0033 Skema Pembiayaan Tunjangan Pegawai Berbasis Kinerja PDF
0033 Skema Pembiayaan Tunjangan Pegawai Berbasis Kinerja PDF
! LAPORAN AKHIR
!
SKEMA PEMBIAYAAN TUNJANGAN
!
!
PEGAWAI
!
BERBASIS KINERJA
Ketua :
Sintaningrum
Anggota :
Heru Nurasa
Enjat Munadjat
Beny Alexandri
Ida Widianingsih
Ahmad Buchori
Yogi Suprayogi
Tomi Setiawan
Herijanto Bekti
Bonti
LAPORAN'AKHIR!
SKEMA!PEMBIAYAAN!TUNJANGAN!PEGAWAI!BERBASIS!KINERJA!
!
BAB 1
PENDAHULUAN
!
1.1' Latar'Belakang'
Menurut Roberia (2009), remunerasi adalah pembayaran berupa uang
dan/atau barang yang diberikan atas prestasi dan/atau penghargaan dalam
suatu hubungan kerja maupun sesudah berakhirnya suatu hubungan kerja
berdasarkan suatu sistem yang terstruktur, terbuka, adil, dan layak. Remunerasi
dapat berupa gaji atau upah, honorarioum, tunjangan, asuransi, bonus, insentif,
pesangon, dan bentuk-bentuk kompensasi lainnya. Remunerasi dapat
digunakan untuk 2 (dua) tujuan dasar, yaitu 1) untuk menarik dan
BAB!I!PENDAHULUAN! 161!
LAPORAN'AKHIR!
SKEMA!PEMBIAYAAN!TUNJANGAN!PEGAWAI!BERBASIS!KINERJA!
!
mempertahankan Sumber Daya Manusia yang berkualitas dan 2) untuk
memotivasi karyawan agar mencapai tingkat performansi yang lebih tinggi.
Tingkat remunerasi juga mempunyai imbas yang besar terhadap rekrutmen,
motivasi, produktifitas, tingkat perputaran pegawai, dan juga perasaan
pegawai terhadap perusahaannya. Oleh karena itu, Irmayanti (2004)
mengatakan bahwa remunerasi termasuk salah satu faktor yang
mempengaruhi keberhasilan dalam mencapai visi dan misi suatu organisasi.
Saat ini masih cukup banyak organisasi yang menilai bahwa remunerasi
merupakan suatu komponen biaya yang perlu diminimasi besarannya.
Munculnya anggapan seperti itu telah menempatkan remunerasi sebagai
sarana yang dapat meningkatkan perilaku tidak produktif, yang dapat
mengakibatkan terjadinya masalah-masalah personal seperti rendahnya
motivasi, rendahnya kinerja, tingginya turn over, perilaku tidak bertanggung
jawab, dan bahkan perilaku tidak jujur di dalam diri pegawai. Untuk dapat
mencegah munculnya permasalahan personal dan membesarnya
pengeluaran remunerasi suatu organisasi, maka diperlukan suatu sistem
remunerasi yang adil, layak, dan cost effective.
Dunia manajemen mengenal konsep 3P yang cukup sering digunakan
dalam memberikan remunerasi kepada pegawai. Konsep 3P, yang disusun oleh
Richard Payne, mengkategorikan remunerasi menjadi 3 (tiga), yaitu pay for
position, pay for person, dan pay for performance, dimana konsep pay for
performance sekarang ini dianggap sebagai konsep remunerasi yang paling
adil untuk diterapkan. Dengan diterapkannya pemberian remunerasi berbasis
kinerja akan dapat mendorong pegawai untuk meningkatkan produktifitasnya
yang pada akhirnya juga akan meningkatkan produktifitas dari perusahaan itu
sendiri. Pemberian remunerasi berbasis kinerja termasuk salah satu faktor untuk
mewujudkan manajemen kinerja yang efektif di suatu organisasi.
Manajemen kinerja (Udekusuma, 2007) adalah suatu proses manajemen
yang dirancang untuk menghubungkan tujuan organisasi dengan tujuan
BAB!I!PENDAHULUAN! 162!
LAPORAN'AKHIR!
SKEMA!PEMBIAYAAN!TUNJANGAN!PEGAWAI!BERBASIS!KINERJA!
!
individu sedemikian rupa, sehingga baik tujuan individu maupun tujuan
perusahaan dapat bertemu. Dalam hal ini bagi pekerja bukan hanya tujuan
individunya yang tercapai tetapi juga ikut berperan dalam pencapaian tujuan
organisasi, yang membuat dirinya termotivasi serta mendapat kepuasan yang
lebih besar. Menurut Bacal (1998), terdapat 5 (lima) pandangan dasar dalam
sistem manajemen kinerja, yaitu:
1. Model integratif untuk kinerja organisasi. Pada pandangan ini, manajemen
kinerja sebagai suatu struktur sistem integratif yang saling berkesinambungan
antar aspek. Sehingga, keberhasilan manajemen kinerja ditentukan oleh
keseluruhan aspek yang ada dalam suatu organisasi, tidak ditentukan bagian
per bagian.
2. Fokus pada proses dan hasil. Manajemen kinerja menjadi suatu sistem yang
tidak hanya berorientasi pada hasil (pandangan tradisional). Proses menjadi
salah satu aspek penunjang yang penting dalam penentuan hasil yang baik.
3. Keterlibatan pihak yang berkaitan dalam pencapaian tujuan. Pekerja
sebagai subyek utama yang melakukan proses bisnis organisasi secara
langsung. Maka dari itu, keterlibatan pihak yang berkaitan (pekerja) menjadi
penunjang dalam pencapaian tujuan organisasi.
4. Penilaian kinerja objektif dan mengena pada sasaran. Manajemen kinerja
mencakup penilaian kinerja objektif dan sesuai dengan sasaran tiap bagian
organisasi yang berkaitan. Akhirnya, hal ini berpotensi pada dampak positif
dari penilaian kinerja yang sukses dan terstruktur.
5. Evaluasi dan pembelajaran antara atasan dan bawahan. Manajemen kinerja
yang baik mampu menyediakan suatu hasil evaluasi kinerja terukur. Hasil
evaluasi dapat memberikan informasi pada pihak terkait (atasan maupun
bawahan). Informasi mengenai hasil evaluasi dapat menjadi sarana
pembelajaran dan penentu tindakan perbaikan di masa mendatang.
Dalam mewujudkan manajemen kinerja yang efektif di lingkungan
pemerintahan, maka Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan
BAB!I!PENDAHULUAN! 163!
LAPORAN'AKHIR!
SKEMA!PEMBIAYAAN!TUNJANGAN!PEGAWAI!BERBASIS!KINERJA!
!
Reformasi Birokrasi mengeluarkan Peraturan Menteri Nomor 63 Tahun 2011
tentang Pedoman Penataan Sistem Tunjangan Kinerja Pegawai Negeri, dimana
besarnya tunjangan kinerja yang diberikan kepada PNS perlu
mempertimbangkan faktor 1) tingkat capaian pelaksanaan reformasi birokrasi
instansi, 2) nilai dan kelas jabatan, 3) indeks harga nilai jabatan, 4) faktor
penyeimbang, dan 5) indeks tunjangan kinerja daerah provinsi. Intinya adalah
pemberian remunerasi kepada PNS berdasarkan kinerja individu yang
bersangkutan.
