Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH ADULTERASI BAHAN BAKAR GASOLIN-KEROSENE

TERHADAP EMISI GAS BUANG DAN PERFORMANSI MOTOR

Philip Kristanto
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri
Universitas Kristen Petra
Jl. Siwalankerto 121-131 Surabaya 60236
philip@peter.petra.ac.id

Abstrak

Semua motor dirancang dan dibuat untuk beroperasi dengan bahan bakar yang ditentukan. Motor pada hakekatnya akan
memancarkan lebih banyak polutan jika spesifikasi bahan bakar diubah dan dengan perawatan yang kurang baik. Adulterasi
bahan bakar dipraktekkan di negara dunia ketiga berkaitan dengan insentif finansial yang timbul dari pajak diferensial yang
dikenakan oleh pemerintah. Sasaran utama dari studi ini adalah untuk menganalisa dan mengidentifikasi seberapa besar
pengaruh pembakaran bahan bakar kerosene yang dicampurkan ke dalam gasolin dengan rasio berbeda terhadap emisi gas
buang dan unjuk kerja motor serta membandingkan emisi ini dengan emisi standard yang digunakan pada kendaraan
bermotor. Bahan bakar (gasolin + kerosene) yang dicampur dalam proporsi berbeda digunakan untuk menjalankan motor
pada kecepatan stasioner pada kondisi campuran miskin, stoikiometri dan campuran kaya. Emisi gas buang direkam untuk
setiap sampel campuran dan dibandingkan dengan standard emisi yang digunakan pada kendaraan bermotor. Hasil
percobaan menunjukkan bahwa sampai dengan konsentrasi 20 % kerosene ada sedikit perubahan di dalam emisi gas buang
dan unjuk kerja motor dengan bahan bakar yang dicampur. Walaupun demikian, pada konsentrasi 30 – 50 % kerosene suatu
bahan bakar yang dicampur ketika digunakan pada motor bensin mempunyai dampak negatif yang signifikan terhadap emisi
gas buang dan performansi motor.

Kata kunci:Adulterasi, emisi, performansi motor.

