Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MATRIKULASI

PENGANTAR EKONOMI MIKRO

Oleh :
IDA AYU MESTHYA PRATIWI

MAGISTER ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2016
DAFTAR ISI

Tugas 1
Data Bali
Mengidentifikasi berbagai jenis pajak yang ada, definisi/konsep berbagai jenis pajak tersebut,
sumbangannya masing-masing sebagi sumber pendapatan peerintah daerah/pusat, undang-
undang dan pasal yang menngatur.

Tugas 2
Kurve : Keadaan Konsumen Harus Membayar Pajak Atas Harga Per Unit

Tugas 3
Dengan pendapatan konsumen sert barang X dan Y tertentu, penururnan daan knaikan barang X
dan barang Y terentu :
Kurve Pergeseran Garis Anggaran (Budget Line), Ketika Salah Satu Harga X Bergeser
Kurve Pergeseran Garis Anggaran (Budget Line), Ketika Salah Satu Harga Y Bergeser
Kurve Pergeseran Garis Anggaran (Budget Line), Ketika Kedua Harga X dan Harga Y Bergeser
Kurve Pergeseran Garis Anggaran (Budget Line), Ketika Salah Sau Harga Y Bergeser
PENDAHULUAN

Puji syukur saya panjatkan ke hadapan Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat beliaulah saya dapat menyelesaikan tuugas makalah ini dengan baik dan tepat pada
waktunya.
Makalah ini merupakan makalah yang berisi tugas-tugas yang diberikan selama menempuh
materikulasi pengantar ekonomi mikro, dimana dengan adannya makalah ini sangat membantu
saya untuk lebih memahami teori pengantar ekononomi mikro tersebut.
Semoga tugas makalah ini tidak hanya dapat bermanfaat untuk menambah wawasan dan
pengetahuan saya, namun nantinya juga dapat bermanfaat kepada pihak eksternal.

Denpasar, 29 Agustus 2016

Ida Ayu Meisthya Pratiwi


TUGAS 1 : Mengidentifikasi berbagai jenis pajak yang ada, definisi/konsep berbagai jenis pajak
tersebut, sumbangannya masing-masing sebagi sumber pendapatan pemerintah daerah/pusat,
undang-undang dan pasal yang mengatur.

Berdasarkan UU KUP NOMOR 28 TAHUN 2007, pasal 1, ayat 1, pengertian Pajak adalah
kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Menurut Undang - Undang Nomor 34 Tahun 2000 menyebutkan instrument penerimaan pajak
daerah adalah yang paling penting guna membiayai penyelenggaraan pemerintah dan
pembangunan daerah.
Semua pemerintah, termasuk pemerintah di kota-kota kecil, menggunakan pajak untuk
meningkatkan pendapatan bagi proyek-proyek masyarakat, seperti jalan, kesehatan, pendidikan
dan pertahanan keamanan.
Berdasarkan UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, berikut jenis-
jenis Pajak Daerah :
 Untuk Pemerintah Provinsi
a. Pajak Kendaraan Bermotor
Pajak kendaraan bermotor termasuk ke dalam jenis pajak provinsi yang merupakan bagian
dari pajak daerah. Pajak kendaraan bermotor sebagaimana yang didefinisikan dalam Pasal
1 angka 12 dan 13 UU No. 28 Tahun 2009 adalah pajak atas kepemilikan dan/atau
penguasaan kendaraan bermotor.
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor adalah pajak atas penyerahan hak milik kendaraan
bermotor sebagai akibat perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak atau keadaan yang
terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan, atau pemasukan ke dalam badan
usaha.
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bemotor
Pajak bahan bakar kendaraan bermotor (PBBKB) adalah pajak atas bahan bakar yang
disediakan atau dianggap digunakan untuk kendaraan bermotor, termasuk bahan bakar
yang digunakan untuk kendaraan diatas air.
d. Pajak Air Permukaan
Pajak air permukaan adalah pajak atas pengambilan dan atau pemanfaatan air permukaan.
Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah, tidak termasuk air
laut, baik yang berada di laut maupun di darat. Pajak air permukaan semula bernama Pajak
Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan (PPPABTAP)
berdasarkan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000. Hanya saja berdasarkan Undang-
Undang Nomor 2009, PPPABTAP dipecah menjadi dua jenis pajak, yaitu Pajak Air
Permukaan dan Pajak Air Bawah Tanah.
e. Pajak Rokok
Pajak rokok adalah pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh pemerintah pusat. Cukai
rokok di Indonesia dipungut berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang
Cukai sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007. Cukai adalah
pungutan negara yang dikenakan terhadap barang-barang tertentu yang mempunyai sifat
atau karakteristik yang ditetapkan dalam Undang-Undang Cukai.Tarif ad valorem adalah
pajak yang dikenakan berdasarkan angka persentase tertentu dari nilai barang – barang
yang diimpor misalnya, suatu negara mengenakan tarif 25 % atas nilai atau harga dari
setiap unit mobil yang diimpor.

