Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS


(Model dan Tenaga Pendidikan Layanan A BK)
(Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Psikologi
Perkembangan Peserta Didik)
Dosen Pegampu:
Dr. Syarifan Nurjan, MA

Disusun Oleh:
Amar Ma’ruf A.A NIM. 16150238
Julianto NIM. 16150241
Riska Vianto NIM. 16150242

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2017/2018
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Manusia merupakan salah satu mkhluk ciptaan Allah SWT yang berada di
bumi ini. Dalam penciptaannya manusiapun beragam, dari yang besar sampai
kecil, putih sampai hitam, tinggi sampai pendek, semuanya beragam. Salah satu
keberagamannya lagi yang mencolok adalah manusia sempurna dan cacat, yang
mana cacat ini tidak hanya berupa cacat fisik melainkan juga cacat mental atau
pikiran, itulah yang disebut orang berkebutuhan khusus.

Anak berkebututhan khusus tidak boleh kita acuhkan, karena ia juga


merupakan manusia yang diciptakan Allah yang dikehendaki tidak sempurna
oleh-Nya. Kita tidak boleh membedakan hak orang biasa dan orang yang
berkebutuhan khusus, karena mereka memiliki hak dan perlakuan serta fasilitas
yang sama seperti orang normal pada umumnya.

Dalam perjalanan hidupnya seorang yang berkeburuhan khusus juga


mendapatkan hak untuk belajar yang dimulai dengan umur yang sama seperti
orang yang normal yakni dari anak-anak. Anak yang berkebutuhan khusus juga
berhak mendapatkan pelayanan pendidikan seperti anak normal yang lain, namun
terkadang ia harus mendapat perhatian yang khusus karena
ketidaksempurnaannya. Dan dari setiap kecacatan yang berbeda juga memiliki trik
mengajar yang berbeda sesuai dengan kebutuhannya.

Dalam pembelajaran yang diberikan kepada anak berkebutuhan khusus


ada berbagai macam variasi, mulai dari digabung dengan anak yang normal
namun perhatiaannya khusus samapai dengan benar-benar mendapatkan
pembelajaran yang khsus yang dipisah dari anak yang normal. Dan dalam
mengajar anak yang berkebutuhan khusus seorang pengajar juga harus memiliki
keterampilan yang khusus yang berkaitan dengan anak tersebut.

2
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian anak berkebutuhan khusus?
2. Bagaimana klasifikasi anak berkebutuhan khusus?
3. Apa penyebab anak berkebutuhan khusus?
4. Bagaimana model layanan anak berkebutuhan khusus?
5. Bagaimana tenaga kependidikan dalam pelayanan anak berkebutuhan
khusus?
Tujuan
1. Untuk mengetahui apa pengertian anak berkebutuhan khsusu
2. Untuk mengetahui klasifikasi anak berkebutuhan khusus
3. Untuk mengetahui penyebab anak berkebutuhan khusus
4. Untuk mengetahui model layanan anak berkebutuhan khusus
5. Untuk mengetahui tenaga kependidikan dalam pelayanan anak
berkebutuhan khusus

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus


Anak berkebutuhan khusus (ABK) pada awalnya lebih dikenal
Dengan istilah cacat, anak berkelainan atau anak luar biasa. Anak luar
biasa didefinisikan sebagai anak yang menyimpang dari keriteria normal
secara signifikan, baik dari aspek fisik, psikis, emosional, dan social
sehingga untuk mengembangkan potensinya di perlukan adanya layanan
pendidikan khusus (Kirk & Galleger,1989). Dalam paradigm baru, ABK
berarti anak yang memiliki kebutuhan individual yang bersifat khas yang
tidak bisa disamakan dengan anak normal lainnya (Suyanto, 2005). Dalam
hal ini Lync (1994) membedakan ABK menjadi 3 (tiga) kategori sebagai
berikut:
1. Anak-anak usia sekolah yang saat ini berbeda dengan lembaga-
lembaga pendidikan formal tetapi tidak memiliki atau tidak
menujukan kemajuan dalam belajarnya, kelompok ini termasuk
didalam kategori anak lambat dalam belajar, atau anak kesulitan
dalam menelaah pelajaran, anak ber IQ sedang, anak hieraktif, anak
autis dan lain sebagainya.
2. Anak-anak yang secara nyata (signifikan) mengalami kecacatan baik
dari fisik, social, emosi dan mental. Kelompok ini termasuk
dikategorikan kedalamm anak tuna netra, tuna rungu, tuna grahita,
tuna daksa, dan tna laras.
3. Anak-anak usia sekolah yang tidak terjangkau oleh layanan
pendidikan formal sama sekali, sehingga anak-anak ini menjadi anak
yang terklupakan. Kelompok yang ketiga ini termasuk didalamnya
adalah anak-anak yang berkerja (pekerja anak), anak pperempuann
yang terpingit karena kultur, anak-anak miskin/gelandangan, anak-
anak yang berdomisili di perairan, kepulauan, dan daerah terpencil,
dan anak-anak yang menjadi korban kerusakan, dan lain sebagainya.

