Anda di halaman 1dari 6

Berk. Penel.

Hayati Edisi Khusus: 6B (1–6), 2011

IDENTIFIKASI DAN PENENTUAN DERAJAT KERUSAKAN AKIBAT


INFEKSI Myxobolus sp. PADA IKAN MAS
(Cyprinus carpio)
Titis Candra D*), Gunanti Mahasri**), Woro Nur Endang S*), Dudung Daenuri*),
Sumayani*), Nurul Hidayati*), dan Intan Wijayanti *)
*) Balai Karantina Ikan Kelas II Tanjung Emas,Semarang – bki_tanjungemas@yahoo.com
**) Jurusan Perikanan Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga Surabaya

ABSTRACT
Parasitic infection type Myxobolus sp. was causing many deaths carp seed in Ngrajek Magelang regency area, therefore we needed
research to determin the species of Myxobolus who attacked goldfish in Ngrajek Magelang regency, and to determine the degree of damage
to fish gills are attacked Myxobolusis at different levels of infection. The research methods of 3 phases are : sampling (3 locations), Phase
I: intensive monitoring to determine severity, determine fish health/sick by looking at clinical symptoms, Phase II: native identification
of Myxobolus, with SEM, and calculation of prevalence, Phase III: Determination of the degree of damage with cohabitation and sow
spores, spore count and the number of nodules, histopathological examination, gill histopathology, and the determination of the degree
of damage (scoring), the examination of water quality and descriptive data analysis. The research results of Phase I are The average
number of spores in each nodule is ranged between 7500-10000. Phase II: Identification of spores showed that spores of Myxobolus
koi are supported by the identification of SEM. Phase III: SEM descreption of damage to the gills with more and more heavier nodules
Myxobolus are infection and more severe levels of damage to the gills. Gill histopathological examination is showed a mild infection
with a mild degree of damage score 1, the infection was score 3, severe infections score 4. Disease transmission by cohabitation has
not shown the expected results. Because of the possibility of maintenance is not in accordance with the field. Transmission of disease
by sowing the spores showed that spores have been ingested fish as indicated by the finding of spores contained in fish intestine, the
intestinal histopathology images are obtained as a result of schizogoni division. While gill histopathology is obtained at discounted
nodules (cysts) Myxobolus koi, congestion, erosion lamella, lamella and also there is proliferation in the intestine of infected Odem.
The conclusion of this research is Myxobolus sp. can be identified by native or by using SEM, on the basis of morphological traits
showed goldfish in Magelang regency Ngrajek attacked Myxobolus koi.

Key words: Myxobolus koi, SEM, nodules

PENGANTAR diperlukan untuk mengetahui kerusakan yang terjadi pada


jaringan yang terserang. Sampai saat ini pemeriksaan ini
Menurut Dogiel (1970), salah satu jenis parasit yang
masih belum banyak dilakukan sehingga apabila ikan
sering menyerang benih ikan mas adalah Myxobolus sp.
terserang oleh penyakit ini sudah menunjukkan tingkat
Berdasarkan survei, di daerah Ngrajek Kabupaten magelang
keparahan yang tinggi. Identifikasi Myxobolus sp. sudah
sering ditemukan adanya serangan Myxobolus sp. yang
banyak dilakukan dengan menggunakan metode natif,
menyerang ikan mas di kolam pembesaran. Myxobolus sp.
sedangkan beberapa spesies Myxobolus sudah dilakukan
juga ditemukan di daerah Ngrajek kabupaten Magelang
dengan menggunakan Scanning Electrone Microscope
pada tahun 2006.
(SEM), sebagai contoh Myxobolus cerebralis. Dengan
Myxobolus sp. termasuk dalam kelas Myxosporea, yang
diketahuinya secara dini tingkat kerusakan organ target,
dapat menyebabkan penyakit Myxobolusis (Myxosporeasis).
maka bila ikan terserang penyakit ini segera dapat ditangani.
Sampai saat ini kasus Myxobolusis masih belum banyak
Infeksi ini umumnya dapat diketahui dari adanya sistem
dilaporkan dan dipublikasikan. Pemeriksaan yang sudah
dalam jumlah yang banyak pada insang dan menyebabkan
dilakukan sampai saat ini hanya terbatas sampai gejala
kematian yang tinggi (Yuasa et al., 2003). Bertitik tolak dari
klinis dan identifikasi spesies. Gejala klinis khas ikan
latar belakang tersebut diatas maka diperlukan penelitian
yang terserang Myxobolus sp. adalah terdapatnya nodul
untuk mendapatkan informasi tingkat kerusakan organ
pada insang dan operkulum tidak dapat tertutup dengan
target serangan Myxobolus sp. secara histopatologis.
sempurna. Pemeriksaan patologis terhadap Myxobolusis
 Identifikasi dan Penentuan Derajat Kerusakan Akibat Infeksi

