Anda di halaman 1dari 1

Sirna

Televisi itu masih menyala saja saat saya terjaga dari tidur nyenyak. Dengan mengumpulkan
segenap nyawa yang telah melanglang buana ke seantero jagat, saya mencari handphone
kesayangan saya (gak bisa beli yang baru jadi anggap saja kesayangan). Ternyata HP itu ada
di dekat kepala saya.

Tidak ada SMS masuk. Tidak pula missed call tertera di layarnya. Akhirnya saya simpan
kembali elektronik kotak itu.

Pikiran saya tiba-tiba mencari alasan kenapa TV di depan saya masih menyala. Saya mencari
segala fakta di lapangan (tempat saya tidur). Ternyata, di kosan 2x3 meter itu saya tidak tidur
sendirian. Ada 3 orang teman saya yang juga tertidur menghadap TV. Fakta lain saya
temukan saya tak berselimut (edan, selimut yang menempel di tubuh saya telah dicuri oleh
kawan saya). Pantaslah semalam saya menggigil kedinginan.

Fakta lainnya saya ketahui setelah beberapa menit kemudian di salah satu stasiun TV muncul
berita tentang sepak bola. Beritanya berisi kegagalan Los Blancos (Real Madrid) untuk
meraih poin maksimal atas CSKA Moscva. Laga itu berakhir dengan skor 1-1. Juga dengan
Chelsea yang kalah di Stadion San Paolo, Naples, kandang Napoli. Ceritanya, di stadion
tersebutlah Chelsea mesti tertunduk malu, alias kalah dari tim kuda hitam itu dengan skor 3-
1.

Saat menyimak berita liga champion eropa itu, ada sesuatu yang mengganggu pikiran saya.
Apalagi ketika melihat bungkus rokok yang berserakan, gelas-gelas yang hanya berisi ampas
kopi, juga asbak yang sesak dengan punting rokok.

Saya mulai menemukan ingatan bahwa sebelum berniat nonton LCE saya membeli satu
bungkus rokok dan 1 sachet kopi instan. Sialnya, saya telah ketiduran sebelum rokok saya
nyalakan. Juga dengan kopi yang tak sempat saya hidangkan.

Celakanya, satu bungkus rokok yang saya beli tadi malam itu ada di antara sederetan bungkus
rokok yang berserakan. Kopi yang kusimpan di samping TV pun hanya tinggal bungkusnya
saja.

Saya mulai menyadari, rokok itu hanya tinggal puntung saja dan sudah tertinggal di paru-paru
kawan-kawan saya. Pun dengan kopi, yang mungkin sudah tinggal enak di perut orang-orang
yang sedang membangkai ini. Rokok dan kopi itu telah sirna kertaning bumi. Selamat tinggal
rokok dan kopiku, semoga bahagia selalu menyertaimu.

Lindungilah rokok dan kopi anda sebelum anda tidur.

Anda mungkin juga menyukai