Anda di halaman 1dari 24

KEPERAWATAN KOMUNIKASI

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA REMAJA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata

kuliah Keperawatan Komunikasi II

Disusun oleh:

Muhammad Ghifar Gymnastiar 220110166130

Beni Sutisna 220110166156

Hikmah Fajar Abdalloh 220110166147

UNIVERSITAS PADJAJDARAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

GARUT
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur bagi Allah SWT atas limpahan taufik dan hidayah-Nya, sehingga
panduan penulisan makalah dengan Tema “ Komunikasi Terapeutik pada Klien
Remaja” merupakan salah satu kegiatan dalam mata kuliah yang harus dilakukan
oleh setiap mahasiswa. Makalah ini juga menjadi salah satu aspek penilaian.

Panduan ini disusun berdasarkan sistematika yang telah berlaku yang


dilengkapi dengan penjelasan setiap bagian yang harus dituliskan dalam makalah.
Makalah ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi mahasiswa dan dosen agar
kualitas pembelajaran semakin baik dan mampu merangsang kemampuan mahasiswa
dalam melakukan penulisan makalah ini.

Panduan ini disusun berdasarkan sistematika yang telah berlaku yang telah
dilengkapi dengan penjelasan setiap bagian yang harus ditulis dalam makalah
diharapkan untuk kelancaran pelaksanaan pembelajaran dan peningkatan kualitas
pembelajaran.

Wassalamualaikum wr.wb

Garut, Mei 2019

Penulis

i
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penulisan Makalah ............................................................. 1


B. Tujuan Penulisan Masalah........................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Komunikasi Terapeutik ............................................................................... 3


B. Prinsip Komunikasi pada Remaja ............................................................... 4
C. Komunikasi Terapeutik Pada Remaja ......................................................... 6
D. Faktor Komunikasi pada Remaja ................................................................ 7
E. Tekhnik Komunikasi pada Remaja ............................................................. 8
F. Tahapan Komunikasi pada Remaja ............................................................. 10
G. Hambatan Komunikasi pada Remaja .......................................................... 11

BAB III MASALAH DAN PEMBAHASAN

A. Masalah ....................................................................................................... 15
B. Pembahasan ................................................................................................. 18

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................................. 20
B. Saran ............................................................................................................ 20

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penulisan Masalah

Pada saat anak beranjak remaja, kadang kala orang tua menemukan kesulitan
untuk melakukan komunikasi secara dua arah dengan anak. Masa-masa remaja
untuk setiap anak terkadang mejadi periode yang sulit dan ini dikarenakan anak
remaja mulai mengalami beberapa hal dalam hidupnya seperti mengembangkan
identitas mereka sendiri secara individu. Adanya perubahan biologis dan fisiologis
, menghadapi tekanan dari teman sebayanya, mengalami ketertarikan pada lawan
jenis, dan lain sebagainya. Sementara orang tua juga mulai merasakan besarnya
kekhawatiran pada anak remaja mereka, baik terhadap pergaulannya maupun
perkembangan kepribadiannya. Jadi, bagaimanakah cara terbaik untuk
mengatasinya?

Pendekatan terhadap orang tua adalah salah cara yang tepat dilakukan.
Komunikasi yang efektif antara orang tua dengan anak-anak sangat penting
dilakukan karena akan membuat hubungan antara orang tua dan anak tetap terjalin
dengan baik. Untuk menciptakan komunikasi yang efektif orang tua perlu
memahami karakteristik remaja.

Sebagai seorang perawat, perawat bisa memfasilitasi antara orang tua dan
remaja. Perawat bisa menggali masalah yang dihadapi remaja, dan selanjutnya
orang tua bisa diberitahukan cara mengatasi masalah anaknya. Agar tindakan yang
diberikan perawat bisa berjalan lancar, perawat perlu menerapkan strategi
pelaksanaan di setiap tindakan keperawatan. Pada makalah ini, kami akan
membahas mengenai komunikasi terapeutik pada klien remaja.

