
8.44 Akuntansi Manajemen
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
1) Kos yang digunakan untuk tiap transaksi penjualan yang terjadi di sebut
kos ....
A. jaringan penjualan
B. pelanggan tingkat unit
C. pelanggan tingkat batch
D. pelanggan tingkat produk
2) Aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah bagi produk adalah ....
A. penerapan sistem Just-in-Time
B. penggunaan standar Kaizen
C. penjadwalan dan Perpindahan
D. pemeriksaan dan Penerapan sistem Just-in-Time
Informasi ini untuk menjawab pertanyaan soal No.5 sampai dengan No.7.
Setiap unit dari suatu produk memerlukan 6 komponen. Rata-rata jumlah
komponen adalah 6,5 karena kegagalan komponen memerlukan pengerjaan
ulang dan komponen tambahan. Dengan mengembangkan hubungan dengan
pemasok yang tepat dan meningkatkan kualitas komponen yang dibeli, rata-
rata komponen bisa berkurang hingga 6 komponen per unit. Kos per
komponen adalah Rp550.000
Informasi ini untuk menjawab pertanyaan Soal No. 8 sampai dengan No.10.
Suatu pabrik memproduksi 100 jenis produk elektronik. Setiap produk
membutuhkan rata-rata 8 komponen yang dibeli dari pemasok luar. Tiap
bagian komponen tersebut berbeda-beda. Dengan mendesain ulang produk
maka untuk memproduksi 100 jenis produk akan memiliki 4 komponen yang
sama. Kondisi ini akan mengurangi permintaan untuk pembelian,
penerimaan, dan pembayaran tagihan. Perkiraan penghematan dari
pengurangan permintaan sebesar Rp90.000.000 per bulan.
10) Ukuran pengukuran kos yang dilakukan perusahaan tersebut adalah ....
A. Pemilihan aktivitas
B. Pengurangan aktivitas
C. Eliminasi aktivitas
D. Penyatuan aktivitas
EKMA4314/MODUL 8 8.47
Tes Formatif 1
1) B. Volume-based costing selalu menggunakan dasar pembebanan
overhead pabrik berdasarkan volume (unit).
2) B. Unit level digunakan baik di VBC maupun ABC.
3) C. Ketidakakuratan adalah pada pembebanan kos produk untuk kos
tidak langsung, yang dalam hal ini adalah overhead pabrik.
4) D. ABC menyediakan informasi yang akurat untuk keputusan-
keputusan tersebut.
5) D. Implementasi ABC membutuhkan kos yang tinggi dan waktu yang
lama (karena dibutuhkan survei untuk melihat aktivitas yang tepat
yang memicu timbulnya kos overhead); ABC tidak bermanfaat
untuk perusahaan yang membuat 1 jenis produk, karena semua kos
overhead hanya akan dibebankan ke satu produk tersebut.
6) C. Unit level menyebabkan distorsi kos pada VBC.
7) A. Lot bahan baku yang dipindahkan merupakan penggerak aktivitas
pada penanganan bahan baku (batch level).
8) D. ABM dan ABC memberikan manfaat pada keputusan-keputusan
tersebut.
9) C. Plat logam dipotong sesuai ukuran merupakan aktivitas proses
produksi, yang berarti merupakan aktivitas yang bernilai-tambah.
10) C. Penyetelan (setup) mesin merupakan aktivitas di tingkat batch.
Tes Formatif 2
1) C. Kos yang terjadi pada setiap transaksi penjualan adalah termasuk
kategori kos pelanggan tingkat batch, di antaranya adalah kos
penagihan, kos pemesanan barang, retur penjualan.
2) C. Penjadwalan (schedulling) dan perpindahan (moving) adalah
aktivitas yang tidak bernilai-tambah.
3) B. Dimensi utama pengukuran kinerja aktivitas adalah efisiensi,
kualitas, dan waktu.
4) D. Kos yang dikeluarkan untuk menagih pelanggan yang telat
membayar termasuk kategori kos pelanggan tingkat produk.