1. PENDAHULUAN cetak maupun media elektronik bahwa stasiun


pompa bahan bakar umum (SPBU) acapkali
Gasolin untuk motor bensin disamping solar untuk dijumpai menjual bahan bakar bensin yang
motor disel kecepatan tinggi merupakan bahan tercampur dengan kerosene. Hal ini tentunya akan
bakar utama untuk sarana transportasi darat di memberikan sejumlah besar kontribusi polutan
Indonesia. Dalam proses pembakaran, selalu udara dan mengganggu kesehatan masyarakat.
dihasilkan emisi yang tidak dikehendaki. Emisi ini Tidak semua jenis pencampuran ini berbahaya bagi
mencemari lingkungan dan berperan terhadap kesehatan masyarakat. Beberapa bahan bakar
pemanasan global, hujan asam, kabut bercampur kendaraan nermotor yang tercampur dengan
asap (as-but), serta permasalahan kesehatan yang kerosene meningkatkan emisi polutan berbahaya
berhubungan dengan saluran pernapasan dan lain dan beberapa hanya sedikit atau tanpa dampak
lain. Salah satu penyebab utama dari emisi ini, negatif terhadap kualitas udara. Dalam beberapa hal
disamping pembakaran non-stoikiometri dan terdapat pengaruh terhadap masyarakat secara tidak
desosiasi nitrogen, adalah ketidak-murnian langsung. Sebagai contoh, pengalihan kerosene
(adulteration) bahan bakar. bersubsidi untuk pemakaian rumah tangga ke sector
Adulterasi bahan bakar bensin untuk kendaraan bahan bakar solar tidak meningkatkan emisi dari
bermotor dengan kerosene yang bertarip pajak sarana angkutan berbahan bakar solar, tetapi
rendah atau bersubsidi sudah bukan merupakan menghilangkan kesempatan orang miskin
rahasia umum lagi terutama di Negara dunia ke menggunakan kerosene untuk tujuan memasak.
tiga[5]. Adulterasi bahan bakar ini, cenderung Tidak tersedianya kerosene bersubsidi memaksa
meningkatkan emisi polutan berbahaya pada mereka menggunakan biomass dan pada akhirnya
kenalpot, mengurangi umur komponen serta akan meningkatkan pencemaran udara di dalam
performansi motor. rumah ke tingkat yang lebih tinggi serta bahaya
ekosistim karena pembalakan hutan [5]. Emisi
Dari waktu ke waktu sering dijumpai laporan buangan kendaraan bermotor yang perlu
masyarakat yang disampaikan baik melalui media diperhatikan pada motor bensin adalah:
hidrokarbon (HC) tak terbakar, karbon monoksida merupakan suatu kondisi yang menyebabkan proses
(CO), dan oksida nitrogen (NOx)[4]. pembakaran tidak sempurna, sehingga terdapat
Penyebab utama aktivitas adulterasi bahan bakar karbon monoksida (CO) serta hidrokarbon (HC)
pada sebagian pelaku bisnis bahan bakar tidak lain yang tak terbakar pada gas buangnya.
adanya regulasi dari pemerintah berupa insentif Karbonmonoksida dihasilkan jika karbon yang
finansial dari pajak diferensial yang dikenakan terdapat dalam bensin ( C 8 H 17 ) tidak terbakar
pemerintah. Bahan bakar bensin dikenakan pajak dengan sempurna karena kekurangan oksigen,
yang lebih tinggi dari pada bahan bakar solar yang sehingga campuran udara-bahan bakar lebih gemuk
digunakan pada motor disel, yang pada gilirannya dari campuran stokiometri. Pada rasio udara/bahan
dikenai tarip pajak yang lebih tinggi dibandingkan bakar gemuk tidak cukup oksigen untuk bereaksi
kerosene (minyak tanah) yang tarip pajaknya lebih dengan semua hidrogen dan karbon, maka emisi
rendah bahkan bersubsidi. CO maupun HC meningkat.
Adulterasi bahan bakar yang paling umum Emisi HC juga meningkat pada campuran sangat
dipraktekkan dapat digolongkan sebagai berikut: kurus berkaitan dengan pembakaran yang lemah
 pencampuran kerosene ke dalam bensin dan kegagalan pembakaran
 pencampuran kerosene ke solar Emisi HC yang terdapat dalam gas buang
 pencampuran pelumas digunakan ke dalam berbentuk bensin yang tidak terbakar, dan
solar hidrokarbon yang hanya sebagian bereaksi dengan
 pencampuran pelumas ke dalam kerosene oksigen jika campuran udara-bahan bakar tidak
sebagai pengganti untuk solar terbakar sempurna didekat dinding silinder antara
Sasaran utama dari studi ini adalah untuk torak dan silinder. Hal ini terjadi jika motor baru
menganalisa dan mengidentifikasi emisi buangan dihidupkan pada putaran idle. Hidrokarbon dapat
serta performansi motor yang berbeda dari diemisikan tidak hanya pada campuran gemuk,
pembakaran campuran bensin-kerosene rasio tetapi juga terjadi pada campuran yang sangat kurus
berbeda dan membandingkan emisi ini dengan (Gambar 1)
emisi standard yang digunakan untuk kendaraan Terbentuknya emisi oksida nitrogen, NOx
bermotor. merupakan fungsi dari temperatur pembakaran,
paling besar mendekati kondisi stoikiometri ketika
2. LANDASAN TEORI temperatur tertinggi. Emisi puncak NOx terjadi
Kualitas Bahan Bakar pada kondisi campuran agak kurus, dimana
Kualitas bahan bakar berpengaruh cukup signifikan temperatur pembakaran tinggi dan disana terdapat
terhadap kinerja motor pada kondisi tertentu. Dua kelebihan oksigen untuk bereaksi dengan nitrogen.
variabel kualitas bahan bakar yang penting adalah
anti detonasi dan volatilitas. Detonasi, membatasi
keluaran daya motor yang disediakan dan
mengakibatkan kerusakan komponen motor,
sedangkan perubahan volatilitas bahan bakar dapat
mempunyai pengaruh signifikan pada operasi
motor[3].
Konsentrasi emisi