B. Tujuan Penulisan Masalah


1. Untuk mengetahui komunikasi terapeutik pada remaja.

1
2

2. Untuk mengetahui proses prinsip komunikasi pada remaja.


3. Untuk mengetahui komunikasi terapeutik pada remaja.
4. Untuk mengetahui tekhnik komunikasi terapeutik pada remaja.
5. Untuk mengetahui hambatan komunikasi terapeutik pada remaja.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Komunikasi Terapeutik
1. Pengertian Komunikasi Terapeutik
Terapeutik merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni dari
penyembuhan ( Aanas, 2014 ) maka disini diartikan bahwa terapeutik adalah
segala sesuatu yang memfasilitasi proses penyembuhan. Sehingga komunikasi
terapeutik itu sendiri adalah komunikasi yang direncanakan dan dilakukan
untuk membantu penyembuhan/ pemulihan pasien. Komunikasi terapeutik
meruupakan komunikasi professional pada perawat
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan atau dirancang
untuk tujuan terapi. Seorang terapis dapat membantu klien mengatasi masalah
yang dihadapainya melalui komunikasi (Damaiyanti, 2014).
Komunikasi terpeutik adalah modalitas dasar intervensi utama yang
terdiri atas teknik verbal dan nonverbal yang digunakan untuk membentuk
hubungan antara terapis dan pasien dalam pemenuhan kebutuhan (Mubarak,
2012). Oleh karena itu, komunikasi terapeutik merupakan hal penting dalam
kelancaran pelayanan kesehatan yang dilakukan terapis untuk mengetahui apa
yang dirasakan dan diinginkan pasien.
2. Tujuan Komunikasi Terapeutik
Dalam konteks pelayanan keperawatan kepada klien, pertama-tama klien
harus percaya bahwa perawat mampu memberikan pelayanan keperawatan
dalam mengatasi keluhannya, demikian juga perawat harus dapat dipercaya dan
diandalkan atas kemampuan yang telah dimiliki perawat (Simamora, 2013).
Dengan memiliki keterampilan berkomunikasi terapeutik, perawat akan
lebih mudah menjalin hubungan saling percaya dengan klien, sehingga akan
lebih efektif dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan yang telah diterapkan,
memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan akan

3
4

meningkatkan profesi (Damaiyanti, 2012). Tujuan komunikasi terapeutik


(Purwanto, 1994 seperti dikutip dalam Damaiyanti, 2012) adalah:
a. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan
pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada
bila pasien percaya pada hal yang diperlukan.
b. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang
efektif dan mempertahankan kekuatan egonya.
c. Memengaruhi orang lain, lingkungan fisik, dan dirinya sendiri.
B. Prinsip komunikasi pada remaja
1. Cara Membangun Hubungan Yang Harmonis Dengan Remaja
a. Hal yang sering orang tua lakukan dalam berkomunikasi, orang tua ingin
segera membantu menyelesaikan masalah remaja, ada hal-hal yang orang
tua sering lakukan seperti:
b. Cenderung lebih banyak bicara dari pada mendengarkan,
c. Merasa tau lebih banyak dari pada remaja,
d. Cenderung memberi arahan dan nasihat,
e. Tidak berusaha mendengarkan dulu apa yang sebenarnya terjadi dan apa
yang dialami remaja,
f. Tidak memberi kesempatan agar remaja mengemukakan pendapat,
g. Tidak mencoba menerima dahulu kenyataan yang dialami remaja dan
memahaminya,
h. Merasa putus asa dan marah-marah karena tidak tahu lagi apa yang harus
dialkukan terhadap remaja.
2. Kunci Pokok Berkomunikasi Dengan Remaja

Adapun kunci pokok yang dilakukan orang tua terhadap anaknya yang
beranjak dewasa seperti:

a. Mendengar Supaya remaja mau berbicara,


b. Menerima dahulu perasaan remaja,
5

c. Bicara supaya di dengar.


