Anda di halaman 1dari 20

 

 
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
 

 
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

  2.1 Alat Pengukur dan Pembatas (APP)

 
Alat yang digunakan untuk keperluan transaksi energy listrik antara PLN
dengan pelanggan disebut Alat Pengukur dan Pembatas (APP). Yang dimaksud
 
dengan pembatas ialah sebauh alat untuk menentukan batas pemakaian daya sesuai
 
dengan daya yang tersambung sedangkan pengukuran merupakan sebuah alat untuk
  menentukan besarnya pemakaian energy listrik yang terpakai. Sedangkan untuk
APP pasangan luar merupakan pemasangan APP di suatu tempat dan dapat terkena
cuaca secara langsung tanpa pengaman tambahan yang mempunyai international
protection (IP) tertentu.

Alat Pengukur dan Pembatas untuk listrik tiga phasa terdiri dari beberapa
peralatan, yaitu alat ukur meter energi (KWh meter dan KVARh meter), trafo arus,
time switch, dan pemutus atau Mini Circuit Breaker (MCB), Moulded Case Circuit
Breaker (MCCB) atau Fuse Cut Off (FCO) sebagai pembatas untuk tegangan
menengah. Peralatan pembatas dan pengukur tersebut, khususnya meter energy
(kWh meter dan kVArh meter) dipasang dalam suatu kotak atau panel, yang
dinamakan panel APP (Alat Pembatas dan Pengukur). Kelengkapan APP untuk
setiap kelompok pelanggan berbeda-beda, yaitu[8]:
1. Pelanggan Tegangan Tinggi yang mempunyai daya ≥30 MVA dan pelanggan
tegangan menengah yang mempunyai daya antara 200 KVA sampai dengan 30
MVA.
a. APP terdiri dari trafo tegangan, trafo arus (CT), relai beban lebih, meter
energi, dan circuit breaker atau fuse lebur.
b. Meter energi yang digunakan di APP pelanggan tegangan tinggi dan
pelannggan tegangan menengah yakni menggunakan meter elektronik atau
meter statis yang menggantikan perangkat jenis mekanik berupa kWh
meter, kVArh meter, ampere meter, volt meter, dan time switch.

II-1
 
  II-2

 
2. Meter energi dan sarana komunikasi ditempatkan pada panel khusus terpisah
 
dengan peralatan lain seperti trafo tegangan, trafo arus (CT), relai beban lebih
  serta pemutus pemutus tenaga.
3.   APP untuk pelanggan tegangan menengah dan pelanggan tegangan rendah

  terdiri dari kWh meter dan kVArh meter, trafo arus (CT), dan MCCB yang
ditempatkan pada kotak APP terpadu.
 
4. APP untuk pelanggan tegangan rendah sambungan tidak langsung yang
 
mempunyai daya 53 kVA sampai 197 kVA terdiri dari trafonarus (CT), KWh
  meter, KARh meter, dan pembatas daya MCCB atau fuse lebur.
5.   APP untuk pelanggan tegangan rendah sambungan langsung dengan daya
kurang dari 41,5 kVA terdiri dari kWh meter, kVArh meter dan pembatas daya
 
(MCB atau MCCB), atau fuse lebur yang terdapat dalam panel APP.

2.1.1 Jenis-Jenis APP


Berdasarkan standar PLN (SPLN 55-90) jenis-jenis APP sesuai standar PLN
adalah sebagai berikut:

1. APP tipe I A yakni untuk pengukuran tegangan rendah kWh meter 1 fasa
(5/20A).
2. APP tipe I B yakni untuk pengukuran tegangan rendah kWh meter 1 fasa
(20/60 A dan 50/100 A).
3. APP tipe III A yakni untuk pengukuran tegangan rendah kWh meter 3 fasa tarif
tunggal (3x20/60 A ; 3x50/100).
4. APP tipe III B yakni untuk pengukuran tegangan rendah kWh meter dan kVArh
meter 3 fasa tarif ganda 3x20/60 A;3 x 50/100 A.
5. APP tipe IA khusus untuk pengukuran tegangan rendah 3 P-4 W menggunakan
CT, tarif tunggal 100 - 300 A.
6. APP tipe I B khusus yakni untuk pengukuran tegangan menengah tegangan
rendah kWh meter dan kVArh 3 P-4 W menggunakan CT, tarif tunggal 100-
500 A, 600-1000 A.
7. APP tipe I C khusus yakni untuk pengukuran tegangan menengah tegangan
rendah kWh dan kVArh 3 P-4 W menggunakan CT, tarif ganda 100-500 A,
600-1000 A.

