Komunikasi Terapeutik Pada Remaja
Komunikasi Terapeutik Pada Remaja
Disusun oleh:
UNIVERSITAS PADJAJDARAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
GARUT
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur bagi Allah SWT atas limpahan taufik dan hidayah-Nya, sehingga
panduan penulisan makalah dengan Tema “ Komunikasi Terapeutik pada Klien
Remaja” merupakan salah satu kegiatan dalam mata kuliah yang harus dilakukan
oleh setiap mahasiswa. Makalah ini juga menjadi salah satu aspek penilaian.
Panduan ini disusun berdasarkan sistematika yang telah berlaku yang telah
dilengkapi dengan penjelasan setiap bagian yang harus ditulis dalam makalah
diharapkan untuk kelancaran pelaksanaan pembelajaran dan peningkatan kualitas
pembelajaran.
Wassalamualaikum wr.wb
Penulis
i
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Masalah ....................................................................................................... 15
B. Pembahasan ................................................................................................. 18
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................. 20
B. Saran ............................................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Pada saat anak beranjak remaja, kadang kala orang tua menemukan kesulitan
untuk melakukan komunikasi secara dua arah dengan anak. Masa-masa remaja
untuk setiap anak terkadang mejadi periode yang sulit dan ini dikarenakan anak
remaja mulai mengalami beberapa hal dalam hidupnya seperti mengembangkan
identitas mereka sendiri secara individu. Adanya perubahan biologis dan fisiologis
, menghadapi tekanan dari teman sebayanya, mengalami ketertarikan pada lawan
jenis, dan lain sebagainya. Sementara orang tua juga mulai merasakan besarnya
kekhawatiran pada anak remaja mereka, baik terhadap pergaulannya maupun
perkembangan kepribadiannya. Jadi, bagaimanakah cara terbaik untuk
mengatasinya?
Pendekatan terhadap orang tua adalah salah cara yang tepat dilakukan.
Komunikasi yang efektif antara orang tua dengan anak-anak sangat penting
dilakukan karena akan membuat hubungan antara orang tua dan anak tetap terjalin
dengan baik. Untuk menciptakan komunikasi yang efektif orang tua perlu
memahami karakteristik remaja.
Sebagai seorang perawat, perawat bisa memfasilitasi antara orang tua dan
remaja. Perawat bisa menggali masalah yang dihadapi remaja, dan selanjutnya
orang tua bisa diberitahukan cara mengatasi masalah anaknya. Agar tindakan yang
diberikan perawat bisa berjalan lancar, perawat perlu menerapkan strategi
pelaksanaan di setiap tindakan keperawatan. Pada makalah ini, kami akan
membahas mengenai komunikasi terapeutik pada klien remaja.
1
2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Komunikasi Terapeutik
1. Pengertian Komunikasi Terapeutik
Terapeutik merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni dari
penyembuhan ( Aanas, 2014 ) maka disini diartikan bahwa terapeutik adalah
segala sesuatu yang memfasilitasi proses penyembuhan. Sehingga komunikasi
terapeutik itu sendiri adalah komunikasi yang direncanakan dan dilakukan
untuk membantu penyembuhan/ pemulihan pasien. Komunikasi terapeutik
meruupakan komunikasi professional pada perawat
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan atau dirancang
untuk tujuan terapi. Seorang terapis dapat membantu klien mengatasi masalah
yang dihadapainya melalui komunikasi (Damaiyanti, 2014).
Komunikasi terpeutik adalah modalitas dasar intervensi utama yang
terdiri atas teknik verbal dan nonverbal yang digunakan untuk membentuk
hubungan antara terapis dan pasien dalam pemenuhan kebutuhan (Mubarak,
2012). Oleh karena itu, komunikasi terapeutik merupakan hal penting dalam
kelancaran pelayanan kesehatan yang dilakukan terapis untuk mengetahui apa
yang dirasakan dan diinginkan pasien.
2. Tujuan Komunikasi Terapeutik
Dalam konteks pelayanan keperawatan kepada klien, pertama-tama klien
harus percaya bahwa perawat mampu memberikan pelayanan keperawatan
dalam mengatasi keluhannya, demikian juga perawat harus dapat dipercaya dan
diandalkan atas kemampuan yang telah dimiliki perawat (Simamora, 2013).