3. Mengenal Diri Remaja
a. Pahami Perasaan Remaja

Banyak terjadi masalah dalam berkomunikasi dengan remaja, yang


disebabkan karena orang tua kurang dapat memahami perasaan anaknya yang
diajak bicara. Agar komunikasi dapat lebih efektif orang tua perlu
meningkatkan kemampuannya dan mencoba memahami perasaan anak
sebagai lawan bicara.

b. Bagaimana Memahami Perasaan Remaja

Untuk memahami perasaan remaja, orang tua harus meneriam dulu


perasaaan dan ungkapan remaja terutama ketika ia sedang mengalami
masalah, agar ia merasa nyaman dan mau melanjutkan pembicaraan dengan
orang tua. Orang tua akan lebih mengerti apa yang sebenarnya dirasakan
remaja.

4. Membuat Remaja Mau Berbicara Pada Orang Tua Saat Menghadapi Masalah
Dan Membantu Remaja Menyelesaikan Masalah
a. Pesan kamu dan pesan saya

Pesan kamu adalah cara seperti ini bukanlah penyampaian akibat perilaku
anak terhadap orang tua tetapi berpusat pada kesalahan anak cenderung tidak
membedakan antara anak dan perilakunya sehingga membuat anak mereka
disalahkan,direndahkan dan disudutkan.

Pesan saya lebih menekankan perasaan dan kepedulian orang tua sebagai
akibat perilaku anak sehingga anak belajar bahwa setiap perilaku mempunyai
akibat terhadap orang lain. Melalui pesan saya akan mendorong semangat
anak, mengembangkan keberaniannya, sehingga anak akan merasa nyaman.

b. Menentukan Masalah Siapa


6

Ketika menghdapi remaja sebagai lawan bicara yang bermasalah, kita


perlu mengetahui masalah siapa ini. Hal ini perlu dibiasakan karena:

1) Kita tidak mungkin menjadi seorang yang harus memecahkan semua


masalah.
2) Kita harus mengajarkan kepada remaja rasa tanggung jawab dalam
memecahkan masalahnya sendiri.
3) Kita perlu membantu remaja untuk tidak ikut campur urusan orang
lain.
4) Anak perlu belajar mandiri

Setelah mengetahui masalah siapa yang punya masalah harus


bertanggung jawab untuk menyelesaikannya. Bila masalah itu adalah masalah
remaja maka teknik yang digunakan adalah mendengar aktif.

C. Komunikasi terapeutik pada remaja

Komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal dimana perawat


dank lien mengalami pengalaman belajar bersama serta memperbaiki
pengalaman emosional klien. Komunikasi terapeutik mempunyai karakteristik:

1. Tujuan yang spesifik.


2. Saling membagi pikiran, perasaan dan perilaku untuk membentuk keintiman
yang terapeutik dan berorientasi pada masa sekarang (here and now).
3. Berfokus pada klien dalam memenuhi kebutuhan.

Dalam melakukan komunikasi pada remaja, perawat perlu memerhatikan


berbagai aspek diantaranya adalah usia tumbuh kembang remaja, cara
berkomunikasi dengan anak remaja, metode berkomunikasi dengan anak remaja.
Peran orang tua dalam membantu proses komunikasi dengan remaja sehingga
bias didapatkan informasi yang benar dan akurat.

a. Pada remaja, pola piker dan tingkah laku peralihan dari anak ke dewasa.
7

b. Bila stress, diskusi tentang masalahnya dengan teman sebaya, orang dewasa
diluar keluarga dan terbuka terhadap perawat.
c. Menolak orang yang berusaha menjatuhkan harga dirinya.
d. Beri support penuh perhatian.
e. Jangan melakukan intrupsi.
f. Ekspresi wajah tidak menunjukkan heran.
g. Hindari pertanyaan yang menimbulkan rasa malu (jaga privasi).

D. Faktor yang mempengaruhi komunikasi pada remaja


1. Pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka komunikasi berlangsung


secara efektif.

2. Pengetahuan

Semakin banyak pengetahuan yang didapat maka komunikasi berlangsung


secara efektif.

3. Sikap

Sikap mempengaruhi dalam berkomunikasi, bila komunikan bersifat


pasif/tertutup maka komunikasi tidak berlangsung secara efektif.

