Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH TEKNIK PEMBORAN II

DRILLING FLUID SOLID REMOVAL

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 2

1. Aprizelyani Tares (1601107)

2. Aristarkhus Bonafasius Langga (1601143)

3. Nurfarida Rahma Ratuwara (1601077)

4. Resim Sarlan Mangalik (1601108)

5. Veronika Suci Sagala (1601124)

JURUSAN S1 TEKNIK PERMINYAKAN


KONSENTRASI TEKNIK GEOLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI
BALIKPAPAN
2018
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur kami panjakan kehadirat Tuhan YME atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Drilling Fluid Solids Removal”. Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada
Bapak Andi Jumardi, ST., MT selaku dosen pengampu mata kuliah teknik
pemboran II.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, maka dari
itu kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk menyempurkana makalah ini.
Apabila terdapat kesalahan baik dari segi penyusunan makalah maupun
tata bahasa dalam makalah ini, kami memohon maaf.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat digunakan
sebagai bahan dalam proses belajar mengajar dan dapat menambah wawasan
kita.

Balikpapan, Oktober 2018

Penyusun
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lumpur Pemboran (Drilling Fluid, Drilling Mud) merupakan salah


satu sarana penting dalam operasi pemboran sumur-sumur minyak dan gas
bumi untuk mencapai target yang direncanakan. Pada mulanya orang hanya
menggunakan air saja untuk mengangkat cutting dan dengan kemajuan zaman
lumpur mulai digunakan. Lumpur ini berupa larutan (suspensi) berbagai bahan
kimia dan mineral didalam air, minyak, gas,udara, atau busa dengan
komposisi tertentu, sehingga nampak seperti lumpur dan karena itu diberi
nama lumpur pemboran. Lumpur bor ini bekerja dengan jalan disirkulasikan
menggunakan pompa lumpur (Mud Pump) yang kuat.
Dipermukaan terdapat tangki-tangki pengendap dan alat-alat pemisah
(Solid Control Equipment) untuk memisahkan dan membersihkan lumpur dari
cuttings, untuk kemudian disirkulasikan kembali kedalam lubang bor. Lumpur
juga memiliki potensi energi yang berasal dari bahan-bahan kimia dan mineral
yang dikandungnya (potensi fisiko-kimia) untuk menjalankan fungsi internal
seperti meningkatkan kekentalan, berat jenis (tekanan hydrostatis), gel
strength (mencegah pengendapan cutting) dsb. Dipermukaan terdapat tangki-
tangki pengendap dan alat-alat pemisah (Solid Control Equipment ) untuk
memisahkan dan membersihkan lumpur dari cuttings, untuk kemudian
disirkulasikan kembali kedalam lubang bor.

12. Rumusan Masalah

1. Mengapa lumpur pengeboran harus di dukung oleh peralatan kontrol


padatan.

2. Bagaiamana cara kerja peralatan kontrol padatan lumpur?


1.3 Tujuan

1. Menjelaskan tentang operasi lumpur pemboran yang harus didukung


oleh peralatan kontrol padatan.
2. Memaparkan cara kerja peralatan kontrol padatan lumpur.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGONTROL PADATAN

Lumpur pengeboran terbaik sekalipun yang tersedia tidak dapat bekerja


secara sendiri, harus didukung oleh peralatan kontrol padatan yang baik.
Dengan secara efektif menggunakan peralatan kontrol padatan, dapat
mempertahankan kontrol rheologi dan berat lumpur, mengurangi kebutuhan
untuk dilusi, menghemat biaya air, mengurangi kehilangan lumpur, dan
mempertahankan weighting material di dalam sistem sementara secara efektif
menghilangkan padatan yang dibor. Kontaminan adalah segala sesuatu
termasuk didalamnya, atom, molekul, compound, senyawa, partikel padatan
yang mampu merubah sifat fisika kimia pada fluida yang asli baik berasal dari
formasi ataupun dari permukaan semaktu sirkulasi berlangsung.

2.2 PENGELOMPOKAN KONTAMINAN

2.2.1. Kontaminan Primer

Kontaminan utama dalam pengeboran adalah dari serbuk bor


(cutting) saat drilling dari ukuran sebuk yang besar diatas 144 micron
sampai 2 mikron dan semen 2.

2.2.2. Kontaminan Sekunder

Kontaminan tingkat sekunder adalah berupa serbuk bor yang lebih


halus berukuran koloid atau super mikro <2 micron 3.