Dengan memiliki keterampilan berkomunikasi terapeutik, perawat akan
lebih mudah menjalin hubungan saling percaya dengan klien, sehingga akan
lebih efektif dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan yang telah diterapkan,
memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan akan
3
4
Adapun kunci pokok yang dilakukan orang tua terhadap anaknya yang
beranjak dewasa seperti:
4. Membuat Remaja Mau Berbicara Pada Orang Tua Saat Menghadapi Masalah
Dan Membantu Remaja Menyelesaikan Masalah
a. Pesan kamu dan pesan saya
Pesan kamu adalah cara seperti ini bukanlah penyampaian akibat perilaku
anak terhadap orang tua tetapi berpusat pada kesalahan anak cenderung tidak
membedakan antara anak dan perilakunya sehingga membuat anak mereka
disalahkan,direndahkan dan disudutkan.
Pesan saya lebih menekankan perasaan dan kepedulian orang tua sebagai
akibat perilaku anak sehingga anak belajar bahwa setiap perilaku mempunyai
akibat terhadap orang lain. Melalui pesan saya akan mendorong semangat
anak, mengembangkan keberaniannya, sehingga anak akan merasa nyaman.
a. Pada remaja, pola piker dan tingkah laku peralihan dari anak ke dewasa.
7
b. Bila stress, diskusi tentang masalahnya dengan teman sebaya, orang dewasa
diluar keluarga dan terbuka terhadap perawat.
c. Menolak orang yang berusaha menjatuhkan harga dirinya.
d. Beri support penuh perhatian.
e. Jangan melakukan intrupsi.
f. Ekspresi wajah tidak menunjukkan heran.
g. Hindari pertanyaan yang menimbulkan rasa malu (jaga privasi).
2. Pengetahuan
3. Sikap
Bila ingin berkomunikasi, maka harus disesuaikan dengan tingkat usia agar
komunikasi tersebut berlangsung secara efektif.
5. Saluran
6. Lingkungan
2. Bercerita
Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak remaja dapat
mudah diterima, mengingat anak sangat suka sekali dengan cerita, tetapi cerita
yang disampaikan hendaknya sesuai dengan pesan yang akan disampaikan,
yang akan diekspresikan melalui tulisan.
3. Memfasilitasi
6. Penggunaan skala
7. Menulis
Melalui cara ini remaja akan dapat mengekspresikan dirinya baik pada
keadaan sedih, marah atau lainnya dan biasa banyak dilakukan pada remaja
yang jengkel, marah dan diam.
10
2. Tahap perkenalan
a. Memberi salam dan senyum pada klien
b. Melakukan validasi
c. Mencari kebenaran data yang ada
d. Mengobservasi
e. Memperkenalkan nama dengan tujuan, waktu dan
f. Melakukan kerahasiaan klien.
3. Tahap kerja
a. Member kesempatan pada klien untuk bertanya, karena akan
memberitahu tentang hal yang kurang dimengerti dalam berkomunikasi.
b. Menanyakan keluhan utama.
c. Saat berkomunikasi dengan klien remaja, usahakan berdiskusi atau curah
pendapat seperti teman sebaya.
d. Hindari beberapa pertanyaan yang dapat menimbulkan rasa malu.
e. Jaga kerahasiaan yang dapat menimbulkan rasa malu.
f. Jaga kerahasiaan dalam komunikasi (masa transisi dalam bersikap
dewasa).
4. Tahap terminasi
a. Menyimpulkan hasil wawancara meliputi evaluasi proses dan hasil.
b. Memberikan reinforcement positif, tindak lanjut, kontrak, dan
c. Mengakhiri wawancara dengan cara yang baik.
11
Kesalahan dalam menafsirkan pesan bisa disebabkan karena tiga hal yaitu :
1. Hambatan fisik
a. Sinyal non verbal yang tidak konsisten.
b. Gangguan noises
Gangguan ini bisa berupa suara yang bising pada saat kita
berkomunikasi, jarak jauh, dan lain sebagainya.
yang dirasakan orang lain. Oleh karena itu, kembangkan selalu teknik
bertanya kepada orang lain. Bahwa setiap individu memiliki modalitas
belajar yang berbeda-beda.