Untuk mendukung pemberian tunjangan berbasis kinerja, maka pada
tahun 2014 Pemerintah Pusat mengesahkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun
2014 tentang Aparatur Sipil Negara yang memperkuat amanat yang tertera
pada Peraturan Menteri Nomor 63 Tahun 2011 tentang Pedoman Penataan
Sistem Tunjangan Kinerja Pegawai Negeri. Menurut Undang-Undang tersebut,
Pegawai Negeri Sipil berhak mendapatkan gaji, fasilitas, tunjangan kinerja, dan
tunjangan kemahalan. Dalam Undang-Undang tersebut dijelaskan bahwa
setiap PNS yang berprestasi berhak mendapatkan kenaikan gaji sesuai dengan
prestasi yang dicapainya. Pengukuran capaian prestasi pegawai telah diatur
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi
Kerja Pegawai Negeri Sipil. Menurut Peraturan Pemerintah tersebut, penilaian
prestasi kerja PNS dilakukan untuk menjamin objektivitas pembinaan PNS dalam
mempertimbangkan kenaikan pangkat, penempatan dalam jabatan,
pemindahan, pendidikan dan pelatihan, tugas belajar, kenaikan gaji berkala,
dan lain-lain yang dilakukan berdasarkan sistem prestasi kerja dan sistem karier
yang dititikberatkan pada sistem prestasi kerja. Penilaian prestasi kerja PNS
dilakukan oleh pejabat penilai terhadap Sasaran Kerja Pegawai (SKP) dan
perilaku kerja PNS. Dengan dilakukannya penilaian prestasi kerja akan dapat
mewujudkan keadilan dalam pemberian benefit, mengingat seorang PNS yang
berprestasi akan mendapatkan benefit yang lebih baik dibandingkan PNS-PNS
lainnnya.
BAB!I!PENDAHULUAN! 164!
LAPORAN'AKHIR!
SKEMA!PEMBIAYAAN!TUNJANGAN!PEGAWAI!BERBASIS!KINERJA!
!
Sampai saat ini, Pemerintah Daerah masih belum mengadopsi konsep
tunjangan berbasis kinerja dalam pemberian kompensasi kepada pegawainya.
Sistem tunjangan yang diberlakukan oleh Pemerintah Daerah Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung sendiri masih mengacu kepada Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 mengenai Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, dimana pemerintah Daerah dapat memberikan tambahan
penghasilan kepada Pegawai Negeri Sipil dengan melihat kemampuan
keuangan daerah, faktor beban kerja, tempat bertugas, kondisi kerja,
kelangkaan profesi atau prestasi kerja. Dalam penerapannya, amanat yang
tertulis pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 belum
diadopsi seluruhnya oleh Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung pada tahun 2012 telah menyusun “Kajian Perumusan Model
Remunerasi bagi PNSD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung” dan sebagai tindak
lanjut dari rekomendasi kajian tersebut, maka pada tahun 2014 Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
menggagas penyusunan “Kajian Skema Pembiayaan Tunjangan Pegawai
Berbasis Kinerja”. Diharapkan dengan terimplementasinya sistem tunjangan
berbasis kinerja yang merit, adil, layak, kompetitif, dan transparan akan dapat
mewujudkan PNS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang profesional dan
produktif.
1.2' Rumusan'Masalah'
Dengan diberlakukannya Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 63 Tahun 2011 tentang Pedoman
Penataan Sistem Tunjangan Kinerja Pegawai Negeri dan Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara yang mengatur mengenai
pemberian tunjangan berbasis kinerja bagi PNS, maka Pemerintah Daerah
BAB!I!PENDAHULUAN! 165!
LAPORAN'AKHIR!
SKEMA!PEMBIAYAAN!TUNJANGAN!PEGAWAI!BERBASIS!KINERJA!
!
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung harus mulai berbenah dan mempersiapkan
model dan skema pembiayaan guna melaksanakan amanat kedua peraturan
perundang-undangan tersebut. Hal-hal pokok yang harus dirumuskan yaitu:
1. Model pemberian tunjangan yang selama ini diberlakukan di lingkungan
Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung belum dapat
mendorong motivasi pegawai untuk berkinerja lebih baik, timbulnya
kecemburuan dan ketidakpuasan pegawai berimbas pada rendahnya
performansi kinerja pegawai. Hal ini disebabkan oleh tunjangan yang
diberikan belum memenuhi prinsip-prinsip yang seharusnya ditempuh dalam
pemberian tunjangan, yaitu sistem merit, adil, layak, kompetitif, dan
transparan. Dalam prinsip-prinsip tersebut digambarkan bahwa tunjangan
yang diberikan haruslah didasarkan pada harga jabatan, sesuai dengan
beban tugas dan tanggung jawab pekerjaan, dapat memenuhi kebutuhan
hidup, kompetitif (tidak saja disetarakan dengan sektor swasta, tetapi juga
bersifat kompetitif di kalangan pegawai sendiri untuk berkinerja lebih baik
daripada rekannya), serta transparan (artinya perhitungan tunjangan
dilakukan secara transparan). Hal ini sesuai dengan amanat Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 mengenai Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 63 Tahun 2011 tentang
Pedoman Penataan Sistem Tunjangan Kinerja Pegawai Negeri.
2. Pada saat ini, selain mendapatkan gaji dan tunjangan (TPP), setiap PNS di
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung masih diperbolehkan mendapatkan
sumber-sumber pendapatan lainnya seperti insentif dan honor. Dengan
diberlakukannya tunjangan berbasis kinerja, maka sumber-sumber
pendapatan tersebut harus dihilangkan (kecuali untuk PNS mendapatkan
insentif yang pengaturannya telah ditetapkan oleh peraturan perundang-
undangan lainnya). Oleh karena itu, Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung harus dapat mengidentifikasi sumber-sumber pembiayaan
BAB!I!PENDAHULUAN! 166!
LAPORAN'AKHIR!
SKEMA!PEMBIAYAAN!TUNJANGAN!PEGAWAI!BERBASIS!KINERJA!
!
untuk tunjangan berbasis kinerja dan merumuskan mekanisme pembiayaan
tunjangan berbasis kinerja sesuai dengan perundang-undangan yang
berlaku dan kemampuan APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
1.3' Dasar'Hukum'
Beberapa landasan hukum pokok dalam penyusunan kajian ini adalah
sebagai berikut:
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 08 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 08 Tahun 1974 tentang
Pokok-Pokok Kepegawaian;
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
4. Undang-Undang Nomor 05 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 07 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji
Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2013 tentang Perubahan
Kelima Belas atas Peraturan Pemerintah Nomor 07 Tahun 1977 tentang
Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi,
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri
Sipil;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja
Pegawai Negeri Sipil;
BAB!I!PENDAHULUAN! 167!
LAPORAN'AKHIR!
SKEMA!PEMBIAYAAN!TUNJANGAN!PEGAWAI!BERBASIS!KINERJA!
!
9. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi
Birokrasi 2010-2025;
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali,
terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011
tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13
Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
11. Peraturan Menterin Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pedoman
Analisis Beban Kerja di Lingkungan Departemen Dalam Negeri dan
Pemerintah Daerah;
12. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
Per/15/M.Pan/7/2008 tentang Pedoman Umum Reformasi Birokrasi;
13. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi Tahun
2010-2014;
14. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Refomasi Birokrasi
Nomor 33 Tahun 2011 tentang Pedoman Analisis Jabatan;
15. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 34 Tahun 2011 tentang Pedoman Evaluasi Jabatan;
16. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 63 Tahun 2011 tentang Pedoman Penataan Sistem
Tunjangan Kinerja Pegawai Negeri;
17. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 01 Tahun 2013
tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun
2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja PNS.
