Anda di halaman 1dari 13

JSM (Jurnal Sains Manajemen) ISSN : 2302-1411

Program Magister Sains Manajemen UNPAR Volume V, Nomor 1, April 2016

Analisis Efisiensi Pola Distribusi Hasil Penangkapan Ikan


Nelayan Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau

Denny Johanson
Program Magister Sains Manajemen, Universitas Palangka Raya

ABSTRACTS, Penelitian ini adalah upaya mengungkapkan efisiensi pola distribusi hasil penangkapak
ikan nelayan Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau. Metode penelitian yang digunakan
adalah metode survei lapangan untuk menemukan populasi nelayan, dan pengumpul diberbagai
tingkat pasar, serta perubahan atau peningkatan pada setiap tingkatan pasar (pengumpul) dan
besarnya tingkat keuntungan (mark-up) yang diterima pengumpul. Hasil investigasi dilapangan
menemukan data jumlah nelayan laut di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau sebanyak
674 nelayan, ada 3 (tiga) tingkatan jalur distribusi pemasaran perikanan hasil tangkapan nelayan
Kecamatan Kahayan Kuala yang disebut pengumpul I sebanyak 44 unit, pengumpul II sebanyak 31
unit dan PPI/TPI 2 perusahaan pembeli atau penampung besar untuk kepentingan ekspor. Hasil
analisis menyimpulkan sebagai berikut : Nelayan sesungguhnya mempunyai berbagai alternatif untuk
memilih jalur distribusi pemasaran yang menguntungkan atas dasar tingkatan harga yang ditawarkan
pengumpul. Kenyataannya dari jumlah 674 nelayan, 100,00 % menjual hasil tangkapannya dilaut
kepada pengumpul I. Nelayan mempunyai tambahan keuntungan sebesar jika menjual kepada
pengumpul II atau ke PPI/TPI di Banjarmasin. Ketidakmampuan nelayan untuk mengakses (mencapai)
jalur distribusi yang menguntungkan karena secara teknis tidak efisien dengan kapasitas muatan
kapal motor dibawah 0,50 ton. Akibatnya secara ekonomis lebih menguntungkan menjual kepada
pengumpul I. Dengan semakin panjangnya jalur distribusi pemasaran maka harga semakin tinggi
mencapai 76,06 %. Besarnya marjin nelayan 58,33 %, besarnya mark-up pengumpul I 47,37 % lebih
besar dari pengumpul II yang hanya 11,94 % dengan total 59,31 %. Hasil uji statistik menyimpulkan
bahwa ada perbedaan yang signifikan besarnya mark-up yang diterima pedagang perantara atas
dasar tingkat pasar.
Kata Kunci : Nelayan, Pengumpul, Harga, dan Mark-up.

PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Fenomena yang dihadapi oleh masyarakat nelayan dan petani sekarang ini bukan saja masalah
produksi melainkan sampai pada masalah pemasaran dan distribusi. Masalah pemasaran dan
distribusi tidak saja berhubungan dengan sarana fisik (jalan dan angkutan) untuk mencapai pasar
yang lebih luas, melainkan juga keterlibatan pihak ke tiga (pedagang perantara) yang turut
memperumit pola distribusi yang efisien. Seharusnya pihak ketiga (pedagang perantara) adalah mitra
bisnis yang dapat diandalkan untuk dapat mensejahterakan masyarakat nelayan dan petani. Oleh
karena itu, masalah efisiensi merupakan masalah yang terpenting tidak saja dalam kegiatan produksi
melainkan juga dalam kegiatan pemasaran dan distribusi. Sesuai dengan pernyataan Rentra Bappeda
Kabupaten Pulang Pisau (2007), bahwa salah satu fenomena ketidakefisienan yang dihadapi
nelayan/petani dalam masalah pemasaran dan distribusi adalah pola-pola distribusi yang rumit dan

Johanson / Jurnal Sains Manajemen (V/1) 2016 / 81 – 93 | 81


JSM (Jurnal Sains Manajemen) ISSN : 2302-1411
Program Magister Sains Manajemen UNPAR Volume V, Nomor 1, April 2016

panjang yang menyebabkan beberapa konsekuensi yang dihadapi nelayan dan petani, diantaranya ;
1) Tekanan harga dari para pedagang perantara (pengumpul, makelar atau tengkolak), 2). Waktu
penyampaian produk kekonsumen menjadi lambat dengan risiko kebusukan dan kerusakan, 3)
Turunnya permintaan konsumen akibat perubahan kondisi produk, dan 4) Turunnya permintaan
akibat harga yang semakin tinggi dimana konsumen cenderung akan mengganti produk lain sebagai
produk pengganti (substitusi) misalnya dari ikan ke ayam atau daging sapi dan sebagainya. Banyak
dan panjangnya saluran distribusi (keterlibatan pedagang perantara), tentunya mendorong harga
semakin tinggi ditingkat pasar akibat dari banyak pedagang perantara yang mengambil keuntungan
(mark-up) atas kegiatannya ditambah biaya oprasional yang dikeluarkan oleh pedagang perantara
yang dibebankan pada harga konsumen, sementara penghasilan dari para nelayan tidak meningkat.
Dalam hukum permintaan, semakin tinggi harga maka semakin kecil jumlah yang diminta.
Keadaan demikian maka pada akhirnya nelayan lah yang dirugikan, apa yang diharap nelayan jika
permintaan kecil ? Memperbesar produksi agar harga turun ? Tentunya sangat tidak memungkinkan,
ini karena kegiatan ekonomi para nelayan hanya dalam batas substansi yaitu sebatas membiaya
kehidupan keluarga sehari-hari, dan produksi sangat tergantung pada alam. Oleh karena itu, jika
keadaan demikian maka diperlukan T3 (Tindakan Turun Tangan) dari pihak pemerintah melalui
instansi terkait, terutama Dinas Kelautan dan Perikanan Pulang Pisau dalam fungsinya sebagai
fasilisator agar dapat tercapai visi dan misi yang telah dicanangkan yaitu “Terwujudnya masyarakat
tani/nelayan sejahtera melalui pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan dengan menjaga
kelestarian lingkungan pada periode 2003-2008”. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti
menggunakan beberapa indikasi pola saluran distribusi yang efisien, diantaranya; 1) Relatif
sedikitnya keterlibatan pedagang perantara, 2) Jalur distribusi relatif pendek, 3) Secara spesifik
pedagang perantara besar lebih berperan aktif, karena pedagang perantara besar dalam skala besar
lebih efisien baik dalam hal pengangkutan maupun biaya lainnya, 4) Harga konsumen tidak begitu
tinggi (dibawah 100 %) dari harga pasar tingkat desa (harga nelayan), dan 5) Kumulatif mark-up
relatif kecil tidak lebih dari 50 %.