Ini faktor yang sangat jelas. Begitu kita tidak menguasai materi, itulah
hambatan komunikasi. Kompetensi professional salah satu maknanya
adalah menguasai materi secara mendalam bahkan ditambahkan lagi
untuk meluas.
g. Kurang persiapan
2. Hambatan psikologis
a. Mendengar
Biasanya kita mendengar apa yang ingin kita dengar. Banyak hal atau
informasi yang ada di sekeliling kita, namun tidak semua kita dengar dan
tanggapi. Informasi yang menarik bagi kita, itulah yang ingin kita dengar.
Sering kali kita mengabaikan informasi yang menurut kita tidak sesuai
denga ide, gagasan dan pandangan kita padahal kalau dicermati sangat
berhubungan denga ide kita, padahal ada kalanya gagasan kita yang
kurang benar.
c. Menilai sumber
d. Pengaruh emosi
e. Kecurigaan
f. Tidak jujur
g. Tertutup
h. Dekstuktif
i. Kurang dewasa
3. Semantik
a. Persepsi yang berbeda
b. Kata yang memiliki arti lain bagi orang yang berbeda
c. Terjemahan yang salah
d. Semantik yaitu pesan bermakna ganda
e. Belum berbudaya baca, tulis, dan budaya diam
BAB III
A. Masalah
Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa
dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada
usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun (Papalia & Olds, 2008). Pada
tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri dengan kelompok masih tetap
penting bagi anak laki-laki maupun perempuan, lambat laun mereka mulai
mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama dengan teman
dalam segala hal, seperti sebelumnya (Hurlock, 2007). Perilaku adalah semua
kegiatan atau aktifitas manusia baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak
dapat diamati oleh pihak lain (Notoatmodjo, 2007), Perilaku kekerasan adalah suatu
keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara
fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain. Perilaku kekerasan merupakan
suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun
psikologis (Yosep, Iyus. 2007).
15
16
Oleh karena itu, penyebab timbulnya penyalahgunaan obat oleh para remaja
merupakan akibat dari faktor predisposisi, kontribusi, dan pencetus. Dari faktor
predisposisi remaja memiliki pengaruh dari gangguan kepribadiannya, dikarenakan
remaja sulit untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan hidupnya, sehingga
mengakibatkan (impairment) dalam fungsi dan hubungan social, pekerjaan
sekolahnya dan biasanya disertai penderitaan subyektif bagi dirinya. Dari faktor
kontribusi remaja memiliki pengaruh dari kesibukan orang tuanya, dikarenakan
orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan atau aktivitas lain, sehingga waktu
untuk anak berkurang, misalnya orang tua jarang di rumah menyebabkan komunikasi
renggang, waktu bersama dan perhatian untuk anak juga berkurang atau tidak ada
sama sekali. Dari faktor pencetus remaja memiliki pengaruh dari teman kelompok
sebaya dikarenakan secara psikologis kelompok remaja emosinya masih labil,
terpengaruhi oleh bujukan atau ajakan teman untuk mengkonsumsi obat-obatan
terutama obat Dextromethorphan dan selalu ingin diterima serta diakui oleh
kelompoknya, selain itu adanya sifat yang selalu ingin mencoba hal baru (Hawari,
2007). Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang bahaya obat yang
digunakan, yang disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya. Selain itu
berasal dari remaja itu sendiri meliputi faktor kecerdasan, usia, perilaku, jenis
kelamin dan masalah-masalah yang dihadapi oleh remaja tersebut (Hermawan,
2006).
Dari fakta dan teori di atas diketahui remaja yang menyalahgunakan atau
mengkonsumsi obat dexstromethorphan dapat memicu dampak yang berat bagi
kesehatan jasmani atau bagi tubuh itu sendiri hingga menimbulkan tindak perilaku
kekerasan, sampai hilang kesadaran, over dosis dan akhirnya meninggal dunia.