Komposisi Udara dan Bahan Bakar


Udara kering yang digunakan untuk proses
pembakaran merupakan suatu campuran gas yang
mempunyai suatu komposisi volume 20.95%
oksigen, 78.09% nitrogen, 0.93% argon, dan
sejumlah kecil gas karbon dioksida, neon, helium,
metana (gas), dan gas yang lain [2]. Untuk setiap
molekul oksigen (berat molekul 32) diudara
1  0.21
terdapat  3.76 molekul nitrogen
0.21 
Rasio ekivalensi,
atmosferik (N2), dengan berat molekul 28.16.
Jika pembakaran berlangsung dalam kondisi
kekurangan oksigen, maka sifat campuran udara- Gambar 1. Emisi dari motor bensin sebagai
fungsi rasio ekivalensi. Dipetik dari [4].
bahan bakarnya dikatakan gemuk (kelebihan bahan
bakar), demikian pula sebaliknya jika Sempurna atau tidaknya suatu proses pembakaran
pembakarannya dalam kondisi kelebihan oksigen ditentukan oleh nilai rasio udara/bahan bakar. Nilai
maka sifat campurannya dikatakan kurus. rasio ini disebut juga rasio stokiometri, yang
Campuran yang terlalu gemuk maupun terlalu kurus
menyatakan kebutuhan udara minimum untuk temperatur reaksi pembakaran, semakin banyak
pembakaran sempurna suatu bahan bakar. nitrogen dwiatom, N2 berdesosiasi ke nitrogen
Pada proses pembakaran sempurna bensin beratom tungal, N, dan semakin banyak NOx
 C8 H 17  , reaksi yang terjadi sebagai berikut [1]: terbentuk. Pada temperatur rendah sangat kecil
NOx diciptakan [1].
C8 H 17  a  O2  3.76 N 2   Rasio udara/bahan bakar.
bCO2  cH 2 O  a 3.76  N 2 Dalam pengujian motor, baik massa udara m dan
(1) laju aliran massa udara m
 a , maupun massa bahan
bakar m f laju aliran massa bahan bakar, m
 f
konstanta-konstanta a, b dan c dicari melalui
merupakan variabel yang dapat diukur. Rasio dari
reaksi kesetimbangan karbon, hidrogen dan
massa dan laju aliran ini bermanfaat untuk
oksigen, dimana dihasilkan b  8; 2c  17 ,
menjelaskan kondisi operasi motor.
atau c  8.5 dan dengan cara yang sama
diperoleh a  12.25 , sehingga reaksi Rasio udara/bahan bakar stoikiometri:
pembakaran lengkap untuk kondisi stoikiometri
ma m a N M
dapat dituliskan:  A F  st    a a (4)
m f m f NfM f
C8 H 17  12,25 O2   3,76 N 2  
8CO 2  8,5 H 2 O  12,25 3,76  N 2 Rasio bahan bakar/udara stoikiometri:
(2)
mf m f NfM f
Tetapi dalam praktek pembakaran sempurna  F A st    (5)
ma m a NaM a
sebagaimana yang dinyatakan di atas tidak pernah
terjadi, dimana dihasilkan komponen CO dan HC
pada produk buangan. Reaksi yang terjadi adalah: Pada kondisi operasi normal, Nilai (A/F)st dan
(F/A)st motor bensin berada dalam kisaran
2C8 H 17  O2  N 2  12  A F  18 atau 0.056  F A  0.083 .
[4]
CO2  H 2 O  CO  HC  NOx  gas lain (3)
Rasio udara/bahan bakar relative, λ:
 Karbon Monoksida (CO)  A / F  akt
Emisi karbon monoksida (CO) dari motor 
pembakaran dalam dikendalikan terutama oleh rasio  A / F  st
udara/bahan bakar. CO maksimum dihasilkan (6)
ketika motor beroperasi dengan campuran gemuk
Rasio udara-bahan bakar stoikiometri (A/F)st atau
(Gambar 1), seperti ketika motor mulai dihidupkan
bahan bakar-udara stoikiometri (F/A)st tergantung