4. Usia Tumbuh Kembang Status Kesehatan Anak

Bila ingin berkomunikasi, maka harus disesuaikan dengan tingkat usia agar
komunikasi tersebut berlangsung secara efektif.

5. Saluran

Saluran sangat penting dalam berkomunikasi agar pesan dapat tersampaikan


ke komunikan dengan baik.
8

6. Lingkungan

Lingkungan juga sangat berperan penting dalam berkomunikasi, semakin


bagus/indah lingkungan yang ditempati maka dalam berinteraksi akan terasa
nyaman dan aman.

E. Teknik komunikasi pada remaja

Komunikasi dengan remaja merupakan sesuatu yang penting dalam


menjaga hubungan denga remaja, melalui komunikasi ini pula perawatdapat
memudahkan mengambil berbagai data yang terdapat pada diri remaja yang
selanjutnya dapat diambil dalam menentukan masalah keperawatan. Beberapa
cara yang digunakan dalam berkomunikasi dengan remaja, antara lain:

1. Melalui orang lain atau pihak ketiga

Cara berkomunikasi ini pertama dilakukan oleh remaja dalam


menumbuhkan kepercayaan diri remaja, dengan menghindari secara langsung
berkomunikasi dengan melibatkan orang tua secara langsung yang sedang
berada disamping anak. Selain itu dapat digunakan dengan cara memberikan
komentar tentang sesuatu.

2. Bercerita

Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak remaja dapat
mudah diterima, mengingat anak sangat suka sekali dengan cerita, tetapi cerita
yang disampaikan hendaknya sesuai dengan pesan yang akan disampaikan,
yang akan diekspresikan melalui tulisan.

3. Memfasilitasi

Memfasilitasi adalah bagian cara berkomunikasi, melalui ekspresi anak


atau respon anak remaja terhadap pesan dapat diterima, dalam memfasilitasi
kita harus mampu mengekspresikan perasaan dan tidak boleh dominan, tetapi
9

anak harus diberikan respons terhadap pesan yang disampaikan melalui


mendengarkan dengan penuh perhatian dan jangan mereflisikan ungkapan
negative yang menunjukkan kesan yang jelek pada anak remaja tersebut.

4. Meminta untuk menyebutkan keinginan

Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak dan meminta


untuk menyebutkan keinginan dapat diketahui berbagai keluhan yang
dirasakan anak dan keinginan tersebut dapat menunjukkan perasaan dan
pikiran anak pada saat itu.

5. Pilihan pro dan kontra

Penggunaan teknik komunikasi ini sangat penting dalam menentukan atau


mengetahui perasaan dan pikiran anak, dengan mengajukan pada situasi yang
menunjukkan pilihan yang positif dan negatif yang sesuai dengan pendapat
anak remaja.

6. Penggunaan skala

Penggunaan skala atau peringkat ini digunakan dalam mengungkapkan


perasaan sakit pada anak seperti penguapan perasaan nyeri, cemas, sedih, dan
lain-lain, dengan menganjurkan anak untuk mengekspresikan perasaan
sakitnya.

7. Menulis

Melalui cara ini remaja akan dapat mengekspresikan dirinya baik pada
keadaan sedih, marah atau lainnya dan biasa banyak dilakukan pada remaja
yang jengkel, marah dan diam.
10

F. Tahapan komunikasi dengan remaja


1. Tahap prainteraksi

Mengumpulkan data tentang klien dengan mempelajari status atau bertanya


kepada orang tua tentang masalah yang ada.

2. Tahap perkenalan
a. Memberi salam dan senyum pada klien
b. Melakukan validasi
c. Mencari kebenaran data yang ada
d. Mengobservasi
e. Memperkenalkan nama dengan tujuan, waktu dan
f. Melakukan kerahasiaan klien.
3. Tahap kerja
a. Member kesempatan pada klien untuk bertanya, karena akan
memberitahu tentang hal yang kurang dimengerti dalam berkomunikasi.
b. Menanyakan keluhan utama.
c. Saat berkomunikasi dengan klien remaja, usahakan berdiskusi atau curah
pendapat seperti teman sebaya.
d. Hindari beberapa pertanyaan yang dapat menimbulkan rasa malu.
e. Jaga kerahasiaan yang dapat menimbulkan rasa malu.
f. Jaga kerahasiaan dalam komunikasi (masa transisi dalam bersikap
dewasa).
4. Tahap terminasi
a. Menyimpulkan hasil wawancara meliputi evaluasi proses dan hasil.
b. Memberikan reinforcement positif, tindak lanjut, kontrak, dan
c. Mengakhiri wawancara dengan cara yang baik.
11