5) B. Pemasok merupakan akar penggerak kos aktivitas, karena dengan
membuat hubungan dengan pemasok yang baik maka komponen
dapat dihemat penggunaannya.
EKMA4314/MODUL 8 8.49
Glosarium
Activity-based costing : pendekatan pembebanan kos yang pertama-
(kalkulasi kos berbasis tama menggunakan penelusuran langsung dan
aktivitas). penggerak untuk membebankan kos pada
aktivitas, kemudian menggunakan berbagai
penggerak untuk membebankan kos pada objek
kos.
Activity–based : pendekatan atas keseluruhan sistem dan
management terintegrasi yang memusatkan perhatian
(manajemen berbasis manajemen pada berbagai aktivitas dengan
aktivitas). tujuan meningkatkan nilai bagi pelanggan dan
laba yang diperoleh.
Activity driver : faktor-faktor yang mengukur konsumsi
(penggerak aktivitas). berbagai aktivitas berdasarkan produk atau
objek kos lainnya.
Activity elimination : proses mengeliminasi aktivitas yang tidak
(eliminasi aktivitas). menambah nilai.
Activity reduction : menurunkan waktu dan sumber daya yang
(pengurangan dibutuhkan oleh sebuah aktivitas.
aktivitas).
Activity selection : proses memilih di antara berbagai rangkaian
(pemilihan aktivitas). aktivitas yang disebabkan oleh berbagai pilihan
strategi.
Activity sharing : meningkatkan efisiensi atas berbagai aktivitas
(pembagian aktivitas). yang dibutuhkan dengan menggunakan skala
ekonomi.
Batch-level driver : suatu ukuran dari aktivitas yang bervariasi
(penggerak tingkat batch). dengan jumlah batch yang diproduksi.
Benchmarking : pendekatan yang menggunakan praktik-praktik
(patok duga). terbaik sebagai dasar untuk mengevaluasi
kinerja aktivitas.
Cost object (objek kos). : item atau aktivitas apapun yang kosnya
dibebankan dan diukur.
Cost pools (tempat : kategori-kategori di mana overhead dibagi
penampungan kos). untuk tujuan perhitungan tarif overhead lebih
dari satu.
EKMA4314/MODUL 8 8.51
Customer unit – level : sumber daya yang digunakan untuk setiap unit
cost (Kos pelanggan yang terjual kepada pelanggan.
tingkat unit).
Customer batch– level : sumber daya yang digunakan setiap transaksi
cost (Kos pelanggan penjualan terjadi.
tingkat batch).
Customer product– : sumber daya yang digunakan untuk
level cost memberikan jasa kepada pelanggan tanpa
(Kos pelanggan tingkat mempedulikan jumlah unit yang dibeli oleh
produk). pelanggan tersebut.
Distribution – channel : sumber daya yang digunakan di setiap saluran
cost (Kos jaringan distribusi yang digunakan perusahaan.
distribusi).
Driver (peggerak). : faktor-faktor yang menyebabkan perubahan
dalam penggunaan sumber daya, penggunaan
aktivitas, kos, dan pendapatan.
Fixed cost (kos tetap). : suatu kos yang tidak berubah secara total pada
saat aktivitas bisnis meningkat atau menurun.
Kaizen standard : standar interim yang mencerminkan perbaikan
(standard kaizen). yang direncanakan pada suatu periode
mendatang.
Nonvalue-added : aktivitas selain aktivitas yang benar-benar
activity (aktivitas tidak penting untuk tetap ada dalam bisnis.
bernilai tambah).
Plant-level driver : ukuran dari suatu aktivitas untuk
(penggerak tingkat mempertahankan kapasitas di lokasi produksi.
pabrik).
Process value analysis : pendekatan yang berfokus pada proses dan
(analisis nilai proses). aktivitas serta menekankan kinerja keseluruhan
sistem, bukan kinerja perorangan.
Product-level driver : ukuran dari suatu aktivitas yang dilaksanakan
(penggerak tingkat untuk memungkinkan produksi tiap jenis
produk). produk yang berbeda.
