Jbptppolban GDL Mialistian 7419 3 Bab2 9 PDF
Jbptppolban GDL Mialistian 7419 3 Bab2 9 PDF
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
Alat yang digunakan untuk keperluan transaksi energy listrik antara PLN
dengan pelanggan disebut Alat Pengukur dan Pembatas (APP). Yang dimaksud
dengan pembatas ialah sebauh alat untuk menentukan batas pemakaian daya sesuai
dengan daya yang tersambung sedangkan pengukuran merupakan sebuah alat untuk
menentukan besarnya pemakaian energy listrik yang terpakai. Sedangkan untuk
APP pasangan luar merupakan pemasangan APP di suatu tempat dan dapat terkena
cuaca secara langsung tanpa pengaman tambahan yang mempunyai international
protection (IP) tertentu.
Alat Pengukur dan Pembatas untuk listrik tiga phasa terdiri dari beberapa
peralatan, yaitu alat ukur meter energi (KWh meter dan KVARh meter), trafo arus,
time switch, dan pemutus atau Mini Circuit Breaker (MCB), Moulded Case Circuit
Breaker (MCCB) atau Fuse Cut Off (FCO) sebagai pembatas untuk tegangan
menengah. Peralatan pembatas dan pengukur tersebut, khususnya meter energy
(kWh meter dan kVArh meter) dipasang dalam suatu kotak atau panel, yang
dinamakan panel APP (Alat Pembatas dan Pengukur). Kelengkapan APP untuk
setiap kelompok pelanggan berbeda-beda, yaitu[8]:
1. Pelanggan Tegangan Tinggi yang mempunyai daya ≥30 MVA dan pelanggan
tegangan menengah yang mempunyai daya antara 200 KVA sampai dengan 30
MVA.
a. APP terdiri dari trafo tegangan, trafo arus (CT), relai beban lebih, meter
energi, dan circuit breaker atau fuse lebur.
b. Meter energi yang digunakan di APP pelanggan tegangan tinggi dan
pelannggan tegangan menengah yakni menggunakan meter elektronik atau
meter statis yang menggantikan perangkat jenis mekanik berupa kWh
meter, kVArh meter, ampere meter, volt meter, dan time switch.
II-1
II-2
2. Meter energi dan sarana komunikasi ditempatkan pada panel khusus terpisah
dengan peralatan lain seperti trafo tegangan, trafo arus (CT), relai beban lebih
serta pemutus pemutus tenaga.
3. APP untuk pelanggan tegangan menengah dan pelanggan tegangan rendah
terdiri dari kWh meter dan kVArh meter, trafo arus (CT), dan MCCB yang
ditempatkan pada kotak APP terpadu.
4. APP untuk pelanggan tegangan rendah sambungan tidak langsung yang
mempunyai daya 53 kVA sampai 197 kVA terdiri dari trafonarus (CT), KWh
meter, KARh meter, dan pembatas daya MCCB atau fuse lebur.
5. APP untuk pelanggan tegangan rendah sambungan langsung dengan daya
kurang dari 41,5 kVA terdiri dari kWh meter, kVArh meter dan pembatas daya
(MCB atau MCCB), atau fuse lebur yang terdapat dalam panel APP.
1. APP tipe I A yakni untuk pengukuran tegangan rendah kWh meter 1 fasa
(5/20A).
2. APP tipe I B yakni untuk pengukuran tegangan rendah kWh meter 1 fasa
(20/60 A dan 50/100 A).
3. APP tipe III A yakni untuk pengukuran tegangan rendah kWh meter 3 fasa tarif
tunggal (3x20/60 A ; 3x50/100).
4. APP tipe III B yakni untuk pengukuran tegangan rendah kWh meter dan kVArh
meter 3 fasa tarif ganda 3x20/60 A;3 x 50/100 A.
5. APP tipe IA khusus untuk pengukuran tegangan rendah 3 P-4 W menggunakan
CT, tarif tunggal 100 - 300 A.