Dalam kehidupan sehari-hari remaja tidak lepas dari pergaulan dan kehidupan jauh
pengawasan orang tua, Misalnya kedua orang tua terlalu sibuk dengan pekerjaan atau
aktivitas lain, sehingga waktu untuk anak berkurang. Keberadaan orang tua di rumah
juga mempunyai pengaruh, misalnya orang tua jarang di rumah menyebabkan
17
komunikasi renggang, waktu bersama dan perhatian untuk anak juga berkurang tidak
ada sama sekali.
B. Pembahasan
Remaja adalah masa transisi dari anak ke dewasa. Pada masa transisi ini remaja
banyak mengalami kesulitan yang menimbulkan kesulitan yang membutuhkan
kemampuan adaptasi. Remaja sering tidak mendapat tempat untuk
mengekspresikan ungkapan hatinya dan cenderung tertekan. Hal ini dapat
mempengaruhi komunikasi remaja terutama komunikasi dengan orang tua atau
orang dewasa lainnya. Maka dari itu peran orang tua dalam komunikasi sangatlah
penting agar anak tidak terjerumus ke dalam masalah seperti kasus diatas. Orang
tua pun harus bisa membagi waktunya antara pekerjaan dan anaknya.
Terkait dengan permasalahan diatas, maka dalam berkomunikasi dengan remaja
perawat atau orang dewasa lain harus mampu besikap sebagai ”SAHABAT” buat
remaja. Tidak meremehkan atau memperlakukan sebagai anak kecil dan tidak
membiarkan dia berperilaku seperti orang dewasa. Pola asuh remaja perlu cara
khusus. Walau usia masih tergolong anak-anak, ia tak bisa diperlakukan sebagai
anak kecil. Remaja sudah menunjukkan jati diri. Biasanya remaja lebih senang
berkumpul bersama teman sebaya ketimbang dengan orang tua. Adapun beberapa
sikap yang dapat dilakukan yaitu:
1. Sikap kesejatian
Menghindari membuka diri yang terlalu dini sampai dengan anak
menunjukkan kesiapan untuk berespon positif terhadap keterbukaan, sikap
kepercayaan kita pada anak.
2. Sikap empati
Bentuk sikap dengan cara menempatkan diri kita pada posisi anak dan orang
tua.
3. Sikap hormat
Bentuk sikap yang menunjukkan adanya suatu kepedulian/perhatian, rasa
suka dan menghargai klien. Ex : senyum pada saat yang tepat, melakukan jabat
tangan atau sentuhan yang lembut dengan seizin komunikan.
4. Sikap konkret
19
PENUTUP
A. Kesimpulan
Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan dan pesan yang
disampaikan melalui lambang-lambang tertentu, mengandung arti, dilakukan oleh
penyampai pesan ditujukan kepada penerima pesan. Tujuan komunikasi yaitu
pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat dimengerti oleh si komunikan.
Dalam melakukan komunikasi pada anak dan remaja, perawat perlu
memperhatikan berbagai aspek diantaranya adalah cara berkomunikasi dengan
anak, tehnik komunikasi, tahapan komunikasi dan faktor yang mempengaruhi
komuikasi.
Seperti pada anak dan remaja dalam berkomunikasinya sedang membentuk
jati dirinya, dia akan lebih diam dengan orang yang dianggapnya tidak sama
dengan dia. Masa remaja merupakan masa-masa panjang yang dialami seorang
anak. Saat remaja mereka mulai mengalami berbagai perubahan, baik fisik
maupun non fisik dalam kehidupan mereka.
B. Saran
1. Perawat mampu berkomunikasi dengan remaja lebih efektif karena telah
mengetahui bagaimana prinsip dan strategi berkomunikasi dengan remaja,
serta mengetahui hambatan yang akan ditemui pada saat akan berkomunikasi
dengan remaja.
2. Perawat mampu menerapkan tehnik-tehnik komunikasi, cara berkomunikasi,
tahapan komunikasi serta faktor yang menghambat komunikasi pada anak dan
remaja.
3. Perawat dapat menjelaskan komunikasi pada remaja.
20
DAFTAR PUSTAKA
Muhit Abdul, Sandu Siyoto. 2018. Aplikasi Komunikasi Terapeutik & Health.
Yogyakarta.