 
  II-3

 
8. APP tipe II A khusus yakni untuk pengukuran tegangan menengah kWh 3 P-
 
3W menggunakan CT dan PT tarif tunggal.
  9. APP tipe II B khusus yakni untuk pengukuran tegangan menengah kWh 3 P-4
  W menggunakan CT dan PT tarif tunggal.
10.   APP tipe II C khusus yakni untuk pengukuran tegangan menengah kWh dan
kVArh 3 P-3 W menggunakan CTdan PT tarif tunggal.
 
11. APP tipe II D khusus yakni untuk pengukuran tegangan menengah kWh dan
 
kVArh 3 P-4 W menggunakan CT dan PT tarif tunggal.
12.   App tipe II E khusus yakni untuk pengukuran tegangan menengah kWh dan

  kVArh 3 P-3 W menggunakan CT dan PT tarif ganda.


13. APP tipe II F khusus yakni untuk pengukuran tegangan menengah kWh dan
 
kVArh 3 P-4 W menggunakan CT dan PT tarif ganda.

2.1.2 Sistem Pengukuran Langsung


Sistem pengukuran langsung dapat pula disebut dengan pengukuran primer.
Sistem pengukuran langsung digunakan untuk pengukuran daya yang kecil dan
tegangan rendah. Pada pengukuran ini, kWH meter langsung dihubungkan ke jala-
jala atau terminal arus pada kWh meter dan beban yang akan diukur energi
listriknya.
kWh Meter

Beban

Gambar II. 1 Pengawatan kWh meter sistem pengukuran langsung[8]

Keterangan gambar: 1. Terminal no 2, 5, 8 adalah terminal kumparan tegangan.


2. Terminal no 1, 3, 4, 6, 7, dan 9 adalah terminal kumparan
arus.
3. Terminal no 10 adalah terminal netral.

 
  II-4

 
2.2 MCB (Mini Circuit Breaker)
 
MCB (Miniature Circuit Breaker) yaitu saklar yang berfungsi sebagai
pelindung
  rangkaian instalasi listrik dari arus lebih (over current). Sedangkan untuk
APP  itu sendiri, MCB berfungsi sebagai pembatas Terjadinya arus lebih ini,
mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, seperti beban lebih (overload) dan
 
hubung singkat (short circuit). MCB sebenarnya memiliki fungsi yang sama dengan
 
sikring (fuse), yaitu akan memutus aliran arus listrik ketika terjadi gangguan arus
lebih
  maupun hubung singkat. Yang membedakan MCB dengan fuse yakni pada

saat  terjadi gangguan, MCB akan trip dan ketika rangkaian sudah normal, MCB
bisa di hidupkan lagi (reset) secara manual, sedangkan fuse akan terputus dan tidak
 
bisa digunakan ataupun dihidupkan lagi jadi fuse hanya sekali pakai jika terjadi
gangguan. MCB biasa digunakan pada instalasi penerangan, instalasi rumah
tinggal, pada instalasi motor listrik di industri dan lain sebagainya.
Prinsip kerja MCB sangat sederhana, bimetal akan menghasilkan panas
ketika ada arus lebih, kemudian bimetal akan melengkung sehingga memutuskan
kontak MCB yang disebut dengan trip. Selain bimetal, pada MCB biasanya juga
terdapat solenoid yang akan mengtripkan MCB ketika terjadi hubung singkat (short
circuit) atau grounding (ground fault). Terdapat dua cara pemutusan kontak MCB
(tripping), yakni pemutusan hubungan arus listrik dengan suhu dan pemutusan
hubungan arus listrik secara magnetik.
Thermal Tripping yakni pemutusan hubungan arus listrik secara thermal
atau suhu. Thermal Tripping cara kerjanya sama seperti halnya pada setrika. Saat
kondisi overload atau kelebihan beban, arus listrik yang mengalir melalui bimetal
menyebabkan suhu menjadi tinggi. Bimetal menjadi melengkung karena
disebabkan oleh suhu yang terlalu tinggi tersebut sehingga dapat memutus kontak
MCB. Selain karena beban lebih, MCB juga bisa trip dengan panas (over heating)
karena kesalahan perencanaan instalasi, seperti ukuran kabel yang terlalu kecil
untuk digunakan dalam arus yang tinggi, sehingga menghasilkan. Maka dari itu
penggunaan kabel instalasi juga harus memperhatikan standar maksimum arus
(KHA) kabel yang akan digunakan. Berikut ini merupakan gambar proses
pemutusan hubungan arus listrik dengan suhu tinggi.