Sales – sustaining cost : sumber daya yang dikeluarkan untuk
(Kos pendukung memelihara penjualan dan kegiatan jasa yang
penjualan). tidak dapat diklasifikasikan berdasarkan unit,
pelanggan, dan saluran distribusi.
8.52 Akuntansi Manajemen
Daftar Pustaka
Hansen, Don R., and Maryanne M. Mowen. (2009). Cost Management, Eight
Edition. New Jersey: South Western Publishing.
PEN D A HU L UA N
S emua aktivitas yang dilakukan oleh semua bagian dalam suatu organisasi,
harus terekam dalam sebuah laporan yang tersusun secara sistematis dan
bertujuan. Disusun secara sistematis artinya laporan harus disusun menurut
langkah-langkah tertentu yang efisien, memenuhi prinsip-prinsip pelaporan
yang baik, menggunakan format-format yang tepat, dan mengikuti
mekanisme pelaporan yang jelas. Laporan harus bertujuan, artinya laporan
harus disusun sesuai dengan tujuan para pengguna laporan dan sesuai dengan
kepada siapa laporan tersebut ditujukan.
Modul 9 ini hanya terdiri dari 1 kegiatan belajar yang membahas tentang
konsep dasar pembuatan laporan kepada manajemen dan prinsip-prinsip
dasar laporan, langkah-langkah atau proses penyusunan laporan manajemen,
dan jenis-jenis laporan manajemen, termasuk latihan. Kegiatan belajar dalam
Modul 9 ini diakhiri dengan evaluasi atas pemahaman dan penguasaan
peserta didik terhadap materi yang dibahas dalam bentuk tes formatif.
Setelah mempelajari Modul 9 ini, Anda diharapkan mampu:
1. menjelaskan tujuan pembuatan laporan;
2. menjelaskan prinsip-prinsip dasar laporan;
3. menjelaskan proses penyusunan laporan;
4. menjelaskan jenis-jenis laporan manajemen;
5. menyusun laporan manajemen.
9.2 Akuntansi Manajemen
Kegiatan Belajar
disiapkan dan disajikan dengan cara berbeda antara laporan yang bersifat
berulang (repetitive) dan laporan yang bersifat khusus (special). Laporan
yang bersifat berulang dilakukan secara rutin dan reguler. Laporan seperti ini
harus menggunakan format yang standar dan konsisten. Sebaiknya laporan-
laporan seperti ini ditangani secara sistemik, artinya menggunakan sistem
yang dibangun secara otomatis. Tidak perlu ada penggunaan energi atau
upaya yang berlebihan untuk menyiapkan laporan yang bersifat berulang dan
rutin. Sebagai contoh, laporan laba rugi, neraca, dan laporan aliran kas.
Untuk menyiapkan laporan-laporan tersebut, pada umumnya, perusahaan
sudah mengembangkan sistem akuntansi dan sistem pelaporannya. Dalam
laporan berulang ini pada bagian pendahuluan biasanya berisi ringkasan
selayang pandang atau secara garis besar mengenai isi laporan.
Sementara itu, laporan khusus biasanya digunakan untuk melaporkan
isu-isu khusus, sebagai contoh komponen biaya-biaya tertentu meningkat
sangat tajam jauh melebihi biaya yang direncanakan. Tidak seperti laporan
yang bersifat berulang, format laporan khusus biasanya mengikuti isi laporan,
artinya tergantung pada apa yang dilaporkan dan situasi saat laporan dibuat.
Pada bagian pendahuluan laporan khusus, harus memuat atau menyatakan
dengan jelas isu apa yang dilaporkan dalam laporan tersebut. Jika dipandang
perlu, pada bagian pendahuluan berisi indeks yang menjelaskan proses
keputusan. Para penerima laporan harus mengerti isu-isu yang dilaporkan.
Dalam laporan khusus ini, juga harus memuat simpulan dan rekomendasi.