2.2.3. Kontaminan Tersier

Kontaminan tingkat tersier adalah kontaminasi yang berasal dari


air formasi, gas dan minyak yang mengalir bercampur lumpur. Selain
dari pada itu dapatpula karena bakteri Organik dan Unorganik
Pencegahan dan mengatasi dengan sistem ini adalah dengan memisakan
dan membuang drill solid. Pemisakan ini yang paling edial adalah
membuang seluruh drill solid demikian pertama kali akan masuk tangki
lumpur yaitu di shale shaker. Tetapi bila drill solid lolos di shale shaker
maka tahap berikutnya diupayakan pemisahan lagi walau berakibat
terjadi penurunan ukuran atau pecah akibat adanya aliran turbulensi saat
proses pemisahan. Adapun peralatan tersebut adalah:

 Shale Shaker
 Degasser
 Desander
 Desilter
 Hydrocyclones
 Centrifuge

Dengan penggunaan secara baik peralatan kontrol padatan, pompa


lumpur akan beroperasi lebih lama, casing dan pipa bor akan melawan
keausan secara efektif, kecepatan penetrasi (Rate of Penetration) akan
bertambah, dan bit akan tetap didasar lebih lama (awet). Ketika menggunakan
alat kontrol padatan untuk menyelesaikan masalah lumpur yang disebabkan
oleh padatan yang tidak diinginkan, urutan tugas engineer adalah sebagai
berikut:

1. Analisa uji lumpur untuk adanya padatan tidak diinginkan yang sangat
tidak dapat diterima.

2. Periksa alat kontrol padatan yang sudah di pasang di lokasi untuk


memastikan alat tersebut beroperasi secara normal.

3. Periksa alat kontrol padatan yang sudah di pasang di lokasi untuk


memastikan alat tersebut diatur dan dioperasikan dengan urutan yang
benar.
4. Periksa alat kontrol padatan yang sudah ada di lokasi untuk menentukan
apakah alat tersebut memiliki kapasitas untuk menghilangkan cukup
padatan yang tidak diinginkan untuk memecahkan masalah.

5. Jika alat yang sekarang tidak memiliki kapasitas yang diperlukan, cari
tahu alat kontrol padatan yang diperlukan untuk mengatasi masalahnya.

6. Tentukan biaya harian menggunakan alat kontrol padatan tambahan


yang di perlukan.

7. Tentukan biaya dilusi yang diperlukan untuk mengatasi masalahnya.

8. Perbandingkan biaya menggunakan alat kontrol padatan dengan


menggunakan dilusi untuk mengatasi masalah padatan yang tidak
diinginkan, dan membuat pelanggan sadar akan biaya dan manfaat dari
satu cara atas yang lain.

9. Rekomendasikan dan pasang alat kontrol padatan tambahan yang


diperlukan.

10. Operasikan alat kontrol padatan untuk periode waktu yang cukup;
periksa lumpur dan evaluasi keefektifan dari alat yang
direkomendasikan ini. Metode dasar pengontrol padatan adalah :

• Gravitational Settling

• Screening

• Hydrocyclon

• Rotating centrifuges

2.3 HUKUM STOKES

Setiap benda yang bergerak dalam suatu fluida (zat cair atau gas) akan
mendapat gaya gesekan yang disebabkan oleh kekentalan fluida tersebut.
Gaya gesekan ini sebanding dengan kecepatan relative benda terhadap fluida.
Syarat-syarat yang diperlukan agar Hukum Stokes dapat berlaku :

1. Ruang tempat fluida terbatas

2. Tidak ada turbulensi di dalam fluida

3. Kecepatan v tidak besar sehingga aliran masih linier

Jika sebuah benda padat berbentuk bola dilepas pada permukaan zat
cair, bola tersebut akan mendapatkan percepatan. Dengan bertambah besarnya
kecepatan bola, maka gaya stokes yang bekerja padanya juga bertambah besar
sehingga akhirnya bola akan bergerak dengan kecepatan tetap, yaitu setelah
terjadi keseimbangan antara gaya-gaya berat, Archimedes dan Stokes pada
bola tersebut. Apabila bola bergerak dengan kecepatan tetap, maka persamaan
yang berlaku :

2.4 KLASIFIKASI UKURAN PADATAN

Sangat penting dipahami bagaimana cara partikel dibedakan dan


diklasifikasikan. Partikel pada lumpur bor bervariasi antara sangat kecil
(kurang dari 1/25.400 inchi) sampai dengan sangat besar (lebih dari 1 inchi).
Untuk ukuran yang sangat kecil disebutkan dalam satuan micron ( 1mikron =
1/1.000.000 meter).

Dalam industry pengeboran minyak dan gas, ukuran butiran padatan


lumpur menggunakan satuan mesh. Tabel berikut menjelaskan klasifikasi
tersebut.

