Anda di halaman 1dari 4

FILSAFAT ILMU

 ABOUT
RSS

Arsip Kategori: TOKOH – TOKOH FILSAFAT PENDIDIKAN


TOKOH – TOKOH FILSAFAT PENDIDIKAN
20MEI
Pendidikan dihadapkan pada perumusan tujuan yang mendasar dan mendalam, sehingga diperlukan
analisis dan pemikiran filosofis. Selain perumusan tujuan, seluruh aspek dalam pendidikan mulai dari
konsep, perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi membutuhkan pemikiran filosofis.

Dalam perkembangan pendidikan menjadi cabang ilmu yang mandiri dipengaruhi oleh pandangan dan
konsep yang dikemukan oleh para filosofi..

· Plato (428-348 SM)[3]


Plato merupakan filosofi yunani yang aktif mengembangkan filsafat dengan mendirikan sekolah khusus
yang disebut ‘academia’. Plato berpandangan bahwa konsep ide merupakan pandangan terdapat suatu
dunia di balik alam kenyataan, sebagai hakikat dari segala yang ada. Artinya apa yang diamati sehari-
hari adalah ide tersebut, sebagai sumber segala yang ada: kebaikan dan keburukan. Ide merupakan
suatu hal yang objektif yang didalamnya berpusat dan dikendalikan oleh puncak ide yang digambarkan
sebagai ide tentang kebaikan yang diformulasikan sebagai tuhan

· Aristoteles (384 – 348 SM)[4]


Aristoteles yang merupakan bapak ilmu berpandangan bahwa ilmu pendidikan dibangun melalui riset
pendidikan. Riset merupakan suatu gerak maju dan kegiatan-kegiatan observasi menuju prinsip-prinsip
umum yang bersifat menerangkan dan kembali kepada observasi. Pandangan ini berkembang pada abad
13 – 14.

Aristoteles berpandangan bahwa ilmuan hendaknya menarik kesimpulan secara induksi dan deduksi.
Dalam tahapan induksi, generalisasi-generalisasi (kesimpulan-kesimpulan umum) tentang bentuk ditarik
dari pengalaman pengindraan. Selanjutnya kesimpulan yang diperoleh dari tahapan induksi
dipergunakan untuk premis-premis untuk deduksi dari pernyataan-pernyataan tentang observasi.

Penyempurnaan teori aristoteles dilakukan oleh beberapa filosofi lain yaitu:

§ Robert Grosseteste yang menyebutkan bahwa metode induktif-deduktif Aristoteles sebagai Metode
perincian dan penggabungan. Tahap Induksi meruapakan sebuah perincian gejala yang menjadi unsur-
unsur pokok dan tahap deduksi sebagai penggabungan unsur-unsur poko yang membentuk gejala asli.

§ Roger Bacon mengusulkan agar matematika dan eksperimen merupakan dua instrumen utama dari
penyelidikan ilmiah. Dia mengemukakan ada tiga hak istimewa Ilmu Eksperimental : (1) kesimpulan yang
diperoleh melalui penalaran induksi diuji lebih dulu dengan eksperimen; (2) penggunaan eksperimen
dalam penyelidikan ilmiah menambah ketelitian dan keluasan pengetahuan faktual; (3) dengan
kekuatannya sendiri, tanpa bantuan ilmu-ilmu lainnya, eksperimen dapat menyelidiki rahasia alam.

§ John Duns Scotus yang menegaskan sebuah metode induksi dalam bentuk persamaan, yaitu
merupakan teknis analisis sejumlah hal khusus yang mempunyai pengaruh khusus terhadap peristiwa.

§ Ockham yang menegaskan metode induksi dalan bentuk perbedaan, bahwa ilmuwan dalam menyusun
pengetahuan tentang apa yang diciptakan Tuhan dengan melalui induksi hanya terdapat kesatuan-
kesatuan yang bersifat pembawaan di antara gejala-gejala. Metode Ockham membandingkan dua hal
khusus dimana yang satu ada pengaruhnya dan satunya lagi tidak ada pengaruhnya.

· Johan Amos Comenius[5]


Filsuf pertama yang memperhatikan dan memberikan konsidensi terhadap orientasi pemikiran filsafat
pendidikan adalah Johan Amos Comenius seorang pendeta Protestan. ia berpandangan bahwa manusia
itu diciptakan oleh Tuhan dan untuk Tuhan. Manusia diciptakan dan ditempatkan di atas semua makhluk,
karena kemampuannya dalam berfikir. Percikan pemikiran Comenius berpengaruh pada teori-teori
pendidikannya. Salah satunya adalah peserta didik harus dipersiapkan kepada dan untuk Tuhan.