1.4' Maksud'dan'Tujuan'
Maksud dari penyusunan kajian ini adalah dengan diberlakukannya
tunjangan berbasis kinerja diharapkan dapat mendorong motivasi PNS di
BAB!I!PENDAHULUAN! 168!
LAPORAN'AKHIR!
SKEMA!PEMBIAYAAN!TUNJANGAN!PEGAWAI!BERBASIS!KINERJA!
!
lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung untuk
berkinerja maksimal dan menciptakan PNS yang profesional dan produktif,
sehingga tujuan organisasi dapat tercapai dengan lebih cepat dan lebih baik.
Adapun tujuan dari penyusunan kajian ini adalah untuk menjadi bahan
masukan bagi Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam
memberikan tunjangan berbasis kinerja yang sesuai dengan amanat peraturan
perundang-undangan yang berlaku, dan merumuskan sumber-sumber serta
mekanisme pembiayaan tunjangan berbasis kinerja sesuai dengan peraturan
perundang-undangan dan kemampuan APBD Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung.
1.5' Sasaran'Kegiatan'
Sasaran dari penyusunan kajian ini adalah:
1. Terumuskannya tunjangan berbasis kinerja bagi PNS yang sesuai dengan hasil
analisa jabatan dan analisa beban kerja yang sudah dilaksanakan oleh
Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
2. Terumuskannya tunjangan berbasis kinerja bagi PNS yang sesuai dengan
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 63 Tahun 2011 tentang Pedoman Penataan Sistem Tunjangan Kinerja
Pegawai Negeri dan berdasarkan kondisi faktual di lingkungan Pemerintah
Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
3. Teridentifikasinya sumber-sumber serta mekanisme pembiayaan tunjangan
berbasis kinerja ditinjau dari kesesuaian terhadap ketentuan perundang-
undangan dan kemampuan APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
1.6'' Keluaran'
Keluaran dari penyusunan kajian ini adalah:
1. Model tunjangan kinerja yang didasarkan pada hasil analisa jabatan dan
analisa beban kerja.
BAB!I!PENDAHULUAN! 169!
LAPORAN'AKHIR!
SKEMA!PEMBIAYAAN!TUNJANGAN!PEGAWAI!BERBASIS!KINERJA!
!
2. Model tunjangan kinerja yang didasarkan pada amanat Permenpan Nomor
63 Tahun 2011 tentang Pedoman Penataan Sistem Tunjangan Kinerja
Pegawai Negeri.
3. Sumber-sumber dan mekanisme pembiayaan model tunjangan kinerja yang
sudah dirumuskan.
1.7' Ruang'Lingkup'
1. Lingkup wilayah adalah Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung, Kementerian, dan Pemerintah Kota lainnya.
2. Lingkup substansi meliputi:
! Melakukan perumusan tunjangan berbasis kinerja bagi PNS Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung yang didasarkan pada hasil analisa jabatan
dan analisa beban kerja yang sudah dilaksanakan oleh Pemerintah
Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
! Melakukan perumusan tunjangan berbasis kinerja bagi PNS Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung yang didasarkan pada Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 63 Tahun
2011 tentang Pedoman Penataan Sistem Tunjangan Kinerja Pegawai
Negeri.
! Melakukan perumusan skema pembiayaan untuk membiayai tunjangan
berbasis kinerja.
3. Lingkup instansional meliputi:
! Sekretariat Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung;
! Inspektorat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung;
! Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung;
! Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung;
! Dinas Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung;
BAB!I!PENDAHULUAN! 1610!
LAPORAN'AKHIR!
SKEMA!PEMBIAYAAN!TUNJANGAN!PEGAWAI!BERBASIS!KINERJA!
!
! Dinas Pelayanan Pajak Provinsi Kepulauan Bangka Belitung; dan
! Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
1.8' Sistematika'Pembahasan'
Sistematika pembahasan pada laporan ini adalah:
Bab I Pendahuluan
Pada bab ini dijelaskan secara singkat gambaran umum masalah yang terdiri
dari latar belakan, rumusan masalah, dasar hukum, maksud dan tujuan, sasaran
dan output kegiatan, ruang lingkup pekerjaan, dan sistematika pembahasan.
!
BAB'I' Pendahuluan'
BAB!I!PENDAHULUAN! 1611!
LAPORAN'AKHIR!
SKEMA!PEMBIAYAAN!TUNJANGAN!PEGAWAI!BERBASIS!KINERJA!
!
!
!
!
!
BAB 1
PENDAHULUAN
!
1.1' Latar'Belakang'
Menurut Roberia (2009), remunerasi adalah pembayaran berupa uang
dan/atau barang yang diberikan atas prestasi dan/atau penghargaan dalam
suatu hubungan kerja maupun sesudah berakhirnya suatu hubungan kerja
berdasarkan suatu sistem yang terstruktur, terbuka, adil, dan layak. Remunerasi
dapat berupa gaji atau upah, honorarioum, tunjangan, asuransi, bonus, insentif,
pesangon, dan bentuk-bentuk kompensasi lainnya. Remunerasi dapat
digunakan untuk 2 (dua) tujuan dasar, yaitu 1) untuk menarik dan
mempertahankan Sumber Daya Manusia yang berkualitas dan 2) untuk
memotivasi karyawan agar mencapai tingkat performansi yang lebih tinggi.
Tingkat remunerasi juga mempunyai imbas yang besar terhadap rekrutmen,
motivasi, produktifitas, tingkat perputaran pegawai, dan juga perasaan
pegawai terhadap perusahaannya. Oleh karena itu, Irmayanti (2004)
mengatakan bahwa remunerasi termasuk salah satu faktor yang
mempengaruhi keberhasilan dalam mencapai visi dan misi suatu organisasi.
BAB!I!PENDAHULUAN! 1612!
LAPORAN'AKHIR!
SKEMA!PEMBIAYAAN!TUNJANGAN!PEGAWAI!BERBASIS!KINERJA!
!
Saat ini masih cukup banyak organisasi yang menilai bahwa remunerasi
merupakan suatu komponen biaya yang perlu diminimasi besarannya.
Munculnya anggapan seperti itu telah menempatkan remunerasi sebagai
sarana yang dapat meningkatkan perilaku tidak produktif, yang dapat
mengakibatkan terjadinya masalah-masalah personal seperti rendahnya
motivasi, rendahnya kinerja, tingginya turn over, perilaku tidak bertanggung
jawab, dan bahkan perilaku tidak jujur di dalam diri pegawai. Untuk dapat
mencegah munculnya permasalahan personal dan membesarnya
pengeluaran remunerasi suatu organisasi, maka diperlukan suatu sistem
remunerasi yang adil, layak, dan cost effective.