Klasifikasi Ukuran Partikel

2.5 SHALE SHAKER

Bagian pertama dari alat kontrol padatan yang ditemui lumpur


pengeboran adalah shale shaker. Adalah garis pertahanan pertama di
dalam menghilangkan padatan yang tidak diinginkan dari lumpur. Prinsip-
prinsip pengoperasiannya adalah relatif sederhana.

Gambar bagian - bagian Shale Shaker

Langkah penggunaan Shale Shaker :

1. Lumpur dimasukkan pada satu saringan getar atau beberapa saringan.

2. Ketika lumpur mengalir pada permukaan saringan, getaran memisahkan


padatan dari lumpur.

3. Padatan yang lebih besar tidak dapat lolos melewati bukaan saringan,
sehingga padatan yang mengambang diatas saringan akan dibuang.

4. Lumpur yang mengandung padatan yang lebih halus lolos melalui


bukaan saringan pada suatu rig tank.

Ukuran partikel-partikel padatan yang dibuang oleh shale saker


tergantung pada ukuran dari bukaan saringan. Ukuran Saringan biasanya
disebutkan dalam satuan Mesh. Mesh adalah istilah ukuran generic screen
dimana menunjukkan jumlah lubang dalam stu inch Contoh, sebuah mesh
screen 8 akan mempunyai 8 lubang untuk satu inch panjang (i.e. 8 kawat
per inch atau 8 API).

Gambar ukuran saringan B mesh

Gambar Screen dua dimensi


Ukuran partikel-partikel yang dipisahkan oleh shale shaker
tergantung pada ukuran bukaan pada saringan yang digunakan. Jumlah
bukaan per linear inch disebut mesh dan adalah pantulan dari ukuran
bukaan layar. Semakin kecil bukaan pada saringan shale shaker, semakin
kecil kisaran pemisahan ukuran partikel. Pada operasi normal shale shaker
dapat memisahkan partikel-partikel sampai 160 mikron, sehingga kisan
pemisahan ukuran partikel untuk shale shaker menjadi 160 mikron.
2.5 DEGASSER
Fungsi dasar degasser ini adalah mengeluarkan gas-gas dari dalam
lumpur secara berkala atau terus- menerus. Deggaser memisahkan gas dari
lumpur setelah lumpur pemboran melewati unit shale shaker. Prinsip kerja
degasser ini adalah mengaduk lumpur dengan agitator agar gas dalam
lumpur keluar dan diisap oleh vacuum pump untuk dianalisa oleh gas
Chromatograph. Fungsi Gas Chromatograph untuk mengidentifikasi
persen komponen gas yang terikut ke dalam sistem lumpur bor, sehingga
dapat diketahui persentasi gas Methane (C1), Gas Ethane (C2), Gas
Propane (C3), Gas Iso Butane (i-C4), dan Gas Normal Butane (n-C4).
Jika gas dibiarkan ada dalam lumpur, itu dapat mengganggu pompa
sentrifugal yang memberi tenaga perangkat penghilang padatan dan gas
bisa menyebar ke seluruh area lubang lumpur dan menciptakan bahaya
serius.
Gambar deggaser
2.6 Hydrocyclones

Hydrocyclones adalah perangkat berbentuk kerucut yang


menyebabkan cairan berputar di dalam kerucut. Spiral lumpur dari ujung
besar menuju ujung kecil kerucut. Padatan dipaksa keluar ke dinding dan
kemudian turun ke dinding dan keluar pada pembukaan yang dapat
disesuaikan di ujung kecil kerucut. Lumpur kembali menaiki vortex finder
di tengah, keluar dari ujung yang besar dan kembali ke sistem lumpur aktif.
Prinsip kerja dari Hidrocyclone adalah sebagai berikut.
 Feed slurry dialirkan melalui inlet dengan kecepatan (flow rate) tinggi
dengan steady pressure atau feed head konstant pada range tertentu sesuai
desain dari pabrik
 Pompa centrufugal dipakai untuk mendapatkan flow rate dan head yang
diinginkan tersebut.
 Kecepatan yang tinggi dalam feed chamber akan menghasilkan suatu
kecepatan putaran yang dapat menghasilkan gaya centrifugal. Fortex
finder menyeabkan arah aliran spiral ke bawah kearah lubang buangan
(under flow) solid discharge. Gaya centrifugal menyebabkan solid yang
bermasa besar terlempar ke pinggir (keluar) dinding cyclone dan turun
dengan aliran spiral ke bawah.

 Pemisahan solid dipengaruhi oleh berat jenis dan ukuran partikel. Ukuran
solid mempunyai pengaruh lebih besar dari variasi density. Semakin besar
partikel semakin lebih cepat turun terbuang.
 Pusaran cairan yang bermasa ringan sampai pada suatu tempat akan mulai
membalik arah naik keatas di dekat poros cone yang bertekanan rendah
sampai hampa karena gaya centrifugal yang meningkat semakin tinggi.