Perumusan Masalah
Memahami fenomena diatas, maka masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut :
“Bagaimanakah Pola Distribusi Hasil Perikanan Laut Yang Efisien di Kecamatan Kahayan Kuala
Kabupaten Pulang Pisau”.

Tujuan Penelitian
Untuk menemukan pola distribusi hasil penangkapan perikanan laut di Kecamatan Kahayan
Kuala Kabupaten Pulang Pisau dilihat dari luasnya jangkauan daerah pemasaran dan banyaknya
keterlibatan lembaga perantara yang membentuk mata rantai distribusi. Untuk mengetahui
peningkatan harga dan mark-up pengumpul setiap peningkatan pasar.

Manfaat Penelitian
Manfaat Praktis, Hasil penelitian ini bermanfaat bagi Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Pulang Pisau sebagai bahan pertimbangan dalam rangka melaksanakan T3 (Tindakan
Turun Tangan) melalui fungsi stabilitasi dengan cara memotong mata rantai pendistribusian hasil
penangkapan ikan agar harga dapat terkontrol. Manfaat Teoritis, hasil penelitian ini sangat
bermanfaat bagi referensi ilmu pengetahuan terutama bidang pemasaran hasil perikanan dan peran
lembaga perantara sebagai mata rantai pendistribusian.

Johanson / Jurnal Sains Manajemen (V/1) 2016 / 81 – 93 | 82


JSM (Jurnal Sains Manajemen) ISSN : 2302-1411
Program Magister Sains Manajemen UNPAR Volume V, Nomor 1, April 2016

KAJIAN TEORITIS
Pengertian Pemasaran
Berbagai macam definisi pemasaran yang diungkapkan oleh para ahlinya, ada yang
menekankan pada penyampaiannya (distribusi), ada yang menekankan pada informasi, dan ada pula
yang menekankan pada kepuasan konsumen. Untuk lebih jelasnya menurut Kotler (2000), pemasaran
adalah kegiatan yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia melalui proses
pertukaran. Sedangkan menurut Swatha, dan Irawan (1995), pemasaran adalah sistem keseluruhan
dari kegiatan manusia yang diarahkan untuk memperlancar arus barang dan jasa dari produsen ke
konsumen secara efisiensi dengan maksud menciptakan permintaan yang efektif. Menurut Asseal
(1997); Pemasaran adalah menceritakan daya tarik melalui suatu proses informasi. Menurut Stanton
(dalam Swastha, 1998), bahwa pemasaran adalah merupakan suatu sistem keseluruhan dari pada
merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang
memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.
Dari beberapa pendapat diatas maka dapat diambil kesimpulan secara umum, bahwa pemasaran
adalah kegiatan yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan konsumen dengan
memuaskan dengan cara menginformasikannya terlebih dahulu kemudian menyampaikannya
(mendistribusikannya). Pengertian manajemen pemasaran lebih menekankan pada aspek
manajemen kegiatannya, karena itu menurut Kotler (1997), Manajemen pemasaran adalah proses
perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi, serta penyaluran gagasan,
barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan tujuan-tujuan individu dan
organisasi. Menurut Assauri (1997), Manajemen pemasaran merupakan kegiatan penganalisaan,
perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian program-program yang dibuat untuk membentuk,
membangun, dan memelihara, keuntungan dari pertukaran melalui sasaran pasar yang dicapai tujuan
organisasi (perusahaan) dalam jangka panjang. Dari unsur-unsur yang terkandung dari apa yang
diungkapkan diatas, nampaknya masalah keuntungan harus diperhitungkan dalam kegiatan
pemasaran termasuk kegiatan pola pendistribusiannya, serta keterlibatan lembaga perantara.

Saluran Distribusi
Saluran distribusi adalah lembaga ekonomi yang berperan sebagai perantara antara produsen
dan konsumen. Untuk produk ikan hasil penangkapan, saluran distribusi merupakan hal yang penting
karena mereka berfungsi mendekatkan produk (ikan) kepada konsumen, tanpa mereka (saluran
distribusi = perantara) maka ikan akan tidak ada nilainya. Saluran distribusi suatu barang adalah
saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan barang tersebut dari produsen sampai ke
konsumen atau pemakai industri (Swastha, 1998). Para perantara pemasaran adalah perusahaan-
perusahaan yang membantu perusahaan itu dalam promosi, penjualan dan distribusi barang-
barangnya kepada pembeli terakhir. Mereka meliputi para perantara, perusahaan distribusi fisik,
lembaga-lembaga jasa pemasaran, dan perantara bidang keuangan (Kotler, 1995).