Dunia manajemen mengenal konsep 3P yang cukup sering digunakan
dalam memberikan remunerasi kepada pegawai. Konsep 3P, yang disusun oleh
Richard Payne, mengkategorikan remunerasi menjadi 3 (tiga), yaitu pay for
position, pay for person, dan pay for performance, dimana konsep pay for
performance sekarang ini dianggap sebagai konsep remunerasi yang paling
adil untuk diterapkan. Dengan diterapkannya pemberian remunerasi berbasis
kinerja akan dapat mendorong pegawai untuk meningkatkan produktifitasnya
yang pada akhirnya juga akan meningkatkan produktifitas dari perusahaan itu
sendiri. Pemberian remunerasi berbasis kinerja termasuk salah satu faktor untuk
mewujudkan manajemen kinerja yang efektif di suatu organisasi.
Manajemen kinerja (Udekusuma, 2007) adalah suatu proses manajemen
yang dirancang untuk menghubungkan tujuan organisasi dengan tujuan
individu sedemikian rupa, sehingga baik tujuan individu maupun tujuan
perusahaan dapat bertemu. Dalam hal ini bagi pekerja bukan hanya tujuan
individunya yang tercapai tetapi juga ikut berperan dalam pencapaian tujuan
organisasi, yang membuat dirinya termotivasi serta mendapat kepuasan yang
lebih besar. Menurut Bacal (1998), terdapat 5 (lima) pandangan dasar dalam
sistem manajemen kinerja, yaitu:
BAB!I!PENDAHULUAN! 1613!
LAPORAN'AKHIR!
SKEMA!PEMBIAYAAN!TUNJANGAN!PEGAWAI!BERBASIS!KINERJA!
!
1. Model integratif untuk kinerja organisasi. Pada pandangan ini, manajemen
kinerja sebagai suatu struktur sistem integratif yang saling berkesinambungan
antar aspek. Sehingga, keberhasilan manajemen kinerja ditentukan oleh
keseluruhan aspek yang ada dalam suatu organisasi, tidak ditentukan bagian
per bagian.
2. Fokus pada proses dan hasil. Manajemen kinerja menjadi suatu sistem yang
tidak hanya berorientasi pada hasil (pandangan tradisional). Proses menjadi
salah satu aspek penunjang yang penting dalam penentuan hasil yang baik.
3. Keterlibatan pihak yang berkaitan dalam pencapaian tujuan. Pekerja
sebagai subyek utama yang melakukan proses bisnis organisasi secara
langsung. Maka dari itu, keterlibatan pihak yang berkaitan (pekerja) menjadi
penunjang dalam pencapaian tujuan organisasi.
4. Penilaian kinerja objektif dan mengena pada sasaran. Manajemen kinerja
mencakup penilaian kinerja objektif dan sesuai dengan sasaran tiap bagian
organisasi yang berkaitan. Akhirnya, hal ini berpotensi pada dampak positif
dari penilaian kinerja yang sukses dan terstruktur.
5. Evaluasi dan pembelajaran antara atasan dan bawahan. Manajemen kinerja
yang baik mampu menyediakan suatu hasil evaluasi kinerja terukur. Hasil
evaluasi dapat memberikan informasi pada pihak terkait (atasan maupun
bawahan). Informasi mengenai hasil evaluasi dapat menjadi sarana
pembelajaran dan penentu tindakan perbaikan di masa mendatang.
Dalam mewujudkan manajemen kinerja yang efektif di lingkungan
pemerintahan, maka Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi mengeluarkan Peraturan Menteri Nomor 63 Tahun 2011
tentang Pedoman Penataan Sistem Tunjangan Kinerja Pegawai Negeri, dimana
besarnya tunjangan kinerja yang diberikan kepada PNS perlu
mempertimbangkan faktor 1) tingkat capaian pelaksanaan reformasi birokrasi
instansi, 2) nilai dan kelas jabatan, 3) indeks harga nilai jabatan, 4) faktor
penyeimbang, dan 5) indeks tunjangan kinerja daerah provinsi. Intinya adalah
BAB!I!PENDAHULUAN! 1614!
LAPORAN'AKHIR!
SKEMA!PEMBIAYAAN!TUNJANGAN!PEGAWAI!BERBASIS!KINERJA!
!
pemberian remunerasi kepada PNS berdasarkan kinerja individu yang
bersangkutan.
Untuk mendukung pemberian tunjangan berbasis kinerja, maka pada
tahun 2014 Pemerintah Pusat mengesahkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun
2014 tentang Aparatur Sipil Negara yang memperkuat amanat yang tertera
pada Peraturan Menteri Nomor 63 Tahun 2011 tentang Pedoman Penataan
Sistem Tunjangan Kinerja Pegawai Negeri. Menurut Undang-Undang tersebut,
Pegawai Negeri Sipil berhak mendapatkan gaji, fasilitas, tunjangan kinerja, dan
tunjangan kemahalan. Dalam Undang-Undang tersebut dijelaskan bahwa
setiap PNS yang berprestasi berhak mendapatkan kenaikan gaji sesuai dengan
prestasi yang dicapainya. Pengukuran capaian prestasi pegawai telah diatur
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi
Kerja Pegawai Negeri Sipil. Menurut Peraturan Pemerintah tersebut, penilaian
prestasi kerja PNS dilakukan untuk menjamin objektivitas pembinaan PNS dalam
mempertimbangkan kenaikan pangkat, penempatan dalam jabatan,
pemindahan, pendidikan dan pelatihan, tugas belajar, kenaikan gaji berkala,
dan lain-lain yang dilakukan berdasarkan sistem prestasi kerja dan sistem karier
yang dititikberatkan pada sistem prestasi kerja. Penilaian prestasi kerja PNS
dilakukan oleh pejabat penilai terhadap Sasaran Kerja Pegawai (SKP) dan
perilaku kerja PNS. Dengan dilakukannya penilaian prestasi kerja akan dapat
mewujudkan keadilan dalam pemberian benefit, mengingat seorang PNS yang
berprestasi akan mendapatkan benefit yang lebih baik dibandingkan PNS-PNS
lainnnya.
Sampai saat ini, Pemerintah Daerah masih belum mengadopsi konsep
tunjangan berbasis kinerja dalam pemberian kompensasi kepada pegawainya.
Sistem tunjangan yang diberlakukan oleh Pemerintah Daerah Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung sendiri masih mengacu kepada Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 mengenai Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, dimana pemerintah Daerah dapat memberikan tambahan
BAB!I!PENDAHULUAN! 1615!
LAPORAN'AKHIR!
SKEMA!PEMBIAYAAN!TUNJANGAN!PEGAWAI!BERBASIS!KINERJA!
!
penghasilan kepada Pegawai Negeri Sipil dengan melihat kemampuan
keuangan daerah, faktor beban kerja, tempat bertugas, kondisi kerja,
kelangkaan profesi atau prestasi kerja. Dalam penerapannya, amanat yang
tertulis pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 belum
diadopsi seluruhnya oleh Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung pada tahun 2012 telah menyusun “Kajian Perumusan Model
Remunerasi bagi PNSD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung” dan sebagai tindak
lanjut dari rekomendasi kajian tersebut, maka pada tahun 2014 Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
menggagas penyusunan “Kajian Skema Pembiayaan Tunjangan Pegawai
Berbasis Kinerja”. Diharapkan dengan terimplementasinya sistem tunjangan
berbasis kinerja yang merit, adil, layak, kompetitif, dan transparan akan dapat
mewujudkan PNS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang profesional dan
produktif.