 
  II-5

 
Gambar II. 2 Thermal tripping [11]
 

Sedangkan prinsip kerja MCB pada magnetic tripping yaitu pada saat terjadi
hubung singkat maupun beban lebih, medan magnet yang terdapat pada solenoid
MCB akan menarik latch (palang), sehingga dapat memutuskan kontak MCB.
Proses pemutusan hubungan arus listrik secara magnetik dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.

Gambar II. 3 Magnetic tripping [11]

Ada tiga tipe utama dari MCB menurut karakteristik tripnya, yakni tipe B,
tipe C, dan tipe D yang didefinisikan dalam IEC 60898.

 
  II-6

 
1) MCB Tipe B merupakan MCB yang akan trip ketika arus beban lebih besar 3
 
sampai 5 kali dari arus maksimum atau arus nominal dari MCB. MCB tipe B
  merupakan karateristik trip tipe standar yang biasa digunakan pada bangunan
  domestik.
2)   MCB Tipe C merupakan MCB yang akan trip ketika arus beban lebih besar 5
sampai 10 kali arus nominal MCB. Karakteristik trip MCB tipe ini akan
 
menguntungkan bila digunakan pada peralatan listrik dengan arus yang lebih
 
tinggi, seperti lampu, motor, dan lain sebagainya.
3)   MCB tipe D, merupakan MCB yang akan trip ketika arus beban lebih besar 8

  sampai 12 kali arus nominal MCB. Karakteristik trip MCB tipe D merupakan
karakteristik trip yang biasa digunakan pada peralatan listrik yang dapat
 
menghasilkan lonjakan arus kuat seperti, transformator, kapasitor, dan lain
sebagainya.

2.3 KWh Meter


Alat yang digunakan oleh pihak PLN untuk menghitung besar pemakaian
energi konsumen disebut dengan kWh meter. KWh meter juga berfungsi sebagai
pengukur energi listrik yang mengukur hasil kali tegangan, arus, faktor kerja,kali
waktu yang tertentu yang bekerja dalam jangka waktu tertentu.

2.3.1. Bagian-Bagian KWh Meter


Bagian-bagian utama dari sebuah KWh meter adalah kumparan arus,
kumparan tegangan, sebuah piringan alumunium, sebuah magnet tetap, dan sebuah
gir mekanik yang mencatat banyaknya putaran piringan. Kecepatan piringan
ditentukan oleh besar energy yang terpakai. Berikut merupakan bagian-bagian
utama pada KWh meter[3]:
1. Piringan, yang ditempatkan dengan dua buah bantalan yakni yang berada di
bagian atas dan bawah pada kWh meter yang berfungsi untuk memutar
piringan dengan mendapat gesekan sekecil mungkin.
2. Rem magentik yang terbuat dari magnet permanen. Rem magnetik mempunyai
satu pasang kutub (utara dan selatan) yang berfungsi untuk mengatasi akibat

 
  II-7

 
adanya gaya berat dari piringan dan menghilangkan ataupun meredam ayunan
 
perputaran piringan serta alat kalibrasi semua batas arus.
  3. Roda gigi dan alat pencatat yang berfungsi sebagai transmisi perputaran
  piringan sehingga alat pencatat merasakan adanya perputaran, lalu mencatat

  jumlah energi yang terukur.


4. Kumparan tegangan.
 
5. Kumparan arus.
 
6. Magnet tetap.
7.   Bendera pengereman yang berfungsi mengatur piringan pengujian beban nol

  pada tegangan nominal.

 
2.3.2. Jenis-Jenis KWh Meter 3 Phasa
Menurut diagram pengawatannya (jumlah kawat) kWh meter 3 phasa dapat
dibedakan lagi menjadi 2 macam, yaitu[3]:
1. KWh meter 3 phasa 4 kawat merupakan kWh meter yang terpasang pada
industri-insdutri. KWh meter ini merupakan kWh meter yang paling sering
digunakan karena dalam pengawatan dan pemasangannya lebih mudah untuk
dikerjakan. Karena tegangannya 3 phasa, maka kWh meter ini mempunyai 3
kumparan arus, 3 kumparan tegangan, dan 3 kumparan pengatur cos φ. KWh
meter 3 fasa 4 kawat ini dilengkapi 10 terminal untuk penyambungan ke beban
yakni terdiri dari 6 buah terminal arus, 3 buah terminal tegangan, dan 1 terminal
untuk netral serta mempunyai 2 terminal untuk penyambungan ke timer
(sebagal pemindah register). Sedangkan untuk kWh meter tariff tunggal tidak
dilengkapi dengan penyambungan ke timer, hanya memiliki 10 terminal.
2. KWh meter 3 phasa 3 kawat. KWh meter ini konstruksi dan pengawtannya
lebih sederhana. Oleh karena itu sekarang ini kWh meter 3 phasa 3 kawat
sedang direkomendasikan pemasangannya pada industri-industri. Sehingga
dalam, pemasangannya lebih efisien dan ekonomis (untuk beban seimbang
tanpa netral). Pada kWh meter 3 phasa 3 kawat tidak terdapat kawat nol (netral)
dan kWh meter 3 phasa 3 kawat ini hanya mempunyai 2 kumparan tegangan,
2 kumparan arus, 2 pengatur faktor daya serta, 7 terminal beban. Selain itu kWh

 
  II-8

 
meter 3 phasa 3 kawat ini juga dilengkapi dengan 2 register dan 2 terminal
 
timer.
 