Pola Saluran Distribusi


Bagi produsen dan konsumen, keberadaan saluran distribusi ini penting, sebab tanpa
perantara maka produsen sangat sulit untuk mencapai konsumen dan sebaliknya konsumen sangat
sulit mencapai produsen. Jenis saluran distribusi yang dapat digunakan sangat tergantung : 1) Jenis
barang, 2) Berat-ringan barang, 3) Mudah pecah atau keras, 4) Besar atau kecil, 5) Sasaran
konsumen yang dituju, 6) Pasar yang dituju secara geografis, dan 7) Perantara, Alasan-alasan yang
dapat dipahami terhadap penggunaan saluran distribusi bagi produsen dalam menyalurkan produk ke

Johanson / Jurnal Sains Manajemen (V/1) 2016 / 81 – 93 | 83


JSM (Jurnal Sains Manajemen) ISSN : 2302-1411
Program Magister Sains Manajemen UNPAR Volume V, Nomor 1, April 2016

konsumen, antara lain : 1) Pasar atau konsumen tersebar luas, 2) Produsen tidak mampu melayani
semua konsumen dengan tepat dan cepat, 3) Produsen tidak mampu melaksanakan kegiatan kontak
langsung kepada konsumen akhir.
1. Saluran langsung,
Produsen – Konsumen
2. Saluran tidak langsung,
Produsen - perantara – konsumen

Secara spesifik, macam-macam pola saluran distribusi yang dapat digunakan oleh produsen untuk
menyalurkan produknya ke konsumen, antara lain : Produsen – Konsumen, Produsen - Pengecer –
Konsumen, Produsen - Pedagang besar - Pengecer – Konsumen, Produsen - Agen - Pedagang besar -
Pengecer – Konsumen.

Peran Saluran Distribusi


Peran saluran distribusi bagi produsen bermacam-macam tergantung jenis produk yang
disalurkan dan jenis saluran yang digunakan. Peran Agen (Middleman) Perantara agen (agent
middleman) ini tidak mempunyai hak milik atas semua barang yang mereka tangani. Mereka dapat
digolongkan kedalam dua golongan, yaitu : 1) Agen penunjang dan 2) Agen pelengkap Agen
penunjang, secara aktif ikut dalam pemindahan barang-barang dari produsen ke konsumen, seperti :
agen pengangkutan, makelar, dan sebagainya. Sedangkan agen pelengkap tidak secara aktif ikut
dalam pemindahan barang-barang tetapi mereka ikut memberikan bantuan serta memperlancar
pemindahan tersebut, misalnya : perusahaan asuransi, bank, dan sebagainya. Peran Pedagang
Perantara pedagang (merchant middleman) ini bertanggung jawab terhadap pemilikan semua barang
yang dipasarkannya. Ikut membantu proses pemasaran tetapi tidak secara aktif terlibat dalam
perjanjian pembelian dan penjualan. Ada dua kelompok yang termasuk dalam perantara pedagang,
yaitu : 1) Pedagang besar (wholesaler), dan 2) Pengecer (retailer) Tidak menutup kemungkinan
bahwa produsen juga dapat bertindak sekaligus sebagai pedagang karena selain membuat barang
juga memperdagangkannya. Pedagang Besar; Berkaitan d engan pembelian dalam jumlah besar
untuk dijual lagi, b) Tidak semua perusahaan dalam perdagangan besar selalu digolongkan sebagai
pedagang besar. Kadang-kadang satu pengecer menjual kepada pengecer lain, produsen juga sering
melayani secara langsung kepada para pengecer, c) Bagi perusahaan yang memiliki kantor cabang
penjualan (yang mempunyai fungsi pokok menjual, bukannya memproduksi), perusahaan tersebut
juga harus menentukan penyalur atau pedagang besar (Swatha, 1998). Pedagang besar adalah
sebuah unit usaha yang membeli dan menjual kembali barang-barang kepada pengecer dan
pedagang lain dan/atau kepada pemakai industri, pemakai lembaga, dan pemakai komersial yang
tidak menjual dalam volume yang sama kepada konsumen akhir. Pedagang Eceran Penjualan eceran
meliputi semua kegiatan yang melibatkan penjualan barang atau jasa secara langsung pada
konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan bisnis. Pengecer atau Toko Pengecer adalah
sebuah lembaga yang melakukan kegiatan usaha menjual barang kepada konsumen akhir untuk
keperluan pribadi (Swastha, dan Irawan, 1995). Pengecer atau toko pengecer merupakan
perusahaan apapun yang volume penjualannya terutama berasal dari penjualan eceran (Kotler,
1995). Swastha, (1998), Pendeknya, pengecer menunjukkan faedah waktu, tempat dan pemilikan
kepada konsumen.

Johanson / Jurnal Sains Manajemen (V/1) 2016 / 81 – 93 | 84


JSM (Jurnal Sains Manajemen) ISSN : 2302-1411
Program Magister Sains Manajemen UNPAR Volume V, Nomor 1, April 2016

