Pendahuluan
Campak adalah suatu penyakit akut yang sangat menular yang disebabkan oleh virus
(Widoyono, 2005). Campak juga disebut rubeola, morbili atau measles. Campak biasanya
menyerang anak-anak berusia 5-10 tahun sebelum pengguna vaksin campak. Setelah masa
imunisasi (mulai tahun 1977), penyakit ini sering menyerang anak usia remaja dan orang
dewasa muda yang tidak mendapat vaksinasi sewaktu kecil atau yang diimunisasi pada saat
usianya lebih dari 15 bulan (Setiawan, 2008). Campak biasanya menyerang anak-anak
dengan derajat ringan sampai sedang. Campak dapat meninggalkan gejala sisa kerusakan
neurologis akibat peradangan otak (ensefalitis) (Widoyono, 2005). Diperkirakan sekitar 76%
orang yang rentan dalam rumah tangga akan menderita penyakit bila terpapar virus campak.
Musim yang baik untuk terjadinya wabah penyakit campak adalah musim dingin dan
permulaan musim semi, mungkin karena masa hidup virus lebih panjang pada kelembaban
yang relatif lebih rendah. Penularan yang paling efisien melalui paparan langsung dengan
penderita yang terinfeksi dan karena virus campak dapat hidup dalam droplet saluran nafas
selama beberapa jam maka penularan tidak memerlukan kontak langsung dengan penderita
campak. Penderita paling infeksius antara 4-5 hari sebelum munculnya ruam sampai 4 hari
setelah munculnya ruam (Setiawan, 2008).
Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh virus campak dari famili Paramyxovirus genus
Morbilivirus. Virus ini merupakan virus RNA serat negatif yang berenvelop (Soedarto,
2007). RNA virus ini mempunyai 2 fungsi yaitu 1).Sebagai template/cetakan untuk
mensintesis mRNA 2).Sebagai template/ cetakan untuk mensintesis serat anti genom (+).
Virus campak dapat bertahan selama beberapa hari pada temperatur 0 oC dan selama 15
minggu pada sediaan beku. Di luar tubuh manusia virus ini mudah mati. Pada suhu kamar
sekalipun, virus ini akan kehilangan infektivitasnya sekitar 60% selama 3-5 hari. Virus ini
mudah hancur oleh sinar ultraviolet (Madsen, 2007).
Penularan
Virulensi campak sangat tinggi terutama pada anak yang rentan dengan kontak
keluarga yang menderita campak. Campak dapat ditularkan melalui droplet di udara oleh
penderita sejak 1 hari sebelum timbulnya gejala klinis sampai 4 hari sesudah munculnya
ruam. Masa inkubasinya antara 10-12 hari (Mandal, 2006). Ibu yang pernah menderita
campak akan menurunkan kekebalannya kepada janin yang dikandungnya melalui plasenta,
dan kekebalan ini bisa bertahan sampai bayinya berusia 4-6 bulan. Pada usia 9 bulan bayi
diharapkan membentuk antibodinya sendiri secara aktif setelah menerima vaksinasi campak.
Dalam waktu 12 hari setelah infeksi campak sampai puncak titer sekitar 21 hari, IgM akan
terbentuk dan akan cepat menghilang untuk kemudian digantikan oleh IgG (Setiawan, 2008).
Menurut Mandal (2008) kekebalan setelah infeksi alami akan berlangsung seumur hidup.
Patogenesis
Menurut Mandal (2006) sel endothelial pada pembuluh darah kecil yang diinfeksi
oleh virus campak akan memperlihatkan bukti adanya infeksi campak pada saat gejala
prodromal dan muculnya ruam pada kulit. Hal ini disertai dengan pelebaran pembuluh darah,
peningkatan permeabilitas pembuluh darah, infiltrasi sel mononuklear dan terjadinya infeksi
di jaringan sekitar. Sel endotel yang diinfeksi ini tampaknya memegang peranan utama dalam
patogenesis dalam perubahan pada kulit, konjungtiva dan membran mukosa.
Sekitar 10 hari setelah infeksi akan muncul demam yang biasanya tinggi, diikuti
dengan koriza/pilek, batuk dan peradangan pada mata (Barlow, 2006). Menurut Widoyono.
(2005) gejala penyakit campak dikategorikan dalam tiga stadium:
Diagnosis
Penyakit campak dapat didiagnosis berdasarkan gejala klinis yang klasik menurut
CDC (Centre for Disease Control and Prevention) dengan kriteria sebagai berikut:
1. Terdapat ruam papulomakuler menyeluruh yang terjadi dalam waktu 3 hari atau lebih.
2. Demam 38,3oC (101oF).
3. Terdapat salah satu dari gejala berikut, batuk, koriza/pilek atau konjungtivitis
(Setiawan, 2008).
Tetapi menurut Soedarto (2007) gejala klinis pada penyakit campak sering mengalami
modifikasi misalnya penyakit campak dapat timbul tanpa disertai demam dan tanpa timbul
ruam-ruam pada kulit. Hal seperti ini sering terjadi pada anak atau bayi yang sangat muda,
penderita dengan immunocompromised, anak dengan malnutrisi atau bisa pada anak yang
sebelumnya telah mendapat imunisasi campak. Karena banyak penderita menunjukkan gejala
yang tidak jelas, maka untuk memastikan diagnosis perlu dilakukan pemeriksaan
laboratorium (Setiawan, 2008).