2.3.3.
  Prinsip kerja KWh Meter

  Dalam alat ukur energi, kumparan-kumparan arus dan tegangan merupakan


suatu belitan pada dua buah magnet. Kumparan arus akan membangkitkan fluks
 
magnet, dengan nilai berbanding Iurus terhadap besar arus. Sementara kumparan
 
tegangan akan membangkitkan fluks magnet. Perputaran dari piringan aluminium
terjadi
  karena interaksi dari kedua medan magnet ini. Fluks magnetik akan
membangkitkan
  arus Eddy pada piringan yang akan menghasilkan gaya yang
melawan arah putaran piringan. Gaya yang dihasilkan berbanding lurus terhadap
 
sudut fasa antara fluks-fluks kumparan tegangan dan kumparan arus, gaya
maksimum akan terjadi jika sudut fasanya 90 O. Gaya ini sebanding dengan daya
aktif V I cos T, yang sama dengan kecepatan putaran piringan. Jumlah putaran
dalam waktu tertentu akan memberikan pengukuran dari energi yang digunakan
karena energi = daya x waktu. Batang besi untuk piringan putar dilekatkan pada
penghitung putaran melalui sistem gigi yang tepat yang dikalibrasikan untuk
mengukur kilowatt hours (kWh) yang merupakan satuan energi listrik[11].
Untuk menghitung besarnya energi listrik yang digunakan pada kWh meter
menggunakan perhitungan sebagai berikut :
𝑛
Energi terhitung = 𝐶𝑧..................................................................................(1)

Keterangan : n = Putaran Piring (put/detik)

Cz = Konstanta meter (put/kWh)

Untuk menghitung energi listrik yang digunakan pada kWh meter secara
menyeluruh dapat di hitung menggunakan formulasi :

3600 𝑥 𝑛
P= .................................................................................................(2)
𝐶𝑧 𝑥 𝑡

Keterangan :

P = Daya Listrik (Watt)

3600 = Konsversi jam ke detik

 
  II-9

 
N = Putaran Piringan (putaran/detik)
 
Cz = Konstanta meter (putaran/kWh)
 

  t = Waktu putaran kWh meter ( detik)

  2.4 KVARh Meter

  KVArh meter merupakan suatu alat ukur yang digunakan untuk mengukur
besarnya energi reaktif yang digunakan pelanggan dalam satuan kilo volt amper
 
reaktif (kVArh). Pada prinsipnya kVARh yang diukur adalah daya reaktif atau
 
V.I.Sin φ t. Daya reaktif adalah daya yang terpakai untuk membangkitkan fluks
  magnetik. Daya ini tidak akan hilang dan terus ada dalam sistem (terus berbolak-
balik antara sumber dan beban). Karena sangat beragamnya beban, tidak semuanya
memiliki faktor daya sebesar 1 yang kebanyakan memiliki nilai kurang dari 1.
Ketika beban berada pada cos phi dibawah 0.85 maka kVARh akan berputar dan
bekerja.

2.4.1. Komponen dan Peralatan pada KVARh Meter


Pada KVArh meter terdapat komponen di dalamnya, berikut merupakan
fungsi dari beberapa komponen tersebut[3]:
1. Kumparan, berfungsi untuk menjalankan piringan. Jika arus mengalir pada
kumparan, maka piringan akan berputar.
2. Piringan, berfungsi untuk memutar angka pada KVArh meter.
3. Magnet permanen, berfungsi untuk pengerem piringan supaya piringan tidak
berputar.
4. Poros, berfungsi untuk tiang pada piringan KVArh meter.
5. Klem spaning berfungsi untuk penghubung terminal kumparan arus dengan
tegangan.
6. Roda gigi, berfungsi untuk penghubung antara kabel kumparan pemutar
piringn dengan angka.
7. Register atau rele work, yakni suatu alat yang mengintegrasikan dan
memperlihatkan jumlah peputaran dari kepingan, yang berfungi sebagai
penunjuk untuk memperlihatkan jumlah perputaran dan berapa banyak

 
  II-10

 
konsumen memakai energi listrik dan berfungsi untuk menampilkan berapa
 
banyak jumlah energi listrik yang topik oleh konsumen. Biasanya register
  disesuaikan dengan jenis KVArh meter.
 