KERANGKA KONSEPTUAL
Kerangka Konseptual
Nelayan Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau sebagai produsen komoditi ikan
dengan adanya berbagai faktor kendala maka sangat tidak memungkinkan mendistribusikan sendiri
kepada konsumen, untuk itu mau tidak mau harus menggunakan jasa pedagang perantara (PP).
Masalahnya, semakin jauh daerah pendistribusian hasil penangkapan ikan nelayan di Kecamatan
Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau maka semakin besar peluang dan potensi pemasaran yang
menguntungkan, tetapi semakin banyak dan panjang lembaga saluran distribusi yang terlibat, maka
semakin tidak efisien dan akhirnya berpengaruh terhadap harga yang diterima konsumen, sebab
masing-masing lembaga perantara tersebut tentunya berupaya untuk mengambil keuntungan dari
hasil kegiatan usahanya. Dalam keadaan demikian yang dirugikan adalah nelayan dan konsumen. Ada
beberapa hal kerugian nelayan/petani sebagai produsen, yaitu; 1) Tekanan harga dari para pedagang
perantara (pengumpul), 2). Waktu penyampaian produk kekonsumen dengan risiko busuk dan rusak,
3) Turunnya permintaan konsumen akibat perubahan kondisi produk, dan turunnya permintaan
akibat harga yang semakin tinggi dimana konsumen cenderung akan mengganti produk lain sebagai
produk pengganti (substitusi), misalnya dari ikan ke ayam atau daging, sesuai dengan hukum
permintaan bahwa semakin tinggi harga maka semakin kecil jumlah yang diminta. Pola saluran
distribusi yang efisien dapat dilihat dari beberapa indikasi, antara lain ; 1) Relatif sedikitnya
keterlibatan pedagang perantara, 2) Jalur distribusi relatif pendek, 3) Secara spesifik pedagang
perantara besar lebih berperan aktif, karena pedagang perantara besar dalam skala besar lebih
efisien baik dalam hal pengangkutan maupun biaya lainnya, 4) Harga tidak begitu tinggi ditingkat
pasar yang lebih tinggi dari harga ditingkat desa, 5) Total mark-up relatif kecil, dimana selisih harga
dari produsen ke konsumen relatif kecil.

METODE PENELITIAN
Objek dan Lokasi Penelitian
Objek penelitian ini adalah lembaga-lembaga pemasaran (pedagang perantara) yang terlibat
dalam kegiatan pemasaran hasil perikanan laut di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang
Pisau.

Unit Analisis
Karena penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu menggambarkan fenomena dilapangan
tentang pola distribusi pemasaran hasil perikanan laut, maka yang menjadi unit analisis adalah
lembaga pemasaran (pedagang perantara) yang berperan dan membentuk pola jalur distribusi
pemasaran hasil perikanan nelayan di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau.

Jenis Data
Data Primer, yaitu data yang dikumpulkan dan diolah sendiri dilapangan oleh peneliti. Untuk
tujuan pemecahan masalah, maka data ini meliputi jumlah atau populasi produsen (nelayan),
populasi pedagang perantara disetiap tingkatan pasar, panjang jalur distribusi, harga pada disetiap
tingkat pasar, biaya angkutan dan lainnya yang dikeluarkan para pedagang perantara, desa,
kecamatan, kabupaten atau kota provinsi yang dituju, serta besarnya mark-up (tingkat keuntungan)
yang ditetapkan para pedagang perantara. Data sekunder, yaitu data yang sudah diolah oleh pihak
lain dalam bentuk publikasi. Data ini sebagai pendukung dan pelengkap dalam laporan penelitian
nantinya, misalnya gambaran desa-desa di Kecamatan Kahayan Kuala di Kabupaten Pulang Pisau.

Johanson / Jurnal Sains Manajemen (V/1) 2016 / 81 – 93 | 85


JSM (Jurnal Sains Manajemen) ISSN : 2302-1411
Program Magister Sains Manajemen UNPAR Volume V, Nomor 1, April 2016

Teknik Pengumpulan data


Wawancara (Interview), yaitu pengumpulan data dengan cara bertatap muka melalui tanya
jawab secara langsung kepada responden terutama para pengumpul yang berperan sebagai
pedagang perantara (saluran distribusi). Observasi, yaitu pengumpulan data dengan cara mengamati
secara langsung dilapangan terutama teknis transaksi, sarana dan fasilitas yang digunakan dalam
kegiatan pemasaran terutama pada fungsi distribusi. Studi Dokumentasi, yaitu meneliti data-data
dalam dokumen lembaga terkait, misalnya kelurahan dan kecamatan serta Dinas Kelautan dan
Perikanan di Kabupaten Pulang Pisau.

Populasi dan Teknik Sampling


Populasi dalam penelitian ini adalah lembaga-lembaga perantara yang disebut pedagang
perantara atau pengumpul (makelar) baik pedagang besar, pedagang kecil dan pengecer. Karena
jumlah tidak diketahui untuk setiap tingkatan pasar maka teknik sampling yang digunakan adalah
porpusive sampling (Amirin, 2003), yaitu penentuan jumlah sampel atas dasar kondisi dilapangan
dengan menggunakan sistem bola salju (snowball). Dimana setiap pedagang perantara akan dijadikan
sumber informasi tentang jumlah dan keberadaan pedagang perantara lainnya.

Teknik Analisis
Teknik analisis dalam penelitian ini adalah teknik tabulasi, yaitu memasukan data-data dalam
sebuah tabel atau format tertentu baik berbentuk angka-angka maupun keterangan-keterangan,
kemudian memprosesnya dalam bentuk yang lebih sederhana agar dapat lebih dipahami termasuk
perhitungan-perhitungan tertentu misalnya persentase bahkan digambarkan dalam bentuk visual
(desain gambar). Rumus perhitungan mark-up : Mark-up adalah persentase keuntungan yang
diterima pedagang perantara dari selisih harga beli dan harga jual atau selisih antara dua pasar, mark-
up bersih adalah persentase keuntungan setelah dikurangi biaya operasional (biaya pengangkutan
untuk menuju pasar yang dituju).
X i  X i-1
Mark  up  x100%
X i-1
Dimana :
Xi = Harga ditingkat pasar tertentu yang lebih tinggi
Xi-1 = Harga ditingkat pasar sebelumnya yang lebih rendah 1 tingkat.
Model analisis statistik One Way Anova
Ho : Tidak ada perbedaan besarnya marjin/mark-up yang diterima nelayan dan pedagang
perantara atas dasar tingkatan pasar.
Ha : Ada perbedaan besarnya marjin/ mark-up yang diterima nelayan dan pedagang perantara
atas dasar tingkatan pasar.
Tabel. 1. Analysis Of Variance
Sumber Jumlah Derajat Rata-rata F
Variasi Kuadra Bebas Kuadrat rasio
t
Antar SSA k–1 MSA MSA/
sampel MSE
Dalam SSE (n-1) k MSE
sampel