Alternatif-alternatif dari rekomendasi tersebut harus disertai dengan argumen
kuat yang mendukungnya.
a. Prinsip pertanggungjawaban
Berdasarkan prinsip pertanggungjawaban ini diseminasi fakta-fakta dan
gambar-gambar mengenai pendapatan dan biaya dari sebuah segmen
dalam suatu organisasi dapat dilaporkan dengan baik. Dalam membuat
laporan sebaiknya penanggung jawab dari laporan tersebut harus
dicantumkan dengan jelas karena di dalam evaluasi penanggung jawab
bisa menjelaskan penyebab-penyebab terjadinya penyimpangan-
penyimpangan, pemborosan-pemborosan, atau sebagainya. Sebaliknya,
pembaca laporan atau atasan atau pimpinan bisa menilai hasil kerja dari
penanggung jawab laporan serta bawahan-bawahannya.
Laporan-laporan yang tidak menyebutkan siapa penanggungjawabnya
sering kali sukar diperbaiki karena kurang jelas siapa yang langsung
berhubungan dengan perbaikan laporan tersebut. Untuk itu, sebaiknya
setiap laporan dihubungkan dengan penanggung jawab dan sekaligus
sebagai laporan pertanggungjawaban individu-individu yang menerima
pelimpahan wewenang. Di samping itu, laporan-laporan harus
dibandingkan dengan dasar-dasar penilaian, misalnya standar anggaran
atau pencapaian tahun sebelumnya, dan lain sebagainya. Ilustrasi yang
disajikan pada Tabel 9.1, Tabel 9.2, dan Tabel 9.3 menunjukkan prinsip
pertanggungjawaban dalam pelaporan.
Laporan tersebut disusun dari lingkup tanggung jawab manajer yang
lebih sempit ke lingkup yang lebih luas. Dengan laporan semacam itu
kita dapat mengetahui penyebab terbesar dari penyimpangan laba
perusahaan sebesar Rp41.000.000 dengan cepat (penyebab terbesar
adalah penyimpangan yang merugikan dari manajer DKI Jaya). Oleh
sebab itu, manajer puncak dapat segera melakukan koreksi-koreksi yang
diperlukan.
Tabel 9.1.
PT. Distributor Utama
Laporan Pertanggungjawaban
Untuk Manajer Produk-Mesin A Wilayah Surabaya
Juni 200x
Tabel 9.2.
PT. Distributor Utama
Laporan Pertanggungjawaban
Untuk Manajer Wilayah Surabaya
Juni 200x
Tabel 9.3.
PT. Distributor Utama
Laporan Pertanggungjawaban
Untuk Seluruh Wilayah
Juni 200x
c. Prinsip keterbandingan
Laporan yang menyajikan data mengenai kinerja aktual saja tidak
memiliki signifikansi yang berarti bagi pengguna laporan. Data aktual
seharusnya dibandingkan dengan target atau standar atau pencapaian
kinerja pada periode sebelumnya, atau ukuran-ukuran lainnya.
Perbandingan antara data aktual dengan anggaran, atau standar, atau
kinerja masa lalu sangat diperlukan. Karena tanpa data pembanding,
pembaca laporan akan mengevaluasi dengan interpretasinya sendiri atau
dengan data yang secara subjektif dianggap sebagai pembanding yang
objektif. Hal ini bisa menimbulkan salah tafsir yang berakibat pada
keliru mengambil keputusan. Oleh karena itu, data pembanding yang
disampaikan akan sangat membantu pembaca laporan dalam menilai,
menganalisis, mengevaluasi isi laporan, kemudian mengambil
keputusan.
Sebagai contoh: Departemen A mengeluarkan biaya pemasaran sebesar
Rp750.000.000, di sini pembaca laporan tidak mengetahui apakah biaya
pemasaran tersebut cukup efisien atau tidak bagi departemen yang
bersangkutan. Apakah biaya tersebut naik atau turun dibandingkan
periode sebelumnya tidak diketahui sehingga sukar diinterpretasikan.