4
Menurut hasil-hasil Rakornas PLB di Jakarta (2001) , anak
berkebutuhan khusus ternyata tidak hanya anak yang cacat saja yang
selama ini di kenal oleh banyak kalanngan masyarakat, tetapi yang
trmasuk didalamnya adalah anak yang berbakat, anak autis, dan anak yang
telah terkena bahayanya obat-obat terlarang seperti Sabu, Ganja, Narkoba
dan lain sebagainya.
Dari semua apa yang telah di paparkan di atas tersebut dapat kami
tarik kesimpulan bahwa ABK mempunyai jangkuan yang luas yang tidak
hanya terbatas pada anak-anak cacat yang signifikan (seperti pada kategori
anak yang ke 2) tetapi juga meliputi anak yang kesulitan dalam belajar,
anak dengan cerdas dan berbakat (Gifted & talented), anak autis, anak
hiperaktif, anak lambat dalam belajar, anak yang telah menjadi korban
Narkoba, dan juga anak-anak dengan alasan tertentu yang tidak dapat
terjangkau oleh layanan pendidikan formal.
Anak berkebutuuhan khusus dalam kajian kali ini hanya di batasi
pada ABK jenis-jenis yaitu: anak tunanetra, tunarungu, tunagrahita,
tunadaksa, tunalaras, anak berkebutuhan belajar, anak berbakat, anak autis,
dan yang terakhir anak hiperaktif.

B. Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus


Anak yang berkebutuhan khusus dapat diklasifikasikan berdasarkan
jenisnya yaitu berdasarkan aspek kecerdasan (intelegensi), berdasarkan aspek
fisik, dan berdasarkan aspek tingkah laku, serta berdasarkan aspek tertentu.
1. Berdasarkan Aspek Kecerdasan
a) Kelompok anak berkebutuhan khusus berintelegensi di atas rata-
rata.
Yaitu seorang anak yang memiliki kecerdasan intelektual
(IQ) di atas 110. Ciri-ciri anak ini adalah cepat dalam belajar
(memahami, menghafal, dsb).
b) Kelompok anak berkebtutuhan khusus beritelegensi di bawah
rata-rata.

5
Yaitu seorang anak yang kecerdasan intelektualnya (IQ) di
bawah 90. Ciri-ciri anak ini adalah lamban dalam belajar,
mengingat dan memahami.
2. Berdasarkan Aspek Fisik
a) Tuna Netra
Yaitu seorang anak yang tergannggu pengelihatannya baik
total maupun parsial. Ciri anak ini adalah memiliki daya
pendengaran dan perabaan yang kuat, suka mengusap-usap
mata,dsb.
b) Tuna Rungu
Yaitu seorang anak yang memiliki gangguan pendengaran
baik lemah pendengaran maupun tuli. Ciri anak ini adalah
jalannya sempoyongan, terlihat seperti orang bodoh,sering
curiga terhadap orang sekitar, dsb.
c) Tuna Grahita
Yaitu seorang anak yang mengalami hambatan
perkembangan mental dengan karakteristik idiot dan imbesil.
d) Tuna Daksa
Yaitu seorang anak yang memiliki kelainan anggota tubuh
karena luka, penyakit, ataupun pertumbuhan yang salah. Anak
ini memiliki ciri kelainan fisik/cacat fisik, suka menampakkan
kemarahan tanpa sebab yang jelas, dsb.
3. Berdasarkan Aspek Tingkah Laku (Tunalaras)
Seorang dikatakan tunalaras apabila ia mempunyai tingkah laku
yang menyimpang dari orang yang normal, tidak mempunyai sikap,
dan suka melanngar peraturan dengan frekuensi yang cukup besar.
Penyebab tunalaras ada dua yaitu gangguan emosi dan gangguan
penyesuaian sosial. Cirinya adalah memiliki aktifitas berlebih,
berperilaku nakal, suka melanggar aturan baik kecil maupun besar.