  Adapun peralatan yang berperan penting dalam menggunakaan KVArh


meter, diantaranya:
 
1. Dasar kotak meter. Bagian belakang meter biasanya meter dipasang pada
 
dudukannya, dimana rangka, jepitan, dan tutup meter ditempatkan untuk flush
  kontak meter termasuk juga isi kotak.
2.   Tutup meter. Penutup pada bagian muka meter, terbuat dari bahan yang
seluruhnya tembus pandang yang dilengkapi dengan jendela, untuk melihat
 
putaran dan untuk memudahkan pembacaan meter.
3. Rangka meter. Bagian meter dimana ditempatkan elemen penggerak meter,
bantalan sumbu, pringan meter, dan biasanya peredam meter dan alat
pengukur.
4. Blok terminal. Bagian meter yang dibuat dari bahan-bahan isolasi padat,
dimana ditempatkan sekumpulan jepitan meter.
5. Tutup terminal. Suatu tutup yang menutupi jepitan meter dan pada umumnya,
temasuk juga sebaian dar kabel hantaran yang dihubungkan ke jepitan.
6. Sirkuit arus. Kumparan dari elemen penggerak beserta sambungannya di dalam
meter yang dialiri arus dan pada rangkaian KVArh meter disambungkan pada
jaringan.
7. Sirkuit tegangan. Kumparan dari elemen penggerak, beserta sambungannya di
dalam meter dihubungkan pada jaringan listrik.
8. Sirkuit bantu. Elemen-elemen (kumparan, lampu, kontak) dan smabungan dari
satu peralatan bantu di dalam kotka meter, dimaksudkan untuk peralatan yang
diluar seperti saklar waktu, dan penghiutng impuls.

2.5 Pembebanan
Beban resistif, induktif, dan kapasitif merupakan macam-macam dari beban
listrik. Pada umumnya beban listrik yang digunakan dalam industry bersifat
kapasitif dan induktif. Beban induktif yang bersifat positif membutuhkan daya

 
  II-11

 
reaktif seperti motor induksi, trafo penyearah, dan lampu TL. Sedangkan beban
 
kapasitif yang mempunyai sifat negatif akan menghasilkan daya reaktif. Maka dari
  itu daya reaktif ini merupakan daya yang tidak dapat digunakan sebagai sumber
tenaga,
  namun diperlukan untuk proses transmisi energi listrik pada beban.

 
2.5.1 Beban Resistif (R)
 
Beban yang terdiri dari komponen tahanan ohm saja (resistance) seperti
  elemen pemanas (heating element) dan lampu pijar disebut dengan beban resistif.
Beban
  resistif ini hanya mengonsumsi beban aktif saja serta mempunyai faktor daya
sama dengan satu. Persamaan daya untuk beban resistif adalah sebagai berikut:
 

  P = V I…………………………………………….………………….(3)

Dengan :

P = daya aktif yang diserap beban (watt)

V = tegangan yang mencatu beban (volt)

I = arus yang mengalir pada beban (A)

2.5.2 Beban Induktif (I)

Beban yang terdiri dari kumparan kawat yang dililitkan pada suatu inti (coil,
transformator, dan solenoid) disebut dengan beban induktif. Beban induktif dapat
mengakibatkan pergeseran fasa pada arus sehingga beban induktif ini bersifat
lagging. Arus lagging yang biasa disebut dengan Power Factor Lagging ini
merupakan sudut fasa arus relatif terhadap tegangan yaitu arus tertinggal dari
tegangan. Penyebab arus tertinggal dari tegangan karena energi yang tersimpan
berupa medan magnetis akan mengakibatkan bergesernya fasa arus sehingga
tertinggal terhadap tegangan. Beban jenis ini menyerap daya aktif dan daya reaktif.
Persamaan daya aktif untuk beban induktif adalah sebagaikberikut:

P = VI cos φ……………………………………………………………………(4)

Dengan :

 
  II-12

 
P = daya aktif yang diserap beban (watt)
 
V = tegangan yang mencatu beban (volt)
 
I = arus yang mengalir pada beban (A)
 

  φ = sudut antara arus dan tegangan

  Untuk menghitung besarnya rektansi induktif (XL), dapat digunakan rumus:

 
XL = 2πfL……………………………………………………………….(5)
 
Dengan :
 
XL = reaktansi induktif
 
f = frekuensi (Hz)

L = induktansi (Henry)

2.7 Segitiga Daya


Segitiga daya merupakan segitiga yang menggambarkan hubungan
matematika antara tipe-tipe daya yang berbeda (daya semu, daya aktif, dan daya
reaktif) berdasarkan prinsip trigonometri. Besarnya energy atau beban listrik yang
terpakai ditentukan oleh reaktansi (R), induksi (L), dan kapasitansi (C). Sedangkan
besarnya pemakaian energy listrik disebabkan oleh banyak dan beraneka ragamnya
peralatan (beban) listrik yang digunakan dalam industry. Berikut merupakan
gambar segitiga daya yang berasal dari penjumlahan vektor dari daya reaktif (Q)
daya aktif (P) biasa disebut dengan daya semu (S).