EKMA4314/MODUL 9 9.9
d. Prinsip peringkasan
Informasi yang dibutuhkan seorang tenaga penjual akan sangat berbeda
dengan informasi yang dibutuhkan oleh seorang supervisor penjualan,
dan akan sangat berbeda dengan informasi yang dibutuhkan oleh seorang
manajer penjualan. Dengan area yang sangat luas, seorang manajer
penjualan tidak mungkin dapat melihat keadaan setiap wilayah secara
mendetail. Semakin tinggi jabatan, semakin luas cakupan
pengendaliannya. Semakin besar perusahaan berarti semakin besar dan
semakin luas pengawasan yang harus dilakukan oleh pimpinan. Semakin
banyak karyawan semakin banyak pula tingkat atau jenjang
kepemimpinan. Ketika perusahaan masih kecil (perseorangan misalnya)
pimpinan cukup dibantu wakilnya yaitu seorang mandor (supervisor)
sebagai pengawas pekerja, tetapi semakin besar dan semakin luas operasi
perusahaan tidak mungkin semua kegiatan ditangani dan diawasi oleh
satu orang saja. Ada direktur produksi yang membawahi pengawas
produksi. Pengawas produksi membawahi kepala departemen, kepala
departemen membawahi mandor-mandor atau supervisor, dan para
mandor (supervisor) tersebut membawahi buruh-buruh. Demikian pula
bagian-bagian lainnya, seperti direktur penjualan, direktur teknik,
direktur personalia dan sebagainya, memiliki bawahan-bawahan yang
berjenjang.
Semakin ke atas jenjang kepemimpinannya, berarti semakin besar dan
luas tanggung jawabnya, banyak masalah harus dipecahkan. Oleh karena
itu, sebaiknya laporan-laporan yang dibuat oleh masing-masing bagian
atau jenjang memakai prinsip semakin ke atas semakin ringkas. Dalam
konteks ini prinsip ”by exception” juga bisa diterapkan, artinya tidak
perlu melaporkan semuanya, hanya yang menyimpang saja. Artinya,
laporan yang disampaikan semakin ke jenjang atas ”semakin ringkas,
tapi menyangkut masalah luas” hanya penyimpangan-penyimpangan
yang serius (material) saja yang ditonjolkan, khususnya laporan-laporan
untuk direktur ke atas. Sedangkan masalah-masalah kecil seperti
penyimpangan-penyimpangan yang tak material pengaruhnya tidak
signifikan terhadap proses pengambilan keputusan bersifat rutin cukup
dievaluasi di tingkat jabatan menengah ke bawah.
9.10 Akuntansi Manajemen
Berikut ini pada Gambar 9.1 disajikan sifat laporan dan langkah-langkah
penyiapan laporan. Laporan yang bersifat rutin menggunakan format standar,
sedangkan laporan yang bersifat spesifik menggunakan format yang relevan
dengan materi yang dilaporkan serta isu-isu spesifik yang dilaporkan.
9.12 Akuntansi Manajemen
Pendahuluan: Pendahuluan:
Ringkasan Garis Besar Pernyataan isu -isu
Pendekatan Analitik
Gambar 9.1.
Langkah-langkah Penyiapan Laporan
C. JENIS-JENIS LAPORAN
1. Laporan-laporan Perencanaan
Laporan perencanaan berkaitan dengan program-program yang bersifat
antisipatif untuk operasi atau kondisi keuangan masa yang akan datang.
Laporan jenis ini berisi uraian dan penjelasan serta penyebaran dari rencana
perusahaan.
Laporan perencanaan ini diklasifikasikan ke dalam tiga macam laporan
perencanaan, berdasarkan jangka waktu perencanaan, yaitu berikut ini.
a. Laporan perencanaan jangka pendek: korporasi atau divisi
Laporan ini berisi proyeksi atau program-program yang disusun secara
reguler mencakup sebagian besar perusahaan secara relatif, atau sebagian
besar segmen. Proyeksi yang disajikan secara relatif berjangka waktu
pendek, umumnya tidak lebih dari satu tahun. Contoh-contoh laporan ini
adalah:
1) laporan estimasi laba dan biaya;
2) laporan estimasi aliran kas; dan
3) laporan estimasi kondisi keuangan.
b. Laporan perencanaan studi khusus jangka pendek atas suatu segmen
Pengelompokan ini dimaksudkan untuk menyajikan atau melaporkan
hasil studi khusus mengenai segmen tertentu, atau masalah-masalah
9.14 Akuntansi Manajemen
Tabel 9.4.