6
4. Berdasarkan Aspek Tertentu
1) Autis
Yaitu seoarang anak yang hanya tertarik terhadap dunianya
sendiri dan acuh terhadap orang lain. Ciri dari anak yang
menderita autis adalah bicarnaya lambat dak kata-katanya
sukar dipahami, ia suka menyendiri dan sedikit kontak mata,
sensitif terhadap sentuhan seperti dipeluk, dsb.
2) Hiperaktif
Yaitu seorang anak yang memiliki kelainan berupa aktifitas
autu gerak jasmani yang berlebihan. Cirinya adalah tidak bisa
diam, sering gagal fokus, sering tidak mampu mengikuti
instruksi, sering lupa dalam tanggungjawabnya, dsb.

C. Faktor Penyebab Anak Berkebutuhan Khusus


1) Kejadian Sebelum Lahir
Penyebab anak berkebutuhan khusus bisa terjadi saati ia
belum lahir, diantaranya yaitu karena adanya virus yang
menyerang saat di kandungan, keracunan darah, faktor rhesus,
dsb.
2) Kejadian Pada Saat Kelahiran
Kejadian ini terjadi ketika sang bayi hendak lahir dan
mengalami hal-hal berikut pada kelahirannya, yaitu lahir
menggunakan tang verlossing, proses kelahiran yang terlalu
lama, dan posisi bayi yang sungsang.
3) Kejadian setelah kelahiran
Yang menyebabkan seorang anak berkebutuhan khusus
selanjutnya adalah kejadian pada saat ia masih bayi atau anak-
anak. Hal-hal yang terjadi adalah penyakit radang selaput otak,
terjadi kecelakaan, stress berat dan gangguan kejiwaan,
penyakit panas tinggi dan kejang-kejang, dsb.

7
D. Model Layanan Anak Berkebutuhan Khusus
Manusia diciptkan dengan hak dan kewajiban yang sama oleh
Tuhan yang Maha Esa Alloh SWT. Dengan kelebihan dan kekurangan
yang ia miliki tidak menyebabkan berbeda dalam mendapatkan hak dan
menunaikan kewajiban. Kita sebagagai manusia jelas memiliki kewajiban
di dunia ini untuk beribadah kepada Alloh SWT. Serta mencari ilmu
supaya dapat mengerti mana yang benar dan mana yang salah. Oleh sebab
itu manusia yang memiliki kebutuhan khusus dalam hidupnya juga
memiliki kewajiban yang sama untuk mencari ilmu serta mengamalkanya
supaya bisa mendapat derajat orang-orang yang bertaqwa disisi Alloh
SWT.
Dengan begitu manusia mencari motode atau cara supaya mereka
yang memiliki kebutuhan khusus dalam menempuh proses pendidikan
dapat merasakan pendidikan seperti layaknya orang yang tidak memiliki
kebutuhan khusus. Karena apa dengan mengunakan motede-metode
tertentu tersebut diharapkan dapat mempermudahkan peserta didiknya
juga pengajarnya untuk menyampaikan ilmu atau menerima ilmu dengan
mudah. Diantara metode atau cara yang sudah ada sebagai berikut:
1. Model Segregrasi
Model ini adalah model pendidikan yang dapat dikategorikan
sudah klasik. Model ini mencoba memberikan layanan pendidikan secara
khusus dan terpisah dari jenis anak normal maupun anak berkebutuhan
khusus lainya. Jadi model ini adalah model yang mengkhususkan dalam
pengajaranya sesuai kebutuhan yang dibutuhkan peserta didiknya dengan
satu jenis kebutuhan atau satu kelompok ABK yang memiliki kebutuhan
yang sama.
Kelebihanya peserta didik dapat merasakan nasib
sepenangunangan sehinga rasa mender, dan rasa rendah diri bagi mereka
akan hilang. Sedangkan kekurangnya pagi peserta didik seolah masih ada
batasan antara dia dengan orang yang tidak berkebutuhan khusu.

