Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang berbahaya bagi seorang wanita
yang dapat menyebabkan kondisi yang gawat bagi wanita tersebut. Keadaan gawat ini
dapat menyebabkan suatu kehamilan ektopik terganggu.
Kehamilan ektopik terganggu merupakan peristiwa yang sering dihadapi oleh
setiap dokter, dengan gambaran klinik yang sangat beragam. Hal yang perlu diingat
adalah bahwa pada setiap wanita dalam masa reproduksi dengan gangguan atau
keterlambatan haid yang disertai dengan nyeri perut bagian bawah dapat mengalami
kehamilan ektopik terganggu.
Berbagai macam kesulitan dalam proses kehamilan dapat dialami para wanita
yang telah menikah. Namun, dengan proses pengobatan yang dilakukan oleh dokter saat
ini bisa meminimalisir berbagai macam penyakit tersebut. Kehamilan ektopik diartikan
sebagai kehamilan di luar rongga rahim atau kehamilan di dalam rahim yang bukan pada
tempat seharusnya, juga dimasukkan dalam kriteria kehamilan ektopik, misalnya
kehamilan yang terjadi pada cornu uteri. Jika dibiarkan, kehamilan ektopik dapat
menyebabkan berbagai komplikasi yang dapat berakhir dengan kematian.
Istilah kehamilan ektopik lebih tepat daripada istilah ekstrauterin yang sekarang
masih banyak dipakai. Diantara kehamilan-kehamilan ektopik, yang terbanyak terjadi di
daerah tuba, khususnya di ampulla dan isthmus. Pada kasus yang jarang, kehamilan
ektopik disebabkan oleh terjadinya perpindahan sel telur dari indung telur sisi yang satu,
masuk ke saluran telur sisi seberangnya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Mahasiswa dapat memahami tentang asuhan keperawatan pada klien Post Op
Laparatomi
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan pada klien Post Op Laparatomi
BAB II TINJAUAN
TEORI

A. DEFENISI
Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari bahasa
Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan “berada di luar
tempat yang semestinya”. Apabila pada kehamilan ektopik terjadi abortus atau pecah,
dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita hamil tersebut maka kehamilan ini disebut
kehamilan ektopik terganggu.

B. INSIDEN
Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara 20 – 40
tahun dengan umur rata-rata 30 tahun. Namun, frekuensi kehamilan ektopik yang
sebenarnya sukar ditentukan. Gejala kehamilan ektopik terganggu yang dini tidak selalu
jelas.

C. ETIOLOGI
Kehamilan ektopik terjadi karena hambatan pada perjalanan sel telur dari indung
telur (ovarium) ke rahim (uterus). Dari beberapa studi faktor resiko yang diperkirakan
sebagai penyebabnya adalah (3,4,6):
a. Infeksi saluran telur (salpingitis), dapat menimbulkan gangguan pada motilitas saluran
telur.
b. Riwayat operasi tuba.
c. Cacat bawaan pada tuba, seperti tuba sangat panjang.
d. Kehamilan ektopik sebelumnya.
e. Aborsi tuba dan pemakaian IUD.
f. Kelainan zigot, yaitu kelainan kromosom.
g. Bekas radang pada tuba; disini radang menyebabkan perubahan-perubahan pada
endosalping, sehingga walaupun fertilisasi dapat terjadi, gerakan ovum ke uterus
terlambat.
h. Operasi plastik pada tuba.
i. Abortus buatan.
D. PATOFISIOLOGI
Prinsip patofisiologi yakni terdapat gangguan mekanik terhadap ovum yang telah
dibuahi dalam perjalanannya menuju kavum uteri. Pada suatu saat kebutuhan embrio
dalam tuba tidak dapat terpenuhi lagi oleh suplai darah dari vaskularisasi tuba itu. Ada
beberapa kemungkinan akibat dari hal ini yaitu :
1. Kemungkinan “tubal abortion”, lepas dan keluarnya darah dan jaringan ke ujung
distal (fimbria) dan ke rongga abdomen. Abortus tuba biasanya terjadi pada kehamilan
ampulla, darah yang keluar dan kemudian masuk ke rongga peritoneum biasanya
tidak begitu banyak karena dibatasi oleh tekanan dari dinding tuba.
2. Kemungkinan ruptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum, sebagai akibat dari
distensi berlebihan tuba.
3. Faktor abortus ke dalam lumen tuba. Ruptur dinding tuba sering terjadi bila ovum
berimplantasi pada ismus dan biasanya pada kehamilan muda. Ruptur dapat terjadi
secara spontan atau karena trauma koitus dan pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini
akan terjadi perdarahan dalam rongga perut, kadang-kadang sedikit hingga banyak,
sampai menimbulkan syok dan kematian.