Gambar II. 4 Segitiga daya

Dimana berlaku hubungan:

 
  II-13

 
S = √𝑃2 + 𝑄 2………………………………………………………… (6)
 
P = S. Cos φ………………………………………………………..….. (7)
 
Q = S. Sin φ……………………………………………………………. (8)
 

2.7.1
  Daya Aktif
Daya aktif/ daya nyata adalah daya yang benar-benar terpakai oleh beban
 
dan akan hilang setelah topik, satuannya adalah Watt (W). Lambang daya aktif
 
adalah “P”. Energi yang memerlukan daya aktif ini diukur dengan alat pengukur
  yakni kWh meter. Daya ini merupakan daya listrik yang digunakan untuk
listrik
keperluan
  menggerakkan mesin-mesin listik atau peralatan lainnya. Dengan rumus

  sebagai berikut:

P = √3 VL. IL. Cos φ………………………...……………………………(9)

Keterangan:

P = Daya aktif (Watt)

V = Tegangan (V)

VL = Tegangan line

I = Arus yang mengalir pada penghantar

IL = Arus line dan Cos φ = faktor daya

2.7.2 Daya Reaktif


Daya reaktif adalah daya yang terpakai untuk membangkitkan fluks
magnetic (biasanya pada lilitan). Daya reaktif dilambangkan dengan huruf “Q”.
Daya ini tidak akan hilang dan akan terus ada dalam sistem (terus bolak-balik antara
sumber dan beban), satuannya adalah VAR. Energi reaktif ini diukur dengan alat
ukur kVARh meter. Daya reaktif merupakan selisih antara daya semu yang masuk
pada penghantar dengan daya aktif pada penghantar itu sendiri, dimana daya ini
terpakai untuk daya mekanik dan panas. Daya reaktif ini adalah hasil kali antara
besarnya arus dan tegangan yang dipengaruhi oleh faktor daya. Adapun persamaan
dalam daya reaktif adalah sebagai berikut:

 
  II-14

 
Q = √3 VL. IL. Sin φ…………………….……...……………….……….(10)
 
Keterangan:
 

  Q = Daya Reaktif (VAR)

  V = Tegangan (V)

  VL = Tegangan line
 
I = Arus yang mengalir pada penghantar
 
IL = Arus line
 
Sin φ = faktor daya
 

2.7.3 Daya Semu


Daya semu merupakan energi total dalam rangkaian arus bolak-balik (baik
yang dihamburkan, diserap, ataupun yang dikembalikan). Daya semu
dilambangakan dengan huruf “S” dan diukur dalam satuan Volt Ampere (VA).
Daya semu adalah daya yang dihasilkan oleh perkalian antar tegangan rms dan arus
rms dalam suatu jaringan atau daya yang merupakan hasil penjumlahan
trigonometri antara daya aktif dan daya reaktif. Adapun persamaan dalam daya
semu adalah sebagai berikut:

S = √3 VL. IL……..………………………...……………….…………..(11)

Keterangan:

S = Daya Semu (VA)

V = Tegangan (V)

VL = Tegangan line

I = Arus yang mengalir pada penghantar

IL = Arus line

 
  II-15

 
2.8 Prinsip-Prinsip Instalasi
 
Beberapa prinsip instalasi harus menjadi pertimbangan pada pemasangan
  suatu instalasi listrik, tujuannya adalah agar instalasi yang dipasang dapat
digunakan
  dengan baik. Berikut ini merupakan prinsip-prinsip dasar instalasi:

a) Keamanan
 

  Berdasarkan standar dan peraturan yang ditetapkan oleh SPLN, PUIL serta
IEC (International Electrotechnical Commision) instalasi listrik harus dipasang
 
dengan benar tujuannya untuk keamanan dan keselamatan bagi mahluk hidup, serta
 
benda dan instalasi itu sendiri. Sistem instalasi dinyatakan aman bagi mahluk hidup,
  benda, maupun pada sitem instalasi listrik itu sendiri, bila dilengkapi dengan
harta
  sitem proteksi yang sesuai dan mempunyai keandalan yang tinggi dalam merespon
gangguan yang terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung.