1.2' Rumusan'Masalah'
Dengan diberlakukannya Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 63 Tahun 2011 tentang Pedoman
Penataan Sistem Tunjangan Kinerja Pegawai Negeri dan Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara yang mengatur mengenai
pemberian tunjangan berbasis kinerja bagi PNS, maka Pemerintah Daerah
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung harus mulai berbenah dan mempersiapkan
model dan skema pembiayaan guna melaksanakan amanat kedua peraturan
perundang-undangan tersebut. Hal-hal pokok yang harus dirumuskan yaitu:
2. Model pemberian tunjangan yang selama ini diberlakukan di lingkungan
Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung belum dapat
mendorong motivasi pegawai untuk berkinerja lebih baik, timbulnya
BAB!I!PENDAHULUAN! 1616!
LAPORAN'AKHIR!
SKEMA!PEMBIAYAAN!TUNJANGAN!PEGAWAI!BERBASIS!KINERJA!
!
kecemburuan dan ketidakpuasan pegawai berimbas pada rendahnya
performansi kinerja pegawai. Hal ini disebabkan oleh tunjangan yang
diberikan belum memenuhi prinsip-prinsip yang seharusnya ditempuh dalam
pemberian tunjangan, yaitu sistem merit, adil, layak, kompetitif, dan
transparan. Dalam prinsip-prinsip tersebut digambarkan bahwa tunjangan
yang diberikan haruslah didasarkan pada harga jabatan, sesuai dengan
beban tugas dan tanggung jawab pekerjaan, dapat memenuhi kebutuhan
hidup, kompetitif (tidak saja disetarakan dengan sektor swasta, tetapi juga
bersifat kompetitif di kalangan pegawai sendiri untuk berkinerja lebih baik
daripada rekannya), serta transparan (artinya perhitungan tunjangan
dilakukan secara transparan). Hal ini sesuai dengan amanat Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 mengenai Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 63 Tahun 2011 tentang
Pedoman Penataan Sistem Tunjangan Kinerja Pegawai Negeri.
2. Pada saat ini, selain mendapatkan gaji dan tunjangan (TPP), setiap PNS di
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung masih diperbolehkan mendapatkan
sumber-sumber pendapatan lainnya seperti insentif dan honor. Dengan
diberlakukannya tunjangan berbasis kinerja, maka sumber-sumber
pendapatan tersebut harus dihilangkan (kecuali untuk PNS mendapatkan
insentif yang pengaturannya telah ditetapkan oleh peraturan perundang-
undangan lainnya). Oleh karena itu, Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung harus dapat mengidentifikasi sumber-sumber pembiayaan
untuk tunjangan berbasis kinerja dan merumuskan mekanisme pembiayaan
tunjangan berbasis kinerja sesuai dengan perundang-undangan yang
berlaku dan kemampuan APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
BAB!I!PENDAHULUAN! 1617!
LAPORAN'AKHIR!
SKEMA!PEMBIAYAAN!TUNJANGAN!PEGAWAI!BERBASIS!KINERJA!
!
1.3' Dasar'Hukum'
Beberapa landasan hukum pokok dalam penyusunan kajian ini adalah
sebagai berikut:
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 08 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 08 Tahun 1974 tentang
Pokok-Pokok Kepegawaian;
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
4. Undang-Undang Nomor 05 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 07 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji
Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2013 tentang Perubahan
Kelima Belas atas Peraturan Pemerintah Nomor 07 Tahun 1977 tentang
Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi,
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri
Sipil;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja
Pegawai Negeri Sipil;
9. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi
Birokrasi 2010-2025;
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali,
BAB!I!PENDAHULUAN! 1618!
LAPORAN'AKHIR!
SKEMA!PEMBIAYAAN!TUNJANGAN!PEGAWAI!BERBASIS!KINERJA!
!
terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011
tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13
Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
11. Peraturan Menterin Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pedoman
Analisis Beban Kerja di Lingkungan Departemen Dalam Negeri dan
Pemerintah Daerah;
12. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
Per/15/M.Pan/7/2008 tentang Pedoman Umum Reformasi Birokrasi;
13. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi Tahun
2010-2014;
14. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Refomasi Birokrasi
Nomor 33 Tahun 2011 tentang Pedoman Analisis Jabatan;
15. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 34 Tahun 2011 tentang Pedoman Evaluasi Jabatan;
16. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 63 Tahun 2011 tentang Pedoman Penataan Sistem
Tunjangan Kinerja Pegawai Negeri;
17. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 01 Tahun 2013
tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun
2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja PNS.
1.4' Maksud'dan'Tujuan'
Maksud dari penyusunan kajian ini adalah dengan diberlakukannya
tunjangan berbasis kinerja diharapkan dapat mendorong motivasi PNS di
lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung untuk
berkinerja maksimal dan menciptakan PNS yang profesional dan produktif,
sehingga tujuan organisasi dapat tercapai dengan lebih cepat dan lebih baik.
BAB!I!PENDAHULUAN! 1619!
LAPORAN'AKHIR!
SKEMA!PEMBIAYAAN!TUNJANGAN!PEGAWAI!BERBASIS!KINERJA!
!
Adapun tujuan dari penyusunan kajian ini adalah untuk menjadi bahan
masukan bagi Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam
memberikan tunjangan berbasis kinerja yang sesuai dengan amanat peraturan
perundang-undangan yang berlaku, dan merumuskan sumber-sumber serta
mekanisme pembiayaan tunjangan berbasis kinerja sesuai dengan peraturan
perundang-undangan dan kemampuan APBD Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung.
1.5' Sasaran'Kegiatan'
Sasaran dari penyusunan kajian ini adalah:
1. Terumuskannya tunjangan berbasis kinerja bagi PNS yang sesuai dengan hasil
analisa jabatan dan analisa beban kerja yang sudah dilaksanakan oleh
Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
2. Terumuskannya tunjangan berbasis kinerja bagi PNS yang sesuai dengan
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 63 Tahun 2011 tentang Pedoman Penataan Sistem Tunjangan Kinerja
Pegawai Negeri dan berdasarkan kondisi faktual di lingkungan Pemerintah
Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
3. Teridentifikasinya sumber-sumber serta mekanisme pembiayaan tunjangan
berbasis kinerja ditinjau dari kesesuaian terhadap ketentuan perundang-
undangan dan kemampuan APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
1.6'' Keluaran'
Keluaran dari penyusunan kajian ini adalah:
4. Model tunjangan kinerja yang didasarkan pada hasil analisa jabatan dan
analisa beban kerja.
5. Model tunjangan kinerja yang didasarkan pada amanat Permenpan Nomor
63 Tahun 2011 tentang Pedoman Penataan Sistem Tunjangan Kinerja
Pegawai Negeri.
BAB!I!PENDAHULUAN! 1620!
LAPORAN'AKHIR!
SKEMA!PEMBIAYAAN!TUNJANGAN!PEGAWAI!BERBASIS!KINERJA!
!
6. Sumber-sumber dan mekanisme pembiayaan model tunjangan kinerja yang
sudah dirumuskan.
1.7' Ruang'Lingkup'
4. Lingkup wilayah adalah Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung, Kementerian, dan Pemerintah Kota lainnya.
5. Lingkup substansi meliputi:
! Melakukan perumusan tunjangan berbasis kinerja bagi PNS Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung yang didasarkan pada hasil analisa jabatan
dan analisa beban kerja yang sudah dilaksanakan oleh Pemerintah
Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
! Melakukan perumusan tunjangan berbasis kinerja bagi PNS Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung yang didasarkan pada Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 63 Tahun
2011 tentang Pedoman Penataan Sistem Tunjangan Kinerja Pegawai
Negeri.
