Anda di halaman 1dari 23

e-ISSN 2528-2581 Vol 1 No 1, Juli 2016

Susunan Redaksi

Penanggungjawab
Iwan Setya Putra

Pemimpin Editor
Sulistya Dewi Wahyuningsih

Sekretaris Editor
Yuyung Rizka Aneswari

Dewan Editor
Siti Sunrowiyati
Retno Murnisari

Manajemen
Hanif Yusuf Seputro
Regi Sura Esa Pratama
Sura Klaudia

Alamat Redaksi:
Jurnal PETA
Program Studi Akuntansi
STIE Kesuma Negara Blitar Jl. Mastrip 59 Blitar
Telp (0342) 802330 – Fax (0342) 813788
Email : peta@stieken.ac.id
e-ISSN 2528-2581 Vol 1 No 1, Juli 2016

Daftar Isi

Mochamad Fitroh, Iwan Setya Putra


Pengaruh Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) terhadap
Penetapan Jumlah Anggaran Tahun Berikutnya ...................... 1-19

Pratikto Aji Prabowo


Peranan Struktur Modal terhadap Profitabilitas pada
Perusahaan Tekstil Yang Terdaftar Di Bei ............................... 20-39

Yuyus Dwi Kusuma Wardana


Analisa Sistem Pengelolaan Persediaan Barang Dagangan dan
Pembelian Barang Dagangan................................................... 40-53

Aminatul Farihah, Retno Murni Sari


Analisis Activity – Based Costing System dalam Menentukan
Harga Jual Produk .................................................................. 54-72

Nofena Eka Bela, Yudhanta Sambharakreshna


Peranan Audit Operasional terhadap Kegiatan Penjualan ........
73-82
M. Avifan Rusli
Analisis Penilaian Biaya Pengelolaan Limbah Produksi untuk
Meningkatkan Laba Perusahaan ..............................................
83-103
Cicilia Andika
Analisis Perlakuan Akuntansi Piutang untuk Menilai 104-121
Kewajaran Penyajian Laporan Keuangan ................................
Jurnal PETA e-ISSN 2528-2581
Vol. 1 No. 1, Juli 2016
Hal 83-104

ANALISIS PENILAIAN BIAYA PENGELOLAAN


LIMBAH PRODUKSI UNTUK MENINGKATKAN
LABA PERUSAHAAN

M. Avifan Rusli

Program Studi Akuntansi STIE Kesuma Negara Blitar


Jl. Mastrip 59 Kota Blitar

Abstrak. Analisis Penilaian Biaya Pengelolaan Limbah Produksi untuk


Meningkatkan Laba Perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
cara pengelolaan limbah hasil produksi dan pengaruh nilai pengelolaan
limbah dalam meningkatkan laba pada perusahaan serta mengetahui
pembebanan biaya pengelolaan limbah dan bentuk laporan biaya pengelolaan
limbah. Penelitian ini menggunakan model studi kasus. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa hasil prosentase penilaian biaya, tahun 2013 memiliki
kenaikan biaya sebesar 4,24% dibanding tahun 2012, sedangkan pada tahun
2014 kenaikan biaya sebesar 20,75%. Hasil penilaian kenaikan laba yang
dipengaruhi oleh hasil penjualan kompos tahun 2012 adalah 1,402% dari
laba, tahun 2013 adalah 2,92% dari laba, tahun 2014 adalah 3,44% dari laba.
Jika pendapatan dari kompos digabungkan, maka prosentase kenaikan laba
3,57% dari Rp61.428.934.000,- menjadi Rp63.614.647.000,-. Berdasarkan
kesimpulan diatas maka penulis menyarankan perlu adanya peninjauan
kembali atas biaya yang dialokasikan untuk menekan pengeluaran dan
memaksimalkan laba perusahaan. Limbah yang dihasilkan dari proses
produksi sebaiknya diolah sendiri.

Kata kunci: Analisa Penilaian Biaya, Meningkatkan Laba, dan Nilai


Realisasi Bersih.

Abstract. Cost Assessment Analysis of Production Waste Management to Increase


Profit. This study aims to determine how waste management results and influence the
value of waste management in increasing profits in the company as well as knowing the
cost of waste management and the form of waste management cost report. This study
uses case study model. The results showed that the percentage of cost assessment, in
2013 has increased the cost of 4.24% compared to 2012, while in 2014 the cost increase
of 20.75%. The result of the increase in profit is affected by the compost sales in 2012 is
1.402% of profit, 2013 is 2.92% of profit, 2014 is 3.44% of profit. If the income from the
compost is combined, then the percentage increase of 3.57% profit from
Rp61.428.934.000, - to Rp63.614.647.000, -. Based on the above conclusions the
authors suggest the need for a review of the costs allocated to reduce expenditure and
maximize corporate profits. Waste generated from the production process should be
processed alone.

Keyword: Cost Assessment Analysis, Increase Profit, and Net Realizable Value.

83
84

M. Avifan Rusli Jurnal PETA Vol.1 No. 1, Juli 2016

Hingga kini masih terdapat juga pabrik yang memproses


perdebatan tentang masalah barang setengah jadi menjadi
lingkungan, yang diakibatkan produk yang bisa dipakai atau
meningkatnya aktivitas ekonomi dikonsumsi.
baik dalam bentuk banyaknya Di setiap pabrik produksi pasti
perusahaan industri yang akan terdapat limbah yang
beroperasi, pemanfaatan sumber dihasilkan dari proses produksi
daya alam yang meningkat dan tersebut. Supaya lingkungan sekitar
laju eksploitasi menyebabkan tidak tercemar dengan limbah yang
peningkatan jumlah dan kualitas dihasilkan, maka perlu adanya
limbah. Demikian pula dengan pengelolaan dan pengolahan
meningkatnya jumlah penduduk di limbah agar dapat menghasilkan
Indonesia dapat memicu produk yang bernilai ekonomis.
peningkatan kebutuhan pangan, Dengan pengelolaan dan
sumber energi, dan kebutuhan pengolahan limbah yang baik,
dasar-dasar lainnya. Meningkatnya limbah dapat menjadi suatu barang
semua kebutuhan ini pada yang berharga bukan hanya dapat
akhirnya akan memicu menjadi alternatif cara
meningkatnya jumlah limbah, baik menanggulangi tercemarnya
domestik maupun industri yang lingkungan akibat limbah yang
dilepaskan ke lingkungan. dihasilkan melainkan juga dapat
Banyaknya limbah yang menjadi tambahan pendapatan
dilepaskan ke lingkungan sekitar bagi perusahaan untuk
akan mengakibatkan tercemarnya memaksimalkan laba perusahaan
ekosistem alam sehingga dari hasil pengolahan produk
menimbulkan berbagai macam limbah tersebut.
penyakit. Beberapa orang sudah Karunia Paranna (2013)
mulai menyadari akan akibat dari melakukan penelitian tentang
pelepasan limbah ke lingkungan, Analisis Aspek Akuntansi dan CSR
sehingga mereka harus memikirkan Atas Pengolahan Sampah di Kota
bagaimana cara agar limbah yang Kendari. Berdasarkan hasil
dihasilkan bisa diolah dan tidak pengolahan data dan pembahasan
mencemari lingkungan. Banyak hasil penelitian menunjukkan
peraturan-peraturan di Indonesia bahwa Kegiatan CSR yang
yang mengatur mengenai limbah dilakukan yaitu berupa pengolahan
dan keseimbangan ekosistem alam. sampah menjadi gas metan dan
Sehingga itu dapat sebagai acuan pupuk kompos memberikan
bagi para pendiri pabrik untuk manfaat yang positif terhadap
senantiasa menjaga keseimbangan aspek sosial dan lingkungan.
ekosistem alam sekitar pabrik. Lidya Rahma Saffitri (2011)
Di berbagai daerah di melakukan penelitian tentang
Indonesia banyak didirikan pabrik- Internalisasi Biaya Eksternal
pabrik produksi yang mengasilkan Pengolahan Limbah Tahu (studi
berbagai produk. Terdapat pabrik kasus: Desa Kalisari, Kecamatan
yang memproduksi bahan mentah Cilongok, Purwokerto).
menjadi barang jadi dan terdapat Berdasarkan hasil pengolahan data
85