Penatalaksanaan
1. Farmakologi
a. Simtomatik
Parasetamol untuk menurunkan demam dosis 10-15mg/kg BB.
b. Vitamin A dosis 400.000 IU, untuk reepitelisasi.
2. Non Farmakologi
a. Bed rest, pasien campak harus diisolasi karena penyakit ini sangat infeksius.
b. Pemberian nutrisi dan cairan yang cukup.
Pencegahan
a. Imunisasi aktif
Diberikan vaksin campak pada umur 9 bulan dan 6 tahun dengan dosis 1000 TCID50
atau sebanyak 0,5 ml secara subkutan.
b. Imunisasi Pasif (Imunoglobulin)
Indikasi :
Anak usia > 12 bulan dengan immunocompromised belum mendapat imunisasi,
kontak dengan pasien campak, dan vaksin MMR merupakan kontraindikasi.
Bayi berusia < 12 bulan yang terpapar langsung dengan pasien campak
mempunyai resiko yang tinggi untuk berkembangnya komplikasi penyakit ini,
maka harus diberikan imunoglobulin sesegera mungkin dalam waktu 7 hari
paparan. Setelah itu vaksin MMR diberikan sesegera mungkin sampai usia 12
bulan, dengan interval 3 bulan setelah pemberian imunoglobulin (Meldgaard,
2006).
Menurut Padri (2006) pemberian imunisasi campak pada usia kurang dari 12
bulan memerlukan imunisasi ulang pada usia 15 bulan karena vaksin dinetralisasi oleh
antibodi maternal sedang pemberian imunisasi campak pada usia lebih dari 12 bulan atau
15 bulan tidak perlu imunisasi ulang, karena dapat memperlihatkan serokonversi yang
maksimum dan daya proteksi vaksin mencapai 95-100 persen jika diberikan pada usia
lebih dari 12 bulan.
Komplikasi
Pada anak yang sehat dan gizinya cukup, campak jarang berakibat serius.
Beberapa komplikasi yang bisa menyertai campak menurut Mandal (2006) :
1. Otitis media bakterial bisa terjadi pada 1 dari 20 kasus, pneumonia bakterial terjadi
pada 1 dari 25 kasus, dan kejang demam yang bisa timbul pada 1 dari 200 kasus.
2. Kadang terjadi trombositopenia (penurunan jumlah trombosit), sehingga
pendeita mudah memar dan mudah mengalami perdarahan.
3. Ensefalitis dapat terjadi pada 1 dari 1000 kasus.
Prognosis
Pada penyakit campak yang tidak disertai dengan komplikasi maka prognosisnya
baik. Sedangkan pada campak yang disertai komplikasi (misal ensefalitis dan pneumonia)
maka prognosisnya buruk karena dapat menimbulkan kecacatan seumur hidup meskipun
jarang ditemukan. Penyakit campak juga merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas
yang penting pada anak-anak yang mengalami malnutrisi sehingga harus diwaspadai
(Mandal, 2006).
Contoh kasus
Seorang bayi perempuan berumur 9 bulan, berat badan 7 kg dan panjangnya 68 cm. Dibawa
ibunya ke dokter karena demam yang tak kunjung turun, demam sudah berlangsung dari 5
hari yang lalu. Dari mulai timbul demam hingga sekarang suhu badannya semakin
meningkat. Selain demam, OS juga mengalami pilek. Kemarin mulai timbul bercak-bercak
kemerahan di wajah yang menyebar ke belakang telinga, leher, lengan dan dada. Selama sakit
OS jadi tidak mau makan dan rewel. Ibu OS sudah memberikan parasetamol tapi belum ada
perbaikan. Setelah diperiksa oleh dokter, OS tampak lemas, suhu badan 38,5o C, terdapat
bercak koplik’s pada mukosa bucal, bercak kemerahan juga terdapat pada punggung.
Imunisasi yang sudah diberikan adalah BCG, Hepatitis B 3 X, Polio 4 X dan DPT 3 X.
Imunisasi campak belum diberikan.
Daftar Pustaka
1. Barlow, EW dkk. 2006. The Risk of Seizures After Receipt of Whole-Cell Pertussis or
Measles, Mumps and Rubella Vaccine. N Engl J Med, Vol. 345, No. 9.
2. Padri, Salma. 2006. Efikasi Vaksin Campak pada Balita (15-59 bulan).Jakarta. Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan
Sosial RI.
3. Rosenman, M dkk. 2009. Global Measles Mortality 2000–2008. PubMed, Vol. 58 /
No. 47. 1321-1326.
4. Setiawan, I Made. 2008. Penyakit Campak. Jakarta: Sagung Seto.
5. Soedarto. 2007. Sinopsis Kedokteran Tropis. Surabaya: Airlangga University Press.
6. Widoyono. 2005. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan
Pembeantasannya. Jakarta: Erlangga.
7. Meldgaard, Kreesten. 2006. A Population-Based Study Of Measles, Mumps, And
Rubella Vaccination And Autism. N Engl J M ed, Vol. 347, N o. 19.
Lampiran
Resep
dr.XXX
-----------------------------------------------
Sim
-----------------------------------------------
Pro: An OS
Umur: 9 bulan
Alamat: Jakal km 5