Johanson / Jurnal Sains Manajemen (V/1) 2016 / 81 – 93 | 86


JSM (Jurnal Sains Manajemen) ISSN : 2302-1411
Program Magister Sains Manajemen UNPAR Volume V, Nomor 1, April 2016

Total SST k (n)-1

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Keadaan Penduduk Kecamatan Kahayan Kuala
Kecamatan Kahayan Kuala merupakan wilayah pesisir dari Kabupaten Pulang Pisau dengan
luas wilayah Kecamatan mencapai 1.155 Km2 atau 12,84 % dari luas Kabupaten pulang pisau, dan
luas laut mencapai 120,422,4 Ha. Adapun batas administrasi sebagai berikut : Sebelah Berbatasan
dengan Kecamatan Pandih Batu, Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Kapuas, sebelah barat
berbatasan dengan Kecamatan Sebangau Kuala, sebelah selatan berbatasan dengan Laut Jawa.
Kecamatan Kahayan Kuala adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Pulang Pisau, dengan jumlah 10
desa/kelurahan, dan jumlah penduduk mencapai 20311 jiwa dengan rata-rata per desa/kelurahan
3021 jiwa dan menduduki urutan ke 4 dari 8 desa/kelurahan. Adapun jumlah penduduk menurut
kecamatan pada tahun 2008 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel. 2. Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga Menurut Desa/Kelurahan


di Kecamatan Kahayan Kuala, 2008.
Jumlah Jumlah Jumlah Luas Desa
No Nama Desa
RT KK Penduduk (Ha)
1 Bahaur Hulu 308 1.067 4.042 11.800
2 Bahaur Tengah 502 684 2.886 17.800
3 Bahaur Hilir 206 797 2.805 10.000
4 Tanjung Perawan 230 366 1.461 200
5 Sei Rungun 399 320 1.330 12.700
6 Sei Pasanan 279 578 2.115 3.400
7 Sei Barunai 684 252 979 3.600
8 Sei Pudak 552 602 2.496 12.400
9 Kiapak 992 247 889 8.400
10 Cemantan 216 360 1.268 35.200
Jumlah 4.368 5.273 20.311 115.500
Sumber : Kantor Kecamatan Kahayan Kuala..

Mata Pencaharian
Kecamatan Kahayan Kuala dengan luas perairan umum mencapai 78.222 Ha dan luas laut
120.422,4 Ha. Dari 10 desa yang ada di Kecamatan Kahayan Kuala, Desa Sei Pasanan, Sei Barunai, Sei
Pudak, Kipak dan Cematan adalah desa yang ± 70 % - 90 % Kepala keluarganya bermata pencaharian
atau berpenghasilan dari hasil perikanan, baik sebagai nelayan maupun pengumpul, dan pengolahan
ikan olahan (ikan kering) yang mayoritas berpenghasilan dari hasil perikanan laut, mencapai ± 2.717
RT atau 2.012 KK. Adapun jumlah Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI), Tempat Pelelangan Ikan (TPI),
nelayan, pengumpul dan sarana fasilitas lainnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Adapun hasil
produksi perikanan di Kecamatan Kahayan Kuala pada tahun 2008 dapat dilihat pada tabel dibawah
ini.

Johanson / Jurnal Sains Manajemen (V/1) 2016 / 81 – 93 | 87


JSM (Jurnal Sains Manajemen) ISSN : 2302-1411
Program Magister Sains Manajemen UNPAR Volume V, Nomor 1, April 2016

Tabel. 3. Produksi Perikanan Di Kecamatan Kahayan Kuala, 2008

No Jenis Perairan Produksi


Ton %
1 Sungai 713,56 9,13
2 Rawa 2.121,78 27,16
3 Danau 0 0
4 Laut 4.976,89 63,71
7.812,23 100,00
Sumber : Kantor Kecamatan Kahayan Kuala.

Dari jumlah produksi hasil perikanan dalam ton tersebut ternyata Kecamatan Kahayan Kuala adalah
daerah penghasil perikanan laut mencapai 4.976,89 ton (63,71 %) ditahun 2008, jauh lebih besar dari
hasil perikanan darat. Adapun jenis ikan laut yang sering tertangkap dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.

Pola Distribusi Perdagangan Perikanan Laut Kecamatan Kahayan Kuala


Jenis ikan perikanan laut yang ditangkap nelayan Kecamatan Kahayan Kuala dapat digolongkan
menjadi 4 jenis, yaitu : Kakap, Peda/Kembung, Udang Brown, Lain-lain, terdiri dari berbagai jenis ikan
yang tertangkap bersamaan dengan kuantitas yang relatif kecil. Penggolongan ke 4 jenis tersebut
karena hasil tangkapan yang dominan terdiri dari ikan kakap, peda/kembung, dan udang brown,
sedangkan lain-lain adalah jenis ikan lainnya yang ikut tertangkap dengan jumlah yang kecil. Pola
distribusi perdagangan perikanan hasil tangkapan laut nelayan di Kecamatan Kahayan Kuala dapat
dijelaskan sebagai berikut : Nelayan laut Kecamatan Kahayan Kuala, sesungguhnya mempunyai
berbagai alternatif untuk memilih jalur distribusi pemasaran untuk mencapai pasar dengan tingkatan
harga yang berbeda-beda yang ditawarkan pengumpul. Pengumpul I, adalah pembeli pertama disini
pengumpul yang mendatangi para nelayan dan transaksi dilakukan di laut. Pengumpul II, adalah
pembeli ke dua disini nelayan atau pengumpul I yang mendatangi pengumpul II dan transaksi
dilakukan di pinggiran sungai Barito dekat dengan Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) dan Tempat
Pelangan Ikan (TPI) di Banjar Raya Banjarmasin, yang kemudian menjualnya di PPI/TPI. Pembeli
industri, adalah pembeli besar untuk kepentingan ekspor dan pengolahan ikan kalengan (seperti PT.
Calfish dan PT. Samudra Biru) di Banjarmasin, dan transaksi dilakukan di PPI/TPI.