M. Avifan Rusli Jurnal PETA Vol.1 No. 1, Juli 2016

dan pembahasan hasil penelitian Gondorukem dan Terpentin (PGT)


menunjukkan bahwa estimasi Garahan Jember. Berdasarkan
biaya eksternal total adalah sebesar hasil pengolahan data dan
Rp 167.999.000, dan nilai manfaat pembahasan hasil penelitian
ekonomi total adalah sebesar Rp menunjukkan bahwa mengakui
720.815.722. Nilai ekonomi total biaya-biaya lingkungan yang
dari internalisasi biaya eksternal terjadi sebagai biaya produksi.
sebesar Rp 888.814.772/tahun. Biaya lingkungan dianggarkan
Yuwa Rahayu W.A (2001) pada awal periode dan diakui pada
melakukan penelitian tentang saat biaya tersebut digunakan
Perlakuan Akuntansi Pengelolaan untuk operasional pengelolaan
Limbah Serta Aplikasinya lingkungan dan menggunakan
Terhadap Efisiensi di PG Kebon satuan rupiah sebesar yang
Agung Malang. Berdasarkan hasil dikeluarkan perusahaan dan
pengolahan data dan pembahasan berdasarkan realisasi rata-rata dari
hasil penelitian menunjukkan tiga periode sebelumnya.
bahwa PG Kebon Agung Berdasarkan gambaran di atas
mengalami kenaikan laba hampir maka peneliti ingin meneliti
30% tiap tahunnya yang diperoleh dengan mengambil judul “Analisis
dari pemanfaatan limbah ampas Penilaian Biaya Pengelolaan
bal sebagai bahan bakar sehingga Limbah Produksi untuk
dalam perlakuan akuntansi Meningkatkan Laba Perusahaan
pengelolaan limbah berjalan Di Pabrik Gula Ngadiredjo
dengan efisien. Kediri”.
Mariyatul Fitriah (2014) Berdasarkan latar belakang
melakukan penelitian tentang diatas, penelitian ini bertujuan 1)
Identifikasi Biaya Lingkungan untuk mengetahui cara
Sebagai Sarana Bagi Manajemen pengelolaan limbah hasil produksi
Dalam Mengevaluasi Dalam dan pengaruh nilai pengelolaan
Rangka Mencapai Ekoefisiensi. limbah dalam meningkatkan laba
Berdasarkan hasil pengolahan data pada perusahaan; 2) Untuk
dan pembahasan hasil penelitian mengetahui biaya pengelolaan
menunjukan bahwa Analisis biaya limbah dibebankan sebagai apa
lingkungan dapat dijadikan sebagai dan bagaimana bentuk laporan
alat bagi manajemen untuk biaya pengelolaan limbah.
mempertahankan sertifikasi ISO
14001 yang diperoleh pada TELAAH LITERATUR
tahun 2013 kemarin. Karena Konsep Biaya
analisis biaya lingkungan dapat Menurut Bastian (2007:4)
digunakan manajemen untuk “Biaya atau Cost adalah
melakukan perbaikan system pengorbanan sumber ekonomis
manajemen. yang diukur dalam satuan uang
Nita Sri Mulyani (2013) yang telah terjadi atau
melakukan penelitian tentang kemungkinan akan terjadi untuk
Analisis Penerapan Akuntansi mencapai tujuan tertentu”.
Biaya lingkungan Pada Pabrik Menurut Charles (2008:34)
86

M. Avifan Rusli Jurnal PETA Vol.1 No. 1, Juli 2016

“Akuntan mendefinisikan biaya pengeluarannya pada seseorang


(cost) sebagai suatu sumberdaya manajer/pimpinan pusat biaya.
yang dikorbankan (sacrified) atau Menurut Charles (2008:40)
dilepaskan (forgone) untuk “Pemicu biaya adalah suatu
mencapai tujuan tertentu.” Dalam variabel seperti tingkat aktivitas
hal ini biaya merupakan suatu atau volume yang menjadi dasar
sumberdaya yang dikorbankan timbulnya biaya dalam rentang
atau dilepaskan oleh pengguna waktu tertentu.”
usaha untuk mencapai tujuan Terdapat hubungan antara
tertentu. Pengukuran biaya perubahan tingkat aktivitas atau
tergantung kepada kemampuan volume dengan perubahan tingkat
untuk menelusuri biaya tersebut ke biaya total. Biaya yang bersifat
objek biaya. tetap dalam jangka pendek tidak
Menurut Bastian (2007:9) mempunyai pemicu biaya dalam
“Klasifikasi biaya atau jangka pendek namun mungkin
penggolongan biaya adalah suatu menjadi pemicu biaya dalam
proses pengelompokan biaya jangka panjang. Pemicu biaya dari
secara sistematis atas keseluruhan suatu biaya variabel adalah tingkat
elemen biaya yang ada ke dalam aktivitas atau volume yang
golongan-golongan tertentu yang perubahannya menyebabkan
lebih ringkas untuk dapat perubahan biaya variabel secara
memberikan informasi yang lebih proporsional.
ringkas dan penting.” Klasifikasi Menurut Bastian (2007:8)
biaya yang umum digunakan “Data biaya dapat digunakan oleh
adalah biaya dalam hubungan manajer untuk tujuan :
dengan :
1) Produk Perencanaan
2) Volume produksi Perusahaan menggunakan data
3) Departemen dan pusat biaya biaya untuk memilih metode atau
4) Periode akuntansi program pencapaian tujuan yang
5) Pengambilan keputusan. terbaik masa akan datang yang
Menurut Armanto (2006:15) ingin dicapai pada saat menelaah
“Konsep biaya digunakan dalam alternatif pelaksanaan tindakan.
sistem pengendalian manajemen Pengawasan
(SPM), yang terdiri atas : Pengawasan diperlukan untuk
1) Biaya terkendali (Controllable membandingkan dan
Cost) mengevaluasi, apakah anggaran
2) Biaya tak terkendali (Un- atau program yang dibuat sudah
controllable cost) dilaksanakan dengan benar sesuai
Biaya terkendali adalah biaya dengan fungsi perencanaan.
yang dikeluarkan oleh suatu Penetapan harga
tempat biaya dan atas pengeluaran Pertimbanganyang diperlukan
biaya tersebut seseorang harus dalam penetapan biaya selain
bertanggung jawab. Biaya tak permintaan dan penawaran adalah
terkendali adalah biaya yang tidak biaya.
bisa dibebankan tanggung jawab
87