! Melakukan perumusan skema pembiayaan untuk membiayai tunjangan
berbasis kinerja.
6. Lingkup instansional meliputi:
! Sekretariat Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung;
! Inspektorat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung;
! Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung;
! Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung;
! Dinas Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung;
! Dinas Pelayanan Pajak Provinsi Kepulauan Bangka Belitung; dan
! Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
BAB!I!PENDAHULUAN! 1621!
LAPORAN'AKHIR!
SKEMA!PEMBIAYAAN!TUNJANGAN!PEGAWAI!BERBASIS!KINERJA!
!
1.8' Sistematika'Pembahasan'
Sistematika pembahasan pada laporan ini adalah:
Bab I Pendahuluan
Pada bab ini dijelaskan secara singkat gambaran umum masalah yang terdiri
dari latar belakan, rumusan masalah, dasar hukum, maksud dan tujuan, sasaran
dan output kegiatan, ruang lingkup pekerjaan, dan sistematika pembahasan.
BAB!I!PENDAHULUAN! 1622!
LAPORAN AKHIR
SKEMA PEMBIAYAAN TUNJANGAN PEGAWAI BERBASIS KINERJA
BAB I Pendahuluan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Remunerasi
Pada literatur tentang manajemen kepegawaian, manajemen sumber
daya manusia, dan sistem penggajian/pengupahan ditemukan
ketidakkonsistenan penggunaan istilah remunerasi dengan istilah kompensasi.
Untuk lebih memahaminya, berikut diuraikan beberapa pengertian remunerasi
dan kompensasi.
Beberapa pengertian kompensasi dapat diuraikan sebagai berikut:
! Kompensasi adalah sejumlah pembayaran yang diterima pekerja atas jasa
pelayanannya untuk pemberi kerja pada waktu yang telah direncanakan.
(Article & News Compensation Statements dalam Roberia, 2009)
KOMPENSASI
sebagai bentuk di luar gaji, namun tunjangan ini masih terdapat kaitan dengan
gaji, khususnya dengan gaji pokok. Hal ini dikarenakan gaji pokok merupakan
patokan untuk menghitung bentuk lainnya seperti tunjangan, sehingga untuk
menentukan seberapa besar nilai tunjangan itu adalah didasarkan
hitungannya pada nilai gaji pokok. Selain itu, istilah tunjangan ini tidaklah
digunakan secara berdiri sendiri. Penggunaan istilah tunjangan selalu diikuti
kata lain yang menunjukkan jenis/nama tunjangannya.
Berbeda dengan istilah gaji dan tunjangan, istilah yang lain seperti
honorarium, insentif, bonus, pensiun, tabungan, bantuan, dan asuransi jarang
menimbulkan persoalan kerancuan antara teori dan praktiknya. Berikut ini
disampaikan pengertian istilah-istilah tersebut menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia:
! Honor/honorarium: upah sebagai imbalan jasa; upah di luar gaji. Istilah honor
atau honorarium memang diartikan sebagai hal yang termasuk upah juga
namun mempunyai rentang waktu yang tidak tertentu dan tidak tetap. Hal
ini tidak sama dengan istilah gaji secara formalnya.
! Insentif: tambahan penghasilan (uang, barang, dsb.) yang diberikan untuk
meningkatkan gairah kerja; uang perangsang. Untuk perhitungan seberapa
besar nilai insentif yang akan diberikan tidak harus didasarkan pada nilai gaji
pokok. Hal ini tidak sama dengan istilah tunjangan.
! Bonus: upah tambahan di luar gaji atau upah sebagai hadiah atau
perangsang; gaji, upah ekstra yang dibayarkan kepada karyawan; gratifikasi;
insentif. Pada prinsipnya antara insentif dan bonus adalah identik, hanya
berbeda dalam formal pelaksanaannya. Pada bonus, lebih ditekankan
sebagai suatu hadiah dan sifatnya sekali waktu. Sedangkan pada insentif,
dimungkinkan untuk tidak berlaku pada sekali waktu saja.
! Pensiun: uang tunjangan yang diterima tiap-tiap bulan oleh karyawan
sesudah berhenti bekerja atau oleh istri (suami) dan anak-anaknya yang
belum dewasa kalau ia meninggal dunia.
a. Legalitas
Berdasarkan asas legalitas, maka pengaturan lebih lanjut mengenai
remunerasi Pegawai Negeri diatur dengan Peraturan Pemerintah. Sampai
saat ini, Peraturan Pemerintah yang merupakan peraturan turunan dari
Undang-Undang Kepegawaian adalah Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun
1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil dan telah mengalami
perubahan sebanyak sebelas kali, terakhir dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 11 Tahun 2011 tentang Perubahan Ketigabelas Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil.
b. Adil dan layak berdasarkan beban kerja
Prinsip adil dan layak berdasarkan beban kerja dan prinsip menjamin
kesejahteraan tercantum dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 43 Tahun
1999. Yang dimaksud dengan gaji yang adil dan layak adalah bahwa gaji
Pegawai Negeri harus mampu memenuhi kebutuhan hidup keluarganya,
sehingga Pegawai Negeri yang bersangkutan dapat memusatkan perhatian,
pikiran, dan tenaganya hanya untuk melaksanakan tugas yang
dipercayakan kepadanya. Pengaturan gaji Pegawai Negeri yang adil
dimaksudkan untuk mencegah kesenjangan kesejahteraan, baik antar
Pegawai Negeri maupun antara Pegawai Negeri dengan swasta. Sedangkan
gaji yang layak dimaksudkan untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan
pokok dan dapat mendorong produktivitas dan kreativitas Pegawai Negeri.
c. Menjamin kesejahteraan
Untuk meningkatkan kesejahteraan dan profesionalitas PNS, Pemerintah
menerbitkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang
perubahan kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, dimana dalam
Pasal 39 dijelaskan bahwa:
1. Pemerintah daerah dapat memberikan tambahan penghasilan kepada
pegawai negeri sipil berdasarkan pertimbangan yang objektif dengan
Lebih jauh lagi Armstrong & Murlis mengemukakan bahwa penetapan total
rewards management memberikan dampak yang lebih besar pada upaya
motivasi pegawai sekaligus meningkatkan komitmen mereka untuk bekerja
dengan maksimal. Selain itu, hubungan antar individu dalam lingkungan kerja
bisa meningkat karena orang dihargai berdasarkan usaha yang dilakukan dan
diakui keberadaannya. Keuntungan lain adalah aspek fleksibilitas dari total
rewards management yang sesuai dengan lingkungan organisasi yang
kompleks sebagaimana dikemukakan oleh Kantor & Kao (2004) bahwa
“Companies today are managing a much more heterogeneous population. For
the diverse workforce, no single component becomes a value driver. Employees
have choices to make and a need for greater flexibility”. Upaya ini juga dapat
menimbulkan aspek psikilogis positif bagi pegawai dan menjadikan organisasi
kerja yang kompeten.
Armstrong mengidentifikasikan beberapa model total reward
management yang dapat dijadikan acuan dalam menyusun desain
remunerasi, diantaranya:
! Model Tower Perin
Gambar 2.3
Model Tower Perin
BAB I Pendahuluan
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi
Menurut Sugiyono, populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi pada penelitian ini adalah aspek-aspek yang mempengaruhi
pemberian tunjangan berbasis kinerja dan model penilaian prestasi kerja PNS.