Gambar. 1. Pola Distribusi Perikanan Laut Hasil Tangkapan Nelayan Kecamatan Kahayan Kuala

Sumber : Hasil survei. Pengump


ul Darat

Nelayan

Pengumpul I

Pengumpul II

Johanson / Jurnal Sains Manajemen (V/1) 2016 / 81 – 93 | 88


PPI/TPI

Pembeli
Industri
JSM (Jurnal Sains Manajemen) ISSN : 2302-1411
Program Magister Sains Manajemen UNPAR Volume V, Nomor 1, April 2016

Dari hasil investigasi dapat dipaparkan pola distribusi perdagangan perikanan laut hasil
tangkapan nelayan Kecamatan Kahayan Kuala, sebagai berikut : Dari jumlah 674 nelayan, dimana
100,00 % menjual hasil tangkapannya dilaut kepada pengumpul I sebesar 90 % dari total tangkapan,
dan sisanya 10 % merupakan jenis ikan lain-lain dijual didarat. Jumlah pengumpul I yang bertransaksi
di laut dengan nelayan sebanyak 44 pengumpul, dan jumlah pengumpul II yang bertransaksi
dipinggiran sungai Barito Banjarmasin sebanyak 31 pengumpul, serta pembeli besar 2 buah
perusahaan yang bertransaksi di PPI/TPI di Banjarmasin. Dari 44 pengumpul I menjual kembali pada :
Pengumpul II, sebanyak 21 pengumpul (sebanyak 47,73 %) Pembeli industri, sebanyak 23 pengumpul
(sebanyak 52,27 %), Sebanyak 31 pengumpul II yang menunggu pengumpul I di penggiran sungai
Barito pinggiran PPI/TPI Banjar Raya Banjarmasin.

Tingkat Harga dan Biaya Berdasarkan Tingkatan Jalur Distribusi


Harga yang ditawarkan oleh pengumpul kepada nelayan berbeda-beda sesuai dengan
tingkatan pengumpul atau daerah pemasaran. Harga yang berlaku adalah hasil kesepakatan antara
nelayan dan pengumpul yang masing-masing pihak telah mempertimbangkan waktu, tenaga, biaya
dan keuntungan.
Tabel. 4. Rata-rata Perubahan Harga Ikan Berdasarkan Tingkatan Pengumpul

Tingkat Perubahan Harga


Distribusi (Rp/Kg)
1. Pengumpul I -
2. Pengumpul II 6.000,-
3. PPI/TPI 2.000,-
Total 8.000,-

Jika nelayan menjual kepada pengumpul II maka akan mendapatkan selisih harga sebesar Rp. 6.000,-
(merupakan tambahan keuntungan per kg bagi nelayan). Kemudian jika nelayan menjual ke PPI/TPI di
Banjarmasin maka tambahan keuntungan per kg sebesar Rp. 8.000,-. Namun keuntungan tersebut
belum memperhitungkan pengorbanan seperti biaya bahan bakar, dan waktu yang hilang karena
meninggalkan kegiatan produksi untuk mengejar pasar yang menawarkan harga lebih tinggi. Hasil
wawancara bahwa ketidakmampuan nelayan Kecamatan Kahayan Kuala dalam mengakses
(mencapai) jalur distribusi yang lebih jauh dengan harga yang lebih tinggi, disebabkan alasan teknis
dan ekonomis yaitu biaya operasional dan keuntungan, sebagai berikut : Alasan teknis, adalah rata-
rata kapasitas muatan kapal motor nelayan dibawah 0,50 ton, sehingga tidak sesuai (tidak efisien)
untuk mencapai pengumpul II dan PPI/TPI yang menunggu di Banjarmasin dengan rata-rata waktu
tempuh 12 jam melewati pulang pergi menyisir pantai. Dengan kapasitas muatan kapal motor
dibawah 0,50 ton tersebut maka biaya bahan bakar jika dibebankan kepada per kg ikan mencapai Rp.
3.500,- Sepintas memang masih menguntungkan karena keuntungan (selisih harga) antara Rp. 6.000,-
sampai Rp. 8.000,-. Namun jika dikonversi dengan waktu yang hilang untuk pulang pergi sebanyak 12
jam, dan 12 jam ini jika digunakan untuk menagkap ikan maka akan menghasilkan ± sebanyak 150 kg.
Dari perhitungan hipotetik ternyata jika nelayan menjual hasil tangkapannya pada pengumpul I maka
akan menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 8.000.000,- Jika menjual ke PPI/TPI maka nelayan hanya
mendapatkan penerimaan penjualan hanya sebesar Rp. 7.850.000,-. Dengan demikian nelayan masih
menguntungkan jika menjual pada pengumpul I.