E. MANIFESTASI KLINIK
Gejala dan tanda kehamilan ektopik terganggu sangat berbeda-beda; dari
perdarahan yang banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya gejala
yang tidak jelas sehingga sukar membuat diagnosanya. Gejala dan tanda tergantung pada
lamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus atau ruptur tuba, tuanya kehamilan, derajat
perdarahan yang terjadi dan keadaan umum penderita sebelum hamil. Perdarahan
pervaginam merupakan tanda penting kedua pada kehamilan ektopik terganggu.
Hal ini menunjukkan kematian janin. Kehamilan ektopik terganggu sangat
bervariasi, dari yang klasik dengan gejala perdarahan mendadak dalam rongga perut dan
ditandai oleh abdomen akut sampai gejala-gejala yang samar-samar sehingga sulit untuk
membuat diagnosanya.

F. PENANGANAN
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi. Pada
laparotomi perdarahan selekas mungkin dihentikan dengan menjepit bagian dari adneksa
yang menjadi sumber perdarahan. Keadaan umum penderita terus diperbaiki dan darah
dalam rongga perut sebanyak mungkin dikeluarkan. Dalam tindakan demikian, beberapa
hal yang harus dipertimbangkan yaitu: kondisi penderita pada saat itu, keinginan
penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik. Hasil ini menentukan
apakah perlu dilakukan salpingektomi (pemotongan bagian tuba yang terganggu) pada
kehamilan tuba. Dilakukan pemantauan terhadap kadar HCG (kuantitatif). Peninggian
kadar HCG yang berlangsung terus menandakan masih adanya jaringan ektopik yang
belum terangkat.
Penanganan pada kehamilan ektopik dapat pula dengan transfusi, infus, oksigen,
atau kalau dicurigai ada infeksi diberikan juga antibiotika dan antiinflamasi. Sisa-sisa
darah dikeluarkan dan dibersihkan sedapat mungkin supaya penyembuhan lebih cepat dan
harus dirawat inap di rumah sakit.

G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu :
Pada pengobatan konservatif, yaitu bila kehamilan ektopik terganggu telah lama
berlangsung (4-6 minggu), terjadi perdarahan ulang, Ini merupakan indikasi operasi.
Infeksi
Sterilitas
Pecahnya tuba falopii
Komplikasi juga tergantung dari lokasi tumbuh berkembangnya embrio

H. PROGNOSIS
Kematian karena kehamilan ektopik terganggu cenderung turun dengan diagnosis
dini dengan persediaan darah yang cukup. Hellman dkk., (1971) melaporkan 1 kematian
dari 826 kasus, dan Willson dkk (1971) 1 diantara 591 kasus. Tetapi bila pertolongan
terlambat, angka kematian dapat tinggi. Sjahid dan Martohoesodo (1970) mendapatkan
angka kematian 2 dari 120 kasus. Penderita mempunyai kemungkinan yang lebih besar
untuk mengalami kehamilan ektopik kembali. Selain itu, kemungkinan untuk hamil akan
menurun. Hanya 60% wanita yang pernah mengalami kehamilan ektopik terganggu dapat
hamil lagi, walaupun angka kemandulannya akan jadi lebih tinggi. Angka kehamilan
ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara 0 – 14,6%. Kemungkinan melahirkan
bayi cukup bulan adalah sekitar 50% (1,2,7).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.W DENGAN
KASUS
POST OP LAPARATOMI EC. KET DI RUANG LAIKA WARAKA
OBGYN DI RSUD. BAHTERAMAS

No. Rekam Medik : 50-08-08-2017


Ruang/RS : R. Laika Waraka OBGYN
Diagnosa Medis : Post Op Laparatomi
Tanggal : 25 April 2017

A. IDENTITAS KLIEN
1. Nama Klien
2. Umur
3. Suku/Bangsa
4. Agama
5. Pendidikan
6. Pekerjaan
7. Alamat
8. Status Perkawinan

B. STATUS KESEHATAN SAAT INI


1. Alasan kunjungan ke RS : Ibu masuk dengan keluhan sakit perut tembus
belakang, sejak 4 hari yang lalu
2. Keluhan utama saat ini
3. Keluhan Utama
4. Timbulnya keluhan
5. Faktor yang memperberat

C. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Menstruasi
- Menarche : usia 13 tahun
- Banyaknya : 3-4 kali ganti pembalut dalam sehari
- HPHT : 01-01-2017
- Siklus : 30-32 hari teratur setiap bulan
- Lamanya : 1 minggu
- Keluhan : tidak ada

b. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu


Kehamilan Persalinan Komplikasi
Anak
No
Ke-
. Tahun Umur Penyaki Jenis Penolon Penyaki Laseras Infeks perdarah
Kehamila t g t i i n
n
1. I 36 minggu Tidak Norma Bidan Tidak Tidak Tidak Tidak ad
2003 Ada l ada Ada ada