BAHAN DAN CARA KERJA serta dalam (kapsul kutub spora diukur panjang, lebar serta
jumlah lingkar filament).
Bahan dan Alat
Alat Identifikasi dengan SEM yaitu dissecting set, Identifikasi Myxobolus sp. dengan SEM
botol sample, cawan petri, pipet, refrigerator, critical point Spora Myxobolus sp. dimasukkan ke dalam larutan
drying, timmer, holder, vacuum evaporator dan SEM. Alat fiksatif Glutaraldehyde untuk selanjutnya dilakukan
untuk uji histopatologi yaitu dissecting set, botol sample, pemeriksaan SEM. Untuk pemeriksaan derajat kerusakan
kaset, tissue prosessor, oven, mikrotum, holder, pencetak, insang dilakukan terhadap insang yang terinfeksi ringan,
waterbath, objek glass, cover glass, hot plate, dan timmer. sedang dan berat.
Alat untuk Kohabitasi dengan 13 stoples diameter 20 cm,
tinggi 10 cm, pakan ikan, dan aerasi, sedangkan untuk tabur Penghitungan Prevalensi
spora dengan stoples 5 buah diameter 20 cm, tinggi 10 Prevalensi dapat dihitung dengan rumus:
cm, pakan ikan, aerasi, haemocytometer, cryotube/tabung
Ikan terserang parasit
reaksi, pipet, dan vortex. Alat untuk mengukur kualitas Air Prevalensi = × 100%
Sampel ikan yang diamati
menggunakan thermometer, pH meter dan kit kualitas air
untuk uji Dissolved Oxygen (DO). Penularan penyakit dengan kohabitasi
Bahan yang digunakan untuk identifikasi menggunakan Kohabitasi dengan stoples berisi 1 liter air, perbandingan
SEM yaitu larutan Fiksatif Glutaraldehyde (C2H8O2) 2%, ikan sehat dan ikan sakit 1 : 1, 1 : 2, 1 : 3, dan 1 : 4 (Obing,
larutan Buffer Phosphate pH 7.4, larutan fiksatif Osmic Acid 2006). Sedangkan oleh Mahasri (2007), ikan dipelihara 1
1%, ethanol 50%, ethanol 70%, ethanol 80%, ethanol 90%, bulan menggunakan stoples diameter 20 cm, tinggi 10 cm,
ethanol absolute, amyl acetate absolute, lem aradite, dan dan diamati gejala klinis yang nampak.
carbon/serbuk emas murni. Bahan untuk uji Histopatologi
yaitu aquadest, formalin 10%, ethanol 70%, ethanol 80%, Penularan Penyakit dengan Tabur Spora
ethanol 90%, ethanol 96%, ethanol absolut (100%) , xylol Tabur spora menggunakan stoples berisi 1 liter air
dan paraffin, sedangkan untuk pewarnaan HE yaitu xylol, beserta ikan sehat dan spora dengan perbandingan tertentu
ethanol absolute, ethanol 96%, ethanol 90%, ethanol 80%, hasil dari penelitian pendahuluan, ikan dipelihara 1 bulan
ethanol 70%, aquadest, haematoxylin dan eosin, eosin dan dan diamati perkembangan spora dari tertelannya oleh
lem entelan. Tabur spora menggunakan PBS. ikan sampai dengan munculnya kembali nodul pada organ
target.
Tahapan Penelitian
Penelitian dibagi 3 tahap yaitu I : penelitian Cara Penghitungan Nodul dan Jumlah Spora
pendahuluan, II : identifikasi parasit, dan III : Penentuan Nodul diambil dihancurkan dan dilarutkan dalam air.
derajat kerusakan. Sentrifuse kecepatan 1500 rpm 10 menit. Endapan yang
terbentuk ditambahkan PBS 10% dihitung jumlah sporanya
Penelitian Pendahuluan
menggunakan haemocytometer. Hasil penghitungan dari
Penelitian dilakukan dengan pemantauan secara 4 petak tersebut dijumlah dan dibagi 4. Hasil rata–rata
intensif Myxobolusis yang terjadi di lapangan, dilakukan dikalikan dengan 10.000 adalah isi spora per volume larutan
seminggu sekali dengan mengambil sampel 30 ikan mas sampel (Mahasri, 2007).
yang diduga terinfeksi Myxobolus sp. Parameter untuk
mendukung tingkat keparahan adalah jumlah nodul pada Pemeriksaan Patologi Anatomi Akibat Infeksi
insang. Untuk menentukan kriteria ikan yang sehat atau Myxobolus
terinfeksi Myxobolus sp. dari tingkah laku keseimbangan, Pemeriksaan setiap minggu dengan mengamati
abnormalitas atau kelainan – kelainan pada tubuh ikan. perubahan warna insang, operculum yang terbuka, serta
adanya nodul pada insang.
Identifikasi Myxobolus Metode Natif
Pemeriksaan spora yang terdapat didalam nodul Pemeriksaan Histopatologi Insang dan Saluran
dan diperiksaan dibawah mikroskop micrometer dengan Pencernaan
perbesaran 100×. Identifikasi dilakukan menurut Lom dan Pembuatan sediaan Histologi dan Pengecatan
Dykova (1992). Karakteristik morfologi spora Myxobolus Hematosilin dan Eosin (H&E) dengan membuat larutan
sp. berdasarkan ukuran luar (panjang, lebar, dan tebal), fiksasi specimen insang, kulit dan usus.
Candra, Mahasri, Endang, Daenuri, Sumayani, Hidayati, dan Wijayanti 