b) Keandalan
Bila operasi sistem kelistrikan dapat bekerja selama mungkin dan dapat
diatasi dengan cepat apabila terjadi gangguan maka sistem tersebut sudah
dinyatakan andal. Kondisi yang diperlukan untuk prinsip keandalan terhadap:

1) Unjuk kerjaksitem
2) Pengoperasian sistem
3) Peralatan yang digunakan

c) Kemudahan
Apabila pengoperasian suatu sitem tidak memerlukan skiil tinggi, cepat, dan
tepat dalam pemasangan peralatan sistem serta mudah dalam melaksanakan
perawatan dan perbaikan sistem maka instalasi listrik dinyatakan tercapai untuk
prinsip kemudahannya.

d) Ketersedian
Suatu sistem instalasi listrik dinyatakan mempunyai ketersediaan apabila
adanya cadangan peralatan listrik sebagai alat pengganti bila terjadi kerusakan pada
peralatan yang dalam kondisi operasi (baik yang telah tersedia dilapangan maupun
yang dengan mudah didapat dipasaran), adanya cadangan tempat atau ruang yang

 
  II-16

 
diperlukan untuk menempatkan peralatan tambahan, karena adanya pengembangan
 
ataupun perluasan sistem, serta adanya cadangan daya pada sistem instalasi yang
  dapat langsung digunakan tanpa harus mengganti ataupun menambah kabel pada
sitem
  instalasi.

  e) Ketercapaian
Yang dimaksud dengan ketercapaian dalam prinsip instalasi adalah
 
pemasangan peralatan instalasi yang mudah dijangkau oleh pengguna dan diodalam
 
mengoperasikan peralatan tersebut juga mudah dan dapat dijangkau oleh
 
konsumen.
 

f) Keindahan atau Estetika


Yang dimaksud dengan keindahan adalah pemasangan instalasi listrik harus
sesuai dengan dengan peraturan yang berlaku, posisi peralatan-peralatan listrik
sesuai pada tempatnya, dan terlihat menarik tanpa mengurangi fungsinya.

g) Ekonomis
Yang dimaksud ekonomis dalam prinsip instalasi adalah biaya yang
dikeluarkan untuk instalasi harus sehemat mungkin karena besarnya biaya saja
tidak selalu menjamin mutu suatu instalasi, walaupun demikian kualitas peralatan
tetaplah menjadioperhatian utama.

2.9 International Protection (IP) Code


Kode IP (International Protection) adalah sistem kode untuk menunjukan
tingkat proteksi yang diberikan oleh selungkup dari sentuh langsung ke bagian yang
berbahaya, dari masuknya benda asing padat, dari masuknya air, dan untuk
memberikan informasi tambahan dalam hubungannya dengan proteksi tersebut.
Susunan kode IP adalah sebagai berikut[1]:

 
  II-17

  IP 2 3 C H

Huruf kode (International


 
Protection)
 
Angka karakteristik pertama
(Angka
  0-6, atau huruf X)

  Angka karakteristik kedua


(Angka 0-8, atau huruf X)
 
Huruf
  tambahan (opsional)
(Huruf A, B, C, D)
 
Huruf suplemen (opsional)
  (Huruf H, M, S, W)

Keterangan:

1) Jika angka karakteristik tidak dipersyaratkan untuk ditentukan, maka dapat


diganti dengan huruf “X” (atau “XX” jika kedua angka dihilangkan).
2) Huruf tambahan dan atau suplemen dapat dihilangkan tanpa penggantian.
3) Jika digunakan lebih dari satu huruf suplemen, maka harus diterapkan urutan
abjad.
4) Jika suatu selungkup memberikan tingkat proteksi yang berbeda untuk susunan
pemasangan yang berbeda, maka tingkat proteksi yang relevan harus
ditunjukan oleh pabrikan dalam buku instruksi yang berkaitan dengan masing-
masing susunan pemasangan[7].

2.10 Sistem Tenaga Listrik Indonesia


SistemaTegangan distribusi yang digunakan di Indonesia yakni berkisar 3
KV sampai dengan 24 KV. Tetapi yang umum digunakan pada sistem tegangan
distribusi PLN Indonesia adalah 6 KV, 12 KV, 20 KV, 24 KV, dan sisanya adalah
tegangan yang bersumber dari transformator yang khusus digunakan beberapa
industri tertentu.