Comenius juga berpendapat tentang prosedur dalam bidang pendidikan bahwa dari pada membuat
kerusakan pada proses alam, lebih baik bersahabat dengan proses alam tersebut. Pendapatnya ini
berimplikasi pada pelaksanaan pendidikan dengan keharusan tidak merusak alam dan meniru
perkembangan alam. Artinya proses pendidikan tidak dilakukan secara tergesa-gesa, melainkan
dilakukan secara terencana dan bertahap sesuai dengan tahapan perkembangan fisik dan psikis peserta
didik.
Hal tersebut awal dari pemikiran filsafat pendidikan naturalisme yang lahir pada abad 17 dan mengalami
perkembangan pada abad 18.

Dimensi mengenai pemikiran filsafat pendidikan naturalisme adalah sebagai berikut:

§ Dimensi utama dan pertama dari pemikiran filsafat pendidikan Naturalisme di bidang pendidikan adalah
pentingnya pendidikan itu sesuai dengan perkembangan alam. Hal tersebut sesuai dengan yang
dikemukan oleh comenius

§ Dimensi kedua dari filsafat pendidikan Naturalisme yang juga dikemukakan oleh Comenius adalah
penekanan bahwa belajar itu merupakan kegiatan melalui Indra.

§ Dimensi ketiga dari filsafat pendidikan Naturalisme adalah pentingnya pemberian pemahaman pada
akal akan kejadian atau fenomena dan hukum alam melalui observasi. Observasi berarti mengamati
secara langsung fenomena yang ada di alam ini secara cermat dan cerdas. Pendapat Copernicus di atas
sangat berpengaruh pada abad ke 18, sehingga abad ini dikenal dengan sebutan abad rasio (age of
reason) atau Rasionalisme.
§ Demensi terakhir dari percikan pemikiran filsafat pendidikan Naturalisme juga dikembangkan oleh Jean
Jacques Rousseau berkebangsaan Prancis yang naturalis mengatakan bahwa pendidikan dapat berasal
dari tiga hal, yaitu ; alam, manusia dan barang. Bagi Rousseau seorang anak harus hidup dengan
prinsip-prinsip alam semesta.

Naturalisme di bidang pendidikan juga dielaborasi oleh kerangka pemikiran John Locke, Ia
mengemukakan bahwa teori dalam jiwa diperoleh dari pengalaman nyata, tidak ada sesuatu dalam jiwa
tanpa melalui indra. Jiwa senantiasa kosong dan hanya terisi apabila ada pengalaman. Oleh karena alam
merupakan spot power bagi pengisian jiwa, maka proses pendidikan harus mengikuti tata-tertib
perkembangan alam. Kalau alam serba teratur, ia menghendaki pengajaranpun harus teratur. Mata
pelajaran harus diajarkan secara berurutan (sequence) , step by step dan tidak bersamaan.
Selain tokoh-tokoh barat,

filsafat pendidikan dalam pandangan tokoh filosofi islam sebagaimana diuraikan berikut[6]
§ Ibnu Khaldun (1332 – 1406 M)

Filosofi Islam yang berpendapat bahwa ilmu pengetahuan merupakan kemampuan manusia untuk
membuat analisis dan strategis sebagai hasil dari proses berfikir. Pendidikan merupakan transformasi
nilai-nilai yang diperoleh dari pengalaman untuk mempertahankan eksistensi manusia dalam peradaban
masyarakat. Pendidikan juga merupakan upaya melestarikan dan mewariskan nilai-nilai yang ada dalam
masyarakat agar masyarakat tersebut bisa tetap eksis.

§ Abduh Ibnu Hasan Khairullah (1849 – ….M)

Filosofi Islam dari Mesir mengemukakan bahwa pendidikan bertujuan mendidik akal dan jiwa serta
mengembangkannya hingga batas-batas yang memungkinkan anak didik mencapai kebahagian hidup di
dunia dan akhirat. Proses pendidikan dapat membentuk kepribadian muslim yang seimbang, pendidikan
tidak hanya mengembangkan aspek kognitif (akal) semata tapi perlu menyeleraskan dengan aspek
afektif (moral) dan psikomotorik (keterampilan).

§ Muhammad Iqbal (1877 – 1938M)

Filosofi Islam dari India, berpandangan bahwa pendidikan merupakan bagian tidak dapat dipisahkan dari
peradaban manusia, bahkan pendidikan merupakan subtansi dari peradaban manusia. Pendidikan yang
ideal adalah pendidikan yang mampu memadukan dualisme (antara aspek keduniaan dan aspek
keakhiratan secara sama dan seimbang).

§ Ahmad Dahlan (1869 – 1923M)

Ahmad Dahlan adalah tokoh pendiri Muhammadiyah yang berpandangan bahwa pendidikan bertujuan
menciptakan manusia yang (1) baik budi, yaitu alim dalam agama; (2) luas pandangan, yaitu alam dalam
ilmu-ilmu umum dan (3) bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakat. Pendidikan agama dan
pendidikan umum dipadukan secara selaras dan berpegang kepada Al-Qur’an dan Al-Sunnah.

REPORT THIS AD
REPORT THIS AD


Anda mungkin juga menyukai