 Untuk Pemerintah Kabupaten/Kota


a. Pajak Hotel
Pajak hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel. Hotel adalah fasilitas
penyedia jasa penginapan/peristirahatan temasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut
bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata,
pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah kamar
lebih dari 10 (sepuluh).
b. Pajak Restoran
Pajak restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. Restoran adalah
fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup
juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa
boga/catering.
c. Pajak Hiburan
Pajak hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Hiburan adalah semua jenis
tontonan, pertunjukan, permainan, dan/atau keramaian yang dinikmati dengan dipungut
bayaran
d. Pajak Reklame
Pajak reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame adalah benda, alat,
perbuatan, atau media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial
memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum
terhadap barang, jasa, orang, atau badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan,
dan/atau dinikmati oleh umum
e. Pajak Penerangan Jalan
Pajak penerangan jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan
sendiri maupun diperoleh dari sumber lain
f. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah pajak atas kegiatan pengambilan
mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam di dalam dan/atau permukaan
bumi untuk dimanfaatkan. Mineral bukan logam dan batuan adalah mineral bukan logam
dan batuan sebagaimana dimaksud di dalam peraturan perundang-undangan di bidang
mineral dan batubara.
g. Pajak Parkir
Pajak daerah yang dikenakan atas penyelenggara tempat parkir diluar badan jalan oleh
orang pribadi atau badan, baik yang disediakan berkaitn dengan pokok usaha maupun
sebagai suatu usaha termasuk penyedia tempat penitipan kendaraan bermotor yang
memungut bayaran.
h. Pajak Air Tanah
Pajak air permukaan adalah pajak atas pengambilan dan atau pemanfaatan air permukaan.
Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah, tidak termasuk air
laut, baik yang berada di laut maupun di darat. Pajak air permukaan semula bernama Pajak
Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan (PPPABTAP)
berdasarkan Undang-Undang Nomor 34Tahun 2000. Hanya saja berdasarkan Undang-
Undang Nomor 2009, PPPABTAP dipecah menjadi dua jenis pajak, yaitu Pajak Air
Permukaan dan Pajak Air Bawah Tanah.

 Untuk Pemerinah Pusat


a. Pajak Penghasilan (PPh)
PPh adalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi atau badan atas penghasilan yang
diterima atau diperoleh dalam suatu tahun pajak. Yang dimaksud dengan penghasilan
adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak
baik yang berasal baik dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan dengan nama
dan dalam bentuk apapun, dengan demikian maka penghasilan itu dapat berupa keuntungan
usaha, gaji, honorarium, hadiah, dan lain sebagainya. Diatur dalam UU No. 7 Tahun 1983
tentang Pajak Penghasilan yang diubah terakhir kali dengan UU No. 36 Tahun 2008.
b. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
PPN adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi Barang Kena Pajak atau Jasa Kena
Pajak di dalam Daerah Pabean (dalam wilayah Indonesia). Orang Pribadi, perusahaan,
maupun pemerintah yang mengkonsumsi Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak
dikenakan PPN. Pada dasarnya, setiap barang dan jasa adalah Barang Kena Pajak atau Jasa
Kena Pajak, kecuali ditentukan lain oleh Undang-undang PPN. Diatur dalam UU No. 8
Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
yang diubah terakhir kali dengan UU No. 42 Tahun 2009.
c. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
Selain dikenakan PPN, atas pengkonsumsian Barang KenaPajak tertentu yang tergolong
mewah, juga dikenakan PPnBM. Yang dimaksud dengan Barang Kena Pajak yang
tergolong mewah adalah: Barang tersebut bukan merupakan barang kebutuhan pokok; atau
Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat tertentu; atau Pada umumnya barang tersebut
dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan tinggi; atau Barang tersebut dikonsumsi untuk
menunjukkan status; atau Apabila dikonsumsi dapat merusak kesehatan dan moral
masyarakat, serta mengganggu ketertiban masyarakat.
d. Bea Meterai
Bea Meterai adalah pajak yang dikenakan atas pemanfaatan dokumen, seperti surat
perjanjian, akta notaris, serta kwitansi pembayaran, surat berharga, dan efek, yang
memuat jumlah uang atau nominal diatas jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan UU No.
13 Tahun 1985 tentang Bea Materai.
e. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
PBB adalah pajak yang dikenakan atas kepemilikan atau pemanfaatan tanah dan atau
bangunan. PBB merupakan Pajak Pusat namun demikian hampir seluruh realisasi
penerimaan PBB diserahkan kepada Pemerintah Daerah baik Propinsi maupun
Kabupaten/Kota. Mulai 1 Januari 2010, PBB Perdesaan dan perkotaan menjadi Pajak
Daerah sepanjang Peraturan Daerah tentang PBB yang terkait dengan Perdesaan dan
Perkotaan telah diterbitkan. Apabila dalam jangka waktu dari 1 Januari 2010 s.d Paling
lambat 31 Desember 2013 Peraturan Daerah belum diterbitkan, maka PBB Perdesaan dan
Perkotaan tersebut masih tetap dipungut oleh Pemerintah Pusat. Mulai 1 januari 2014, PBB
pedesaan dan Perkotaan merupakan pajak daerah. Untuk PBB Perkebunan, Perhutanan,
Pertambangan masih tetap merupakan Pajak Pusat.
TUGAS 2 : Buatlah kurva jika konsumen harus membayar pajak atas harg per unit, dari
Pxt pajak =P’x