G. Hambatan dalam komunikasi pada remaja

Komunikasi merupakan sesuatu hal yang sangat penting bagi manusia


dalam melakukan interaksi dengan sesame. Kita pada suatu waktu merasakan
komunikasi yang kita lakukan menjadi tidak efektif karena kesalahan dalam
menafsirkan pesan yang kita terima. Hal ini terjadi karena setiap manusia
mempunyai keterbatasan dalam menelaah komunikasi yang disampaikan.

Kesalahan dalam menafsirkan pesan bisa disebabkan karena tiga hal yaitu :

1. Hambatan fisik
a. Sinyal non verbal yang tidak konsisten.

Gerak-gerik kita ketika berkomunikasi tidak melihat kepada lawan


bicara, tetapi dengan aktifitas kita pada saat ada yang berkomunikasi
dengan kita, mempengaruhi proses komunikasi yang berlangsung.

b. Gangguan noises

Gangguan ini bisa berupa suara yang bising pada saat kita
berkomunikasi, jarak jauh, dan lain sebagainya.

c. Gangguan fisik (gagap, tuli, buta)

Adanya gangguan fisik seperti gagap, tunawicara, tunanetra, dan


sebagainya yang dialami oleh seorang remaja. Terimalah mereka apa
adanya, mereka pasti memiliki potensi unggul lain yang perlu digali.
Sebagai perawat, kita harus siap menerima kenyataan tersebut seraya
mencari cara agar tidak terjadi hambatan komunikasi dengan remaja
tersebut, misalnya dengan cara belajar bahasa yang mereka dapat pahami.

d. Teknik bertanya yang buruk

Ternyata kita yang tidak memiliki kemampuan bertanya, tidak akan


sanggup menggali pemahaman orang lain, tidak sanggup mengetahui apa
12

yang dirasakan orang lain. Oleh karena itu, kembangkan selalu teknik
bertanya kepada orang lain. Bahwa setiap individu memiliki modalitas
belajar yang berbeda-beda.

e. Teknik menjawab yang buruk

Kesuliatan orang memahami materi yang disampaikan karena


komunikator tidak mampu menjawab dengan baik. Pertanyaan bukannya
dijawab, melainkan dibiarkan. Pertanyaan justru dijawab tidak tepat.
Salah satu teknik menjawab yang buruk adalah komunikator tidak
memberikan kesempatan individu menyelesaikan pertanyaan lalu lngsung
dijawab oleh komunikator.

f. Kurang menguasai materi

Ini faktor yang sangat jelas. Begitu kita tidak menguasai materi, itulah
hambatan komunikasi. Kompetensi professional salah satu maknanya
adalah menguasai materi secara mendalam bahkan ditambahkan lagi
untuk meluas.

g. Kurang persiapan

Bagaimana mungkin proses penyampaian materi atau pembelajaran


dapat optimal jika tidak menyiapkan perencanaan dengan baik.

2. Hambatan psikologis
a. Mendengar

Biasanya kita mendengar apa yang ingin kita dengar. Banyak hal atau
informasi yang ada di sekeliling kita, namun tidak semua kita dengar dan
tanggapi. Informasi yang menarik bagi kita, itulah yang ingin kita dengar.

b. Mengabaikan informasi yang bertentangan denagn apa yang kiata


ketahui.
13

Sering kali kita mengabaikan informasi yang menurut kita tidak sesuai
denga ide, gagasan dan pandangan kita padahal kalau dicermati sangat
berhubungan denga ide kita, padahal ada kalanya gagasan kita yang
kurang benar.

c. Menilai sumber

Kita cenderung menilai siapa yang memberikan informasi. Jika ada


seorang remaja yang memberikan informasi tentang suatu hal, kita
cenderung mengabaikannya.

d. Pengaruh emosi

Pada keadaan marah, remaja akan kesulitan untuk menerima informasi.