2. Riwayat Keluarga Berencana


a. Melaksanakan KB : ibu mengatak
b. Jenis kontrsepsi yang digunakan
c. Sejak kapan menggunakan kontrasepsi
d. Masalah yang terjadi : tidak ada

3. Riwayat Kesehatan
a. Penyakit yang pernah di alami ibu : ibu mengatakan pernah operasi usus
buntu
b. Riwayat penyakit keluarga : ibu mengatakan tidak ada keluarga
yang mengalami penyakit yang sama

4. Riwayat Lingkungan
a. Kebersihan : lingkungan bersih
b. Bahaya : tidak ada bahaya yang mengancam

5. Aspek Psikososial
a. Persepsi ibu tentang penyakit
kondisinya setelah operasi
b. Harapan yang ibu inginkan
ke rumah dan ibu selalu menanyakan pada perawat tentang kondisinya c.
Ibu tinggal dengan siapa : anak dan keluarganya
d. Siapa yang terpenting bagi ibu : anak/keluarganya
e. Sikap anggota keluarga terhadap keadaan saat ini : kelurarga mengatakan
khawatir terhadap klien yang kesakitan dan bertanya – tanya terhadap kondisi klien

6. Kebutuhan Dasar khusus a.


Pola Nutrisi
- Frekuensi Makan : 3x sehari
- Nafsu Makan : baik
- Jenis makanan rumah : nasi, sayur, ikan b.
Pola Eliminasi
BAK :
- Frekuensi : 4x sehari
- Warna : kuning jernih
- Tidak ada keluhan saat BAK
BAB :
- Frekuensi : 1x sehari
- Warna : kuning kecoklatan
- Tidak ada keluhan saat BAB
c. Personal Hygiene
Mandi :
- Frekuensi
- Sabun
Oral Hygiene
- Frekuensi : 2x sehari
- Waktu : pagi dan malam
Cuci rambut
- Frekuensi : 1x sehari
- Sampo : ya
d. Pola Istirahat dan tidur
- Lama tidur : tidak menentu, kadang >6 jam/hari
- Tidak ada keluhan
e. Pola aktivitas dan latihan
- Kegiatan dalam pekerjaan : menjual sayur
- Waktu bekerja : pagi-sore
- Olahraga : tidak pernah
- Tidak ada keluhan dalam aktivitas
f. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
- Merokok : tidak
- Miras : tidak
- Ketergantungan obat : tidak ada

7. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : lemah, kesadaran : Composmentis
b. Tekanan darah
c. Pernapasan
d. Kepala
- Bentuk : simetris antara kiri dan kanan
- Tidak ada keluhan
e. Mata
- Kelopak mata : normal
- Gerakan mata : baik
- Konjungtiva : tidak anemis
- Sclera : tidak ikterik
- Pupil : isokor
f. Hidung
- Reaksi alergi : ada reaksi alergi
- Sinus : tidak ada nyeri sinus
g. Mulut dan tenggorokkan
- Tidak ada caries gigi
- Tidak ada kesulitan saat menelan
h. Dada dan
-
-
- Colostrum
i. Pernapasan
- Jalan napas
- Suara napas
- Menggunakan otot-otot pernapasan : dada
j. Sirkulasi jantung
- Irama : reguler
- Kelainan bunyi jantung : tidak ada kelainan
- Sakit dada : tidak
k. Abdomen
- Mengecil : tidak
- Linea dan striae : tidak ada
- Luka bekas operasi : terdapat bekas operasi, dan tidak terjadi infeksi
l. Genitourinary
- Perineum : bersih dan sedikit pengeluaran cairan
- Vesika urinaria
m. Ekstremitas
- Turgor kulit : normal
- Warna kulit : hitam
- Kesulitan dalam pergerakan : tidak bisa mengangkat kaki dan tangannya
- Jika menggerakkan ekstremitas terasa nyeri pada perutnya
KLASIFIKASI DATA

A. DATA SUBJEKTIF
1. Klien mengatakan nyeri pada perut
2. Klien mengatakan nyeri pada jahitan bekas operasi
3. Klien mengatakan tidak bisa mengangkat tangan dan kakinya
4. Klien mengatakan jika menggerakkan ekstremitasnya terasa nyeri diperutnya
5. Klien mengatakan merasa khawatir terhadap keadaannya setelah operasi
B. DATA OBJEKTIF
1. KU lemah
2. Skala nyeri 7
3. Klien nampak meringis
4. Klien nampak hanya sedikit menggerakkan tangan dan kakinya
5. Klien nampak khawatir dan merasa cemas terhadap kondisinya
6. TTV : TD : 130/90 mmhg suhu : 36,6 0C
Nadi : 88x/menit pernapasan : 22x/menit
ANALISA DATA
SYMPTOM ETIOLOGI PROBLEM
DS : Faktor predisposisi Nyeri Akut
1. Klien mengatakan nyeri kehamilan ektopik
pada perut
2. Klien mengatakan nyeri
Proses pembuahan
pada jahitan bekas operasi
3. Klien mengatakan jika
menggerakkan Tumbuh disaluran tuba