6. APP tipe I B khusus yakni untuk pengukuran tegangan menengah tegangan
rendah kWh meter dan kVArh 3 P-4 W menggunakan CT, tarif tunggal 100-
500 A, 600-1000 A.
7. APP tipe I C khusus yakni untuk pengukuran tegangan menengah tegangan
rendah kWh dan kVArh 3 P-4 W menggunakan CT, tarif ganda 100-500 A,
600-1000 A.
II-3
8. APP tipe II A khusus yakni untuk pengukuran tegangan menengah kWh 3 P-
3W menggunakan CT dan PT tarif tunggal.
9. APP tipe II B khusus yakni untuk pengukuran tegangan menengah kWh 3 P-4
W menggunakan CT dan PT tarif tunggal.
10. APP tipe II C khusus yakni untuk pengukuran tegangan menengah kWh dan
kVArh 3 P-3 W menggunakan CTdan PT tarif tunggal.
11. APP tipe II D khusus yakni untuk pengukuran tegangan menengah kWh dan
kVArh 3 P-4 W menggunakan CT dan PT tarif tunggal.
12. App tipe II E khusus yakni untuk pengukuran tegangan menengah kWh dan
Beban
II-4
2.2 MCB (Mini Circuit Breaker)
MCB (Miniature Circuit Breaker) yaitu saklar yang berfungsi sebagai
pelindung
rangkaian instalasi listrik dari arus lebih (over current). Sedangkan untuk
APP itu sendiri, MCB berfungsi sebagai pembatas Terjadinya arus lebih ini,
mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, seperti beban lebih (overload) dan
hubung singkat (short circuit). MCB sebenarnya memiliki fungsi yang sama dengan
sikring (fuse), yaitu akan memutus aliran arus listrik ketika terjadi gangguan arus
lebih
maupun hubung singkat. Yang membedakan MCB dengan fuse yakni pada
saat terjadi gangguan, MCB akan trip dan ketika rangkaian sudah normal, MCB
bisa di hidupkan lagi (reset) secara manual, sedangkan fuse akan terputus dan tidak
bisa digunakan ataupun dihidupkan lagi jadi fuse hanya sekali pakai jika terjadi
gangguan. MCB biasa digunakan pada instalasi penerangan, instalasi rumah
tinggal, pada instalasi motor listrik di industri dan lain sebagainya.
Prinsip kerja MCB sangat sederhana, bimetal akan menghasilkan panas
ketika ada arus lebih, kemudian bimetal akan melengkung sehingga memutuskan
kontak MCB yang disebut dengan trip. Selain bimetal, pada MCB biasanya juga
terdapat solenoid yang akan mengtripkan MCB ketika terjadi hubung singkat (short
circuit) atau grounding (ground fault). Terdapat dua cara pemutusan kontak MCB
(tripping), yakni pemutusan hubungan arus listrik dengan suhu dan pemutusan
hubungan arus listrik secara magnetik.
Thermal Tripping yakni pemutusan hubungan arus listrik secara thermal
atau suhu. Thermal Tripping cara kerjanya sama seperti halnya pada setrika. Saat
kondisi overload atau kelebihan beban, arus listrik yang mengalir melalui bimetal
menyebabkan suhu menjadi tinggi. Bimetal menjadi melengkung karena
disebabkan oleh suhu yang terlalu tinggi tersebut sehingga dapat memutus kontak
MCB. Selain karena beban lebih, MCB juga bisa trip dengan panas (over heating)
karena kesalahan perencanaan instalasi, seperti ukuran kabel yang terlalu kecil
untuk digunakan dalam arus yang tinggi, sehingga menghasilkan. Maka dari itu
penggunaan kabel instalasi juga harus memperhatikan standar maksimum arus
(KHA) kabel yang akan digunakan. Berikut ini merupakan gambar proses
pemutusan hubungan arus listrik dengan suhu tinggi.