M. Avifan Rusli Jurnal PETA Vol.1 No. 1, Juli 2016

Menentukan laba dihasilkan setelah terjadinya


Akuntansi biaya dimulai dari kegiatan produksi untuk
proses produksi sehingga terbentuk menghasilkan produk yang bernilai
output atau produk yang dihasilkan. tinggi.”
Pengambilan keputusan Dalam UU No. 32 tahun 2009
Akuntansi biaya dapat digunakan tentang Perlindungan Pengelolaan
untuk memilih berbagai alternatif Lingkungan Hidup, Limbah
dalm pengambilan keputusan. diartikan sebagai sisa suatu usaha
Konsep Laba dan atau kegiatan produksi,
Menurut Soemarso (2004:245) sedangkan pencemaran diartikan
“Laba adalah selisih lebih masuk atau dimasukkannya
pendapatan atas beban sehubungan makhluk hidup, zat, energi, dan
dengan usaha untuk memperoleh atau komponen lain ke dalam
pendapatan tersebut selama lingkungan hidup oleh kegiatan
periode tertentu.” manusia sehingga melampaui baku
Menurut Anis (2005:6) mutu lingkungan hidup yang telah
“Pengertian laba yang dianut oleh ditetapkan.
struktur akuntansi sekarang ini Akuntansi Barang Sisa Dan
adalah laba akuntansi yang Barang Sampah
merupakan selisih pengukuran Menurut Firdaus (2009:76)
pendapatan biaya. Besar kecilnya “Barang sisa (scrap): barang yang
laba sebagai pengukuran kenaikan berasal dari pengolahan bahan,
aktiva sangat tergantung pada persediaan barang yang kuno,
ketepatan pengukuran pendapat pembesituaan aset tetap, alat atau
dan biaya.” suku cadang yang cacat atau
Menurut Eko (2004:142) pecah, dan dari proyek-proyek
“Defisiensi dapat diartikan sebagai percobaan. Barang ini masih
kemampuan relatif suatu mempunyai nilai dan dapat dijual
perusahaan untuk memperoleh atau dimasukkan kembali kedalam
laba maksimum dengan sumber proses produksi untuk tujuan yang
daya tertentu atau kombinasi berbeda. Barang sampah (waste):
optimum sumber daya dengan barang ini terjadi sama seperti
permintaan akan produk yang barang sisa tetapi tidak mempunyai
memberikan pengembalian (return) manfaat lagi dan dengan demikian
maksimal kepada pemilik.” tidak mempunyai nilai jual.”
Dalam hal ini laba hanya Pada saat terjadinya barang
merupakan angka artikulasi sisa tidak ada pencatatan dalam
dimana menjelaskan keuntungan jurnal. Pencatatan hanya dilakukan
yang diperoleh suatu perusahaan pada saat penjualan terjadi.
dari seluruh transaksi-transaksi Apabila barang sisa berasal dari
yang telah dilakukan secara efektif suatu pekerjaan atau departemen
dan efisien. dimana taksiran harga jual dari
Limbah Industri barang sisa diperhitungkan dalam
Menurut Betty (2005:19) tarif biaya overhead pabrik.
“Limbah industri merupakan
komponen-komponen yang
88

M. Avifan Rusli Jurnal PETA Vol.1 No. 1, Juli 2016

Produk Utama, Produk Gabungan pendapatan penjualan dari produk


Dan Produk Sampingan sampingan tersebut disajikan
Menurut Baldric(2013:322) setelah dikurangi dengan beban
“Produk utama adalah produk pemasaran dan administrasi serta
yang mempunyai nilai jual relative biaya-biaya pengolahan tambahan
lebih tinggi daripada nilai jual untuk produk sampingan.
produk sampingan, sedangkan Kelompok 2. Sebagian dari biaya
produk sampingan adalah produk bersama dialokasikan kepada
yang mempunyai nilai jual relative produk sampingan, dan dua
lebih rendah daripada nilai jual metode yang digunakan adalah
produk utama.” sebagai berikut :
Perbedaan yang menjadi dasar Metode 1. Metode nilai ganti (the
atas produk utama, produk replacement cost method). Produk
gabungan, dan produk sampingan sampingan dinilai dengan nilai
adalah dari total nilai jual dari ganti (replacement cost) atau harga
produk gabungan itu mengalami pasar yang berlaku untuk produk
kenaikan atau penurunan. tersebut. Biaya produksi dari
Akuntansi Untuk Produk produk utama dikreditkan dengan
Sampingan nilai dari produk sampingan
Menurut Firdaus (2009:166) tersebut.
“Perhitungan dan perlakuan biaya Metode 2. Metode nilai pasar (the
atau harga pokok dari produk market value or reversal cost method).
sampingan (by product) dibagi Dengan menggunakan nilai pasar,
dalam dua kelompok, yaitu: selanjutnya biaya produk
Kelompok 1. Produk sampingan sampingan dapat ditaksir dengan
dipandang sebagai bagian yang cara menghitung mundur dari nilai
tidak berarti atau penting, sehingga pasar ke biaya.
tidak ada biaya produksi bersama Menurut Charles (2008:140) “
(joint production cost) dialokasikan Metode nilai realisasi bersih
kepada produk-produk tersebut. merupakan metode yang
Ada dua metode yang biasanya mengalokasikan biaya gabungan ke
digunakan dalam kelompok ini. produk gabungan nilai jual akhir
Metode 1. Pendapatan penjualan dikurangi biaya yang dapat
produk sampingan disajikan dalam dipisahkan total produk gabungan
laporan laba rugi sebagai : dan kemudian dibandingkan
1. Pendapatan penjualan dengan produk gabungan selama
2. Pendapatan lain-lain periode akuntansi”.
3. Pengurang terhadap harga Dari deskripsi di atas, dapat
pokok penjualan dari produk dipakai dalam pengalokasian biaya
utama gabungan atau dari produk
4. Pengurangan terhadap jumlah sampingan dan kemudian akan
biaya produksi dari produk utama dikalikan dengan 100% untuk
Metode 2. Penyajian dari mengetahui prosentase kenaikan
penjualan produk sampingan laba, atau untuk mengetahui
dalam laporan laba rugi sama berapa persen pengaruh kenaikan
seperti metode 1. Tetapi laba yang dihasilkan dari produk
89

M. Avifan Rusli Jurnal PETA Vol.1 No. 1, Juli 2016

sampingan berupa penjualan METODE PENELITIAN


pupuk kompos. Untuk menghindari adanya
perbedaan persepsi antara penulis
Biaya Sosial (Social Cost) dan pembaca, maka perlu adanya
Menurut Arfan (2005:335) uraian definisi variabel-variabel
“Biaya sosial terdiri atas seluruh yang digunakan yaitu : Penilaian
biaya untuk menghasilkan suatu biaya adalah suatu prosedur dalam
produk, tanpa memerdulikan siapa memberikan angka atau nilai untuk
yang membayarnya. Biaya yang produk yang dihasilkan pada suatu
dibayarkan oleh produsen disebut proses yang mempengaruhi besar
sebagai biaya pribadi. Selisih kecilnya hasil yang akan
antara biaya sosial dan biaya didapatkan. Laba adalah suatu
pribadi (disebut sebagai biaya nilai yang bisa disebut dengan
sosial yang tidak dikompensasikan) keuntungan yang diperoleh melalui
dapat disebabkan oleh banyak proses atau transaksi-transaksi
faktor.” yang dilakukan.
Biaya sosial dapat dikatakan Populasi penelitian yang
sebagai biaya ganti rugi atas apa digunakan adalah semua data–
yang disebabkan oleh perusahaan data mengenai limbah yang
kepada lingkungan masyarakat diperoleh dari proses produksi.
disekitar perusahaan tersebut baik sedangkan sampelnya pelaporan
berupa produk atau uang. nilai biaya pengolahan limbah dari
tahun 2012-2014. Jenis penelitian
Hubungan Dari Biaya yang digunakan adalah penelitian
Pengelolaan Limbah Dengan kuantitatif, karena data yang
Laba Perusahaan diperoleh bersifat sistematis dan
Biaya pengelolaan limbah berupa angka-angka yang
merupakan suatu suatu nilai yang berhubungan dengan masalah yang
tertera atas biaya-biaya yang diajukan oleh penulis. Metode
dikeluarkan dalam pemprosesan pengumpulan data yang dilakukan
pengelolaan limbah agar nantinya oleh peneliti meliputi : 1)
limbah memiliki nilai jual yang Interview, Merupakan
cukup tinggi. Laba merupakan pengumpulan data secara langsung
hasil atau keuntungan yang berkomunikasi dengan responden
diperoleh perusahaan setelah pihak pabrik gula; 2) Observasi,
semua transaksi yang dilakukan. yaitu pengumpulan data yang
Jadi hubungan antara biaya dilakukan dengan cara melakukan
pengelolaan limbah dan laba pengamatan secara langung
perusahaan adalah dengan biaya terhadap kegiatan di pabrik gula; 3)
pengelolaan limbah yang lebih Dokumentasi, yaitu mengadakan
sedikit dari pendapatan yang penelitian dengan melihat
didapat dari pengelolaan limbah dokumen-dokumen yang telah
yang mempunyai nilai jual, akan diberikan berkaitan dengan
mempengaruhi laba perusahaan masalah dari unit bisnis yang
sehingga menjadi meningkat. terkait.
90