Penentuan Derajat Kerusakan Tabel 1. Rata-rata Ukuran 10 spora Myxobolus sp. yang ditemukan
dari nodul yang diperoleh dari ikan mas asal Ngrajek
Penentuan skor gambaran histopatologi (tingkat Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
kerusakan) insang dan saluran pencernaan adalah dengan
No. Uraian Keterangan
nilai 0, 1, 2, 3 dan 4 (Mahasri, 2007). Perubahan histopatologi
1. Bentuk Spora Kerucut langsing
insang dan saluran pencernaan dengan adanya erosi lamela, 2. Panjang Spora 10 – 14 µm
kongesti, dan nekrosis. 3. Lebar Spora 7 – 8 µm
Dasar skoring adalah sebagai berikut: 4. Tebal Spora 6 – 7 µm
Nilai 0 : belum terjadi kerusakan pada satu lapang 5. Panjang Filamen 5 – 6 µm
pandang (belum terjadi perubahan patologis) 6. Lingkar Filamen 6–8
Nilai 1 : terdapat bagian yang terdapat erosi lamela, 7. Bentuk Nodul Bulat telur
kongesti, dan nekrosis ≤ 25% pada satu lapang 8. Warna Nodul Putih kekuning-kuningan
9. Organ Target Insang
pandang, merupakan tingkat kerusakan ringan
Nilai 2 : terdapat bagian yang terdapat erosi lamela,
kongesti, dan nekrosis > 25–50%, merupakan
tingkat kerusakan sedang
Nilai 3 : Nilai 3 diberikan jika terdapat bagian yang
terdapat erosi lamela, kongesti, dan nekrosis
> 50–75%, merupakan tingkat kerusakan berat
Nilai 4 : Nilai 4 diberikan jika terdapat bagian yang
terdapat erosi lamela, kongesti, dan nekrosis
> 75%, merupakan tingkat kerusakan sangat
berat.