Laporan Perencanaan Biaya Produksi
Tabel 9.5.
Laporan Pengendalian Biaya Produksi
Contoh lain laporan pengendalian disajikan pada Tabel 9.6 berikut ini.
EKMA4314/MODUL 9 9.17
Tabel 9.6.
Laporan Pengendalian
PT. ABC
LAPORAN BIAYA KUALITAS
Untuk Tahun Yang Berakhir 31 Maret 200B
Kategori Biaya Kualitas Aktual Standar Variansi Ket
200B 200B
Prevention:
Tetap:
Pelatihan Rp35.000 Rp30.000 Rp5.000 Unfav
Kehandalan rekayasa Rp80.000 Rp80.000 Rp 0
Total Biaya Prevention Rp115.000 Rp110.000 Rp5.000 Unfav
Appraisal:
Variabel
Inspeksi Bahan
Inspeksi Kehandalan Produk Rp20.000 Rp28.000 (Rp8.000) Fav
Inspeksi Kehandalan Proses Rp10.000 Rp15.000 (Rp5.000) Fav
Total Biaya Appraisal Rp38.000 Rp35.000 Rp3.000 Unfav
Rp68.000 Rp78.000 (Rp10.000) Fav
Internal Failure Costs:
Variabel:
Scrap
Pengerjaan ulang Rp50.000 Rp44.000 Rp6.000 Unfav
Total Biaya Kegagalan Internal Rp35.000 Rp36.500 (Rp1.500) Fav
Rp85.000 Rp80.500 Rp4.500 Unfav
External Filure Costs:
Tetap:
Tuntutan Konsumen Rp25.000 Rp25.000 Rp0
Variabel:
Garansi Rp25.000 Rp20.000 Rp5.000 Unfav
Reparasi Rp15.000 Rp17.500 Rp2.500 Fav
Total Biaya Kegagalan Eksternal Rp65.000 Rp62.500 Rp2.500 Unfav
Tabel 9.7.
Laporan Pengendalian Biaya Kualitas Total
PT. ABC
LAPORAN BIAYA KUALITAS SECARA TOTAL
Untuk Tahun 2006 - 2010
TAHUN BIAYA PENJUALAN BIAYA SEBAGAI
KUALITAS AKTUAL % DARI SALES
Rp Rp
Tabel 9.8.
Laporan Pengendalian Biaya Kualitas Per Kategori
PT. ABC
LAPORAN TREND BIAYA KUALITAS MENURUT KATEGORI
Untuk Tahun 2006 - 2010
TAHUN PREVENTION APPRAISAL INTERNAL EXTERNAL
COSTS COSTS FAILURE FAILURE
COSTS COSTS
(%) (%) (%) (%)
Gambar 9.2.
Trend Biaya Kualitas Total
9.20 Akuntansi Manajemen
Gambar 9.3.
Trend Biaya Kualitas Menurut Kategori
2) Laporan analitis
Laporan analitis merupakan tindak lanjut dari hasil laporan
pengendalian. Jika dalam laporan pengendalian disajikan adanya
penyimpangan, maka perlu ada laporan lebih mendetil yang
menganalisis mengapa terjadi penyimpangan. Dalam laporan
analitis dicari sumber-sumber penyebab penyimpangan dan
alternatif solusinya, termasuk rekomendasi. Contoh-contoh laporan
analisis adalah:
a) laporan analisis selisih (variance);
b) laporan analisis laba kotor;
c) laporan analisis penjualan per produk; dan
d) laporan penentuan titik impas;
EKMA4314/MODUL 9 9.21
LAT IH A N
Berikut ini adalah data untuk menyusun rencana pada bulan Mei 200A
1) Saldo kas 1 Mei, Rp2.500.000
2) Penjualan aktual untuk bulan Maret dan April:
Maret April
Penjualan tunai Rp10.000.000 Rp15.000.000
Penjualan kredit Rp25.000.000 Rp35.000.000
Total penjualan Rp35.000.000 Rp50.000.000
3) Periode pembayaran atas penjualan kredit adalah selama 3 bulan, yaitu:
50% pada bulan yang sama dengan saat penjualan, 30% pada bulan
kedua, dan 15% pada bulan ke tiga. Sisa piutang sebesar 5%
diperkirakan tak tertagih.