Gardu induk distribusi primer PLN, memasok daya listrik ke konsumen


dengan dua jalur distribusi yang dibedakan pemakaiannya, yakni konsumen besar

 
  II-18

 
(kawasan industri) dan konsumen-konsumen yang menggunakan tenaga istrik
 
dengan level tegangan rendah (380/220 Volt) seperti rumah tangga, industri
  rumahan (industri kecil), perkantoran, pertokoan dan yang lainnya. Untuk
konsumen
  besar yang menggunakan energi listrik yang besar, PLN memasok
kebutuhan
  listriknya melalui Jaringan Tegangan Menengah (JTM) 20KV atau
24KV dengan jalur distribusi kawat penghantar udara atau Penghantar bawah tanah
 
ke Gardu Induk (GI) konsumen untuk pemakaian sendiri. Sedangkan untuk
 
konsumen kecil (rumah tangga, perkantoran, pertokoan, dan sebagainya) PLN
memasoknya
  melalui Jaringan Tegangan Menengah (JTM) 20KV ke gardu
distribusi
  sekunder yang dibangun pada lokasi-lokasi tertentu. Dan disalurkan
kembali ke trafo tiang step down didekat pusat-pusat pelanggan, untuk selanjutnya
 
penyaluran distribusi daya listrik tersebut diteruskan melalui Jaringan Tegangan
Rendah (JTR) 380/220 Volt ke meter-meter pelanggan.

Berikut merupakan urutan-urutan standar daya listrik PLN berdasarkan


SPLN:

Tabel II. 1 Urutan Daya Listrik Indonesia[10]

NO Daya (VA) MCB (Ampere)


1 450 2
2 900 4
3 1300 6
4 2200 10
5 3500 16
6 4400 20
7 5500 25
8 7700 35
9 11000 50
10 6600 3 x 10
11 10600 3 x 16
12 13200 3 x 20
13 16500 3 x 25
14 23000 3 x 35
15 33000 3 x 50
16 41500 3 x 63
17 53000 3 x 82
18 66000 3 x 100
19 82500 3 x 125
20 105000 3 x 160
21 131000 3 x 200

 
  II-19

 
Tabel II. 2 Urutan Daya Listrik Indonesia[10] (lanjutan)
 
NO Daya (VA) MCB (Ampere)
  22 171000 3 x 250
23 197000 3 x 300
 
24 329000 3 x 500
  25 414000 3 x 630

 
2.11 Pemasangan Panel APP Sesuai Ketentuan SPLN
  Panel meter untuk penempatan APP kolektif ditempatkan berdampingan
dengan
  panel PHB jaringan distribusi, pada lokasi yang mudah dicapai, dan bukan
dijalur lalu lintas padat. Tinggi panel tidak kurang dari 60 cm di atas permukaan
 
lantai. Jika di tempatkan di luar bangunan yang dilindungi dengan patok pengaman
 
tinggi 60 cm. Kabel antara PHB distribusi dan panel APP dilindungi usecara
mekanis. Tingkat IP untuk pasangan luar sekurang-kurangnya IP 45 dan untuk
pasangan dalam sekurang-kurangnya IP 44.

Berikut ini merupakan pemasangan alat pembatas dan pengukur (APP)


berdasarkan sifat penempatan APP sesuai standar PLN yang berlaku[4]:

1) Dipasang per pelanggan secara terpisah sesuai ketentuan (SPLN 55 Alat Ukur,
Pembatas dan Perlengkapannya dan SPLN 57-1 Meter kWh Arus Bolak Balik
Kelas 0,5,1 dan 2 Bagian -1: Pasangan Dalam).
2) Dipasang per pelanggan dengan menggabungkan meter dan alat pembatas
secara terpadu (diatur dalam SPLN D3.003 APP Terpadu).
3) Menyatukan beberapa pelanggan dalam kotak meter terpusat khusus untuk
meter energy elektromekanik (diatur dalam SPLN D3.001-1 Kotak kWh Meter
Elektromekanik Terpusat, Bagian 1: kWh Meter Fase Tunggal).
4) Khusus pelanggan dengan daya mulai 33 kVA keatas, instalasi APP tidak harus
dipasang di Gardu PLN dengan sisitem pengukuran AMR.
5) APP dipastikan aman dan tersegel sesuai ketentuan perusahaan.
APP pasangan luar ditempatkan pada panel ( kotak ) APP yang memenuhi
persyaratan IP 45 yanga rtinya untuk proteksi peralatan mempunyai tebal ≥1mm
serta dapat aman dari semprotan air (hujan) yang dipasang di atas tiang besi
galvanis atau tiang beton atau pada tembok pagar dengan tinggi sekurang-

 
  II-20

 
kurangnya 180 cm dan tinggi pemasangan panel tidak kurang dari 160 cm dari
 
bawah.
 

Anda mungkin juga menyukai