Objek umum dalam penelitian ini adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung yang menjadi sasaran pemberian tunjangan
berbasis kinerja dan penilaian prestasi kerjanya. Sedangkan jika diperdalam lagi,
BAB III METODE PENELITIAN 3-1
LAPORAN AKHIR
SKEMA PEMBIAYAAN TUNJANGAN PEGAWAI BERBASIS KINERJA
Gambar 3.1
Tahapan Pengerjaan
Fase I
Fase pertama terdiri dari 2 (dua) tahapan pengerjaan, yaitu perumusan
model tunjangan kinerja berdasarkan hasil analisa jabatan dan analisa beban
kerja serta perumusan model tunjangan kinerja berdasarkan amanat
Permenpan Nomor 63 Tahun 2011 tentang Pedoman Penataan Sistem
Tunjangan Kinerja Pegawai Negeri. Dalam merumuskan model lama tunjangan
kinerja digunakan data analisa jabatan dan analisa beban kerja yang sudah
pernah disusun oleh Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Dari data-
data tersebut kemudian ditarik poin-poin penting sebagai dasar penentuan
tingkat kelas jabatan bagi setiap PNS jabatan struktural, fungsional tertentu, dan
fungsional umum.
Perumusan model baru tunjangan kinerja didasarkan pada berdasarkan
amanat Permenpan Nomor 63 Tahun 2011 tentang Pedoman Penataan Sistem
Tunjangan Kinerja Pegawai Negeri, dimana pemberian tunjangan berbasis
kinerja didasarkan pada tingkat capaian pelaksanaan reformasi birokrasi, nilai
BAB III METODE PENELITIAN 3-3
LAPORAN AKHIR
SKEMA PEMBIAYAAN TUNJANGAN PEGAWAI BERBASIS KINERJA
dan kelas jabatan, indeks harga nilai jabatan, faktor penyeimbang, dan indeks
tunjangan kinerja daerah provinsi. Pada tahap ini akan dilakukan analisis untuk
melengkapi kelima aspek tersebut. Untuk dapat melengkapi aspek nilai dan
kelas jabatan diperlukan data mengenai evaluasi jabatan SKPD Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung. Tetapi data mengenai evaluasi jabatan tersebut
tidak tersedia, mengingat Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
belum pernah melakukan evaluasi jabatan di tiap SKPD. Oleh karena itu,
digunakan pendekatan untuk dapat mengukur tingkat kelas jabatan masing-
masing PNS.
Fase II
Fase kedua terdiri dari 2 (dua) tahapan pengerjaan, yaitu perumusan
besaran tunjangan kinerja serta perumusan sumber-sumber dan mekanisme
pembiayaan tunjangan kinerja. Pada tahap perumusan besaran tunjangan
kinerja akan dilakukan penjabaran besaran model lama dan baru tunjangan
kinerja berdasarkan faktor-faktor yang sudah didapatkan sebelumnya dan data
kepegawaian yang faktual. Output dari tahapan ini adalah skenario-skenario
besaran tunjangan berbasis kinerja untuk selanjutnya dirumuskan sumber dan
mekanisme pembiayaannya.
Pada tahap terakhir, akan dilakukan perumusan sumber-sumber daya
mekanisme pembiayaan tunjangan kinerja yang sudah dirumuskan. Dengan
adanya skenario-skenario besaran tunjangan berbasis kinerja yang sudah
dirumuskan berpotensi akan menambah beban belanja, khususnya belanja
pegawai pada struktur APBD Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Oleh karena itu, pada tahap ini akan dirumuskan alternatif sumber-sumber dan
mekanisme pembiayaan tunjangan berbasis kinerja yang sesuai dengan
amanat perundang-undangan dan kemampuan APBD Pemerintah Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung.
! Pengaturan organisasi;
! Wewenang penyeliaan dan manajerial;
! Hubungan personal;
! Kesulitan dalam pengarahan pekerjaan; serta
! Kondisi lain.
Sedangkan evaluasi jabatan fungsional terdiri dari:
! Pengetahuan yang dibutuhkan jabatan;
! Pengawasan penyelia;
! Pedoman;
! Kompleksitas;
! Ruang lingkup dan dampak;
! Hubungan personal;
! Tujuan hubungan;
! Persyaratan fisik; serta
! Lingkungan pekerjaan.
Dari hasil evaluasi jabatan tersebut akan dapat ditentukan kelas jabatan
seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS). Untuk batasan nilai dan kelas jabatan
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.2
Nilai dan Kelas Jabatan
KELAS
BATASAN NILAI
JABATAN
190-240 1
245-300 2
305-370 3
375-450 4
455-650 5
655-850 6
855-1100 7
1105-1350 8
1355-1600 9
1605-1850 10
1855-2100 11
2105-2350 12
KELAS
BATASAN NILAI
JABATAN
2355-2750 13
2755-3150 14
3155-3600 15
3605-4050 16
4055-ke atas 17
Sumber: Hasil Analisis, 2014
BAB I Pendahuluan
BAB 4
HASIL ANALISIS AWAL
dan pelatihan. Selain itu UU ASN juga mengamanatkan PNS menerima gaji,
tunjangan kinerja, tunjangan kemahalan, dan fasilitas.
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi
Kerja Pegawai Negeri Sipil mengamanatkan penilaian prestasi kerja PNS yang
terdiri atas unsur Sasaran Kerja Pegawai (60%) dan perilaku kerja (40%).
Penilaian Sasaran Kerja Pegawai (SKP) meliputi aspek kuantitas, kualitas, waktu,
dan biaya. Sedangkan penilaian perilaku kerja meliputi aspek orientasi
pelayanan, integritas, komitmen, disiplin, kerja sama, dan kepemimpinan.
Mengenai tunjangan kinerja terdapat peraturan perundang-undangan
yang secara spesifik mengatur yaitu Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 63 Tahun 2011 tentang
Pedoman Penataan Sistem Tunjangan Kinerja Pegawai Negeri. Regulasi tersebut
mengamanatkan pemberian tunjangan kinerja kepada Pegawai Negeri
didasarkan pada tingkat capaian pelaksanaan reformasi birokrasi instansi, nilai
dan kelas jabatan, indeks harga nilai jabatan, faktor penyeimbang, dan indeks
tunjangan kinerja daerah provinsi. Tunjangan kinerja juga diselenggarakan
dengan prinsip efisiensi dan equal pay for equal work. Dengan adanya
tunjangan kinerja diharapkan dapat memotivasi Pegawai Negeri untuk
meningkatkan produktivitasnya.