Johanson / Jurnal Sains Manajemen (V/1) 2016 / 81 – 93 | 89


JSM (Jurnal Sains Manajemen) ISSN : 2302-1411
Program Magister Sains Manajemen UNPAR Volume V, Nomor 1, April 2016

Perhitungan Marjin dan Mark-Up Pola Distribusi


Harga pokok produksi nelayan per kg adalah Rp. 6.000,- tanpa memperhitungkan biaya
kesempatan (opportunity cost) tenaga kerja jika berkerja disektor lain, juga tanpa memperhitungkan
biaya penyusutan aktiva yang digunakan, dijual ke pengumpul I sebesar Rp. 9.500,- berarti kenaikan
harga (laba bersih) yang diterima nelayan adalah Rp. 3.500,- (maka marjin nelayan adalah 58,33 %).
Kenaikan harga dari pengumpul I dari Rp. 9.500,- dijual ke pengumpul II dengan harga Rp. 15.500,-
maka selisih harga Rp. 6.000,- (mark-up = 63,16 %). Kenaikan harga dari pengumpul II dari Rp.
15.500,- dijual ke PPI/TPI dengan harga Rp. 17.500,- maka selisih harga Rp. 2.000,- (mark-up 12,90 %).
Jadi besarnya peningkatan harga dari nelayan ke pengumpul I sebesar 58,33 %. Dengan keterlibatan
pedagang perantara (pengumpul) mencapai 76,06 %. Dari pengumpul I ke pengumpul II meningkat
sebesar 63,16 %, dan dari pengumpul II ke PPI/TPI meningkat sebesar 12,90 %. Dengan
memperhitungkan harga rata-rata maka akan dapat dihitung selisih harga, biaya, laba dan mark-up
atas dasar jalur distribusi pemasaran. Besarnya marjin yang diterima para nelayan laut Kecamatan
Kahayan Kuala secara rata-rata 58,33 %. Besarnya mark-up yang diperoleh pengumpul I dengan
menjual kembali kepada pengumpul II sebesar 47,37 %. Besarnya mark-up yang diperoleh
pengumpul II dengan menjual kembali pada PPI/TPI hanya sebesar 11,94 %, lebih kecil dari
pengumpul I. Besarnya mark-up (tingkat keuntungan) yang diperoleh pengumpul I dengan menjual
kembali pada PPI/TPI sebesar 66,84 %, menjadi lebih besar.

Gambar. 2. Peningkatan Harga Pola Distribusi Perikanan Laut Hasil Tangkapan Nelayan
Kecamatan Kahayan Kuala
Pengumpul
Darat
Nelayan
(674)
Peningkatan
harga
(58,33 %)

Pengumpul I
(44)
Total
Peningkatan
harga
Peningkatan (76,06 %)
harga Pengumpul II
(63,16 %) (31)

Peningkatan
harga PPI/TPI
(12,90 %)

Pembeli
Industri
Johanson / Jurnal Sains Manajemen (V/1) 2016 / 81 – 93 | 90
JSM (Jurnal Sains Manajemen) ISSN : 2302-1411
Program Magister Sains Manajemen UNPAR Volume V, Nomor 1, April 2016

Gambar. 2. Makr-Up Pola Distribusi Perikanan Laut Hasil Tangkapan Nelayan


Kecamatan Kahayan Kuala

Pengumpul
Darat

Nelayan Marjin
(674) nelayan
(58,33 %)

Pengum
pul I
Mark-up
Mark-up
(44) (66,84 %)
(47,37 %) 23
21 Pengum
pengumpul
pengumpul
pul II
(31)
Mark-up
(11,94 %)
31 pengumpul
PPI/TPI

Pembeli
Industri

Implementasi Hasil Penelitian


Agar kesejahteraan nelayan Kecamatan Kahayan Kuala meningkat lebih baik lagi maka
diperlukan campur tangan pemerintan melalui program T3 (Tindakan Turan Tangan) melalui
pembentukan lembaga ekonomis seperti koperasi, guna menghambat akses pengumpul ke nelayan
secara langsung, seperti pada gambar dibawah ini. Sumber : Hasil perhitungan

Gambar. 4. Peranan Lembaga Ekonomi Koperasi Dalam Distribusi Pemasaran Perikanan Laut
Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau.

Nelayan Koperasi Pengumpul

PPI/TPI

Johanson / Jurnal Sains Manajemen (V/1) 2016 / 81 – 93 | 91


JSM (Jurnal Sains Manajemen) ISSN : 2302-1411
Program Magister Sains Manajemen UNPAR Volume V, Nomor 1, April 2016

Sumber : Hasil pemikiran peneliti.


Dengan adanya lembaga ekonomis (koperasi) maka kekuatan pengumpul dalam mempengaruhi
harga menjadi berkurang, karena nelayan memprioritaskan penawarannya kepada koperasi,
sedangkan koperasi bisa langsung mengakases pasar yang lebih tinggi terutama PPI/TPI dengan
kapasitas penjualan akumulatif dari seluruh nelayan. Dengan demikian diharapkan kesejahteraan
nelayan dapat diangkat.