Pemeriksaan Kualitas Air


Meliputi suhu, pH, kecerahan dan oksigen terlarut.
Pengukuran dilakukan 2 kali yaitu pada awal perlakuan
Gambar 1.  Gambar spora Myxobolus koi yang ditemukan
dan pada akhir perlakuan.
pada ikan mas asal Ngrajek Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
(perbesaran 1000×)
Analisis Data
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, data Identifikasi Myxobolus sp. menggunakan SEM
yang terkumpul dianalisis secara diskriptif yang ditampilkan Hasil Identifikasi dengan SEM menunjukkan morfologi
dalam bentuk gambar tabulasi (Steel and Torrie, 1993). yang sama dengan hasil pengamatan menggunakan
mikroskop Morfologi spora dari Myxobolus koi dengan
HASIL menggunakan SEM dapat dilihat pada Gambar 2.
Penelitian Pendahuluan
Hasil pemantauan intensif perkembangan Myxobolusis
pada ikan mas daerah Ngrajek Kabupaten Magelang,
jumlah nodul rata-rata dari 30 ikan adalah 1–12 nodul.
Sebagai dasar penentuan tingkat keparahan. 1–4 nodul
termasuk dalam kriteria ringan, 5–8 sedang dan 9–12 berat.
Tiap nodul memiliki jumlah spora 7500–10000. Tabel 1
menunjukkan rata-rata ukuran 10 spora Myxobolus sp.

Hasil Identifikasi Myxobolus sp. dengan Metode


Natif
Hasil penelitian ikan yang positif terinfeksi ini
operculum tidak tertutup sempurna nodul pada insang. Gambar 2.  Morfologi Myxobolus koi yang ditemukan pada ikan
Morfologi dari Myxobolus sesuai dengan hasil identifikasi mas asal Ngrajek Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. (perbesaran
oleh Lom dan Dykova (1992). 7500×)
 Identifikasi dan Penentuan Derajat Kerusakan Akibat Infeksi

Prevalensi Myxobolus koi pada Ikan Mas


Prevalensi Myxobolus sp. pada ikan mas di ketiga
desa menunjukkan angka yang cukup tinggi yaitu 71,68%,
61,67% dan 56,67% (Tabel 2).

Tabel 2. Prevalensi Myxobolus koi pada ikan mas dari pada 3


lokasi di Kabupaten Semarang (Pengambilan sampel
Awal Bulan Juli 2009)

Petani Jumlah Ikan Ikan Terinfeksi Prevalensi


Ikan Ikan Sehat Myxobolus sp. (%)
A 120 34 86 71,67
B 120 46 74 61,67
C 120 52 68 56,67

Hasil Pemeriksaan Gambaran Insang dengan


SEM
Gambar 4.  Gambaran Histopatologi insang ikan normal/sehat
Hasil pemeriksaan gambaran insang akibat infeksi (A),lamela normal (A1), Gambaran histopatologi infeksi ringan
Myxobolus sp. Dapat dilihat pada Gambar 3. (B) terdapat erosi lamela (B1) jaringan mengalami, Gambaran
histopatologi infeksi sedang (C) terdapat erosi lamela (C1),
kongesti (C2), Gambaran histopatologi infeksi berat (D) terdapat
erosi lamella (D1), kongesti (D2) dan nekrosis (D3) perbesaran
400×.

