Islam kala itu masuk melalui jalur perkawinan. Raja Amai menikahi
putri dari kerajaan Palasa, bernama Owutango. Kerajaan Palasa ini
berada di Teluk Tomini dan rajanya sudah Islam. Sang putri sendiri
punya hubungan keluarga dengan pihak kerajaan di Ternate, yang telah
lebih dahulu mengenal Islam. Dari sini bisa terlihat, pihak kerajaan
memahami Islam dan ingin menjalankan kerajaan sesuai tuntunan Islam.
Perlu kita ingat kembali ketika Islam mulai masuk nusantara abad ke-13,
, maka dikenallah sistem pemerintah yang sesuai dengan ajaran Islam,
yaitu kesultanan.
"Meski demikian, masih ada yang tetap menggunakan nama kerajaan,
namun jabatan pemimpinnya disebut dengan sultan.
Awalnya, saat Raja Amai ingin meminangnya, sang putri yang berasal
dari kerajaan Islam di Sulawesi Tengah inipun mengajukan beberapa
persyaratan.
Pertama, Sultan Amai dan rakyat Gorontalo harus diislamkan, dan yang
kedua adat kebiasaan dalam masyarakat Gorontalo harus bersumber dari
Alquran. "Dua syarat itu diterima oleh Amai. Di sinilah awal Islam
menjadi kepercayaan penduduk Gorontalo," tulisnya.
Prinsip hidup baru ini, mudah diterima oleh masyarakat Gorontalo saat
itu, yang tidak tersentuh oleh Hindu-Buddha. Masyarakat merasakan
tidak ada pertentangan antara adat dan Islam, namun justru memperkuat
dan membimbing pelaksanaannya.
Beberapa perubahan
Dalam ilmu akidah tersebut diajarkan dua puluh sifat Allah SWT, untuk
itu Eyato mewajibkan sifat-sifat itu menjadi sifat dan sikap semua aparat
kerajaan mulai dari pejabat tertinggi sampai dengan jabatan terendah.
Sumpah-sumpah dan adat istiadat yang dipakai, bersumber pada Islam.
Penerapan sistem budaya Islam pada sikap dan perilaku pejabat tersebut
telah mengawali pemantapan karakteristik budaya Islam dalam
kehidupan masyarakat Gorontalo.