II-5
Gambar II. 2 Thermal tripping [11]
Sedangkan prinsip kerja MCB pada magnetic tripping yaitu pada saat terjadi
hubung singkat maupun beban lebih, medan magnet yang terdapat pada solenoid
MCB akan menarik latch (palang), sehingga dapat memutuskan kontak MCB.
Proses pemutusan hubungan arus listrik secara magnetik dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.
Ada tiga tipe utama dari MCB menurut karakteristik tripnya, yakni tipe B,
tipe C, dan tipe D yang didefinisikan dalam IEC 60898.
II-6
1) MCB Tipe B merupakan MCB yang akan trip ketika arus beban lebih besar 3
sampai 5 kali dari arus maksimum atau arus nominal dari MCB. MCB tipe B
merupakan karateristik trip tipe standar yang biasa digunakan pada bangunan
domestik.
2) MCB Tipe C merupakan MCB yang akan trip ketika arus beban lebih besar 5
sampai 10 kali arus nominal MCB. Karakteristik trip MCB tipe ini akan
menguntungkan bila digunakan pada peralatan listrik dengan arus yang lebih
tinggi, seperti lampu, motor, dan lain sebagainya.
3) MCB tipe D, merupakan MCB yang akan trip ketika arus beban lebih besar 8
sampai 12 kali arus nominal MCB. Karakteristik trip MCB tipe D merupakan
karakteristik trip yang biasa digunakan pada peralatan listrik yang dapat
menghasilkan lonjakan arus kuat seperti, transformator, kapasitor, dan lain
sebagainya.
II-7
adanya gaya berat dari piringan dan menghilangkan ataupun meredam ayunan
perputaran piringan serta alat kalibrasi semua batas arus.
3. Roda gigi dan alat pencatat yang berfungsi sebagai transmisi perputaran
piringan sehingga alat pencatat merasakan adanya perputaran, lalu mencatat
2.3.2. Jenis-Jenis KWh Meter 3 Phasa
Menurut diagram pengawatannya (jumlah kawat) kWh meter 3 phasa dapat
dibedakan lagi menjadi 2 macam, yaitu[3]:
1. KWh meter 3 phasa 4 kawat merupakan kWh meter yang terpasang pada
industri-insdutri. KWh meter ini merupakan kWh meter yang paling sering
digunakan karena dalam pengawatan dan pemasangannya lebih mudah untuk
dikerjakan. Karena tegangannya 3 phasa, maka kWh meter ini mempunyai 3
kumparan arus, 3 kumparan tegangan, dan 3 kumparan pengatur cos φ. KWh
meter 3 fasa 4 kawat ini dilengkapi 10 terminal untuk penyambungan ke beban
yakni terdiri dari 6 buah terminal arus, 3 buah terminal tegangan, dan 1 terminal
untuk netral serta mempunyai 2 terminal untuk penyambungan ke timer
(sebagal pemindah register). Sedangkan untuk kWh meter tariff tunggal tidak
dilengkapi dengan penyambungan ke timer, hanya memiliki 10 terminal.
2. KWh meter 3 phasa 3 kawat. KWh meter ini konstruksi dan pengawtannya
lebih sederhana. Oleh karena itu sekarang ini kWh meter 3 phasa 3 kawat
sedang direkomendasikan pemasangannya pada industri-industri. Sehingga
dalam, pemasangannya lebih efisien dan ekonomis (untuk beban seimbang
tanpa netral). Pada kWh meter 3 phasa 3 kawat tidak terdapat kawat nol (netral)
dan kWh meter 3 phasa 3 kawat ini hanya mempunyai 2 kumparan tegangan,
2 kumparan arus, 2 pengatur faktor daya serta, 7 terminal beban. Selain itu kWh
II-8
meter 3 phasa 3 kawat ini juga dilengkapi dengan 2 register dan 2 terminal
timer.