Apapun berita atau informasi yang diberikan, tidak akan diterima dan
ditanggapinya.

e. Kecurigaan

Kembangkan sikap berbaik sangka pada semua orang. Hendaklah


berpikir baik atau positif bahwa materi ini bisa dipahami oleh remaja.
Komunikator curiga pada komunikan akan membawa suasana
pembelajaran tidak kondusif.

f. Tidak jujur

Karakter dasar komunikator mestilah ditampilkan selama pembelajaran


komunikasi pada remaja berlangsung dan juga di luar pembelajaran. Kita
harus jujur, jangan berbohong, jujurlah jika memang tidak tahu.

g. Tertutup

Jika kita memiliki sikap tertutup atau introvert dalam proses


pembelajaran, sebaiknya jangan menjadi komunikator. Sebab dalam prose
situ diperlukan kerjasama, keterbukaan, kehangatan, dan keterlibatan.
14

h. Dekstuktif

Jelas sikap ini akan menjadi penghambat aliran komunikasi pada


remaja. Cegahlah sedini mungkin oleh kita. Jika sikap dekstruktif itu
muncul, lakukan segera penanganannya secara bijak atau sesuai prosedur
yang berlaku.

i. Kurang dewasa

Kita perlu menyadari sikapnya dalam proses pembelajaran. Bedakan


ketika kita berbicara dengan anak, karena kita berkomunikasi dengan
seorang remaja yang mampu tetapi ada hambatan psikologi.

3. Semantik
a. Persepsi yang berbeda
b. Kata yang memiliki arti lain bagi orang yang berbeda
c. Terjemahan yang salah
d. Semantik yaitu pesan bermakna ganda
e. Belum berbudaya baca, tulis, dan budaya diam
BAB III

MASALAH DAN PEMBAHASAN

A. Masalah

Masalah tentang komunikasi terapeutik pada remaja dengan penyalahgunaan


obat dextromethorphan yang pada dasarnya digunakan untuk menyembuhkan batuk
dalam keadaan sakit dengan dosis 3x1 atau yang sudah ditentukan oleh tenaga
kesehatan, akan tetapi para remaja menyalahgunakan obat dextromethorphan dengan
mengkonsumsinya berpuluh puluh butir 20-40 secara bertahap dalam keadaan sehat
serta bersamaan dengan minum minuman keras yang mengandung alcohol. Remaja
tersebut biasanya selalu mengkonsumsi obat dextromethorphan secara berkelompok
ataupun individu dengan didasari agar remaja tersebut dapat diterima atau ingin
diakui oleh kelompoknya dan remaja tersebut mengkonsumsinya saat berada
dikeramaian, misalnya terdapat acara tontonan konser disuatu tempat, bicara dengan
lawan jenis yang disukainya dengan alasan agar tidak malu atau percaya diri.

Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa
dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada
usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun (Papalia & Olds, 2008). Pada
tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri dengan kelompok masih tetap
penting bagi anak laki-laki maupun perempuan, lambat laun mereka mulai
mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama dengan teman
dalam segala hal, seperti sebelumnya (Hurlock, 2007). Perilaku adalah semua
kegiatan atau aktifitas manusia baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak
dapat diamati oleh pihak lain (Notoatmodjo, 2007), Perilaku kekerasan adalah suatu
keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara
fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain. Perilaku kekerasan merupakan
suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun
psikologis (Yosep, Iyus. 2007).

