Anda di halaman 1dari 2

Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership)

Identifikasi spesies malassezia pada pasien pitiriasis versikolor dengan


cara pemeriksaan morfologi dan sifat biokimia di Departemen Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
Jakarta tahun 2005
Roro Inge Ado Krisanty
Deskripsi Dokumen: http://lib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=110414&lokasi=lokal
------------------------------------------------------------------------------------------
Abstrak

Pitiriasis versikolor (PV) adalah penyakit jamur superfisial yang disebabkan oleh jamur Malassezia, bersifat
kronik, dengan tempat predileksi terutama pada batang tubuh bagian atas, leher dan lengan atas. Penyakit ini
tersebar di seluruh dunia. Di daerah tropis dilaporkan terdapat pada 30-40% populasi penduduk. Tidak
ditemukan perbedaan morbiditas pada pria dan wanita. PV umumnya didapatkan pada usia remaja dan
dewasa muda, hal ini dihubungkan dengan peningkatan aktivitas kelenjar sebasea. Di Poliklinik Divisi
Dermatomikologi FKUI RSCM pada tahun 2003 ditemukan 260 kasus baru PV, 131 pria dan 129 wanita,
yang merupakan 20,8% kasus baru dermatomikosis .
Lesi PV berupa bercak hipopigmentasi, hiperpigmentasi ataupun eritematosa, dapat ditemukan kombinasi
dua bahkan tiga warna lesi pada satu pasien. Lesi berukuran lentikular, numular dan dapat berkonfluenbi
membentuk Iasi yang luas dengan skuama halus di atasnya. Fenomena yang mendasari adanya perbedaan
warna Iasi pada PV sampai saat ini masih belum dapat dijelaskan seluruhnya.
Malassezia merupakan jamur dimorfrk lipofilik yang tergolong flora kulit normal dan dapat dikultur dad
kerokan kulit yang berasal dari hampir seluruh area tubuh pada orang dewasa. Di bawah pengaruh beberapa
faktor predisposisi baik eksogen maupun endogen, jamur ini menjadi patogen dan dapat menyebabkan
timbulnya beberapa penyakit kulit antara yaitu : pitiriasis versikolor, folikulitis pitirosporum, dermatitis
seboroik, dermatitis atopik, psoriasis, confluent & reticulated papilomatosis Gourgerot & Carteaud, transient
acantholytic

dermatosis dan onikomikosis. Selain itu Malassezia juga pernah dilaporkan sebagai penyebab beberapa
gangguan sistemik yaitu sepsis, infeksi paru pada neonatus dan fungemia pada anak-anak maupun pada
pasien dewasa imunokompromais.
Dengan menggunakan metode biologi molekular, Guillot dan Gueho pada 1996 melakukan revisi taksonomi
Malassezia, dan membagi Malassezia (M.) menjadi tujuh spesies yaitu: M. furfur, M. pachydermatis, M.
sympodiatis, M. globosa, M. obtusa, M. restricta dan M. slooiae. Dengan adanya perubahan taksonomi,
pengetahuan mengenai infeksi jamur Malassezia memerlukan pengkajian ulang, baik ditinjau dari sisi
epidemiologi, imunologi, patologi maupun histopatologi. Penelitian beberapa ahli di berbagai tempat
mengenai kolonisasi spesies Malassezia pada pasien PV, menunjukkan hasil yang bervariasi. Hal ini diduga
diperankan oleh faktor geografik dan lokasi Iasi pada tubuh.
Gupta dkk (2000) melakukan uji in vitro suseptibilitas spesies Malassezia terhadap obat antijamur
ketokonazol, itrakonazol, vorikonazol dan terbinafin. Hasil uji memperiihatkan adanya variasi suseptibillitas
spesies Malassezia tc hadap antijamur tersebut. Walaupun masih harus dibuktikan lebih lanjut dengan
pengamatan in vivo, data ini mungkin dapat menjelaskan perbedaan rata-rata kesembuhan mikologis pada
pasien PV dengan terapi antijamur. Savin di New york dan Budimulja di Jakarta melakukan penelitian
efektivitas pengabatan solusio terbinafin 1% yang digunakan 2 kali sehari selama 1 minggu pada pasien PV.
Budimulja dkk mefaporkan angka kesembuhan sebesar 65%, sedangkan Savin 70-80%. Belum diketahui
secara pasti apakah perbedaan ini semata-mata terkait dengan faktor geografik atau melibatkan faktor-faktor
lain.

Anda mungkin juga menyukai