Penentuan Derajat Kerusakan Usus dengan


Kohabitasi
Berdasarkan hasil pemeriksaan maka ikan sehat yang
digunakan adalah yang prevalensi 0% yaitu ikan yang
berasal dari lokasi Ungaran kabupaten Semarang. Penularan
parasit secara kohabitasi ini belum menunjukkan hasil
yang diharapkan. Hal ini dikarenakan media pemeliharaan
belum dapat disesuaikan dengan pemeliharaan di lapangan
sehingga perlu diteliti lebih lanjut.

Penentuan Derajat Kerusakan Usus dengan


Tabur Spora
Gambar 3.  Gambaran insang ikan yang normal (A), insang
dengan terinfeksi ringan (B), insang dengan terinfeksi sedang (C) Jumlah spora yang ditabur pada stoples untuk keperluan
dan insang dengan terinfeksi berat (D) (pembesaran 2000×) infeksi buatan tabur spora adalah 10000–20000 spora.
Penentuan Patologi Anatomi akibat Infeksi
Myxobolus koi
Insang ikan yang terinfeksi Myxobolus menunjukkan
nodul pada lamella, terjadi perubahan warna pada insang
menjadi pucat dan operculum selalu terbuka.

Hasil Pemeriksaan Histopatologi Insang Ikan


akibat Infeksi Myxobolus koi
Tingkat perubahan histopatologi terbukti ditentukan oleh
derajat infeksi Myxobolus koi pada ikan mas yaitu infeksi
ringan, sedang, berat dan tidak terinfeksi. Berdasarkan
score penilaian menunjukkan bahwa semakin berat derajat
infeksi semakin berat kerusakan yang ditimbulkan pada Gambar 5.  Spora Myxobolus koi di usus gambaran histopatologi
insang (Gambar 4). usus ikan
Candra, Mahasri, Endang, Daenuri, Sumayani, Hidayati, dan Wijayanti 