pada kondisi dingin atau ketika melakukan
pada komposisi bahan bakar yang digunakan.
akselerasi.
Untuk bensin (A/F)st = 15.05. Nilai ini tentunya
 Hidrokarbon (HC) tak terbakar akan berubah jika bensin  C 8 H 17  yang
Pembentukan emisi hidrokarbon (HC) dipengaruhi
digunakan sebagai bahan bakar bercampur dengan
komponen asli bahan bakarnya, geometri ruang
bakar dan parameter operasi motor. Jika emisi HC kerosene  C12 H 26  yang memiliki nilai 14,94.
memasuki atmosfir, beberapa diantaranya bersifat
karsinogen (carsinogenic) sebagai penyebab Prestasi Motor
penyakit kanker.
Beberapa parameter yang digunakan untuk
 Oksida Nitrogen (NOx)
menentukan prestasi dari suatu motor adalah:
Gas buang suatu motor dapat mengandung sampai
 Daya, merupakan daya yang diberikan ke poros
2000 ppm oksida nitrogen, kebanyakan berupa
pengerak oleh motor.
oksida nitrogen (NO) dengan sejumlah kecil
nitrogen dioksida (NO2), serta kombinasi nitrogen- Nd P
N  Bhp  (hp )
oksigen yang lain. Ini semua dikelompokkan 7460
sebagai NOx. NOx merupakan emisi yang sangat (7)
tidak dikehendaki, jika dilepaskan dan bereaksi di
atmosfir akan membentuk ozon dan salah satu dari dimana Nd = putaran motor (rpm), P = beban yang
penyebab utama as-but fotokimia. Semakin tinggi terbaca pada dynamometer.
 Motor: DAIHATSU Automotive Petrol
 Torsi (momen puntir), dinyatakan dengan Engine, 4 stroke
Tipe : CB-23
  P R ( N  m) Silinder : 3 – in line
(8) Kapasitas silinder : 948 cc
dengan R = panjang lengan dinamometer yang Bore  stroke : 76,25  73 mm
digunakan. Rasio kompresi : 9,5
Kecepatan idle : 850  50 rpm
 Konsumsi bahan bakar spesifik  Infra Red Multigas Analyser
(specific fuel consumption), Sfc menyatakan ukuran Merk : TECNOTEST
konsumsi bahan bakar, yang dinyatakan dengan Model: 488
satuan massa bahan bakar per satuan keluaran daya, Daerah pengukuran:
atau juga dapat didfinisikan dengan jumlah bahan CO 0 sampai 9,99% Vol, res. 0,01
bakar yang dikonsumsi untuk menghasilkan daya 1 CO2 0 sampai 19,9% Vol, res. 0,1
Hp selama 1 jam.
HC 0 sampai 10000 ppm, res. 1
3600 m  kg bahan bakar 
Sfc    O2 0 sampai 25,0% Vol, res. 0,1
Bhp t  Hp . jam  NO x 0 sampai 4000 ppm, res 10 (preset)
(9)
Lambda 0,5 sampai 1,5
dimana: m = massa bahan bakar yang dikonsumsi  Water Brake Dynamometer
(kg) selama t (detik). Merk/type : Zollner/3 n 19 A
Max performance: 120 kW
 Efisiensi termis, didefinisikan sebagai efisiensi Max speed : 7500 rpm
pemanfaatan kalor dari bahan bakar untuk diubah
menjadi energi mekanis. Prosedur Percobaan
632  Uji Emisi
 th   100% 1. Pengujian emisi dilakukan pada putaran idle
Sfc  10605.6 (850  50 rpm) dengan melakukan variasi
(10) untuk nilai λ = 0,8; λ =1 dan λ =1,2 melalui
setting karburator.
3. METODOLOGI PENELITIAN 2. Pengujian dilakukan terhadap bahan bakar
premium, blending 10%, 20%, 30%, 40% dan
Batasan Penelitian 50% kerosene.
 Pengukuran emisi gas buang dilakukan pada 3. Variabel pengukuran yang diamati: konsentrasi
putaran idle (850 rpm) dengan variasi nilai CO (%), HC (ppm) dengan memperhatikan