Menurut Roberia (2009), remunerasi merupakan suatu pembayaran
berupa uang dan/atau barang yang diberikan atas prestasi/penghargaan baik
dalam maupun sesudah berakhirnya suatu hubungan kerja berdasarkan suatu
sistem yang terstruktur, terbuka, adil, dan layak. Terdapat 5 (lima) prinsip
remunerasi, yaitu sistem merit, adil, layak, kompetitif, dan transparan. Pemberian
remunerasi berbasis kinerja sangat erat hubungannya dengan manajemen
kinerja. Dengan diberikannya remunerasi berbasis kinerja maka akan
meningkatkan produktivitas pegawai, meningkatkan manajemen kinerja, dan
meningkatkan pencapaian tujuan organisasi. Menurut Direktorat Jenderal
Anggaran, manajemen kinerja adalah suatu proses strategis dan terpadu yang
menunjang keberhasilan organisasi melalui pengembangan performansi aspek-
BAB IV HASIL ANALISIS AWAL 4-2
LAPORAN AKHIR
SKEMA PEMBIAYAAN TUNJANGAN PEGAWAI BERBASIS KINERJA
Gambar 4.1
Perubahan Paradigma Pemberian Tunjangan
KETERANGAN
GRADE FUNGSIONAL
GOLONGAN FUNGSIONAL TERTENTU
UMUM
Penilik PNS, Mediator Muda, PKB
Penyelia, Pengawas Ketenagakerjaan
Pertama, Pustakawan, Arsiparis,
Perencana Pertama, Auditor Ahli
8 Eselon V.a -
Pertama, Auditor Terampil Penyelia,
Pengawas Pemerintahan Pertama,
dan Pengawas Lingkungan Hidup
(asumsi ahli pertama)
Pamong Belajar, Pengantar Kerja
Pertama, PKB Pelaksana Lanjutan,
7 - -
Penyuluh Pertanian, dan Auditor
Pelaksana Lanjutan
Kesehatan Non Keperawatan
(Nutrisionist, Pranata Laboratorium,
Sanitarian, Radiografer, Asisten
Apoteker, Teknik Elektro Medik,
Administrator Kesehatan, Pengawas Golongan I -
6 -
Farmasi dan Makanan, Penata IV
Anastasi, Perekam Medis, Rekam
Medik) (asumsi setara dengan Asisten
Apoteker) dan Penguji Kendaraan
Bermotor (asumsi)
5 - - -
Staf senior
4 (data tidak - -
tersedia)
Staf biasa
3 (data tidak - -
tersedia)
Pegawai
2 kontrak (data - -
tidak tersedia)
CPNS (data
1 - -
tidak tersedia)
Sumber: Hasil Analisis, 2014
EVALUASI
EVALUASIJABATAN
JABATANJABATAN
JABATANSTRUKTURAL
STRUKTURAL
BADAN
BADANKEPEGAWAIAN
KEPEGAWAIANDAERAH
DAERAH
PEMERINTAH
PEMERINTAHPROVINSI
PROVINSIKEPULAUAN
KEPULAUANBANGKA
BANGKABELITUNG
BELITUNG
F4 HUBUNGAN
HUBUNGAN PERSONAL
PERSONAL
F1 RUANG F3 WEWENANG F5 KESULITAN
JOB F2 PENGATURAN F6 KONDISI
NO. NAMA JABATAN JC VALUE
LINGKUP +
ORGANISASI L3
PENYELIAAN + PENGARAHAN
LAIN F6
DAMPAK L5 MANAJERIAL L3 PEKERJAAN L8
SIFAT HUB. TUJUAN HUB.
1 Kepala Badan Kepegawaian Daerah 14 3,040 3 550 2 250 2 775 3 75 2 75 3 340 3 975
2 Sekretaris 12 2,115 2 350 2 250 1 450 3 75 2 75 3 340 2 575
3 Kepala Sub Bagian Umum 9 1,430 1 175 1 100 1 450 1 25 1 30 3 340 1 310
4 Kepala Sub Kepegawaian 9 1,430 1 175 1 100 1 450 1 25 1 30 3 340 1 310
5 Kepala Sub Bagian Keuangan 9 1,430 1 175 1 100 1 450 1 25 1 30 3 340 1 310
6 Kepala Bidang Pengembangan 11 2,090 2 350 2 250 1 450 2 50 2 75 3 340 2 575
Kepala Sub Bidang Perencanaan dan Pengadaan
7 9 1,430 1 175 1 100 1 450 1 25 1 30 3 340 1 310
Pegawai
8 Kepala Sub Bidang Pengembangan Karier 9 1,430 1 175 1 100 1 450 1 25 1 30 3 340 1 310
9 Kepala Bidang Mutasi 11 1,915 1 175 2 250 1 450 2 50 2 75 3 340 2 575
Kepala Sub Bidang Kenaikan Pangkat, Pensiun dan
10 9 1,430 1 175 1 100 1 450 1 25 1 30 3 340 1 310
Pemberhentian
Kepala Sub Bidang Pengangkatan dan penempatan
11 9 1,430 1 175 1 100 1 450 1 25 1 30 3 340 1 310
pegawai
12 Kepala Bidang Data dan Informasi 11 1,915 1 175 2 250 1 450 2 50 2 75 3 340 2 575
13 Kepala Sub Bidang Pengelolaan Data Kepegawaian 9 1,430 1 175 1 100 1 450 1 25 1 30 3 340 1 310
14 Kepala Sub Bidang Informasi Kepegawaian 9 1,430 1 175 1 100 1 450 1 25 1 30 3 340 1 310
15 Kepala Bidang Disiplin dan Kesejahteraan 11 1,915 1 175 2 250 1 450 2 50 2 75 3 340 2 575
Kepala Sub Bidang Disiplin dan Kedudukan Hukum
16 9 1,430 1 175 1 100 1 450 1 25 1 30 3 340 1 310
Pegawai
17 Kepala Sub Bidang Kesejahteraan Pegawai 9 1,430 1 175 1 100 1 450 1 25 1 30 3 340 1 310
Tabel Evjab BKD Gabung.xls, FES STRUKTURAL Tabel Evjab BKD Gabung.xls, FES STRUKTURAL
1 of 2 2
%
(dalam juta rupiah) 2010 2011 2012 2013
GROWTH
Belanja penerimaan anggota
3 dan pimpinan DPRD serta 4380.00 4773.12 4773.12 4716.00 2.59
operasional KDH/WKDH
Belanja Pemungutan Pajak
4 30154.57 31307.22 21508.94 39558.80 18.81
Daerah
537607.4 763772.7 960624. 1247911.
B. Belanja Langsung 32.58
3 4 02 47
1 Belanja Honorarium PNS 64601.74 55695.44 63802.96 68997.81 2.97
2 Belanja uang lembur 5728.77 6853.84 8416.52 10327.36 21.71
Belanja beasiswa Pendidikan
3 2284.74 814.10 2106.39 1578.84 23.11
PNS
Belanja
4 kursus,pelatihan,sosialisasi dan 9967.94 12488.30 18568.95 23107.86 32.81
bimbingan teknis PNS
Belanja premi asuransi
5 1602.44 1510.52 964.18 583.07 -27.14
kesehatan
Belanja makan dan minum
6 2357.20 4163.15 2138.67 3044.84 23.45
pegawai
Belanja pakaian dinas dan
7 3684.05 4458.20 4889.61 6518.45 21.33
atributnya
Belanja pakaian khusus dan
8 2493.16 3134.65 4988.10 7105.12 42.43
hari-hari tertentu
9 Belanja perjalanan dinas 39187.91 62572.65 48083.60 61802.68 21.68
Belanja perjalanan pindah
10 0.00
tugas
11 Belanja pemulangan pegawai 0.00
Belanja Modal (kantor, mobil
806665.0 1064845.
12 Dinas, meubelair, peralatan 405699.48 612081.89 38.22
4 44
dan perlengkapan dll)
3552244. 4356041. 5158098 6068838.
TOTAL
41 00 .88 90
Sumber: RPJMD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2013-2018
BAB I Pendahuluan
BAB 5
KESIMPULAN