M. Avifan Rusli Jurnal PETA Vol.1 No. 1, Juli 2016

Teknik analisis data yang bahan baku alkohol, spiritus untuk


digunakan adalah sebagai berikut: keperluan medis. Pabrik gula
1) Mengidentifikasi data yang ada Ngadiredjo didirikan pada tahun
antara lain : a) Jumlah limbah 1912 oleh perusahaan swasta
berupa blotong dan abu yang Belanda yaitu NV HVA (Handels
dihasilkan dan b) Prosedur Verniging Amsterdam). Pada
pembuatan kompos dari blotong tahun 1942 para penjajah Jepang
dan abu; 2) Menghitung biaya masuk ke Indonesia, operasional
dalam pemrosesan pengolahan diambil alih Jepang hingga sampai
limbah menjadi kompos; 3) pada tahun 1945. Tahun 1945
Penyajian perolehan produksi sampai tahun 1957 terjadi agresi
pembuatan kompos tahun 2012, militer Belanda II,dikembalikan
2013 dan 2014; 4) Menghitung oleh pihak Jepang ke pemilik
prosentase penilaian biaya semula yaitu NV HVA. Pada tahun
berdasarkan metode NRV dengan 1975 NV HVA diambil alih oleh
menggunakan rumus sebagai pemerintah indonesia dikarenakan
berikut : (Nasionalisasi Perusahaan-
biaya
= pendapatan x 100 % ; 5) Perusahaan Asing).
Pada tahun 1963 Pemerintah
Menghitung prosentase kenaikan Indonesia mengeluarkan PP No. 1
laba yang bisa diperoleh dan 2 mengadakan reorganisasi
perusahaan setelah hasil penjualan dibentuknya BPU PPN-GULA.
dari mengelolaan limbah Pada tahun 1968 pemerintah
dimasukkan, dengan menggunakan Indonesia mengeluarkan peraturan
metode nilai realisasi bersih dengan baru yaitu PP. No. 14 yang isinya
rumus sebagai berikut: mengenai pembubaran BPU. PPN-
= GULA dan dibentuklah direksi
P.Gabungan−biaya dipisahkan dr P.gabungan
Produk Gabungan
baru PN. Perkebunan (PNP). Pada
x 100% ; dan 6) Kesimpulan akhir. tahun 1973 pemerintah indonesia
mengeluarkan peraturan PP. No.
Waktu penelitian dimulai pada 23 mengenai penggabungan PNP.
bulan Juli hingga bulan Desember XXI dengan PNP. XXII menjadi
2014. Penelitian ini dilakukan di PT Perkebunan XXI-XXII
pabrik gula yang beralamatkan di (Persero) dimana PG Ngadiredjo
Ngadiredjo Kab. Kediri. berada di dalamnya. Pada tahun
1996 restrukturisasi BUMN
HASIL DAN PEMBAHASAN melalui Kep. Men. Kehakiman
Ruang Lingkup Objek Penelitian No. 52.8338 HT. 01.01 tanggal 11
Pabrik gula Ngadiredjo Maret 1996 PT Perkebunan XXI-
merupakan salah satu unit usaha XXII (Persero) digabung dengan
dari PT. Perkebunan Nusantara X PT Perkebunan XXVII, Pabrik
(Persero) bergerak dibidang usaha karung Pecangakan, Perkebunan
mengelola bahan baku “TEBU” tembakau di Klaten dan Jember
menjadi produk utama “GULA menjadi PT PERKEBUNAN
PASIR” dengan hasil sampingan NUSANTARA X (PERSERO).
“TETES” yang digunakan sebagai
91

M. Avifan Rusli Jurnal PETA Vol.1 No. 1, Juli 2016

Pada tahun 2008 PG yang sebenarnya. Cara pengolahan


Ngadiredjo melaksanakan Kerja tebu menjadi GKP yaitu :
Sama Operasional (KSO Perj. No. Stasiun gilingan, bertujuan
XX-KONTR/08.112 Tanggal 24 untuk memisahkan sebanyak
April 2008) dengan PT Kencana mungkin nira yang terkandung
Gula Manis (KGM). KSO dalam tebu. Pada stasiun gilingan
direncanakan akan berjalan selama ini terdapat lima unit gilingan yang
25 tahun yang penandatanganan dipasang seri dan masing-masing
perjanjian Kerja Sama Operasional gilingan terdiri dari tiga roll, yaitu
tanggal 24 April 2008. Pada tahun rol atas (top roll), rol depan dan rol
2009 KSO dinyatakan batal, belakang. Masing-masing gilingan
sehingga PG Ngadiredjokembali dilengkapi dengan feeding roll.
dibawah Direksi PT Perkebunan Stasiun pemurnian, Proses
Nusantara X (Persero). pemurnian bertujuan memisahkan
Visi PG Ngadiredjo adalah semaksimal mungkin kotoran
menjadikan perusahaan dalam nira mentah (bukan gula),
agroindustri terkemuka yang menekann kehilangan gula
berwawasan lingkungan. Misi PG (memaksimalkan efisiensi proses),
Ngadiredjo adalah sebagai berikut: optimalisasi pemakaian bahan
Berkomitmen menghasilkan pembantu proses dan efisiensi
produk bebasis bahan baku tebu biaya.
dan tembakau berdaya saing tinggi Stasiun penguapan, Stasiun
di pasar domestik dan internasional penguapan bertujuan untuk
yang berwawasan lingkungan. menguapkan sebagian air yang ada
Berkomitmen menjaga dalam nira, sehingga diperoleh nira
pertumbuhan dan kelangsungan yang lebih pekat. Terdapat 7 unit
usaha melalui optimalisasi dan evaporator, dimana ketujuh
efisiensi di segala bidang. evaporator tersebut tidak
Mendedikasikan diri untuk selalu beroperasi semua. Secara
meningkatkan nilai-nilai bergantian enam evaporator
perusahaan bagi kepuasan beroperasi dan sebuah evaporator
pemangku kepentingan melalui digunakan sebagai cadangan yang
kepemimpinan, inovasi dan kerja akan dibersihkan setiap hari.
sama tim serta organisasi yang Stasiun masakan, Tujuan
profesional. stasiun masakan adalah
Syarat tebu yang diterima memekatkan nira kental,
adalah yang mempunyai persen membentuk dan membesarkan
brik 18, dan tidak terlalu banyak kristal gula. Proses kristalisasi
mengandung kotoran seperti terdapat tiga tahap, yaitu: 1) Tahap
pucukan dan sogolan. pemekatan nira; 2) Tahap
Penimbangan tebu ada di dua pembibitan; dan 3) Tahap
tempat yaitu satu penimbangan di pembesaran krisktal.
pintu masuk dan dua di dekat cane Stasiun pemuteran dan
table.Penimbangan langsung penyelesaian, Tujuan pemutaran
dilakukan terhadap tebu sehingga adalah memisahkan gula dari
langsung dapat diketahui berat tebu stroop dengan gaya centrifugal.
92