  0.8 untuk campuran gemuk,   1 konsentarsi CO2 pada layer monitor.
untuk kondisi stoikiometri, dan   1.2
untuk campuran kurus.  Uji Performansi
 Pengujian unjuk kerja motor dilakukan pada 1. Sebelum dilakukan pengujian, motor diseting
nilai putaran variabel. dengan nilai λ = 1.
 Bahan bakar: premium (dari SPBU), kerosene 2. Pompa air dinamometer dinyalakan agar
(dari agen penjual minyak yang direkomendasi dinamometer siap untuk beroperasi, dan
Pertamina). Tidak dilakukan pengujian tekanan air dijaga 2 bar dengan posisi
pendahuluan terhadap karakteristik kedua pengereman 0%
bahan bakar sebelum maupun sesudah 3. Putaran motor dinaikkan sampai 3000 rpm, dan
dilakukan blending. dilakukan pengamatan terhadap beban
 Sampel bahan bakar yang diuji: Premium (Newton) yang terbaca pada dynamometer,
(konsentrasi kerosene dalam premium 0%), waktu yang dibutuhkan untuk mengkonsumsi
konsentrasi kerosene 10%, 20%, 30%, 40% bahan bakar sebanyak 50 ml yang terdapat
dan 50%. pada gelas ukur
 Variabel uji: 4. Dengan mengubah posisi pengereman, putaran
o Emisi: CO dan HC motor divariasi dengan interval putaran 200
o Performansi: Daya, Torsi, Konsumsi bahan rpm sampai putaran terakhir 1000 rpm. Pada
bakar spesifik dan Efisiensi termal. setiap perubahan putaran yang terjadi
dilakukan pengamatan terhadap beban dan
Peralatan konsumsi bahan bakar.
Peralatan yang digunakan dalam percobaan ini,
diantaranya:
5. Dengan prosedur yang sama dilakukan
pengujian terhadap sampel bahan bakar yang Walaupun campuran kurus, emisi HC pada gas
lain. buang cukup tinggi, yaitu berada dalam kisaran 471
ppm sampai 632 ppm, bahkan pada konsentrasi
4. HASIL DAN DISKUSI kerosene 30% ambang batas standar emisi untuk
HC terlampaui. Hal ini disebabkan nilai kalor
Pada putaran stasioner (850 rpm) dan rasio pembakaran kerosene yang lebih rendah akan
udara/bahan bakar relatif   1 atau dalam menurunkan nilai kalor serta efisiensi pembakaran
kondisi stoikiometri, emisi karbon monoksida (CO) campuran bensin + kerosene, dimana pada
bervariasi antara 2,32 % sampai 2,81 % dan gilirannya akan menurunkan jumah kalor yang
hidrokarbon (HC) tak terbakar dari 350 ppm sampai masuk ke motor, sehingga menghasilkan
527 ppm ketika konsentrasi kerosene di dalam pembakaran yang tidak sempurna. Disamping itu
bensin ditingkatkan (Gambar 2). motor yang beroperasi dengan campuran kurus
meningkatkan temperatur pembakaran dan pada
gilirannya akan meningkatkan emisi oksida
nitrogen (NOx) pada gas buang.
Pada campuran gemuk ( = 0,8) yang ditunjukkan
dalam Gambar 4, nampak bahwa nilai ambang standar
emisi untuk CO terlampaui pada konsentrasi kerosene
30%, sedangkan standar emisi untuk HC terlampaui pada
konsentrasi 20% Dalam kondisi ini oksigen yang
digunakan untuk berlangsungnya proses
pembakaran tidak cukup untuk mengoksidasi CO
dan HC, sehingga konsentrasi kedua polutan ini
pada gas buang menjadi tinggi, karena semakin
Gambar 2. Kurva emisi CO dan HC fungsi konsentrasi banyak bahan bakar yang tidak dapat terbakar di
kerosene dalam bensin dengan = 1. ruang bakar.