15
16

Oleh karena itu, penyebab timbulnya penyalahgunaan obat oleh para remaja
merupakan akibat dari faktor predisposisi, kontribusi, dan pencetus. Dari faktor
predisposisi remaja memiliki pengaruh dari gangguan kepribadiannya, dikarenakan
remaja sulit untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan hidupnya, sehingga
mengakibatkan (impairment) dalam fungsi dan hubungan social, pekerjaan
sekolahnya dan biasanya disertai penderitaan subyektif bagi dirinya. Dari faktor
kontribusi remaja memiliki pengaruh dari kesibukan orang tuanya, dikarenakan
orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan atau aktivitas lain, sehingga waktu
untuk anak berkurang, misalnya orang tua jarang di rumah menyebabkan komunikasi
renggang, waktu bersama dan perhatian untuk anak juga berkurang atau tidak ada
sama sekali. Dari faktor pencetus remaja memiliki pengaruh dari teman kelompok
sebaya dikarenakan secara psikologis kelompok remaja emosinya masih labil,
terpengaruhi oleh bujukan atau ajakan teman untuk mengkonsumsi obat-obatan
terutama obat Dextromethorphan dan selalu ingin diterima serta diakui oleh
kelompoknya, selain itu adanya sifat yang selalu ingin mencoba hal baru (Hawari,
2007). Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang bahaya obat yang
digunakan, yang disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya. Selain itu
berasal dari remaja itu sendiri meliputi faktor kecerdasan, usia, perilaku, jenis
kelamin dan masalah-masalah yang dihadapi oleh remaja tersebut (Hermawan,
2006).

Dari fakta dan teori di atas diketahui remaja yang menyalahgunakan atau
mengkonsumsi obat dexstromethorphan dapat memicu dampak yang berat bagi
kesehatan jasmani atau bagi tubuh itu sendiri hingga menimbulkan tindak perilaku
kekerasan, sampai hilang kesadaran, over dosis dan akhirnya meninggal dunia.
Dalam kehidupan sehari-hari remaja tidak lepas dari pergaulan dan kehidupan jauh
pengawasan orang tua, Misalnya kedua orang tua terlalu sibuk dengan pekerjaan atau
aktivitas lain, sehingga waktu untuk anak berkurang. Keberadaan orang tua di rumah
juga mempunyai pengaruh, misalnya orang tua jarang di rumah menyebabkan
17

komunikasi renggang, waktu bersama dan perhatian untuk anak juga berkurang tidak
ada sama sekali.

Dengan demikian anak dapat mengekpresikan ketidakharmonisan dalam


keluarganya (merasa kurang diperhatikan) yang akhirnya remaja terjerumus dalam
penyalahgunaan obat-obatan yang berbahaya seperti obat dexstromethorphan. Karna
itulah perlu adanya perhatian orang tua dalam pemberian informasi yang benar,
pendidikan, pengawasan, bimbingan dan pengajaran baik tentang bahaya
penggunaan obat dextromethorphan sampai dampak yang ditimbulkan. Peran
masyarakat oleh instansi terkait seperti dinas kesehatan, puskesmas atau lembaga
swadaya masyarakat (LSM), aparat penegak hukum memberi himbauan pada remaja
bahwa obat dextromethorphan setara dengan narkoba. Seperti halnya yang dilakukan
oleh BPOM yakni telah menarik 130 merek obat yang mengandung
dextromethorphan tunggal per akhir Juni 2014
18

