Dari pengalaman belajar materi ini, izinkan saya sharing betapa pentingnya pengambilan keputusan dan metode kuantitiatif dalam bisnis di suatu perusahaan. Pengambilan keputusan adalah kegiatan rutin yang biasa dilakukan oleh para pemangku keputusan atau level manajerial diberbagai fungsi bisnis. Keputusan yang baik haruslah dapat dipertanggung jawabkan melalui dukungan data yang akurat dan teknik analisis yang detail dan komprehensif. Penggunaan metode kuantitatif dalam pengambilan keputusan dewasa ini sudah menjadi hal tidak asing lagi. Ditengah semakin ketatnya persaingan bisnis, memaksa pelaku bisnis untuk membuat keputusan yang cermat dan akurat. Namun perkembangan teknologi informasi sekarang ini juga semakin memudahkan para pelaku bisnis untuk melakukan analisis data dengan tersedianya software-software untuk pengambilan keputusan manajemen. Pentingnya pengambilan keputusan yang tepat, salah satunya dnegan metode kuantitatif yang secara makro tidak terlihat dalam keseharian suatu bisnis, namun dalam skala mikro sangat nyata sekali hasilnya, akan memastikan keberlangsungan suatu bisnis. Kita bisa mengambil contoh bagaiamana hancurnya bisnis Blackberry dan Nokia dalam dunia smartphone dan pesan antar peralatan. Nokia, awalnya memiliki kapitalisasi pasar senilai lebih dari 110 miliar euro atau sekitar 150 miliar dollar AS. Namun, pada September 2013 Nokia menjual bisnis perangkat mobile untuk Microsoft hanya senilai 7 miliar dollar AS.Sedangkan kapitalisasi pasar BlackBerry pernah mencapai 85 miliar dollar AS. Namun, pada kahirnya perusahaan ini dikabarkan menjual aset perusahaannya ke sebuah perusahaan investasi dengan nilai hanya 5 miliar dollar AS. Lepas dari canggihnya keputusan yang diambil oleh para pesaningnya antara lain Apple dan Samsung, keputusan manajemen Nokia dan Blackberry dalam melihat pasar turut disorot sebagai penyebab tumbangnya bisnis Nokia dan Blackberry. Keputusan bisnis Apple dan Samsung melalui inovasi produk dan operasi sistem yang user friendly adalah kunci dari keberhasilan mereka saat ini. Di sisi lain, organisasi perusahaan juga mumpuni menemukan strategi bisnis perusahaan ke depannya dengan mengutamakan keinginan konsumen, tetapi tetap menguntungkan bagi perusahaan. Salah satu contoh perbedaan Nokia dan Blackberry dibanding dengan Apple dan Samsung adalah dalam kacamata ini adalah bagaimana baik BlackBerry maupun Nokia ternyata tidak melakukan strategi tersebut. Nokia kalah strategi karena lebih memilih menggunakan sistem operasi Windows Phone. Padahal, masyarakat belum menghendaki sistem operasi tersebut dan sistem ini tidak diterima dengan laris manis di pasar. Sedangkan BlackBerry dinilai tidak memiliki ragam produk yang memiliki keunggulan layanan, selain hanya BlackBerry Messenger (BBM) semata. Bahkan sistem operasi BlackBerry 10 juga tidak mampu menolong penjualan bisnis ponsel BlackBerry di seluruh dunia. Dari peristiwa tersebut, kita belajar bahwa pemimpin perusahaan harus membayar harga yang berat akibat kegagalan memimpin perusahaan. Apalagi ketidakmampuannya bersaing dengan perusahaan lain. Pada masa depan, bukan tidak mungkin giliran Apple dan Samsung yang diterpa masalah seperti BlackBerry dan Nokia. Apalagi vendor seperti Sony, Huawei, Lenovo, Asus, dan vendor lain juga terus merangsek ke pasar dunia. Demikian sharing dari saya semoga bermanfaat. Mohon umpan balik dan sarannya jika ada. Terima kasih dan salam, Matsaid