Anda di halaman 1dari 17

Bab i I I

Pengelolaan limbah gedung bppt sebelum


renovasi

3.1. Kebutuhan Air Bersih dan Jumlah Limbah Cair Gedung


BPPT

Untuk menentukan kebutuhan air bersih atau penentuan


besan IPAL dapat mengacu pada besaran People Equivalent (PE),
yaitu tabel kebutuhan air bersih atau jumlah limbah untuk setiap
bangunan. Tabel PE ini dapat dilihat seperti pada pada lampiran II
Peraturan Gubernur Provinsi DKI Nomor 122 tahun 2005 seperti
terlihat pada Tabel 3.1.

Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) – BPPT 21


Tabel 3.1 : Besaran Population Equivalen (Pe) untuk Perancangan IPAL berdasarkan Jenis
peruntukan bangunan.
No. Peruntukan Pemakaian Debit Satuan PE Acuan
Bangunan Air Bersih Air Limbah
1 2 3 4 5 6 7

1. Rumah Mewah 250 200 Liter/penghuni/hari 1,67 Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing,
Soufyan M. Noerbambang dan Takeo Morimura
2. Rumah Biasa 150 120 Liter/penghuni/hari 1,00 Study JICA 1990 (proyeksi 2010)
3. Apartment 250 200 Liter/penghuni/hari 1,67 Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing,
Soufyan M. Noerbambang dan Takeo Morimura
4. Rumah Susun 100 80 Liter/penghuni/hari 0,67
5. Asrama 120 96 Liter/penghuni/hari 0,80
6. Klinik / Puskesmas 3 2,7 Liter/pengunjung/hari 0,02 Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing,
Soufyan M. Noerbambang dan Takeo Morimura
7. Rumah sakit Mewah 1000 800 Liter/jumlah tempat 6,67 Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing,
tidur pasien/hari Soufyan M. Noerbambang dan Takeo Morimura
Rumah Sakit Menengah 750 600 Liter/jumlah tempat 5,00 Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing,
tidur pasien/hari Soufyan M. Noerbambang dan Takeo Morimura
Rumah Sakit Umum 425 340 Liter/jumlah tempat 2,83 Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing,
tidur pasien/hari Soufyan M. Noerbambang dan Takeo Morimura
8. Sekolah Dasar 40 32 Liter/siswa/hari 0,27 SNI 03-7065-2005
9. SLTP 50 40 Liter/siswa/hari 0,33 SNI 03-7065-2005
10 SLTA 80 64 Liter/siswa/hari 0,53 SNI 03-7065-2005
11 Perguruan Tinggi 80 64 Liter/mahasiswa/hari 0,53 SNI 03-7065-2005
12 Rumah Toko / Rumah 100 80 Liter/penghuni dan 0,67 SNI 03-7065-2005
Kantor pegawai/hari
13 Gedung Kantor 50 40 Liter/pegawai/hari 0,33 SNI 03-7065-2005
14 Toserba (toko serba ada, 5 4,5 Liter/m2 luas lantai/hari 0,04 SNI 03-7065-2005
mall, department store)
15 Pabrik / Industri 50 40 Liter/pegawai/hari 0,33 SNI 03-7065-2005
16 Stasiun / Terminal 3 2,7 Liter/penumpang tiba 0,02 SNI 03-7065-2005
dan pergi/hari

Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) – BPPT 22


1 2 3 4 5 6 7

17. Bandara Udara * 3 2,7 Liter/penumpang tiba 0,02 Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing,
dan pergi/hari Soufyan M. Noerbambang dan Takeo Morimura
18 Restoran 15 13,5 Liter/kursi/hari 0,11 SNI 03-7065-2005
19 Gedung Pertunjukan 10 9 Liter/kursi/hari 0,08 SNI 03-7065-2005
20 Gedung Bioskop 10 9 Liter/kursi/hari 0,08 SNI 03-7065-2005
21 Hotel Melati s/d Bintang 2 150 120 Liter/tempat tidur/hari 1,00 SNI 03-7065-2005
22 Hotel Bintang 3 ke atas 250 200 Liter/tempat tidur/hari 1,67 SNI 03-7065-2005
23 Gedung Peribadatan 5 4,5 Liter/orang/hari (belum 0,04 SNI 03-7065-2005
dengan air wudhu)
24 Perpustakaan 25 22,5 Liter/jmlh. 0,19 Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing,
pengunjung/hari Soufyan M. Noerbambang dan Takeo Morimura
25 Bar 30 24 Liter/jmlh. 0,20 Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing,
pengunjung/hari Soufyan M. Noerbambang dan Takeo Morimura
26 Perkumpulan Sosial 30 27 Liter/jmlh. 0,23 Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing,
pengunjung/hari Soufyan M. Noerbambang dan Takeo Morimura
27 Klab Malam 235 188 Liter/kursi/hari 1,57 Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing,
Soufyan M. Noerbambang dan Takeo Morimura
28 Gedung Pertemuan 25 20 Liter/kursi/hari 0,17 Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing,
Soufyan M. Noerbambang dan Takeo Morimura
29 Laboratorium 150 120 Liter/staf/hari 1,00 Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing,
Soufyan M. Noerbambang dan Takeo Morimura
30 Pasar Tradisional / 40 36 Liter/kios/hari 0,30 Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing,
Modern Soufyan M. Noerbambang dan Takeo Morimura
Keterangan :
* Untuk pelayanan publik
- Perhitungan menggunakan pendekatan PE hanya dipakai apabila tidak ada data aktual jumlah pemakaian air
bersih per hari.

Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) – BPPT 23


Untuk menghitung besarnya kapasitas IPAL dapat dilakukan
berdasarkan besarnya Koefisen luas bangunan atau berdasarkan
jumlah penghuni bangunan. Untuk bangunan yang baru, perkiraan
jumlah air limbah umumnya dilakukan berdasarkan PE untuk tiap-
tiap peruntukan dikalikan dengan satuan kapasitas (jumlah orang
atau luas lantai atau lainnya).

Disamping menggunakan table PE, untuk mengetahui


kebutuhan air bersih maupun untuk memperkirakan jumlah
limbahnya, maka juga dilakukan survai penggunaan air bersih dan
jumlah limbah buangan secara langsung. Berdasarkan hasil survai
tersebut, maka telah diketahui jumlah pemakaian air secara bulanan
maupun harian. Grafik jumlah pemakaian air bersih di gedung BPPT
Jl. MH Thamrin Jakarta, setiap bulannya dapat dilihat sebagai
berikut :

Grafik 3.1 : Jumlah Pemakaian Air PDAM Setiap Bulan Dari Mei
2009 s.d Maret 2010

Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) – BPPT 24


Survai pemakaian air juga dilakukan dengan pengamatan langsung
ke meter pemakaian air, dan hasil pengamatan harian tersebut
adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2. : Jumlah Kebutuhan Air Harian di Gedung BPPT Jakarta,


tanggal 4 - 30 Juni 2010.
No Tgl Hari Poss. Meter Air Penggunaan Air
(m3/hari)
282272
1 4 Juni 10' Jum'at 282529 257
2 5 Juni 10' Sabtu 282829 300
3 6 Juni 10' Minggu 282971 142
4 7 Juni 10' Senin 283121 150
5 8 Juni 10' Selasa 283332 211
6 9 Juni 10' Rabo 283628 296
7 10 Juni 10' Kamis 283927 299
8 11 Juni 10' Jum'at 284215 288
9 12 Juni 10' Sabtu 284497 282
10 13 Juni 10' Minggu 284628 131
11 14 Juni 10' Senin 285021 393
12 15 Juni 10' Selasa 285034 13
13 16 Juni 10' Rabo 285305 271
14 17 Juni 10' Kamis 285581 276
15 18 Juni 10' Jum'at 285839 258
16 19 Juni 10' Sabtu 286127 288
17 20 Juni 10' Minggu 286253 126
18 21 Juni 10' Senin 286450 197
19 22 Juni 10' Selasa 286683 233
20 23 Juni 10' Rabo 286931 248
21 24 Juni 10' Kamis 287174 243
22 25 Juni 10' Jum'at 287409 235
23 26 Juni 10' Sabtu 287661 252
24 27 Juni 10' Minggu 287779 118
25 28 Juni 10' Senin 287913 134
26 29 Juni 10' Selasa 288152 239
27 30 Juni 10' Rabo 288468 316
TOTAL PENGGUNAAN AIR (m3) 6196
RATA-RATA (m3/hari) 247.84

Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) – BPPT 25


Grafik 3.2. : Grafik Pemakaian Air Harian Gedung BPPT Jakarta,
tanggal 4 - 30 Juni 2010 (m3/hari).

Air bersih digunakan untuk mencukupi semua kebutuahn air


yang ada di gedung BPPT, antara lain untuk siram tanaman, untuk
kantin, untuk cooling tower, untuk toilet dll. Secara detail neraca air
untuk kebutuhan di lingkungan BPPT adalah sebagai berikut :

Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) – BPPT 26


Gambar 3.1. : Neraca Pemakaian Air di Gedung BPPT Jakarta,
(m3/hari).

Dari hasil evaluasi dan survai kebutuhan air bersih tersebut, dapat
diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
 Jika kita melakukan pendekatan perhitungan pemakaian air
bersih berdasarkan Per. Gub DKI Jakarta No. 122 tahun
2005, maka kebutuhan air bersih untuk gedung/kantor
sebesar 50 ltr/orang.hari, dan 80% nya akan dibuang
sebagai limbah cair. Dengan bersadarkan konsumsi
tersebut, maka kebutuhan air untuk gedung perkantoran
BPPT adalah 3.060 org x 50 ltr = 153.000 liter perhari, dan
jumlah limbah yang dibuang sebesar 122.400 liter/hari.
 Rata-rata pemakaian air PAM dari bulan Mei 2009 sampai
Maret 2010 di BPPT adalah 6.972 m 3 /bulan, atau 234,2 m 3
/hari. Berdasarkan pemakaian air bulanan ini, maka
Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) – BPPT 27
diperkirakan limbah yang keluar perhari adalah 80% x 234,2
m3 = 185,9 m3 /hari.
 Berdasarkan hasil survai pemakaian air harian dan
pengamatan lapangan selama 4 minggu di BPPT diketahui
bahwa rata-rata jumlah kebutuhan air setiap hari adalah
247,84 m3/hari, maka diperkirakan limbah yang keluar
perhari adalah 80% x 247,84 m 3 /hari = 198,27 m3 /hari.
 Dari berbagai teknis pengamatan yang telah dilakukan ini,
maka ditetapkan kapasitas IPAL BPPT akan di disain
sebesar 200 m3 /hari.

3.2. Pengelolaan Limbah Sebelum Renovasi

Untuk mengelola limbahnya, saat ini Gedung BPPT telah


dilengkapi dengan 4 buah bak pengumpul limbah dan satu instalasi
pengolahan air limbah (IPAL). Air limbah terutama dari kamar mandi
dibagi menjadi dua, yaitu limbah yang berasal dari clean out (CO)
dan limbah dari water closed (WC) di salurkan dalam satu pipa
tersendiri menuju bak pengumpul. Kemudian dari bak pengumpul ini,
limbah dipompa menuju IPAL. Sedangkan limbah yang berasal dari
floor drain (FD) disalurkan dengan pipa yang lain dan langsung
dibuang ke saluran umum. Jadi saat ini belum semua limbah yang
dihasilkan diolah di IPAL. Gambar sistem perpipaan dari setiap
lantai ini dapat dilihat seperti pada Gambar 3.2 dan 3.3 sedangkan
gambar peta posisi (lokasi) bak pengumpul serta foto IPAL yang ada
di BPPT dapat dilihat seperti pada Gambar 3.4.

Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) – BPPT 28


Keterangan :
CO = Celean out; WC = Water Closed; FD = Floor Drain

Gambar 3.2 : Sistem Perpipaan Limbah Gedung BPPT (awal).

Gambar 3.3 : Sistem Pengelolaan Limbah di Area Gedung BPPT.

Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) – BPPT 29


Gambar 3.4 : Peta Posisi BP di Area Gedung Perkantoran BPPT
Jakarta

3.3. IPAL Existing


3.3.1. Proses Pengolahan

Limbah yang diolah bersumber dari celean out (CO) dan dari
water closed (WC), sedangkan limbah dari sumber lainnya seperti
floor drain (FD) kamar mandi, limbah kantin dan dapur belum diolah
dalam IPAL. System yang digunakan adalah dengan aerasi lagun,
dimana limbah yang ada dikumpulkan dalam satu bak pengumpul
(PIT), kemudian dipompa menuju IPAL dengan sistem perpipaan

Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) – BPPT 30


tertutup. Bak pengumpul/PIT ini juga dapat berfungsi sebagai bak
pengendap, yang mana kotoran besar, pasir, dan benda padat
lainnya dapat mengendap di PIT ini.

Di IPAL pertama limbah masuk ke bak equalisasi, kemudian


dari bak equalisasi limbah dipompa ke dalam reaktor aerasi yang
terdiri dari satu ruang besar dan dilengkapi dengan blower udara dan
difuser udara yang berada di bagian bawah dari limbah. Gambar 3.5.
menunjukkan gambar potongan IPAL gedung BPPT, dan gambar 3.6
& 3.7 menunjukkan foto lokasi IPAL BPPT, panel kontrol dan blower
udara yang akan mensuplai kebutuhan oksigen untuk proses
degradasi dengan mikro organisme aerobik.

Gambar 3.5: Gambar Potongan IPAL Gedung BPPT.

Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) – BPPT 31


Gambar 3.6 : Foto Lokasi IPAL BPPT

Gambar 3.7 : Foto Panel dan ME IPAL BPPT

3.3.2. Kondisi Exsisting IPAL

Air limbah dari empat unit bak pengumpul dipompakan


menuju ke unit equalisasi yang berfungsi sebagai bak penampung
air limbah dan bak kontrol fluktuasi aliran. Berdasarkan data primer
dan sekunder yang kami peroleh maka dapat dijelaskan kondisi
dilapangan proses pengolahan STP Gedung BPPT adalah sebagai
berikut :
1. Limbah yang diolah hanya limbah yang berasal dari celean out
(CO) dan dari water closed (WC) saja, sedangkan limbah lainnya

Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) – BPPT 32


belum diolah sama sekali. Dengan demikian maka seharusnya
dilakukan perbaikan system pengelolaan limbah yang ada saat
ini, karena berdasarkan Pergub Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta, Nomor 122 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Air Limbah
Domestik di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, system ini
sudah tidak sesuai lagi.
2. Bak Equalisasi : bak equalisasi pada hakekatnya berfungsi
sebagai bak penampung air limbah dan bak control fluktuasi
aliran serta tidak menutup kemungkinan terjadinya dekomposisi
organic akan tetapi kondisi existing dilapangan justru sangat
kotor. Hal ini terbukti terdapat banyak sampah seperti plastic dan
lumpur. Jika hal ini dibiarkan terus menerus maka sampah dan
Lumpur akan terbawa ke bak aerasi sehingga secara otomatis
akan mengganggu proses.
3. Bak Aerasi : Didalam bak aeration tank terjadi proses degradasi
zat organik secara aerob yang ada dalam air limbah oleh
mikroorganisme yang tumbuh dan berkembang dalam keadaan
tersuspensi. Oksigen yang dibutuhkan untuk reaksi
mikroorganisme tersebut diberikan/diinjeksikan dengan cara
memasukkan udara ke dalam bak aerasi activated sludge dengan
blower selama 24 jam. Akan tetapi kondisi existing injeksi oksigen
dilakukan pagi dan sore total hanya ± 3 jam/hari. Kegagalan
proses aerasi dicirikan oleh warna air yang hitam pekat dan bau
yang menyengat yang diakibatkan oleh dekomposisi zat organic
secara anaerob. Di sisi lain kondisi bak aerasi ditemukan banyak
sampah plastic dan lumpur yang berlebih, hal ini dapat
mempengaruhi kualitas hasil pengolahan. Jaringan perpipaan
blower sudah korosive dan aksesorise pipa banyak yang rusak
Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) – BPPT 33
sehingga pengaturan aliran udara tidak merata. Kondisi existing
juga memperlihatkan kondisi pompa blower yang sudah mulai
berkarat sehingga efisiensi blower diperkirakan sudah mengecil
akibat terjadinya kebocoran pipa.
4. Bak Pengendapan : bak pengendapan berfungsi untuk
mengendapkan lumpur yang terbawa dari bak aerasi. Didalam
bak pengendapan terjadi pemisahan antara air dan padatan
secara fisika. Akan tetapi kondisi existing proses ini dapat dikatan
tidak terjadi karena jumlah lumpur yang berlebih dan harus
dibersihkan.
5. Bak klorinasi : kondisi existing bak klorinasi sudah tidak
difungsikan lagi karena kerusakan pompa dan aksesorise.
6. Bak penampung lumpur : kondisi exsisting bak pengendap, bak
klorinasi dan bak penampung lumpur tidak dapat dibedakan
karena kualitas air secara visual sama, jumlah lumpur yang
berlebih dan terdapat sampah plastic.

3.3.3. Hasil Analisa Kualitas Outlet IPAL BPPT Sebelum


Renovasi

Sebagai data analisis sebelum dilakukan pengambilan


keputusan rencana perbaikan IPAL ini, maka pada tanggal 04 bulan
Juni 2010 lalu telah dilakukan pengambilan sampel limbah untuk di
bandingkan antara kondisi fisik dan analisa kualitas limbah segar,
outlet dan air hasil reuse limbah. Foto 3.8 dan 3.9. menunjukkan
foto-foto pengambilan sampel dan kodisi fisik limbah.

Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) – BPPT 34


Gambar 3.8 : Foto Pengambilan Sampel Limbah IPAL Gedung
BPPT.

Gambar 3.9 : Foto Sampel Limbah IPAL.


(1. limbah segar; 2. limbah outlet IPAL; 3. Hasil Re-use)

Hasil analisa lengkap kualitas limbah segar dan hasil outlet olahan
limbah di IPAL tersebut dapat dilihat sebagai berikut :

Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) – BPPT 35


Tabel 3.3 : Data Hasil Pengujian Laboratorium Inlet IPAL BPPT
Tanggal 04 Juni 2010
INDIVIDUAL /
SATUA
RUMAH
NO PARAMETER N KOMUNAL HASIL METODE
TANGGA

1. O
PH (26 C) **) - 6–9 6–9 7,6 SNI 06-6989.11-2004

2. Nilai Permanganat (KMn04) ***) mg/l 85 85 87,2 SNI 06-6989.22-2004

3. Zat padat terlarut (TDS) mg/l 50 50 165 SNI 06-6989.3-2004

4. Amoniak (NH3-N) **) mg/l 10 10 58,71 SNI 06-6989.30-2004

5. Minyak & Lemak mg/l 10 10 11,2 HACH

6. Detergen (MBAS) mg/l 2 2 0,56 SNI 06-6989.51-2004

7. BOD5 mg/l 75 50 66 SNI 06-2503.1991

8. COD **) mg/l 100 80 192 SNI 06-6989.15-2004


Hasil Pengujian

Keterangan : *) = Peraturan Gubernur Provinsi Derah Khusus Ibukota Jakarta No. 122 Tahun 2005
Baku Mutu Limbah Cair Domestik
**) = Parameter terakreditasi oleh KAN No. LP-195-IDN

Tabel 3.4 : Data Hasil Pengujian Laboratorium Oulet IPAL BPPT


Tanggal 04 Juni 2010

INDIVIDUAL /
SATUAN RUMAH
NO PARAMETER KOMUNAL HASIL METODE
TANGGA

1. O
PH (26 C) **) - 6–9 6–9 7,4 SNI 06-6989.11-2004

2. Nilai Permanganat (KMn04) **) mg/l 85 85 39,1 SNI 06-6989.22-2004

3. Zat padat terlarut (TDS) mg/l 50 50 20 SNI 06-6989.3-2004

4. Amoniak (NH3-N) **) mg/l 10 10 24,95 SNI 06-6989.30-2004

5. Minyak & Lemak mg/l 10 10 7,9 HACH

6. Detergen (MBAS) mg/l 2 2 0,28 SNI 06-6989.51-2004

7. BOD5 mg/l 75 50 29 SNI 06-2503.1991

8. COD **) mg/l 100 80 85 SNI 06-6989.15-2004


Hasil Pengujian
Keterangan : *) = Peraturan Gubernur Provinsi Derah Khusus Ibukota Jakarta No. 122 Tahun 2005
Baku Mutu Limbah Cair Domestik
**) = Parameter terakreditasi oleh KAN No. LP-195-IDN

Berdasarkan hasil evaluasi IPAL dan analisa kualitas limbah tersebut


di atas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) – BPPT 36


- Gedung BPPT belum mengolahan semua limbah yang
dihasilkan, sementara berdasarkan Pergub Provinsi DKI
Jakarta No. 122 Tahun 2005 telah mewajibkan bahwa semua
limbah domestik yang dihasilkan harus diolah terlebih dahulu
sebelum dibuang ke saluran umum.
- Berdasarkan hasil analisa kualitas limbah outlet IPAL BPPT
pada tanggal 04 Juni 2010 diketahui bahwa kualitas limbah
buangan IPAL BPPT masih belum memenuhi standar
buangan air limbah yang sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan Pemda DKI Jakarta.
- Untuk mencapai standar pengelolaan dan pengolahan limbah
yang sesuai dengan peraturan yang berlaku di DKI, maka
perlu dilakukan perbaikan sistem pengelolaan limbah dan
modifikasi IPAL yang ada.

Berdasarkan hasil analisa kualitas limbah dan evaluasi kondisi


lapangan serta disain yang ada, maka dapat diperkirakan penyebab
dari kurang bagusnya kualitas outlet IPAL tersebut, diantaranya :
- System operasional IPAL perlu diperbaiki,
- Karena semakin bertambahnya jumlah limbah akibat
bertambahnya jumlah karyawan maka kapasitas IPAL saat ini
sudah tidak mencukupi lagi.
- Perlu adanya perbaikan beberapa peralatan yang ada,
- Perlu adanya penambahanan unit untuk meningkatkan
kapasitas olah dari IPAL tersebut.

Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) – BPPT 37

Anda mungkin juga menyukai