8
2. Model Kelas Khusus.
Model ini adalah model yang tidak berdiri sendiri layaknya (SLB),
melainkan keberadaanya ada di sekolah umum/regular. Dan keberadaan
kelas khusu ini sifatnya tidak permanen. Melainkan didasarkan ada atau
tidak adanya anak yang memerlukan pendidikan khusus ini. Dan kelas
khusus ini anak akan dibimbing secara personal oleh guru yang memang
khusus untuk mengajarinya.
Kelebihnaya peserta didik akan merasa diperhatikan dan mendapat
pelayanan yang lebih. Sedangkan kekurangnya peserta didik masih
merasakan batasan-batasan sosial diantara yang tidak mendapat layanan
khusu sehinga akan terjadi minder dan sebagainya.
3. Model Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB)
Model ini adalah model yang diperuntuhkan untuk menampung
peserta didik berkebutuhan khusus usia sekolah dasar dari berbagai jenis
dan tingkat kekhususan yang dialaminya. Mereka belajar di kelas masing-
masing sesuai kebuthan khusus yang dialami. Tetapi mereka dapat
bersosialisasi dengan ABK yang tidak sejenis denganya di luar ruang
kelas.
Kelebihanya anak berada dalam dunia yang lebih luas, tidak hanya
berada pada jenis kebutuhan khusus tertentu. Tetapi kekurangnya anak
masih merasakan batasan sosial antara mereka dan anak yang tidak
memiliki kebutuhan ksusus seperti mereka.
4. Model Guru Kunjung
Model ini difungsikan untuk mereka yang membutuhkan
pendidikan di daerah terpencil, daerah perairan, daerah kepulauan atau
tempat-tempat yang sulit dijangkau oleh layanan khusus yang telah ada.
Ditempat tersebut dibentuk sanggar atau kelompo-kelompok belajar
tempat anak-anak memperoleh layanan pendidikan.
Kelebihan model ini adalah anak dapat dengan mudah memperoleh
layanan pendidikan dan anak dapat saling berkomunikasi diantara mereka
dengan mudah. Sedangkan kekurangnya tenaga pengajar yang menangani

9
khusus pada model ini karena memang hal tersebut memerlukan banyak
kerjasama dair berbagai pihak.
5. Sekolah Terpadu
Sekolah terpadu pada hakikatnya seperti sekolah normal pada
umumnya. Tetapi menerima anak berkebutuhan khusus untuk bisa belajar
bersama di dalamnya. Mereka belajar bersama-sama tanpa dipisah oleh
dinding-dinding kelas. Dalam belajar mereka diajar oleh guru-guru umum
sedangkan materi yang memiliki sifat kekhususan diberikan guru
pendamping yang telah ditunjuk.
Kelebihanya anak merasa dihargai harkat dan martabatnya. Dari
segi perkembangan sosial anak lebih mudah berinteraksi dan
berkomunikasi secara luas. Sedangkan kekurangnya kadang-kadang anak
merasa rendah diri dihadapan mereka. Dan dalam kondisi tertentu kadang
anak dijadikan bahan olokan oleh teman-temanya.
6. Pendidikan Inklusi
Inklusi berarti terbuka. Jadi pendidikan inklusi adalah pendidikan
yang terbuka bagi siapa saja yang ingin belajar di dalamnya. Yang tanpa
dibatasi oleh sesuatu apapun. Dan memperoleh hak dan kewajiban yang
sama dalam proses pendidikan
Kelebihan dari pendidikan inklusi ini adalah peserta didik akan
memperoleh layanan yang sama dengan anak normal lainya. Dan anak
akan merasakan adanya perlakuan dan persamaan hak. Sedangkan
kekuranganya dalam kondisi tertentu anak masih memiliki problem sosial.