B. Pembahasan
Remaja adalah masa transisi dari anak ke dewasa. Pada masa transisi ini remaja
banyak mengalami kesulitan yang menimbulkan kesulitan yang membutuhkan
kemampuan adaptasi. Remaja sering tidak mendapat tempat untuk
mengekspresikan ungkapan hatinya dan cenderung tertekan. Hal ini dapat
mempengaruhi komunikasi remaja terutama komunikasi dengan orang tua atau
orang dewasa lainnya. Maka dari itu peran orang tua dalam komunikasi sangatlah
penting agar anak tidak terjerumus ke dalam masalah seperti kasus diatas. Orang
tua pun harus bisa membagi waktunya antara pekerjaan dan anaknya.
Terkait dengan permasalahan diatas, maka dalam berkomunikasi dengan remaja
perawat atau orang dewasa lain harus mampu besikap sebagai ”SAHABAT” buat
remaja. Tidak meremehkan atau memperlakukan sebagai anak kecil dan tidak
membiarkan dia berperilaku seperti orang dewasa. Pola asuh remaja perlu cara
khusus. Walau usia masih tergolong anak-anak, ia tak bisa diperlakukan sebagai
anak kecil. Remaja sudah menunjukkan jati diri. Biasanya remaja lebih senang
berkumpul bersama teman sebaya ketimbang dengan orang tua. Adapun beberapa
sikap yang dapat dilakukan yaitu:
1. Sikap kesejatian
Menghindari membuka diri yang terlalu dini sampai dengan anak
menunjukkan kesiapan untuk berespon positif terhadap keterbukaan, sikap
kepercayaan kita pada anak.
2. Sikap empati
Bentuk sikap dengan cara menempatkan diri kita pada posisi anak dan orang
tua.
3. Sikap hormat
Bentuk sikap yang menunjukkan adanya suatu kepedulian/perhatian, rasa
suka dan menghargai klien. Ex : senyum pada saat yang tepat, melakukan jabat
tangan atau sentuhan yang lembut dengan seizin komunikan.
4. Sikap konkret
19

Bentuk sikap dengan menggunakan terminology yang spesifik dan bukan


abstrak pada saat komunikasi dengan klien.
Berikut ini sikap perawat, orang tua, atau orang dewasa lain yang perlu
diperhatikan saat berkomunikasi dengan remaja.
1. Menjadi pendengar yang baik dan memberi kesempatan pada mereka untuk
mengekspresikan perasaannya, pikiran dan sikapnya.
2. Mengajak remaja berdiskusi terkait dengan perasaan, pikiran dan sikapnya.
3. Jangan memotong pembicaraan dan jangan berkomentar atau beresponyang
berlebihan pada saat remaja menunjukkan sikap emosional, maka sikap kita
adalah memberikan support atas segala masalah yang dihadapi remaja dan
membantu untuk menyelesaikan masalah dengan mendiskusikannya.
4. Perawat atau orang dewasa lain harus dapat menjadi sahabat buat remaja,
tempat berbagi cerita suka dan duka.
5. Duduk bersama remaja, memeluk, merangkul, mengobrol dan bercengkrama
dengan mereka serta sering melakukan makan bersama.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan dan pesan yang
disampaikan melalui lambang-lambang tertentu, mengandung arti, dilakukan oleh
penyampai pesan ditujukan kepada penerima pesan. Tujuan komunikasi yaitu
pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat dimengerti oleh si komunikan.
Dalam melakukan komunikasi pada anak dan remaja, perawat perlu
memperhatikan berbagai aspek diantaranya adalah cara berkomunikasi dengan
anak, tehnik komunikasi, tahapan komunikasi dan faktor yang mempengaruhi
komuikasi.
Seperti pada anak dan remaja dalam berkomunikasinya sedang membentuk
jati dirinya, dia akan lebih diam dengan orang yang dianggapnya tidak sama
dengan dia. Masa remaja merupakan masa-masa panjang yang dialami seorang
anak. Saat remaja mereka mulai mengalami berbagai perubahan, baik fisik
maupun non fisik dalam kehidupan mereka.
B. Saran
1. Perawat mampu berkomunikasi dengan remaja lebih efektif karena telah
mengetahui bagaimana prinsip dan strategi berkomunikasi dengan remaja,
serta mengetahui hambatan yang akan ditemui pada saat akan berkomunikasi
dengan remaja.
2. Perawat mampu menerapkan tehnik-tehnik komunikasi, cara berkomunikasi,
tahapan komunikasi serta faktor yang menghambat komunikasi pada anak dan
remaja.
3. Perawat dapat menjelaskan komunikasi pada remaja.

20
DAFTAR PUSTAKA

Arwani. (2002). Komunikasi Dalam Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku


Kedokteran.

EGC Mundakir. (2006). Komunikasi Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Machfoedz, Mahmud. 2009. Komunikasi Keperawatan Komunikasi Terapeutik.


Yogyakarta: Ganbika

Muhit Abdul, Sandu Siyoto. 2018. Aplikasi Komunikasi Terapeutik & Health.
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai