Bege 2
Bege 2
i
DAFTAR GAMBAR
ii
Gambar 2.43 Bending Moment Diagram (BMD) ........................................................................................................ 31
Gambar 2.44 Analasis desain balok B1 ....................................................................................................................... 32
Gambar 2.45 Analasis desain balok ring RB1 ............................................................................................................. 32
Gambar 2.46 Analasis desain kolom K1 ..................................................................................................................... 32
iii
DAFTAR TABEL
iv
1. BAB 1
DATA UMUM PROYEK
Proyek yang digunakan dalam penyusunan tugas Aplikasi Pengelolaan Proyek ini adalah Proyek Pembangunan
Gedung Kantor BPPM DIY
1
Gambar 1.2 Tampak Samping Gedung
2
Gambar 1.4 Denah Lantai Basement
3
Gambar 1.6 Denah Lantai Satu
4
2. BAB 2
ANALISA DESAIN BANGUNAN
2.1 Mutu bahan
Mutu bahan dalam hal ini adalah mutu beton dan baja yang akan digunakan dalam perencanaan dalam struktur.
Penentuan suatu mutu bahan harus disesuaikan dengan fungsi gedung dan fungsi komponen struktur. Juga harus
mempertimbangkan pemilihan mutu bahan yakni rendah atau tinggi, dalam arti apabila mutu bahan yang dipakai
rendah maka volume yang dibutuhkan semakin banyak begitu juga sebaliknya. Sehingga mutu bahan tersebut bisa
memenuhi aspek struktural yang ditentukan (pamungkas dan harianti, 2009)
2.2 Pembebanan
Menurut peraturan pembebanan indonesia untuk gedung (PPIUG 1983) beban beban yang terjadi pada struktur
terdiri dari beban gravitasi (vertikal) yang terdiri dari beban hidup dan mati, kemudian beban lateral(horizontal)
yakni beban angin dan gempa beban tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :
5
13 Pasangan batu cetak 2.200
14 Pasangan batu karang 1.450
15 Pasir (kering uadara sampai lembap) 1.600
16 Pasir (jenuh air) 1.800
17 Pasir kerikil, koral (kering udara sampai lembap) 1.850
18 Tanah, lempung dan lanau (kering udara sampai lembap) 1.700
19 Tanah, lempung dan lanau (basah) 2.000
20 Tanah hitam 11.400
(Sumber : Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983)
6
7 Penggantung angit-langit (dari kayu), dengan bentang maksimum 5 7
m dan jarak s.k.s minimum 0,8 m
8 Penutup atap genting dengan reng dan usuk/kaso per m2 bidang atap 50
2
9 Penutup atap sirapdengan reng dan usuk/kaso per m bidang atap 40
10 Penutup atap seng gelombang (BWG 24) tanpa gordeng 10
11 Penutup lantai dari ubin semen Portland, teraso, dan beton, tanpa 24
adukan, per cm tebal
12 Semen abses gelombang (tebal 5 mm) 11
(Sumber : Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983)
7
17 Pasir kerikil, koral (kering udara sampai lembap) 1.850
18 Tanah, lempung dan lanau (kering udara sampai lembap) 1.700
19 Tanah, lempung dan lanau (basah) 2.000
20 Tanah hitam 11.400
(Sumber : Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983)
Besarnya koefisien reduksi beban hidup untuk merencanakan portal dan gempa dapat dilihat pada tabel 2.4
c. Beban Angin
Beban angin ialah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang disebabkan
oleh selisih dalam tekanan udara (Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983).
Menurut Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983 besarnya tekanan tiup angin ini
harus diambil minimal 25 kg/m2luas bidang bangunan yang ditinjau. Sedangkan untuk dilaut sampai sejauh
5 km dari tepi pantai tekanan tiup angin ini diambil minimal 40 kg/m 2, serta untuk daerah-daerah didekat
laut dan daerah lain dimana kemungkinan terdapat kecepatan angin yang mungkin dapat menghasilkan
tekanan tiup yang lebih besar dari yang ditentukan diatas.
.
d. Beban Gempa
8
Beban gempa ialah semua beban statik ekivalen yang bekerja pada gedung atau bagian gedung
yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa itu. Dalam hal pengaruh gempa pada struktur
gedung ditentukan berdasarkan suatu analisa dinamik, maka yang diartikan dengan beban gempa disini
adalah gaya gaya di dalam struktur tersebut yang terjadi oleh gerakan tanah akibat gempa itu (Peraturan
Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983).
Menurut Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-
2002), untuk struktur gedung yang beraturan dengan tidak lebih dari 10 tingkat (40 meter) maka analisa
beban gempa dapat dilihat dengan analisa statik ekivalen sedangkan gedung tidak beraturan dapat
menggunakan analisa respon dinamik (spektrum). Pada laporan ini akan digunakan analisis beban gempa
menggunakan analisa statik ekivalen.
Suatu cara analisis statik 3 dimensi linier dengan meninjau beban-beban gempa statik ekivalen,
sehubungan dengan sifat struktur gedung beraturan yang praktis berperilaku sebagai struktur 2 dimensi,
sehingga responsdinamiknya praktis hanya ditentukan oleh respons ragamnya yang pertama dan dapat
ditampilkan sebagai akibat dari beban gempa statik ekivalen.
Dalam analisis respons dinamik terhadap pengaruh gempa, suatu struktur gedung dimodelkan
sebagai suatu sistem Banyak Derajat Kebebasan (BDK). Dengan menerapkan metoda Analisis Ragam,
persamaan-persamaan gerak sistem BDK tersebut yang berupa persamaan-persamaan diferensial orde dua
simultan yang saling terikat, dapat dilepaskan saling keterikatannya sehingga menjadi persamaan-
persamaan terlepas, masingmasing berbentuk persamaan-persamaan gerak sistem SDK. Hal ini dilakukan
melalui suatu transformasi koordinat dengan matriks eigenvektor sebagai matriks transformasinya. Respons
dinamik total dari sistem BDK tersebut selanjutnya menampilkan diri sebagai superposisi dari respons
dinamik masing-masing ragamnya. Respons dinamik masingmasing ragamnya ini berbentuk respons
dinamik suatu sistem SDK, di mana ragam yang semakin tinggi memberikan sumbangan respons dinamik
yang semakin kecil dalam menghasilkan respons dinamik total. Pada struktur gedung beraturan, berperilaku
sebagai struktur 2D, respons dinamik ragam fundamentalnya adalah sangat dominan, sehingga respons
dinamik ragam-ragam lainnya dianggap dapat diabaikan. Kemudian, berhubung struktur gedung tidak
seberapa tinggi (kurang dari 10 tingkat atau 40 m), bentuk ragam fundamental dapat dianggap mengikuti
garis lurus (tidak lagi garis lengkung)
9
.
2.3 Pemodelan Struktur
a. Tinjauan Umum
Analisis konstruksi gedung ini dilakukan dengan menggunakan permodelan struktur 2D dengan
bantuan software SAP2000 v11. Kolom dan balok dari struktur gedung dimodelkan sebagai elemen frame.
Untuk analisis terhadap beban gempa, struktur gedung dimodelkan sebagai struktur bangunan geser (shear
building), dimana lantai-lantai dari bangunan dianggap sebagai diafragma kaku. Dengan model ini, massa-
massa dari setiap bangunan dipusatkan pada titik berat lantai (model massa terpusat / lump mass model).
Dari hasil analisis struktur, akan diperoleh besarnya Shear Force Diagram (SFD), Bending Moment
Diagram (BMD), dan diagram gaya aksial. Hasil yang diperoleh akan digunakan untuk menganalisis
kekuatan struktur kolom dan balok.
b. Kriteria Desain
Untuk perhitungan struktur digunakan kriteria desain untuk material beton dan tulangan dengan
parameter-parameter perencanaan sebagai berikut :
10
Tabel 2.6 Detail gambar balok
11
Tabel 2.8 Pembebanan
Klik ikon aplikasi SAP 2000 pada desktop atau dengan klik star all programs computer and
structure SAP 2000
12
Gambar 2.1 Tampilan awal aplikasi SAP 2000
13
3. Membuat grid
Pilih grid only dan set satuan pada KN, m, C pada jendela kerja New Model (gambar 2.3) membuat
pengaturan grid untuk portal dua dimensi dengan cara input x direction dengan 59 dan z direction
dengan 20 dengan masing-masing spacing 0.5.(gambar 2.4) klik xz pada menu bar untuk
memunculkan model grid sumbu xz hasil grid dapat dilihat pada gambar
2.5.
14
Gambar 2.5 Hasil setting grid
15
Gambar 2.7 Jendela kerja Define Materials
16
Gambar 2.9 Menu bar Define (Frame Sections..)
17
Gambar 2.12 Pengaturan frame section (balok)
6. Menggambar frame
Pilih draw frame pada tools membuat grid sesuai yang diinginkan (gambar 2.15)
18
Gambar 2.15 Hasil pengaturan grid
Klik Assign Pilih Joint Pilih Restraints (gambar 2.16) Pilih Jenis Perletakan berupa jepit
(gambar 2.17) OK
19
Gambar 2.17 Pengaturan perletakan
20
Klik menu bar define pilih combinations.. (gambar 2.20) Klik Add New Combo Ketik Nama
Kombinasi pada Response Combination Name, Pilih Case Name, Ketik Scale Factor, Klik
Add OK (gambar 2.21)
21
Gambar 2.22 Menu bar Assign (Frame Loads)
Gambar 2.23 Pengaturan beban frame untuk beban mati terbagi merata
22
Gambar 2.24 Pengaturan beban frame untuk beban hidup terbagi merata
Pilih menu bar assign pilih joint load pilih forces (gambar 2.25) input beban titik pada joint
untuk beban mati dan hidup seperti pada tabel 2.8
23
Gambar 2.25 Menu bar Assign (Joint Loads)
Gambar 2.26 Pengaturan beban pada titik joint berupa beban mati
Gambar 2.27 Pengaturan beban pada titik joint berupa beban hidup
Pilih menu bar assign pilih frame load pilih point (gambar 2.28) input beban titik pada frame
untuk beban mati dan hidup seperti pada tabel 2.8
24
Gambar 2.28 Menu bar Assign (Frame Loads)
25
13. Pembebanan berupa beban gempa
Pilih menu bar assign pilih joint load pilih displacement input beban pada titik joint tertentu
untuk beban gempa seperti pada tabel 2.8
Gambar 2.32 Hasil input beban pada joint bebupa beban gempa
26
Gambar 2.33 Menu bar Assign (Joint)
27
Gambar 2.36 Hasil pengaturan joint constrains
Klik Analyze Pilih Set Analysis Options (gambar 2.37) Pilih DOF (Degree of Freedom) dari
struktur 2D (gambar 2.38) OK
28
Gambar 2.38 Jendel kerja Analysis Options
16. Analysis
Klik Analyze Pilih Run Analysis atau tekan F5 (gambar 2.39) Pilih Analysis Case yang akan di
Running Run Now akan muncul gambar pemodelan deformasi struktur (gambar 2.41)
29
Gambar 2.40 Proses runing
Klik Display Pilih Show Force/Stresses Pilih Frame/Cables Pilih case/combo name Pilih
Components, Scaling, Options OK.
30
Gambar 2.42 Pemodelan gaya aksial yang terjadi pada rangka struktur
31
18. Menayangkan gaya yang bekerja pada setiap komponen frame
Klik dua kali pada frame yang ingin dilihat OK
32
2.4 Analisis Struktur
a. Balok B1
33
b.d^2.fy^2/4.0,85. 400. 6002 . 4002
1 A = = 2,711.1011
fc' 4.0,85.25
2 B = b.d.fy.(d'-2d) = 400.600.25. (50 − 2.600 ) -1,104.1011
271000000
3 C = Mu/0.4 = 1,385.109
0,4
11
−𝐵√𝐵2 − 4𝐴𝐶 −(−1,104. 10 )√(−1,104. 1011 )2 − 4.2,711. 1011 . 1,385. 109
4 P = = 0,013
2𝐴 2.2,711. 1011
5 P' = 0,5.P = 0,5 . 0,013 0,0063
6 As = P.b.d = 0,013.400.600 3046,004
7 As' = P'.b.d = 0,0063.400.600 1523,002
8 Atul = 0,25.π.D^2 = 0,25. π . 6002 283,528
3046,004
9 N = As/Atul = 10,743
283,528737
10 n' = As'/Atul = 1523,002 5,371
283,528737
b.
c.
34