Anda di halaman 1dari 4

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang kebanyakan penduduknya

bekerja pada bidang pertanian. Upaya dalam mengatasi hama dan penyakit,

banyak petani menggunakan pestisida kimia yang saat ini dilaporkan terus

meningkat penggunaannya, sehingga lambat laun akan mencemari lingkungan

pertanian. Berdasarkan data Komisi Pestisida di bawah Kementerian Pertanian

sudah terdaftar jenis pestisida fungisida 350 merek, herbisida 600 merek dan

insektisida 800 merek yang memiliki izin tetap (Saturi, 2012). Menurut World

Health Organisation (WHO) tahun 2010, diperkirakan ada sekitar 3 juta orang

pekerja pada sektor pertanian di negara-negara berkembang terpapar racun

pestisida dan 18 ribu orang di antaranya meninggal setiap tahunnya.

Pestisida golongan insektisida piretroid saat ini dilaporkan sebagai

pestisida yang masih banyak digunakan. Salah satu jenis pestisida golongan ini

yaitu sipermetrin. Sipermetrin dilaporkan sebagai senyawa yang bersifat beracun

bagi manusia yang dapat menyerang sistem saraf, dapat menekan sistem

kekebalan tubuh dan dapat menghambat pembentukan anti bodi terhadap

penyakit.

Teknik yang umumnya digunakan mendeteksi sipermetrin adalah

kromatografi cair tekanan tinggi (HPLC) atau kromatografi gas (GC) (Muhamad

et al., 2012). Beberapa kelemahan metode ini adalah perlakuan ekstraksi dan

pemurnian di laboratorium yang membutuhkan banyak pelarut, waktu analisis

1
2

yang lebih lama, sehingga memungkinkan terdapatnya resiko kesalahan (Myszka

et al, 2001; Turner et al., 1989).

Voltametri merupakan metode elektrokimia yang dapat dipilih sebagai

metode alternatif untuk penentuan pestisida sipermetrin. Hal ini dikarenakan

metode voltametri memiliki selektivitas yang tinggi, limit deteksi rendah (pada

skala ppb), serta preparasi sampel dan pengukuran yang mudah (Cui dan Zhang,

2016). Sistem voltametri terdapat tiga elektroda yang digunakan diantaranya

adalah elektroda kerja, elektroda pembantu dan elektroda pembanding (Wachid

dan Setiarso, 2014). Kinerja dari metode voltametri sangat dipengaruhi oleh

material elektroda kerja (Suliana dan Pirim, 2014). Salah satu elektroda kerja

yang banyak digunakan adalah elektroda pasta karbon (EPK).

EPK merupakan elektroda yang tersusun dari campuran serbuk grafit dan

cairan pasta. Elektroda ini sangat mudah dibuat dan pada permukaannya sangat

mudah terjadi pertukaran elektron (Yulianto dan Setiarso, 2014). Elektroda pasta

karbon memiliki beberapa kelebihan diantaranya kisaran potensial yang lebar,

arus dasar rendah, murah dan cocok untuk berbagai sensor dan aplikasi deteksi.

Kinerja elektroda pasta karbon dapat ditingkatkan dengan cara modifikasi secara

kimia (Irdhawati et al, 2015).


Salah satu modifier yang telah banyak dikembangkan adalah senyawa

titanium dioksida (TiO2). Nanopartikel TiO2 dapat diaplikasikan sebagai modifier

sensor elektrokimia berdasarkan sifat intrinsiknya, karena memiliki area

permukaan besar, stabilitas termal yang cukup baik, sifat serap tinggi, serta

memiliki situs adsorpsi berlimpah untuk senyawa organik (Belkhamsa et al.,

2015). Selain itu, nanopartikel TiO2 juga dapat digabungkan dengan senyawa lain
3

seperti karbon nanotube untuk membuat elektroda termodifikasi secara

elektrokimia dalam menganalisis beberapa senyawa, karena dapat memberikan

tempat yang lebih aktif pada permukaan elektroda (Ensafi et al., 2013).

Beberapa penelitian tentang modifikasi EPK dengan TiO2 telah dilaporkan.

Tashkhourian et al. (2013) memodifikasi elektroda pasta karbon dengan

nanopartikel TiO2 untuk analisis asam galat secara voltametri siklik, Ensafi et al.

(2013) mengembangkan elektroda pasta karbon termodifikasi TiO2 untuk

penentuan benzerazide, Belkhamsa et al. (2015) membuat elektroda pasta karbon

termodifikasi TiO2 untuk analisis Pb(II) secara voltametri siklik dan Shehata et al.

(2016) telah mengembangkan sensor elektrokimia elektroda pasta karbon dengan

menggunakan nanopartikel TiO2 sebagai modifier untuk analisis nikotin secara

voltametri.

Berdasarkan sifat bahan EPK, maka sangat menarik untuk

mengkombinasikan nanopartikel TiO2 sebagai bahan modifier elektroda pasta

karbon yang diharapkan dapat meningkatkan sensitivitas kerja dan memberikan

respon elektroda yang baik. Sejauh penelusuran literatur yang dilakukan,

modifikasi EPK-TiO2 untuk penentuan sipermetrin belum dilaporkan. Elektroda

pasta karbon termodifikasi nanopartikel TiO 2 akan dibuat dengan mencampurkan

grafit, paraffin cair dan nanopartikel TiO2 dengan berbagai variasi dan parameter

uji untuk mencari kinerja yang optimal. Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka

akan dilakukan penelitian dengan judul “Fabrikasi Elektroda Pasta Karbon

Termodifikasi Nanopartikel TiO2 (EPK-TiO2) untuk Penentuan Pestisida

Sipermetrin secara Voltametri.


4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, beberapa permasalahan yang akan dikaji

dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah pengaruh komposisi modifier nanopartikel TiO2 terhadap

kinerja elektroda pasta karbon?

2. Bagaimana kinerja elektroda pasta karbon termodifikasi nanopartikel TiO 2

dalam mendeteksi pestisida sipermetrin?

C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mendapatkan komposisi elektroda pasta karbon termodifikasi nanopartikel

TiO2 yang memiliki arus puncak tertinggi.


2. Mendapatkan elektroda kerja yang sensitif untuk penentuan pestisida

sipermetrin.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat setelah dilakukannya penelitian ini yaitu:

1. Memberikan pengetahuan tentang bahan modifier alternatif untuk

meningkatkan kinerja elektroda pasta karbon.

2. Menambah pengetahuan baru tentang pemanfaatan nanopartikel TiO 2

dalam bidang penelitian penentuan pestisida.

Anda mungkin juga menyukai