Pada campuran stoikiometri ( = 1), ditunjukkan bahwa


sampai dengan konsentrasi kerosene 50%, nilai ambang
standar emisi untuk CO tidak terlampaui, sedangkan
standar emisi untuk HC terlampaui pada konsentrasi
kerosene 40%. Hal ini dapat dimaklumi karena
konsentrasi CO dalam gas buang menyatakan kualitas
pembakaran, sedangkan konsentrasi HC menyatakan
kualitas dari bahan bakar. Dengan adanya kerosene
(yang memiliki nilai oktan lebih rendah dibanding
gasolin) akan semakin sulit campuran bahan bakar
tersebut untuk terbakar di ruang bakat.
Pada campuran kurus ( = 1.2), emisi CO berada
dalam kisaran 1.87 % sampai 2.68 % (Gambar 3). Gambar 4. Kurva emisi CO dan HC fungsi konsentrasi
Kisaran nilai ini sedikit lebih rendah dibandingkan kerosene dalam bensin dengan  = 0.8.
saat motor beroperasi dengan campuran Dari uji performansi yang ditunjukkan pada
stoikiometri. Hal ini dapat dimaklumi karena motor Gamba5 dan Gambar 6, nampak bahwa sampai
beroperasi dengan kelebihan udara (excess air) dengan konsentrasi kerosene 20% tidak
sebesar 20%. menunjukkan penurunan yang cukup signifikan
terhadap daya maupun torsi, yaitu rata-rata 4,26%
untuk daya dan 4,28% untuk torsi pada berbagai
tingkat kecepatan.

Gambar 3. Kurva emisi CO dan HC fungsi konsentrasi


kerosene dalam bensin dengan  = 1.2.
Gambar 7. Kurva Sfc fungsi putaran dengan variasi
Gambar 5. Kurva Daya fungsi putaran dengan konsentrasi kerosene pada premium.
variasi konsentrasi kerosene pada premium.
Pada konsentrasi kerosene 40 %, terjadi penurunan
Demikian pula halnya dengan perubahan nilai daya sebesar 19,44 %; torsi 19,39 % dan efisiensi
konsumsi bahan bakar spesifik dan esisiensi termal termal 17,19%, sedangkan konsumsi bahan bakar
tidak cukup signifikan pada konsentrasi kerosene spesifik meningkat 25,59%.
sampai dengan 20% (Gambar 7 dan 8). Pada konsentrasi 50 %; walaupun dalam Gambar 2
ditunjukkan bahwa konsentrasi CO pada kondisi
stoikiometri (λ = 1) jauh dibawah nilai ambang
standar emisi, namun penurunan performansi yang
terjadi sangat signifikan, yaitu , penurunan daya
sebesar 27,82 %; torsi 28,09 % dan efisiensi termal
24,46%, sedangkan konsumsi bahan bakar spesifik
meningkat 33%.

Gambar 6. Kurva Torsi fungsi putaran dengan


variasi konsentrasi kerosene pada premium.