M. Avifan Rusli Jurnal PETA Vol.1 No. 1, Juli 2016

Pada stasiun putaran terdapat dua 30% dari berat tebu yang digiling.
macam centrifuge, yaitu: Batch Blotong merupakan padatan hasil
Centrifuge,digunakan untuk sampingan stasiun pemurnian dan
memutar gula A dan gula produk. abu ketel merupakan residu dari
Alat ini berupa silinder yang pembakaran ampas pada stasiun
dilengkapi dengan saringan di ketel yang diairi. Endapan kolam
dalamnya. Contunuous Centrifuge, aerasi IPAL merupakan endapan
digunakan untuk memutar gula C mikroba yang telah mati di kolam
dan D.\ aerasi. Limbah gas, yang
Limbah yang dihasilkan dari dihasilkan merupakan campuran
PG Ngadiredjo berupa limbah cair, udara cerobong ketel dengan debu-
padat dan gas. Limbah tersebut debu yang dihasilkan akibat
berupa : Limbah cair, Limbah cair pembakaran di stasiun ketel.
yang diolah di IPAL merupakan Limbah B3, Limbah bekas yang
air yang berasal dari air cucian dihasilkan pabrik gula Ngadiredjo
juice heater dan badan penguapan, yang berupa accu bekas, oli bekas,
air blowdown ketel, air pendingin neon bekas, majun bekas, catridge
gilingan, dan ciran yang bocor tinta bekas, dan peralatan listrik
dalam proses seperti nira, diolah secara khusus oleh pihak
stroop,magma dan klare. Limbah ketiga.
cair yang diolah di spray pond
merupakan air yang berasal dari air Hasil Analisa Data
jatuhan barometric Identifikasi data
condensorrotary vacuum filter, Jumlah blotong dan abu
badan penguapan terakhir, dan Jumlah limbah blotong dan abu
vacuum pan. Limbah padat, ketel yang dihasilkan oleh PG
Ampas yang dihasilkan dari stasiun Ngadiredjo adalah sebagai berikut:
penggilingan merupakan sekitar
Tabel 4.1 Jumlah Blotong dan Abu Per Tahun

No. Tahun Blotong(Ku) Abu (Ku)


1. 2012 284.819,90 174.277,80
2. 2013 283.394,00 209.428,70
3. 2014 288.505,00 199.241,90

Sumber : Data yang diperoleh dari PG Ngadiredjo Kediri

Prosedur Pembuatan Kompos


93

M. Avifan Rusli Jurnal PETA Vol.1 No. 1, Juli 2016

Bahan Baku Blotong +


Abu (3:1)
Pencampuran Bahan Pemberian
Baku Dekomposer
Dikeringkan dengan alat
pengering sampai kadar
airnya menjadi ± 40% Bahan baku dicampur Tambahkan BIO N10
(bila diperas dengan sampai homogen dengan dengan dosis 4 lt/ton
tangan air tidak hand traktor, kemudian secara merata dengan
keluar/menetes). ditebar dengan alalt knapsack
ketebalan ± 35 cm. sprayer atau gembor.

Pembalikan
Pembuatan Tumpukan
Pencampuran
Setelah 5 hari lakukan
pembalikan tumpukan Buat tumpukan dengan
secara tinggi = ± 1,5 meter dan Campur bahan baku
manual.Pembalikan lebar = ± 2 meter (panjang yang sudah diberi BIO
kedua 5 hari sesuai tempat) N10 sampai rata
berikutnya. dengan menggunakan
hand traktor.

Penghalusan Pengemasan

3 hari setelah pembalikan Kompos siap dikurangi


kedua, kompos sudah pada kadar air < 35 %
matang, bila masih basah (remah dan tidak
dapat ditebar dan menggumpal).
dikeringanginkan.Giling
kompos dengan chruser/
mixer agar halus.

Menghitung biaya pengolahan limbah

Tabel 4.2 biaya pembuatan kompos tahun 2013

Uraian Keterangan Jumlah


Biaya pembuatan
kompos
Biaya transportasi
bahan baku Rp1.023.130.288
Biaya pengemasan Rp1.150.432.116
Biaya proses
pengolahan Rp573.430.200
Biaya Tenaga
kerja Rp98.037.000
jaminan sosial Rp9.400.000
Tunjangan HR
DLL Rp13.150.000
Biaya pemasaran Rp82.000.800
Biaya administrasi
dan umum Rp75.150.084
Total biaya pembuatan kompos Rp3.024.730.488
Sumber : data yang telah diolah
94

M. Avifan Rusli Jurnal PETA Vol.1 No. 1, Juli 2016

Tabel 4.3 biaya pembuatan kompos tahun 2012


Uraian Keteranngan Jumlah
Biaya pembuatan
kompos
Biaya transportasi
bahan baku Rp731.049.000
Biaya
pengemasan Rp275.629.600
Biaya proses
pengolahan Rp66.869.120
Biaya tenaga kerja Rp71.317.081
Tunjangan HR
DLL Rp8.210.000
Biaya pemasaran Rp68.977.222
Biaya
administrasi dan
umum Rp3.070.000
Total biaya pembuatan kompos Rp1.225.122.023
Sumber : Data yang Telah Diolah

Tabel 4.4 biaya pembuatan kompos tahun 2014

Uraian keterangan Jumlah


Biaya
pembuatan
kompos
Biaya
transportasi
bahan baku Rp1.150.000.000
Biaya
pengemasan Rp1.233.000.000
Biaya proses
pengolahan Rp107.650.000
Biaya tenaga
kerja Rp841.282.000
Biaya pemasaran Rp35.000.000
Biaya
administrasi dan
umum Rp72.419.000
Penyusutan Rp15.301.000
Total biaya pembuatan kompos Rp3.454.652.000
Sumber : data yang telah diolah
95

M. Avifan Rusli Jurnal PETA Vol.1 No. 1, Juli 2016

Dalam tabel yang tertera


diatas, terlihat jumlah biaya yang Penyajian perolehan pembuatan
dikeluarkan oleh perusahaan kompos
dalam pengolahan limbah blotong Berikut adalah penyajian
dan abu ketel menjadi kompos laporan realisasi laba dimana laba
pada tahun 2013 adalah Rp perolehan penjualan kompos telah
3.024.730.488,- tahun 2012 adalah digabungkan pada pendapatan
Rp 1.225.122.023,- tahun 2014 lain-lain.
adalah Rp 3.454.652.000,-.