2.3.3.
Prinsip kerja KWh Meter
Untuk menghitung energi listrik yang digunakan pada kWh meter secara
menyeluruh dapat di hitung menggunakan formulasi :
3600 𝑥 𝑛
P= .................................................................................................(2)
𝐶𝑧 𝑥 𝑡
Keterangan :
II-9
N = Putaran Piringan (putaran/detik)
Cz = Konstanta meter (putaran/kWh)
KVArh meter merupakan suatu alat ukur yang digunakan untuk mengukur
besarnya energi reaktif yang digunakan pelanggan dalam satuan kilo volt amper
reaktif (kVArh). Pada prinsipnya kVARh yang diukur adalah daya reaktif atau
V.I.Sin φ t. Daya reaktif adalah daya yang terpakai untuk membangkitkan fluks
magnetik. Daya ini tidak akan hilang dan terus ada dalam sistem (terus berbolak-
balik antara sumber dan beban). Karena sangat beragamnya beban, tidak semuanya
memiliki faktor daya sebesar 1 yang kebanyakan memiliki nilai kurang dari 1.
Ketika beban berada pada cos phi dibawah 0.85 maka kVARh akan berputar dan
bekerja.
II-10
konsumen memakai energi listrik dan berfungsi untuk menampilkan berapa
banyak jumlah energi listrik yang topik oleh konsumen. Biasanya register
disesuaikan dengan jenis KVArh meter.
2.5 Pembebanan
Beban resistif, induktif, dan kapasitif merupakan macam-macam dari beban
listrik. Pada umumnya beban listrik yang digunakan dalam industry bersifat
kapasitif dan induktif. Beban induktif yang bersifat positif membutuhkan daya
II-11
reaktif seperti motor induksi, trafo penyearah, dan lampu TL. Sedangkan beban
kapasitif yang mempunyai sifat negatif akan menghasilkan daya reaktif. Maka dari
itu daya reaktif ini merupakan daya yang tidak dapat digunakan sebagai sumber
tenaga,
namun diperlukan untuk proses transmisi energi listrik pada beban.
2.5.1 Beban Resistif (R)
Beban yang terdiri dari komponen tahanan ohm saja (resistance) seperti
elemen pemanas (heating element) dan lampu pijar disebut dengan beban resistif.
Beban
resistif ini hanya mengonsumsi beban aktif saja serta mempunyai faktor daya
sama dengan satu. Persamaan daya untuk beban resistif adalah sebagai berikut:
P = V I…………………………………………….………………….(3)
Dengan :
Beban yang terdiri dari kumparan kawat yang dililitkan pada suatu inti (coil,
transformator, dan solenoid) disebut dengan beban induktif. Beban induktif dapat
mengakibatkan pergeseran fasa pada arus sehingga beban induktif ini bersifat
lagging. Arus lagging yang biasa disebut dengan Power Factor Lagging ini
merupakan sudut fasa arus relatif terhadap tegangan yaitu arus tertinggal dari
tegangan. Penyebab arus tertinggal dari tegangan karena energi yang tersimpan
berupa medan magnetis akan mengakibatkan bergesernya fasa arus sehingga
tertinggal terhadap tegangan. Beban jenis ini menyerap daya aktif dan daya reaktif.