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil penelitian tentang pola distribusi pemasaran perikanan laut hasil tangkapan
nelayan Kecamatan Kahayan Kuala, dapat disimpulkan sebagai berikut : Nelayan sesungguhnya
mempunyai berbagai alternatif untuk memilih jalur distribusi pemasaran yang menguntungkan atas
dasar tingkatan pasar dan harga yang lebih tinggi yang ditawarkan pengumpul. Kenyataannya dari
jumlah 674 nelayan, 100,00 % menjual hasil tangkapannya dilaut kepada pengumpul I. Nelayan
mempunyai tambahan keuntungan besar jika menjual kepada pengumpul II atau ke PPI/TPI di
Banjarmasin. Ketidakmampuan nelayan Kecamatan Kahayan Kuala dalam mengakses (mencapai) jalur
distribusi dikarenakan secara teknis tidak efisien dengan kapasitas muatan kapal motor dibawah 5
GT. Akibatnya secara ekonomis lebih menguntungkan menjual kepada pengumpul I. Dengan semakin
panjangnya jalur distribusi pemasaran perikanan laut hasil tangkapan nelayan Kecamatan Kahayan
Kuala maka harga semakin tinggi mencapai 76,06 %. Besarnya marjin (tingkat keuntungan) nelayan
58,33 % masih relatif lebih besar dari mark-up (tingkat keuntungan) yang diperoleh pengumpul I
sebesar 47,37 % dan pengumpul II yang hanya 11,94 %. Namun mark-up pengumpul I jauh lebih besar
dari marjin nelayan jika menjual kembali ke PPI/TPI, yaitu sebesar 66,04 %. Namun hasil uji statistik
menyimpulkan bahwa ada perbedaan besarnya mark-up yang diterima pedagang perantara atas
dasar tingkatan pasar. Dengan demikian hipotesis yang berbunyi “Diduga Pola Distribusi Hasil
Perikanan Laut Di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau, Belum Efisien”, bisa diterima.
Ini ditunjukan besarnya mark-up yang diterima pengumpul I dengan mengakses pasar PPI/TPI sebesar
66,04 % dibanding marjin nelayan hanya 58,33 %.
Memahami kondisi nelayan laut di Kecamatan Kahayan Kuala diatas berdasarkan hasil penelitian,
maka dapat diberikan kepada pihak terkait terutama kepada nelayan dan instansi pemerintah yang
terkait, antara lain : Bagi nelayan perikanan laut Kecamatan Kahayan Kuala : Sebaiknya membentuk
lembaga ekonomi koperasi, sebagai lembaga yang mengakomodasi seluruh tangkapan nelayan guna
mengendalikan dan menyamakan harga agar jangan sampai ditekan pengumpul. Sebaiknya jangan
melakukan transaksi dilaut, tetapi diupayakan penjualan melalui koperasi yang dimaksud. Bagi
pemerintah melalui instansi terkait : Sebaiknya diperlukan T3 (Tindakan Turun Tangan) dalam
mengatur dan mengendalikan harga jika memang koperasi belum terbentuk. Berikan bantuan modal
fisik berupa kapal motor dengan kapasitas yang lebih besar agar dalam operasional lebih efisien.

Johanson / Jurnal Sains Manajemen (V/1) 2016 / 81 – 93 | 92


JSM (Jurnal Sains Manajemen) ISSN : 2302-1411
Program Magister Sains Manajemen UNPAR Volume V, Nomor 1, April 2016

DAFTAR RUJUKAN

Ahyari, Agus, 1994. Manajemen Produksi, Perencanaan Sistem Produksi, BPFE-UGM, Yogyakarta.
Amirin, Tatang M.,2003. Menyusun Rencana Penelitian, Edisi Kedua, CV. Rajawali Jakarta.
Assauri, Sofjan; Manajemen Pemasaran Dasar, Konsep dan Strategi, Penerbit Rajawali Pres, Jakarta,
1997.
Assauri, Sofjan, 1990; Management Produksi, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, Jakarta.
Asseal, Hendri; Komunikasi Dalam Pemasaran, Edisi Pertama-Terjemahan, Erlangga, Jakarta, (1997).
Effendi, Rustam; Marketing Management, Edisi Ke dua, Penerbit Widya Gama Malang, 1995.
Iqbal, Muttakim, 2007. Analisis Distribusi Pemasaran Hasil Perikanan Desa Tambakboyo Tuban Jawa
Timur. Tesis, STIE Artha Dodhi Iswara, Surabaya.
Kotler, Philip, 2000. Manajemen Pemasaran, (Marketing Management 9e), Analisa, Perencanaan,
Implementasi dan Kontrol, Prenhallindo, Jakarta.
Kotler, Philip, 1997. Analisa, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian, Adi Zakaria Afiff, Penerbit
FEUI, Jakarta.
Kotler, Philip, 1995. Manajemen Pemasaran, Marketing Management, Analisa Perencanaan dan
Pengawasan, Erlangga, Jakarta.
Nazir, Moh., 1993. Metode Penelitian, Cetakan Kesepuluh, Penerbit Ghalia Indonesia.
Nitisemito, Alex S., 1990. Marketing, Edisi ke lima, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.
Sanusi, Irwandi, 2007. Pola Mata Rantai Perdagangan Komoditi Hasil Pertanian Desa Kecamatan
Batakan Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan, Tesis, Universitas Lambung
Mangkuran, Banjarmasin.
Prasetio, Didik, 2006. Sistem Distribusi Pemasaran Komoditi Pertanian Desa Transmigrasi Upaya Baru
Kecamatan Rantau Pandan Kabupaten Bungo Provinsi Jambi, Tesis, Unbraw, Malang.
Purnomosidi Hadjisarosa, 1997. Butir-butir Untuk Memahami Pengertian Fungsi, Analisa Tingkat
Kesiapan Input Manajemen, Program Magester Manajemen STIE Mitra Indonesia, Yogyakarta.
Sigit, Soehardi, 1998. Azas-azas Accounting, Elementer, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Swastha DH., Basu, 1998. Azsa-azas Marketing, Edisi Revisi, Cetakan ke tujuh, Liberty, Yogyakarta.
Swastha DH., Basu dan Handoko, T. Hani, 1992. Analisa Perilaku Konsumen, Edisi Pertama, Liberty,
Yogyakarta.
Swastha DH., Basu dan Irawan, 1995. Manajemen Pemasaran Modern, Edisi kedua, Liberty,
Yogyakarta.
Winardi, 1993. Strategi Pemasaran, Edisi Kedua, Cetakan ke lima, Penerbit Mandar Maju, Bandung.
Winardi, 1996. Pengantar Ilmu Ekonomi, Penerbit Tarsito, Edisi kedua, Cetakan Ke tiga, Bandung.
Yamin, Sofyan dan Kurniawan, Heri. SPSS Complete (Teknik Analisis Statistik Terlengkap dengan
Software SPSS, Salemba Infotek, Jakarta, 2009.

Johanson / Jurnal Sains Manajemen (V/1) 2016 / 81 – 93 | 93

Anda mungkin juga menyukai