Tabel 4.5 daftar realisasi laba tahun2012, 2013 dan 2014


2012 2013 2014
Keterangan (dalam ribuan ) (dalam ribuan ) (dalam ribuan )
Pendapatan
Gula Rp272.546.880 Rp325.444.247 Rp173.551.659
Tetes Rp22.936.796 Rp31.598.930 Rp35.889.587
Jumlah Rp295.483.676 Rp357.043.177 Rp209.441.245
Harga Pokok
Penjualan
Gula Rp132.071.309 Rp186.667.264 Rp122.812.344
Tetes Rp10.238.659 Rp19.393.874 Rp25.468.834
Jumlah HPP Rp142.309.968 Rp206.061.138 Rp148.281.178
Laba/Rugi
kotor Rp153.173.708 Rp150.982.039 Rp61.160.067
Biaya umum
dan Apm Rp63.618 Rp452.567 Rp58.194
Laba/Rugi
bersih Rp153.110.090 Rp150.529.472 Rp61.101.873
Pendapatan
lain-lain Rp3.305.334 Rp5.695.404 Rp1.248.662
Biaya lain-lain Rp2.728.074 Rp3.785.415 Rp921.601
Laba/Rugi
sebelum PPh Rp153.687.350 Rp152.439.461 Rp61.428.934
Harga pokok
produksi gula
per ton Rp4.469 Rp4.999 Rp5.075
Sumber : Data diperoleh dari PG Ngadirejo Kediri

Berdasarkan tabel diatas, nilai Sedangkan pada tahun 2014


dari penjualan kompos yang pendapatan penjualan kompos
tergabung dalam pendapatan lain- tidak dimasukkan ke pendapatan
lain pada tahun 2012 adalah lain-lain PG Ngadiredjo sehingga
Rp3.305.334.000,- dan pada tahun hanya memperoleh
2013 Rp5.695.404.000,-. Rp61.101.873.000,-.
96

M. Avifan Rusli Jurnal PETA Vol.1 No. 1, Juli 2016

Tabel 4.6 Rincian perkiraan pendapatan lain-lain tahun 2012

Uraian Keterangan Jumlah


Pendapatan Bunga/Jasa Giro
Bunga rekening xxxx.xxxxxx/2012 Rp33.764.983
Bunga rekening xxxx-x-xx-x/2012 Rp2.227.448
Bunga rekening xxx-xxxx-x/2012 Rp993.663
Bunga rekening xxx-xx-xxx/2012 Rp2.093.714
Bunga rekening xxx-xxxx-x/2012 Rp19.652.256
Bunga rekening xxx-xxxx-x/2012 Rp21.331.634
Bunga rekening xxxxxxx/2012 Rp471.230
Rp80.534.928
Pendapatan lain-lain
Denda keterlambatan pengambilan
gula Rp228.650.797
Pembuatan uang kas Rp8.050
Pemakaian barang (selisih) Rp22.953.738
Penjualan kompos Rp2.154.532.500
Denda keterlambatan pengiriman
barang Rp137.996.444
Pembulatan harga gula UPS Rp14
Jasa administrasi Rp52.359.775
Penjualan besi rosok Rp590.723.250
Wanprestasi PT.OMETRACO A Rp37.574.524
Rp3.224.799.092
Jumlah Total Rp3.305.334.020
Sumber : Data diperoleh dari PG Ngadirejo kediri

Pada tabel diatas menunjukkan tersebut maka jumlah nilai dari


nilai penjualan kompos pada tahun pendapatan lain-lain yang
2012 sebesar Rp 2.145.532.500,- diperoleh tahun 2013 adalah
dari nilai penjualan kompos Rp3.305.334.020,-.

Tabel 4.7 Rincian perkiraan pendapatan lain-lain tahun 2013


Uraian Keterangan Jumlah
Pendapatan Bunga/Jasa Giro
Bunga rekening xxxx.xxx/2013 Rp53.411.610
Bunga rekening xx-xx-x/2013 Rp876.528
Bunga rekening xxx-xxx-x/2013 -
Bunga rekening xxx-xx-xx-
x/2013 -
Bunga rekening xxx-xx-xxx-
x/2013 Rp9.156.155
Bunga rekening xxx-xxxx- Rp12.185.833
97

M. Avifan Rusli Jurnal PETA Vol.1 No. 1, Juli 2016

x/2013
Bunga rekening xxxxx/2013 Rp578.289
Rp76.208.415
Pendapatan lain-lain
Denda keterlambatan
pengambilan barang/kerjaan Rp647.187.427
Pembuatan uang kas Rp5.504
Pemakaian barang (selisih) Rp30.763.736
Penjualan kompos Rp4.446.200.000
Setoran besi rosok 2012 Rp296.920.000
Setoran jembret 2012 Rp86.156.000
Selisih harga karung zak TR Rp5.263
Selisih bunga KKP 12/13 Rp39.199.846
Rafaksi kapur pabrikasi Rp1.801.090
Selisih bunga KKP 10/11 Rp70.957.190
Rp5.619.196.056
Jumlah Total Rp5.695.404.471
Sumber : Data diperoleh dari PG Ngadirejo Kediri

Pada tabel diatas menunjukkan tersebut maka jumlah nilai dari


nilai penjualan kompos pada tahun pendapatan lain-lain yang
2013 sebesar Rp 4.446.200.000,- diperoleh tahun 2013 adalah
dari nilai penjualan kompos Rp5.695.404.471,-.

Tabel 4.8 perhitungan laba rugi pembuatan kompos tahun 2014


Harga jual/
Nomor satuan Unit Rincian Jumlah
Perk. Urut Uraian Rincian biaya
A. Pendapatan
Penjualan u/TS Ton 18.176 Rp250 Rp4.544.000
Penjualan u/TR Ton 4.824 Rp227 Rp1.096.365
Penjualan lain-lain Ton Rp454
23.000 Rp5.640.365
Harga Pokok
B. Produksi (HPP)
biaya transport Rp1.150.000
biaya pengemasan Rp1.233.000
biaya
proses/pengolahan Rp107.650
biaya tenaga kerja Rp841.282
penyusutan Rp15.301
jumlah Rp3.347.233
C. biaya usaha
biaya adm dan
umum Rp72.419
biaya pemasaran Rp35.000
98

M. Avifan Rusli Jurnal PETA Vol.1 No. 1, Juli 2016

jumlah Rp107.419
D. pendapatan lain
E. biaya lain
Laba/rugi Usaha Rp2.185.713
Sumber : Data yang telah diolah diperoleh dari HGU Sumberlumbu

Biaya lain-lain tidak 2012)/(pendapata


ditambahkan dicatatan PG n tahun 2012) X
Ngadiredjo karena sudah dihitung 100%
dalam perhitungan laba rugi pada =(Rp 1.225.122.023,-)/(Rp
laporan Sumberlumbu. Jumlah 3.379.654.523,-) X
laba sebesar Rp2.185.713.000,- 100%
setelah pajak tidak disalurkan = 36,25%
kepada Pabrik Gula Ngadiredjo
Sehingga Pabrik tidak lagi Berdasarkan perhitungan
memiliki tambahan laba yang diatas maka dapat disimpulkan
signifikan. hasil penilaian biaya terhadap
pendapatan pada tahun 2012
Pembahasan sebesar 36,25%. Berdasarkan tabel
Analisis penilaian biaya 4.2 dapat dilihat bahwa biaya
Prosentase penilaian biaya pembuatan kompos tahun 2013
Berdasarkan tabel 4.3 dapat sebesar Rp 3.024.730.488,- dan
dilihat bahwa biaya pembuatan pada tabel 4.7 menunjukkan nilai
kompos tahun 2012 sebesar Rp laba penjualan kompos tahun 2013
1.225.122.023,- dan pada tabel 4.6 sebesar Rp 4.446.200.000,-. Maka
menunjukkan nilai laba penjualan untuk mengetahui nilai pendapatan
kompos tahun 2012 sebesar Rp penjualan kompos sebelum
2.154.532.500,-. Maka untuk dikurangi biaya maka dapat
mengetahui nilai pendapatan dihitung sebagai berikut :
penjualan kompos sebelum
dikurangi biaya maka dapat Pendapatan 2013=laba penjualan
dihitung sebagai berikut : kompos + biaya pembuatan
kompos
Pendapatan 2012 =laba penjualan = Rp 4.446.200.000,- +
kompos + biaya Rp 3.024.730.488,-
pembuatan kompos = Rp 7.470.930.488,-
= Rp 2.154.532.500,- +
Rp 1.225.122.023,- Untuk mengetahui nilai prosentase
= Rp 3.379.654.523,- penilaian biaya dapat dihitung
sebagai berikut :
Untuk mengetahui nilai prosentase
penilaian biaya dapat dihitung Prosentase penilaian biaya = (biaya
sebagai berikut : tahun
2013)/(pendapata
Prosentase penilaian biaya=(biaya n tahun 2013) X
tahun 100%
99