Perubahan performansi yang cukup signifikan


dimulai pada konsentrasi kerosene 30 %, dimana
pada berbagai tingkat kecepatan, rata-rata terjadi
penurunan daya sebesar 11,35%, torsi 11,96% Gambar 8. Efisiensi termal fungsi putaran dengan
(Gambar 5 dan 6) dan efisiensi termal 11,12% variasi konsentrasi kerosene pada premium.
(Gambar 8), sedangkan konsumsi bahan bakar
spesifik meningkat sebesar 17,09% (Gambar 7). Dari hasil ini, nampak bahwa semakin besar
konsentrasi kerosene dalam bensin akan berdampak
terhadap sifat volatilitas atau kemampuan
penguapan bahan bakar, sehingga proses
pengabutan campuran bahan bakar menjadi
terganggu, memungkinkan terjadinya ketukan pada
motor (karena menurunnya nilai oktan bahan bakar)
danpada gilirannya akan menurunkan performansi
motor secara keseluruhan. Disamping itu
penggunakan skala besar kerosene dalam gasolin
akan menghasilkan deposit karbon pada busi,
kepala piston, kepala silinder serta katup, sehingga bakar [kg/s]
mempersingkat usia pakai komponen motor. N =Bhp daya kuda pengereman [hp]
P Beban pengereman [N]
5. KESIMPULAN R panjang lengan
dinamometer [m]
- Baik CO maupun HC masih berada dibawah T Torsi [N-m]
nilai ambang Standard Uji Emisi pada kondisi t Waktu konsumsi bahan
idle stoikiometri (850 rpm, λ = 1), walaupun bakar [detik]
gasolin dicampur kerosene dengan rasio 60:40 Sfc Konsumsi bahan bakar
(konsentrasi kerosene 40%). Spesifik [kg/hp-jam]
- Pengaruh adulterasi kerosene dalam gasoline  th Efisiensi termal (%)
terhadap performansi motor tidak cukup
signifikan sampai pada konsentrasi kerosene DAFTAR PUSTAKA
20%, tetapi mulai konsentrasi kerosene 30%,
nampak pengaruh yang cukup signifikan 1. Heywood, J.B., Internal Combustion Engine
terhadap penurunan daya, torsi, efisiensi termal Fundamentals, New York: Mc-Graw Hill,
serta peningkatan konsumsi bahan bakar (1988).
spesifik. 2. Kaye, G. W. C., and Laby, T. H. : “Tables of
- Terjadi penurunan daya sebesar 11,35%, torsi Physical and Chemical Constants,” Longmans,
11,96%, efisiensi termal 11,12%, sedangkan London, 1973.
konsumsi bahan bakar spesifik meningkat 3. Owen, K. dan Coley, T., “Automotive Fuel
sebesar 17,09% pada kosentrasi kerosene 30% Handbook”, 1990
(rasio 70:30). Pada konsentrasi kerosene 40% 4. Pulkrabek, W.W., “Engineering Fundamentals
(rasio 60:40) terjadi penurunan daya 19,44%, of the Internal Combustion Engines,” Second
torsi 19,39, efisiensi termal 17,19%, sedangkan Edition, Pearson Prentice-Hall, 2004.
konsumsi bahan bakar spesifik meningkat 5. South Asia Urban Air Quality Management
sebesar 25,59%. Pada konsentrasi 50% (rasio Briefing Note No. 7, “Catching gasoline and
50:50) terjadi penurunan daya 27,82%, torsi diesel adulteration”, july 2002. Tersedia di
28,09, efisiensi termal 24,46%, sedangkan http://www.worldbank.org/sarurbanair.
konsumsi bahan bakar spesifik meningkat 33%.
- Semakin meningkat konsentrasi kerosene
dalam gasolin, semakin meningkat pula emisi
CO dan HC pada gas buang.
- Semakin kecil nilai rasio relatif udara/bahan
bakar (λ), atau semakin gemuk campuran,
semakin besar emisi CO pada gas buang.

Saran:
- Penerapan mekanisme monitoring yang baik
oleh instansi terkait disertai sangsi yang berat
pada SPBU yang terindikasi menjual bahan
bakar yang tidak memenuhi standar spesifikasi
guna mengurangi adulterasi bahan bakar.
- Menghapus subsidi kerosene jika
memungkinkan.
- Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang
pengaruh adulterasi bahan bakar terhadap emisi
gas buang dan performansi motor melaui
sosialisasi yang berkesinambungan.

DAFTAR NOTASI
ma massa udara [kg]
mf massa bahan bakar [kg]
ma laju aliran massa udara [kg/s]
m f laju aliran massa bahan

Anda mungkin juga menyukai