Persamaan daya aktif untuk beban induktif adalah sebagaikberikut:
P = VI cos φ……………………………………………………………………(4)
Dengan :
II-12
P = daya aktif yang diserap beban (watt)
V = tegangan yang mencatu beban (volt)
I = arus yang mengalir pada beban (A)
XL = 2πfL……………………………………………………………….(5)
Dengan :
XL = reaktansi induktif
f = frekuensi (Hz)
L = induktansi (Henry)
II-13
S = √𝑃2 + 𝑄 2………………………………………………………… (6)
P = S. Cos φ………………………………………………………..….. (7)
Q = S. Sin φ……………………………………………………………. (8)
2.7.1
Daya Aktif
Daya aktif/ daya nyata adalah daya yang benar-benar terpakai oleh beban
dan akan hilang setelah topik, satuannya adalah Watt (W). Lambang daya aktif
adalah “P”. Energi yang memerlukan daya aktif ini diukur dengan alat pengukur
yakni kWh meter. Daya ini merupakan daya listrik yang digunakan untuk
listrik
keperluan
menggerakkan mesin-mesin listik atau peralatan lainnya. Dengan rumus
sebagai berikut:
Keterangan:
V = Tegangan (V)
VL = Tegangan line
II-14
Q = √3 VL. IL. Sin φ…………………….……...……………….……….(10)
Keterangan:
V = Tegangan (V)
VL = Tegangan line
I = Arus yang mengalir pada penghantar
IL = Arus line
Sin φ = faktor daya
S = √3 VL. IL……..………………………...……………….…………..(11)
Keterangan:
V = Tegangan (V)
VL = Tegangan line
IL = Arus line
II-15
2.8 Prinsip-Prinsip Instalasi
Beberapa prinsip instalasi harus menjadi pertimbangan pada pemasangan
suatu instalasi listrik, tujuannya adalah agar instalasi yang dipasang dapat
digunakan
dengan baik. Berikut ini merupakan prinsip-prinsip dasar instalasi:
a) Keamanan
Berdasarkan standar dan peraturan yang ditetapkan oleh SPLN, PUIL serta
IEC (International Electrotechnical Commision) instalasi listrik harus dipasang
dengan benar tujuannya untuk keamanan dan keselamatan bagi mahluk hidup, serta
benda dan instalasi itu sendiri. Sistem instalasi dinyatakan aman bagi mahluk hidup,
benda, maupun pada sitem instalasi listrik itu sendiri, bila dilengkapi dengan
harta
sitem proteksi yang sesuai dan mempunyai keandalan yang tinggi dalam merespon
gangguan yang terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung.
b) Keandalan
Bila operasi sistem kelistrikan dapat bekerja selama mungkin dan dapat
diatasi dengan cepat apabila terjadi gangguan maka sistem tersebut sudah
dinyatakan andal. Kondisi yang diperlukan untuk prinsip keandalan terhadap:
1) Unjuk kerjaksitem
2) Pengoperasian sistem
3) Peralatan yang digunakan
c) Kemudahan
Apabila pengoperasian suatu sitem tidak memerlukan skiil tinggi, cepat, dan
tepat dalam pemasangan peralatan sistem serta mudah dalam melaksanakan
perawatan dan perbaikan sistem maka instalasi listrik dinyatakan tercapai untuk
prinsip kemudahannya.
d) Ketersedian
Suatu sistem instalasi listrik dinyatakan mempunyai ketersediaan apabila
adanya cadangan peralatan listrik sebagai alat pengganti bila terjadi kerusakan pada
peralatan yang dalam kondisi operasi (baik yang telah tersedia dilapangan maupun
yang dengan mudah didapat dipasaran), adanya cadangan tempat atau ruang yang
II-16
diperlukan untuk menempatkan peralatan tambahan, karena adanya pengembangan
ataupun perluasan sistem, serta adanya cadangan daya pada sistem instalasi yang
dapat langsung digunakan tanpa harus mengganti ataupun menambah kabel pada
sitem
instalasi.
e) Ketercapaian
Yang dimaksud dengan ketercapaian dalam prinsip instalasi adalah
pemasangan peralatan instalasi yang mudah dijangkau oleh pengguna dan diodalam
mengoperasikan peralatan tersebut juga mudah dan dapat dijangkau oleh
konsumen.
g) Ekonomis
Yang dimaksud ekonomis dalam prinsip instalasi adalah biaya yang
dikeluarkan untuk instalasi harus sehemat mungkin karena besarnya biaya saja
tidak selalu menjamin mutu suatu instalasi, walaupun demikian kualitas peralatan
tetaplah menjadioperhatian utama.