Pemeriksaan saluran pencernakan ikan menunjukkan insang ikan mas setelah 1 bulan pemeliharaan dalam media
ditemukannya spora di dalam saluran pencernaan ikan. yang ditabur spora ditemukan adanya, kongesti, prolifersi
Spora yang ditemukan dapat dilihat pada Gambar 5. epitel, odem dan erosi epitel, Gambaran histopatologi secara
lengkap dapat dilihat dari Gambar 7.
Hasil Pemeriksaan Histopatologi Usus Ikan
Setelah Pemeliharaan Selama 1 bulan dengan
PEMBAHASAN
Tabur Spora
Gambaran histopatologi usus ikan mas setelah 1 bulan Berdasarkan pemantauan intensif perkembangan
pemeliharaan dalam media yang ditabur spora menunjukkan Myxobolusis pada ikan mas daerah Ngrajek Kabupaten
ditemukannya stadia scizon dari Myxobolus koi. Selain Magelang rata–rata dari 30 ikan adalah 1–12 nodul
ditemukan spora pada usus juga ditemukan stadia schizon dengan jumlah spora 7500–10000 pada setiap nodul.
dari Myxobolus koi. Gambaran schison dalam usus dapat Hasil penelitian pendahuluan menyatakan bahwa dosis
dilihat dari Gambar 6. 10000–20000 spora sudah dapat menyebabkan kerusakan
pada usus dan insang.
Hasil identifikasi dari operculum tidak tertutup pada
ikan mas ini didukung juga oleh Welby et al. (2001) yang
mengatakan bahwa Myxobolus koi (Gill myxosporeosis)
merupakan salah satu spesies dari genus Myxobolus yang
biasa ditemukan menyerang ikan mas terutama pada ikan
mas ukuran kecil (benih).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Myxobolus
Gambar 6.  Gambar potongan histopatologi jaringan usus akibat yang menginfeksi ikan mas di daerah Ngrajek merupakan
infeksi buatan (A dan B) terdapat beberapa Scizon (A1) pada Myxobolus koi, hal ini sesuai dengan hasil identifikasi
potongan histopatologi usus pewarnaan HE (40×) dan Scizon
oleh Lom dan Dykova (1992). Prevalensi Myxobolus koi
pada potongan histopatologi usus pewarnaan HE (100×) (B1)
pada Ikan Mas menunjukkan hasil yang tinggi (Tabel
2) ini kemungkinan disebabkan kualitas air pada kolam
Hasil Pemeriksaan Histopatologi insang Ikan
tempat pengambilan sampel kurang mendukung kehidupan
Setelah pemeliharaan selama 1 bulan dengan tabur
ikan yang dipelihara. Hal ini sesuai dengan pendapat
spora. Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan
Kamiso dan Triyanto (2005) yang menyatakan bahwa
di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran
penularan Myxobolus sangat dipengaruhi oleh kualitas air.
Hewan UGM, menunjukkan bahwa gambaran histopatologi
Kemungkinan lain juga disebabkan oleh kualitas benih.
Berdasarkan penentuan patologi anatomi akibat infeksi
myxobolus koi menunjukkan insang ikan yang terinfeksi
Myxobolus menunjukkan nodul pada lamella, terjadi
perubahan warna pada insang menjadi pucat dan operculum
selalu terbuka. Hal ini didukung oleh pendapat Darnas
(1982) nodul semakin lama semakin besar akhirnya pecah.
Perubahan warna insang terjadi karena banyaknya nodul
yang terdapat pada insang mengakibatkan insang tidak bisa
bernafas dan kekurangan oksigen, sehingga menyebabkan
perubahan warna insang menjadi lebih terang atau pucat
(Nabib dan Pasaribu, 1989).
Infeksi Myxobolus yang berat pada insang menyebabkan
terjadinya nekrosis yang berakibat hilangnya struktur
Gambar 7.  Gambar Histopatologi insang dengan infeksi buatan
jaringan normal. Pada gambar nampak adanya erosi lamella,
(A), terdapat kongesti (A1), gambar histopatologi pada insang dimana semakin berat infeksi maka erosi lamella juga
akibat infeksi buatan (B), terdapat proliferasi epitel (B1), gambar akan semakin besar, sehingga lamella secunder terlihat
potongan histopatologi usus akibat infeksi buatan (C), terdapat hilang akibat adanya kista. Selain terjadi nekrosis dan
odem (C1), gambar potongan histopatologi usus akibat infeksi
buatan (D), terdapat erosi epitel (D1), dengan pewarnaan HE dan
erosi lamella juga ditemukan adanya kongesti. Hasil
perbesaran (400×). penelitian menunjukkan infeksi ringan oleh Myxobolus koi
 Identifikasi dan Penentuan Derajat Kerusakan Akibat Infeksi