4) Pembelian barang dagangan setiap bulan rata-rata 65% dari penjualan
bulan bersangkutan. Pembelian dilakukan secara kredit dengan
pembayaran 60% dibayar pada bulan yang sama dengan pembelian dan
40% dilakukan pada bulan berikutnya.
5) Gaji dan upah total Rp9.500.000 per bulan.
6) Biaya sewa sebesar Rp1.500.000 per bulan.
7) Pajak bumi dan bangunan yang dibayar pada bulan Mei Rp6.500.000
8) Anggaran penjualan pada bulan Mei adalah penjualan tunai
Rp20.000.000 dan penjualan kredit Rp40.000.000
Perhitungan pendukung:
PT. Mendulang Jaya memiliki standar biaya produksi per unit untuk produk
“A” sebagai berikut:
Bahan baku langsung (2 kg, @ Rp 500) Rp 1.000
Tenaga kerja langsung (0.5 jam, @ Rp 1.000) Rp 500
Overhead tetap (0.5 jam, @ Rp 200*) Rp 100
Overhead variabel (0.5 jam, @ Rp 400) Rp 200
Rp 1.800
*) Kapasitas Normal: 2.500 jam
Diminta:
1) Laporan Pengendalian
Selanjutnya:
Dengan menggunakan cara yang sama, lakukan analisis terhadap selisih
biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Sebaiknya Anda kembali
membuka materi biaya standar pada Modul 7 tentang analisis biaya standar.
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF
Bagian A: Pertanyaan
1) Sebutkan tiga konsep dasar pelaporan (ada tiga jawaban tersedia, nilai
3)!
2) Laporan yang efektif adalah laporan yang memiliki karakteristik
kualitatif berikut (ada 5 jawaban tersedia, nilai 5).
3) Sebutkan lima prinsip penyajian laporan (ada 5 jawaban tersedia, nilai
5)!
EKMA4314/MODUL 9 9.27
Tes Formatif
Nomor Nomor
Jawaban
Soal Jawaban
1. 1. 1. Membuat informasi efektif.
2. 3. Laporan berulang dan Laporan Khusus.
3. 5. Memenuhi lima prinsip dasar laporan.
2. 4. 7. Valid.
5. 9. Reliable.
6. 13. Relevan.
7. 15. Dapat dipahami.
8. 16. Tepat waktu.
3. 9. 2. Pertanggungjawaban.
10. 4. Manajemen dengan pengecualian.
11. 6. Keterbandingan.
12. 8. Peringkasan.
13. 10. Komentar dan Interpretasi.
4. 14. 11. Nilai prediktif.
15. 12. Sederhana dan Jelas.
16. 14. Bahasa mudah dimengerti.
17. 18. Menyajikan fakta.
18. 20. Menarik.
19. 22. Lampiran sesuai level pejabat.
20. 24. Penting untuk dilaporkan.
21. 26. Manfaat melebihi biaya.
5. 22. 17. Laporan Pengendalian.
23. 19. Laporan perencanaan.
24. 21. Laporan Informasi.
6. 25. 23. Laporan perencanaan jangka pendek.
26. 25. Laporan Perencanaan studi khusus.
27. 27. Ringkasan laporan pengendalian.
28. 28. Laporan tren.
29. 29. Laporan pengendalian periode berjalan.
30. 30. Laporan analitis.
9.30 Akuntansi Manajemen
Daftar Pustaka
Hansen, Don R., and Maryanne M. Mowen. (2009). Cost Management, Eight
Edition, South Western Publishing. New Jersey.