II-17
IP 2 3 C H
Keterangan:
II-18
(kawasan industri) dan konsumen-konsumen yang menggunakan tenaga istrik
dengan level tegangan rendah (380/220 Volt) seperti rumah tangga, industri
rumahan (industri kecil), perkantoran, pertokoan dan yang lainnya. Untuk
konsumen
besar yang menggunakan energi listrik yang besar, PLN memasok
kebutuhan
listriknya melalui Jaringan Tegangan Menengah (JTM) 20KV atau
24KV dengan jalur distribusi kawat penghantar udara atau Penghantar bawah tanah
ke Gardu Induk (GI) konsumen untuk pemakaian sendiri. Sedangkan untuk
konsumen kecil (rumah tangga, perkantoran, pertokoan, dan sebagainya) PLN
memasoknya
melalui Jaringan Tegangan Menengah (JTM) 20KV ke gardu
distribusi
sekunder yang dibangun pada lokasi-lokasi tertentu. Dan disalurkan
kembali ke trafo tiang step down didekat pusat-pusat pelanggan, untuk selanjutnya
penyaluran distribusi daya listrik tersebut diteruskan melalui Jaringan Tegangan
Rendah (JTR) 380/220 Volt ke meter-meter pelanggan.
II-19
Tabel II. 2 Urutan Daya Listrik Indonesia[10] (lanjutan)
NO Daya (VA) MCB (Ampere)
22 171000 3 x 250
23 197000 3 x 300
24 329000 3 x 500
25 414000 3 x 630
2.11 Pemasangan Panel APP Sesuai Ketentuan SPLN
Panel meter untuk penempatan APP kolektif ditempatkan berdampingan
dengan
panel PHB jaringan distribusi, pada lokasi yang mudah dicapai, dan bukan
dijalur lalu lintas padat. Tinggi panel tidak kurang dari 60 cm di atas permukaan
lantai. Jika di tempatkan di luar bangunan yang dilindungi dengan patok pengaman
tinggi 60 cm. Kabel antara PHB distribusi dan panel APP dilindungi usecara
mekanis. Tingkat IP untuk pasangan luar sekurang-kurangnya IP 45 dan untuk
pasangan dalam sekurang-kurangnya IP 44.
1) Dipasang per pelanggan secara terpisah sesuai ketentuan (SPLN 55 Alat Ukur,
Pembatas dan Perlengkapannya dan SPLN 57-1 Meter kWh Arus Bolak Balik
Kelas 0,5,1 dan 2 Bagian -1: Pasangan Dalam).
2) Dipasang per pelanggan dengan menggabungkan meter dan alat pembatas
secara terpadu (diatur dalam SPLN D3.003 APP Terpadu).
3) Menyatukan beberapa pelanggan dalam kotak meter terpusat khusus untuk
meter energy elektromekanik (diatur dalam SPLN D3.001-1 Kotak kWh Meter
Elektromekanik Terpusat, Bagian 1: kWh Meter Fase Tunggal).
4) Khusus pelanggan dengan daya mulai 33 kVA keatas, instalasi APP tidak harus
dipasang di Gardu PLN dengan sisitem pengukuran AMR.
5) APP dipastikan aman dan tersegel sesuai ketentuan perusahaan.
APP pasangan luar ditempatkan pada panel ( kotak ) APP yang memenuhi
persyaratan IP 45 yanga rtinya untuk proteksi peralatan mempunyai tebal ≥1mm
serta dapat aman dari semprotan air (hujan) yang dipasang di atas tiang besi
galvanis atau tiang beton atau pada tembok pagar dengan tinggi sekurang-
II-20
kurangnya 180 cm dan tinggi pemasangan panel tidak kurang dari 160 cm dari
bawah.