M. Avifan Rusli Jurnal PETA Vol.1 No. 1, Juli 2016

= (Rp 3.024.730.488,- Prosentase penilaian biaya dari


)/(Rp 7.470.930.488,-) X tahun 2012 sampai tahun 2014
100% memiliki kenaikan secara
= 40,49% signifikan yaitu sebesar 36,25%
pada tahun 2012, 40,49% pada
Berdasarkan perhitungan tahun 2013, dan 61,24% pada
diatas maka dapat disimpulkan tahun 2014. Maka besar kenaikan
hasil penilaian biaya terhadap penilaian biaya dapat dihitung
pendapatan pada tahun 2013 sebagai berikut :
sebesar 40,49%. Berdasarkan tabel
4.4 dapat dilihat bahwa biaya Kenikan tahun 2013 dibanding
pembuatan kompos tahun 2014 tahun 2012 = 40,49% - 36,25%
sebesar Rp 3.454.652.000,- dan = 4,24%
pada tabel 4.8 menunjukkan nilai Kenaikan tahun 2014 dibanding
pendapatan penjualan kompos tahun 2013 = 61,24% - 40,49%
sebesar Rp 5.640.365.000,-. Maka = 20,75%
untuk mengetahui nilai prosentase
penilaian biaya dapat dihitung Pada tahun 2013 biaya yang
sebagai berikut : dialokasikan memiliki kenaikan
sebesar 4,24% dibanding tahun
Prosentase penilaian biaya = (biaya 2012, sedangkan pada tahun 2014
tahun biaya yang dialokasikan
2014)/(pendapata melampaui kenaikan sebesar
n tahun 2014) X 20,75%. Maka perlu adanya
100% peninjauan kembali atas biaya
= (Rp 3.454.652.000,- yang dialokasikan untuk menekan
)/(Rp 5.640.365.000,-) X pengeluaran dan memaksimalkan
100% laba yang diperoleh perusahaan.
= 61,24%
Perbandingan laporan keuangan
Berdasarkan perhitungan tahun 2014
diatas maka dapat disimpulkan Berdasarkan data perusahaan
hasil penilaian biaya terhadap yang diolah peneliti pada laporan
pendapatan pada tahun 2014 laba rugi dapat diperoleh dan
sebesar 61,24%. disajikan sebagai berikut:

Analisis penilaian biaya

Tabel 4.9 Daftar perbandingan realisasi laba tahun 2014


2014 2014 *
Keterangan (dalam ribuan ) (dalam ribuan)
Pendapatan
Gula Rp173.551.659 Rp173.551.659
100

M. Avifan Rusli Jurnal PETA Vol.1 No. 1, Juli 2016

Tetes Rp35.889.587 Rp35.889.587


Jumlah Rp209.441.245 Rp209.441.245
Harga Pokok
Penjualan
Gula Rp122.812.344 Rp122.812.344
Tetes Rp25.468.834 Rp25.468.834
Jumlah HPP Rp148.281.178 Rp148.281.178
Laba/Rugi kotor Rp61.160.067 Rp61.160.067
Biaya umum dan
Apm Rp58.194 Rp58.194
Laba/Rugi
bersih Rp61.101.873 Rp61.101.873
Pendapatan lain-
lain Rp1.248.662 Rp3.434.375
Biaya lain-lain Rp921.601 Rp921.601
Laba/Rugi
sebelum PPh Rp61.428.934 Rp63.614.647
Harga pokok
produksi gula per
ton Rp5.075 Rp5.075
Sumber : Data yang diolah diperoleh dari PG
Ngadirejo Kediri

Berdasarkan tabel diatas dapat perusahaan pada tahun 2012


kita lihat bahwa dari tahun 2014 sebagai berikut :
pendapatan lain-lain yang masih =(laba tahun 2012 sudah
belum terealisasi oleh laba direalisasi-laba tahun 2012 belum
penjualan kompos, (*) sekarang direalisasi) /(jumlah laba tahun
mengalami kenaikansetelah 2012 yang sudah direalisasi) X
realisasi laba penjualan kompos 100%
dari Rp 1.248.662.000,- menjadi =(153.687.350.000-
Rp 3.434.375.000,-. 151.532.817.500)/153.687.350.000
Berdasarkan tabel yang x 100%
diuraikan didepan, maka dapat kita = 1,402%
ketahui nilai prosentase laba Dari perhitungan diatas
penjualan kompos telah menjelaskan bahwa laba yang
direalisasikan kepada pihak PG dihasilkan dari penjualan kompos
Ngadiredjo. Dimana nilai laba mempengaruhi kenaikan laba
penjualan kompos tersebut perusahaan tahun 2012 pada
mempengaruhi kenaikan laba pendapatan lain-lain sebesar
perusahaan PG Ngadiredjo. 1,402% dari laba yang dihasilkan.
Perhitungan prosentase Laba yang dihasilkan sebelum PPh
kenaikan laba atas penambahan Rp 153.687.350.000,-.
laba dari penjualan kompos Perhitungan prosentase
kependapatan lain-lain yang kenaikan laba atas penambahan
mempengaruhi kenaikan laba laba dari penjualan kompos
101

M. Avifan Rusli Jurnal PETA Vol.1 No. 1, Juli 2016

kependapatan lain-lain yang Dari perhitungan diatas sudah


mempengaruhi kenaikan laba menjelaskan bahwa apabila hasil
perusahaan pada tahun 2013 pengolahan limbah berupa blotong
sebagai berikut : dan abu yang dilakukan oleh HGU
Sumberlumbu direalisasikan
=(laba tahun 2013 sudah kedalam pendapatan lain-lain pada
direalisasi-laba tahun 2013 belum PG Ngadiredjo, maka akan
direalisasi) /(jumlah laba tahu mempengaruhi kenaikan laba
2013 yang sudah direalisasi) X sebesar 3,44% dari laba yang
100% dihasilkan. Laba yang dihasilkan
=(152.439.461.000- sebelum PPh Rp 61.428.934.000
147.993.261.000)/152.439.461.00
0 x 100% KESIMPULAN DAN SARAN
= 2,92% Kesimpulan
Dari perhitungan diatas Berdasarkan dari hasil
menjelakasn bahwa laba yang penelitian yang telah dilakukan di
dihasilkan dari penjualan kompos pabrik gula Ngadiredjo Kediri
mempengaruhi kenaikan laba maka dapat disimpulkan sebagai
perusahaan tahun 2013 pada berikut :
pendapatan lain-lain sebesar 2,92% 1. Pabrik gula Ngadiredjo
dari laba yang dihasilkan. Laba merupakan pabrik gula swasta
yang dihasilkan sebelum PPh Rp belanda yaitu NV HVA
152.439.461.000,-. (Handels Verniging Amsterdam)
Dapat diperoleh perbandingan pada tahun 1912 hingga
laba dari tahun 2014 sebelum berkembang sampai sekarang
realisasi laba penjualan kompos dengan pengambil alihan oleh
dan tahun 2014 setelah realisasi pemerintah pada tahun 1957.
laba penjualan kompos. Sehingga Pada pabrik gula memproduksi
dapat dihitung kenaikan laba tahun gula dengan kapasitas yang
2014 setelah realisasi laba besar sehingga memiliki hasil
penjualan kompos sebagai berikut : yang melimpah. Oleh karena itu
Prosentase kenaikan laba limpah yang dihasilkan dari
tahun 2014 sesudah realisasi laba proses produksi juga melimpah.
penjualan kompos. 2. Pabrik gula Ngadiredjo tidak
mengolah limbah yang
=(laba tahun 2014 sudah dihasilkan dari proses produksi
direalisasi-laba tahun 2014 belum berupa blotong dan abu ketel.
direalisasi)/(jumlah laba tahun Dikarenakan pada tahun 2014
2014 yang sudah direalisasi)x pihak Ngadiredjo hanya
100% memberikan limbah tersebut ke
= (63.614.647.000- HGU Sumberlumbu dan pihak
61.428.934.000)/63.614.647.000 X Ngadiredjo tidak mendapatkan
100% profit dari hasil pengolahan
= 3,44% limbah menjadi kompos.
3. Pada perhitungan prosentase
nilai biaya pada tahun 2012
102