menyebabkan tingkat kerusakan insang yang masih ringan UCAPAN TERIMA KASIH
dengan score 1. Sedangkan infeksi sedang oleh Myxobolus
Terima kasih kami ucapakan kepada Pusat Karantina
koi menyebabkan tingkat kerusakkan insang berat dengan
Ikan, Laboratorium Mikroskopi Fakultas Kedokteran
score 3 dan infeksi berat oleh Myxobolus koi menyebabkan
Universitas Airlangga Surabaya, Laboratorium Mikroskopi
kerusakan sangat berat dengan score 4. Hasil penelitian juga
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya,
menunjukkan semakin berat infeksi Myxobolus koi semakin
Laboratorium Histopatologi Fakultas Kedokteran Hewan
berat kerusakan insang ikan yang ditimbulkan.
Universitas Airlangga Surabaya, Laboratorium Patologi
Berdasarkan pemeriksaan hispatologi usus ikan
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada
setelah pemeliharaan selama 1 bulan dengan tabor spora
Yogyakarta.
terlihat bahwa ada stadia scizon dari Myxobolus koi.
Schizon merupakan stadia Myxobolus setelah Myxobolus
KEPUSTAKAAN
mengalami pembelahan secara Schizogony. Terdapatnya
scizon ini dikarenakan dalam siklus hidup Myxobolus Darnas D, 1982. The Biology of Transmission of Myxobolus
setelah menembus keluar dari usus langsung masuk ke neurobious Schuberg and Schroder, 1905. A Myxosporean
peredaran darah dan selanjutnya mengalami pembelahan parasite of Salmonid Fishes. 117p
Dogiel VA, 1970. Ecology of the parasites of freshwater fishes.
secara shizogony. Hasil dari pembelahan schizogony
In VA Dogiel, GK Petrushevski, YI Polyanski (eds),
merupakan scizon. Hal ini didukung oleh Darnas (1982)
Parasitology of Fishes, TFH Publications, Hong Kong,
yang mengatakan bahwa setelah Myxobolus masuk ke p. 1–47.
peredaran darah akan mengalami pembelahan secara Kamiso SH dan Triyanto HN, 2005. Prevalensi dan derajat infeksi
schizogoni dan menghasilkan scizon. Myxobolus sp. Pada insang benih karper (cyprinus carpio)
Gambaran histopatologi insang ikan mas setelah 1 bulan di kabupaten sleman. Jurnal Perikanan. 7(1)
pemeliharaan dalam media yang ditabur spora ditemukan Lom J and Dykova I, 1992. Protozoan Parasites of Fishes.
adanya, kongesti, prolifersi epitel, odem dan erosi epitel. Developments in Aquaculture and Fisheries Science, 26.
Keberadaan kongesti pada gambaran histopatologi yaitu Elsevier.
Mahasri G, 2007. Protein Membran Imunogenik Zoothamnium
merupakan peningkatan volume darah pada jaringan
Penaei sebagai Bahan Pengembangan Imunostimulan pada
atau bagian tubuh yang mengalami proses patologi (lihat
Udang Windu (Penaeus Monodon Fabricus) terhadap
Gambar 7A). Zoothamniosis. Universitas Airlanggga, Surabaya.
Selain kongesti juga ditemukan odem, hal ini Nabib R dan FH Pasaribu, 1989. Patologi dan Penyakit Ikan.
menunjukkan adanya infeksi parasit yang masuk usus. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat
Gambar odem dapat dilihat dari gambar potongan Jenderal Pendidikan Tinggi. IPB. Bogor. 158 hal.
histopatologi akibat infeksi buatan Gambar 7C. Kemudian Obing HA, 2006. Kajian Morfologi Myxobolus sp. pada Ikan
juga ditemukan proliferasi epitel pada lamella insang. Hal Mas (Cyprinus carpio). Universitas Gadjah Mada,
ini dapat dilihat pada gambar potongan histopatologi 7B. Yogyakarta.
Steel RG and Torrie JH, 1993. Prinsip Prosedur Statistika,
Sedangkan erosi epitel juga dapat ditemukan pada usus
Terjemahan oleh Bambang Sumantri, Gramedia, Jakarta,
ikan yang terinfeksi Myxobolus sp. Hal ini dapat dilihat
hal 425–478.
pada Gambar 7D. Welby I, Hoole D, Bucke D, and Purgess P, 2001. Infectious
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat Disease – parasite. In Hoole. D, Bucke. D, Purgess. P.,
ditarik kesimpulan bahwa infeksi ringan Myxobolus koi Welby. I (eds). Disease of Carp and other Cyprinid Fishes,
menyebabkan tingkat kerusakan ringan, infeksi sedang Chap 5 Blackwell Science. Oxford, P. 63–124.
menyebabkan tingkat kerusakan berat, dan infeksi berat Yuasa K, Panigoro N, Bahnan M, dan Khiidin BE, 2003.
menyebabkan derajat kerusakan insang sangat berat. Panduan Diagnostik Penyakit Ikan. Teknik Diagnosa
Sedangkan identifikasi Myxobolus sp. dapat dilakukan Penyakit Ikan Budidaya Air Tawar. Balai Budidaya Air
Tawar Jambi.
secara natif atau dengan menggunakan SEM, berdasarkan
dari ciri-ciri morfologis menunjukkan ikan mas di daerah
Ngrajek Kabupaten Magelang terserang Myxobolus koi

Anda mungkin juga menyukai