Sebagai contoh, pemerintah lokal menerapkan peraturan yang mewajibkan pembeli es krim
membayar sebesar $0,50 kepada pemerintah untuk setiap batang es krim yang dibeli. Kemugkinan
yang akan terjadi adalah :
 Pajak terhadap pembeli

Ketika pajak sebesar $0,50 dikenakan kepada pembeli, kurva permintaan bergser ke bawah sebesar
$0,50 dari D1 ke D2. Jumlah keseimbangan turun dari 100 ke 90 es krim. Harga yang diterima
penjual turun ari $3 ke $2,8. Harga yang dibayar pembeli naik dari$3 ke $3,30. Walaupu pjak
dikenakan kepada pembeli, penjual dan pembeli berbagi beban pajak.
Dampak awal pajak adalah terhadap permintaan es krim. Kurva penawaran tidak terpengaruh
karena untuk setiap harga es krim, penjual memiliki insentif yang sama untuk menyediakan es
krimdi pasar. Sebaliknya, pembeli sekarag harus membayar pajak kepada pemerintah juga harga
kepada penjualkapanpun mereka membeli es krim. Artinya, pajak mendorong kurva permintaan
es krim.
Arah pergeseran kurva menjadi mudah untuk ditentukan, karena pajak terhadap pembeli membuat
es krim menjadi kurang menarik. Pembeli menuntut jumlah es krim lebih sedikit untuk harga
berapapun, hasilnya adalah kurva permintaan bergeser ke kiri. Pajak yang dikenakan sebesar $0,50
kepada pembeli, harga efektif untuk pembeli sekarang adalah lebih tinggi $0,50 lebih tinggi dari
harga pasar berapapun harga di pasar akan terbentuk). Untuk mendorong pembeli memint berapun
jummlah penawaran, harga pasar sekarang harus lebih rendah dari $0,50 lebih rendah guna
mmengimbangi dampak dari pajak. Oleh karena itu kurva permitaan bergeser ke baawah dari D11
ke D2 tepat sebesar nilai pajak, yaitu $0,50.