E. Tenaga Kependidikan dalam Layanan Anak Berkebutuhan Khusus


Personil ppendidikan ABK tidak terlalu jauh berbeda dengan
persinil pendidikan umum lainnya. Personil yang di maksud dalam
layanan ABK adalah sebagai berikut:
1. Tenaga Guru
Guru yang bertugas dalam pendidikan ABK harus memiliki
kualifikasi dan kemampuan yang telah di sepakati bersama berupa

10
persyaratan yang telah ditentukan oleh pihak sekolah. Tenaga guru yang
dipersyaratan tersebut diantaranya: Guru Khusus, Guru pembimbing
(konselor pendidikan), Guru umumyang telah memiliki pengalaman luas
dan matang dalam hal mendidik dan menangani masalah-masalah
pendidikan anak di sekolah.
2. Tenga Ahli
Tenaga ahli dalam pendidikan ABK sangat diperlukan sekali
keberadaannya untuk ikut membantu memecahkan permasalahan anak
tersebut, dalam bidang non akademik. Tenaga alhi yang di perlukan dalam
menangani permasalahan-permasalahan yang ada pada anak diantaranya
adalah: Dokter umum, Dokter spesialis, psikolog, social worker, maupun
tenaga ahli lainnya yang di perlukan.
3. Tenaga Adminitrasi
Untuk kelacaran proses dalam belajar-mengajar perlu di perlukan
tenaga dukungan seperti adminitrasi sekolah. Sebagai tenaga non
akademik, walaupun keberadaannya di non akademik namun
keberadaannya sangat di perlukan sekali tujuannya untuk kelancaran
tugas-tugas sekolah secara umum, misalnya dalam bidang keuangan, surat-
menyurat, pendapatan siswa atau guru, dan lain sebagainya.

11
BAB III
KESIMPULAN

1. Pada dasarnya Anak berkebutuhan khusus (ABK) pada awalnya lebih


dikenal Dengan istilah cacat, anak berkelainan atau anak luar biasa. Anak
luar biasa didefinisikan sebagai anak yang menyimpang dari keriteria
normal secara signifikan, baik dari aspek fisik, psikis, emosional, dan
social sehingga untuk mengembangkan potensinya di perlukan adanya
layanan pendidikan khusus (Kirk & Galleger,1989). Dalam hal ini Lync
(1994) membedakan ABK menjadi 3 (tiga) kategori, yang dimana kategori
masing-masing membutuhkan tenaga pendidik yang berbeda-beda.
2. Anak berkebutuhan khusus diklasifikasikan berdasar jenisnya, yaitu
kecerdasan, fisik, tingkah laku, dan jenis tertentu. Dalam jenis kecerdasan
dibagi menjadi dua yaitu di atas rata-rata (IQ>110) dan di bawaha rata-rata
(IQ<90). Dari jenis fisik dibagi menjadi tuna netra, tuna rungu, tuna
grahita dan tuna daksa. Dari jenis tingkah laku yaitu penyimpangan
tingkah laku karena gangguan emosi dan karena gangguan penyesuaian
sosial. Dan dari jenis tertentu yaitu ada autis dan hiperaktif.
3. Penyebab anak berkebutuhan khusus dibagi menjadi tiga yaitu saat
sebelum kelahiran, saat kelahiran, dan setelah kelahiran.
4. Dengan memperhatikan Anak berkebtuhan Khusus tersebut maka dapat di
peroleh cara atau motede supaya Anak berkebtuhaban Khsusus ini juga
dapat merasakan pendidikan yang sama seperti anak normal lainya.
5. Tenaga kependidikan dalam layanan ABK ini dibutuhkan 3 tenaga kerja,
yang dimana peran kerjanya berbeda satu dengan yang lain.

12
DAFTAR PUSTAKA
Nurjan, Syarifan. 2017. Perkembangan Peserta Didik Perspektif Islam.
Yogyakarta: Titah Surga.

13

Anda mungkin juga menyukai