M. Avifan Rusli Jurnal PETA Vol.1 No. 1, Juli 2016

sampai tahun 2014 mengalami setelah direalisasikan dari Rp


kenaikan yang cukup signifikan. 1.248.662.000,- menjadi Rp
Pada tahun 2012 sebesar 3.434.375.000,-.
36,25%, tahun 2013 sebesar
40,49%, dan tahun 2014 sebesar Saran
61,24%. Pada tahun 2013 biaya Untuk meningkatkan
yang dialokasikan memiliki pendapatan yang diterima oleh
kenaikan sebesar 4,24% Pabrik Gula Ngadiredjo Kediri
dibanding tahun 2012, maka peneliti menyarankan kepada
sedangkan pada tahun 2014 pabrik gula Ngadiredjo Kediri
biaya yang dialokasikan sebagai berikut :
melampaui kenaikan sebesar 1. Untuk meningkatkan nilai laba
20,75%. Kenaikan penilaian yang diperoleh oleh pihak PG
biaya tiap tahun kemungkinan Ngadiredjo sebaiknya
dipicu berbagai hambatan salah memaksimalkan proses produksi
satunya terjadinya kenaikan gula yang dihasilkan dengan
bahan bakar minyak, dimana menanam tebu dengan tingkat
bahan bakar tersebut komponen kwalitas terbaik sehingga akan
yang terpenting dalam menghasilkan gula dengan
kelangsungan proses tingkat kwalitas yang terbaik
pengolahan limbah. Akibat juga.
terjadinya kenaikan BBM biaya 2. Limbah hasil proses produksi
lain akan juga mengalami berupa blotong dan abu
kenaikan. sebaiknya diolah sendiri oleh
4. Pada tahun 2014 para petani pihak Ngadiredjo. Karena
tebu banyak mengalami gagal apabila diproses sendiri secara
panen sehingga produksi gula mandiri hasil yang akan didapat
menurun. Dari menurunnya dari proses pengolahan limbah
produksi yang dihasilkan maka akan meningkatkan laba bagi
limbah yang diperoleh dari perusahan.
proses produksi juga mengalami 3. Dari hasil perhitungan penilaian
penurunan. Oleh karena itu laba biaya yang mengalami kenaikan
yang dihasilkan dari pengolahan yang cukup signifikan,
limbah berupa kompos juga sebaiknya perusahaan meninjau
sedikit dibandingkan dari tahun kembali atas biaya yang
sebelumnya. Berdasarkan dialokasikan untuk menekan
perhitungan yang telah pengeluaran dan dapat
dilakukan laba yang dihasilkan memaksimalkan laba yang
oleh kompos pada pendapatan diperoleh perusahaan.
lain-lain mempengaruhi 4. Dalam proses pembuatan Bio
kenaikan laba sebesar 3,44% kompos yang dilakukan oleh
pada tahun 2014 dari laba HGU Sumberlumbu sebaiknya
sebelum PPh yaitu Rp memberikan sebagian hasil
61.428.934.000,-. Pada yanng didapat dari proses
pendapatan lain-lain yang tersebut ke pihak Ngadiredjo.
diterima mengalami kenaikan Karena pihak Ngadiredjo ikut
103

M. Avifan Rusli Jurnal PETA Vol.1 No. 1, Juli 2016

andil dalam penyediaan bahan Pengelolaan Limbah Serta


baku pembuatan Bio kompos Aplikasinya Terhadap Efisiensi
berupa blotong dan abu. di PG Kebon Agung Malang.
Malang: Universitas Negeri
DAFTAR PUSTAKA Malang.
Bustami, Bastian dan Safittri, Lidya Rahma. 2011.
Nurlela.2007. Akuntansi Biaya Internalisasi Biaya Eksternal
Teori dan Aplikasi. Edisi Pengolahan Limbah Tahu
Pertama. Yogyakarta. Penerbit (Studi kasus: Desa Kalisari,
Graha Ilmu. Kecamatan Cilongok,
Chariri, Anis dan Imam Ghozali. Purwokerto). Bogor: Fakultas
2005. Teori Akuntansi. Edisi Ekonomi dan Manajemen
revisi.Cetakan kedua. Jakarta. Institut Pertanian Bogor.
Dunia, Firdaus Ahmad dan Siregar, Baldric. dkk. 2013.
Wasilah. 2009. Akuntansi Akuntansi Biaya. Edisi 2.
Biaya. Edisi 2. Jakarta. Jakarta. Penerbit Salemba
Penerbit Salemba Empat. Empat.
Horngren, Charles T., Srikant M. Soemarso. 2004. Akuntansi suatu
Datar, dan George Foster. pengantar 2. Edisi lima.
2008. Akuntansi Biaya Jakarta. Salemba Empat.
penekanan manajerial.Edisi Sri, Nita Mulyani. 2013. Analisis
11.Jilid 1. Jakarta. Penerbit Penerapan Akuntansi Biaya
Indeks. Lingkungan pada Pabrik
Horngren, Charles T., Srikant M. Gondorukem dan Terpentin
Datar, dan Goeorge Foster. (PGT) Garahan
2006. Akuntansi Biaya. Edisi Jember.Jember : Fakultas
12.Jilid 2. Jakarta. Penerbit Ekonomi Universitas Jember.
Erlangga.
Subianto, Eko B. dan Iwan
Ikhsan, Arfan dan Muhammad Triyuwono. 2004. Laba
Ishak. 2005. Akuntansi Humanis (Tafsir Sosial atas
Keperilakuan. Jakarta. Konsep Laba dengan
Penerbit Salemba Empat. Pendekatan Hermeneutika).
Laksmi, Betty Sri dan Winiati Edisi 1. Malang. Penerbit
Pudji Rahayu. 2005. Bayumedia.
Penanganan Limbah Industri Witjaksono, Armanto. 2006.
Pangan. Yogyakarta. Penerbit Akuntansi Biaya. Edisi
Kanisius. Pertama. Yogyakarta. Penerbit
Paranna, Karunia. 2013. Analisis Graha Ilmu.
Aspek Akuntansi dan CSR
Atas Pengolahan Sampah di
Kota Kendari. Makasar:
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Hasanudin.
Rahayu, Yuwa W.A. 2001.
Perlakuan Akuntansi

Anda mungkin juga menyukai