 Pajak terhadap penjual

Ketika pajak sebesar $0,50 dikenakan epad pejual, kurva penawran bergeserke tas sebesar $0,50
dari S1 ke S2. Jumlah keseimbangan turun, dari 100 ke 90 es krim. Hrga yang dibayarkan pembeli
naik dari $3,00 ke $3,30. Harga yang diterima penjual (setelah membayar pajak) turun dari$3 ke
$2,80. Walaupun pajak dikenakan kepada penual, pembeli an penjual sama-sama menaggung
beban pajak.
Dalam hal ini engaruh pajak adalah lagsung terhadap penjual es krim. Karen pajak tidak dikenakan
kepada pembeli, jumlah ermintaan es krim untuk berbagi tingkat harga adalah sama, artinya kurva
permintan tidak berubah. Sebaliknya, pjak kepada penjual membuat usha es krim sedikit kurang
menguntungkan untuk berbagai tingkat hrga, sehingga hal iniakan menggeser kurva penawaran.
Karen pajak kepada pejual menambah biaya rduksi dan baya penualan es krim, hl itu akan
mengurangi umlah penawaran pada berbagai tingkat harga. Kurv penwarn akan bergeser ke kiri
atau naik ke atas. Contohnya jika harga pasar sebuah es krim $2,00, harga efektif yang diterima
oleh penual adalah $1,50. Berapapun harga es krim, pnjual akan menawarkan harga es krim seolah-
olah lebih rendah dari $0,50. Dengan kata ain, untuk medorong penjual meawarkan berpapun
umlah es krim, harga pasar sekarang harus lebih tnggi $0,50untuk engkompensasi pajak.
TUGAS 3 : Buatlah kurve pergeseran garis anggaran (budget line) salah satu harga X atau harga
Y, dan bergeser kedua – duanya dengan pendapatan konsumen serta harga barang X dan harga
barang Y tertentu, penurunan dan keaikan harga barang X dan harga barang Y juga tertentu.

1. Akibat perubahan harga


a. Perubahan garis anggaran akibat perubahan harga barang X
Dimisalkan pendapatan konsumen adalah Rp 90.000, harga barang X Rp 6000 dan harga
barang Y Rp 9000. Maka pada permulaannya garis anggaran adalah AB. Selanjutnya
dimisalkan harga barang X naik, menjadi Rp 15.000, sedangkan harga barang y tetap.
Akibat dari perubahan ini, pendapatan hanya mampu memmbeli 6 untuk barang X.berarti
garis anggaran bergerak dari AB kea rah AC. Sekarang misalkan pula harga barang X
menjadi Rpp 6000 dan harga barang Y tetap, maka barang X yang dapat dibeli bertambah
mejadi 15 unit, sehingga garis anggaran berubah dari AB menjadi AD.

b. Perubahan garis anggaran akibat perubahan harga barang Y


Dimisalkan pendapatan konsumen adalah Rp 90.000, harga brang X adalah Rp 6000
dan harga barang Y adalah Rp 9000. Maka pada permulaannya garis anggaran adalah
OB. Selanjutnya dimisalkan harga barang Y naik, menjadi Rp 15.000, sedangkan harga
barang X tetap. Akibat dari perubahan ini, pendapatan hanya mampu memmbeli 6
untuk barang Y. Berarti garis anggaran bergerak dari OB kea rah OA. Sekarang
misalkan pula harga barang Y menjadi Rp 6000 dan harga barang X tetap, maka barang
X yang dapat dibeli bertambah mejadi 15 unit, sehingga garis anggaran berubah dari
OB menjadi OC.
c. Perubahan garis anggaran akibat perubahan harga barang X dan harga baraang Y
Bila terjadi perubahan secara proporsional terhadap garis anggaran, tau terjadi
perubahan harga barang X dan harga barang Y, akan menyebabkan perubahan yang
sejajar, aitu garis anggaran yang baru akan sejajar dengan garis anggaran yang lama.
Dimisalkan pedappatan sebesar Rp 90000, namun harga barang X dan harga barang Y
msing-masing mengalami penurunan sebanyak 50 persen, yaitu erturut-turut sekarng
teah menjadi Rp 3000 dan Rp 4500, maka jumlah barang X yang dapat dibeli menjadi
30 unit dan barang Y yang dapat dibeli sebnanyak 12 unit. Hal ini menyebabkan garis
anggaran bergeser sejajar dari MN naik menjadi OP.
2. Perubahan garis anggaran akibat perubahan pendapatan
Dimisalkan pendapatan konsumen adalah Rp 90.000, harga brang X adalah Rp 6000 dan
harga barang Y adalah Rp 9000. Maka pada ermulaannya garis anggaran adalah PQ, bila
harga tetp dan pendapatan menurun menjadi Rp 54.000, jumlah barang X yang dapat dibeli
adalah sebanyak 9 unit, sedangkan jumlah barang Y yng bias dibeli adalah 6 uit. Dengan
demikian, garis anggaran telah bergeeser secara sejajar ke kiri, seprti yang ditunjukkan
oleh garis RS. Sebaliknya pula, peningkatan garis anggara pindah sejajr ke kanan, misalkan
pendapatan berbah menjadi Rp 108.000, sedngkan hrga barang x dan harga barang Y tidak
berubah. Anggaran tersebut kann dapat membeli 18 barang X dan 12 unit barang Y. Maka
garis anggaran pindah kea rah kanan menjadi garuus TU.

Anda mungkin juga menyukai