 Pada saat itu terjadiada aliran cairan yang bersih/ringan mendekati pusat
dan terus naik keluar ke atas over flow.

 Aliran spiral dari partikel solid bermasa besar yang berkecepatan tinggi
terlempar keipinggir dinding terus turun keluar di underflow.

 Type Hydrocyclone yang bekerja seperti diatas ini didalam opreasi disebut
“Balance Design”, apabila bukaan lubang dibagian buangan (underflow)
berupa sebuah “circular weir atau “ring dam” dan bukan sebuah choke.

 Type lain type dari hydrocyclone disebut “Choke Bottom” apabila saluran
buangan mempunyai back pressure, dengan memakai choke. Kecepatan
pembuangan solid di lubang bawah dipengaruhi pembukaan choke
tergantung besar prosentase solid yang ada.

Kemampuan dari sebuah hydrocyclone untuk memisahkan padatan dari


lumpur berkurang karena :
 feed head (tekanan aliran) lebih besar atau lebih rendah dari range
yang disarankan.
 kekentalan lumpur yang naik .
 perubahan bentuk padatan yang lebih tidak bulat.
 semakin kecilnya ukuran padatan.
 Semakin kecilnya lubang bukaan dari under flow.
 terlalu banyak padatan (% by volume) yang masuk ke syclone.
2.7 CENTRIFUGE

Conical bowl centrifuge akan memisahkan partikel-partikel menjadi


ukuran 5 mikron, dan contour bowl centrifuge akan memisahkan partikel
menjadi 2 mikron.

Fungsinya adalah :
 Umumnya centrifuge pada unweighted mud (lumpur tidak diperberat)
adalah untuk memisahkan padatan yang tidak diinginkan dari lumpur yang
keluar dari underflow desander dan desilter, atau membuang solid dari
lumpur yang tidak dipakai.
 Sedang centrifuge pada weighted mud adalah untuk memproses lumpur
yang diperberat pada active system dan mengurangi kekentalan lumpur
dengan membuang padatan yang sangat halus (berukuran coloidal), sedang
padatan yang besar seperti barite drill solid yang seukuran barite kembali
ke sistem lumpur.
 Centrifuge menghasilkan relatif padatan kering di under flow dibuang dan
lebih banyak liquid (cairan) keluar di overflow bersama partikel-partikel
yang sangat kecil kembali ke mud system.

Terdapat dua type centrifuge yang banyak dipakai, yaitu :


 Decanting solid bowl centrifuge (decanter)
 Perforated rotor centrifugel separator.

Centrifuge

Pemakaian centrifuge umumnya karena memiliki sifat sebagai berikut:


 Mempertahankan kandungan benda-benda padat berberat jenis rendah di
dalam suatu sistem lumpur yang diperberat (weighted mud).
 Menyelamatkan bahan-bahan pemberat dari dalam lumpur dalam
penyimpanan.
 Menyelamatkan bahan-bahan pemberat dari dalam lumpur kelebihan di
dalam sistem lumpur yang aktif.
 Menyingkirkan drilled solid hasil pengeboran dari dalam lumpur yang tidak
diperberat.
 Memproses underflow dari mud cleaners.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Lumpur pemboran sangat berperan penting dalam operasi pemboran


karena merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan operasi pemboran.
Perannya harus dimaksimalkan agar hasil dan target yang ditetapkan dapat
tercapai. Semua unit harus dioperasikan semaksimal mungkin sesuai fungsi dan
cara kerjanya masing-masing pada operasi pemisahan lumpur pemboran.

Lumpur yang keluar dari formasi harus melewati proses pemisahan. Proses
ini dilakukan agar lumpur tersebut dapat digunakan kembali sesuai fungsi dan
perannya pada operasi pemboran. Pemisahan ini melewati beberapa unit
pemisahan. Unit-unit ini berperan dalam memisahkan padatan lumpur yang terdiri
dari gas, pasir, dan fluida.

Shale shaker berfungsi memisahkan butiran berukuran besar dari lumpur.


Fungsi dasar degasser adalah mengeluarkan gas-gas dari dalam lumpur secara
berkala atau terus- menerus. Pemisahan partikel berukuran 30-60 micron dari
lumpur pemboran menggunakan desander. Sedangkan partikel dengan ukuran 15-
30 mikron menggunakan desilter. Hydrocyclones berfungsi memisahkan fluida
dari lumpur dengan menggunakan gaya centrifugal. Conical bowl centrifuge akan
memisahkan partikel-partikel menjadi ukuran 5 mikron, dan contour bowl
centrifuge akan memisahkan partikel menjadi 2 mikron.

Anda mungkin juga menyukai