ekstremitasnya terasa
nyeri diperutnya Abortus dalam lumen tuba

DO :
1. KU lemah Ruptur lumen tuba
2. Skala nyeri 7
3. Klien nampak meringis
4. TTV : Terjadi perdarahan
TD : 130/90 mmhg
suhu : 36,6 0C
Nadi : 88x/menit Operasi laparatomi
pernapasan : 22x/menit

Nyeri post op

Nyeri akut
DS : Faktor predisposisi Hambatan mobilitas fisik
1. Klien mengatakan tidak kehamilan ektopik
bisa mengangkat tangan
dan kakinya
Proses pembuahan
2. Klien mengatakan jika
menggerakkan
Tumbuh disaluran tuba
ekstremitasnya terasa
nyeri diperutnya
Abortus dalam lumen tuba
DO :
1. KU lemah
2. Klien nampak hanya Ruptur lumen tuba
sedikit menggerakkan
tangan dan kakinya Terjadi perdarahan
3. TTV :
TD : 130/90 mmhg
suhu : 36,6 0C Operasi laparatomi
Nadi : 88x/menit
pernapasan : 22x/menit
Intoleran aktivitas

Hambatan mobilitas fisik


DS : Faktor predisposisi Ansietas

1. Klien mengatakan merasa kehamilan ektopik


khawatir terhadap
keadaannya setelah operasi Proses pembuahan
DO :
1. KU lemah Tumbuh disaluran tuba
2. Klien nampak khawatir
dan merasa cemas terhadap
Abortus dalam lumen tuba
kondisinya

3. TTV : Ruptur lumen tuba


TD : 130/90 mmhg
suhu : 36,6 0C
Nadi : 88x/menit Terjadi perdarahan
pernapasan : 22x/menit

Operasi laparatomi

Intoleran aktivitas

Hambatan mobilitas fisik

Ansietas

DIAGNOSA KEPERAWATAN

A. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik di tandai dengan :


DS :
1. Klien mengatakan nyeri pada perut
2. Klien mengatakan nyeri pada jahitan bekas operasi
3. Klien mengatakan jika menggerakkan ekstremitasnya terasa nyeri diperutnya
DO :
1. KU lemah
2. Skala nyeri 7
3. Klien nampak meringis
4. TTV : TD : 130/90 mmhg, suhu : 36,6 0C, Nadi : 88x/menit, pernapasan : 22x/menit
B. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan intoleran aktivitas di tandai dengan :
DS :
1. Klien mengatakan tidak bisa mengangkat tangan dan kakinya
2. Klien mengatakan jika menggerakkan ekstremitasnya terasa nyeri diperutnya
DO :
1. KU lemah
2. Klien nampak hanya sedikit menggerakkan tangan dan kakinya
3. TTV : TD : 130/90 mmhg, suhu : 36,6 0C, Nadi : 88x/menit, pernapasan : 22x/menit
C. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan ditandai dengan :
DS :
1. Klien mengatakan merasa khawatir terhadap keadaannya setelah operasi
DO :
1. Klien nampak khawatir dan merasa cemas terhadap kondisinya
2. TTV : TD : 130/90 mmhg, suhu : 36,6 0C, Nadi : 88x/menit, pernapasan : 22x/menit
INTERVENSI
KEPERAWATAN
No Dx. Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
.
I. Nyeri Akut Setelah dilakukan 1. Lakukan 1. Untuk
tindakan keperawatan pengkajian nyeri mengetahui
3x24 jam klien dapat secara skala nyeri
2. Agar dapat
melaporkan nyeri komprehensif
2. Ajarkan klien meringankan
berkurang dengan
tehnik relaksasi nyeri
kriteria hasil :
3. Anjurkan pada 3. Agar
1. Klien mengatakan
klien untuk banyak meminimalisir
nyeri berkurang
istirahat kondisi klien
2. Klien dapat
4. Kolaborasi dengan 4. Mempercepat
mengontrol nyeri
tenaga medis proses
pemberian obat penyembuhan
analgetik
II. Hambatan Mobilitas Setelah dilakukan 1. Kaji kemampuan 1. Untuk
Fisik tindakan keperawatan klien dalam mengetahui
3x24 jam klien dapat mobilisasi perkembangan
2. Ajarkan pada klien
mobilisasi dengan baik mobilisasi klien
dan latih klien 2. Untuk
dengan kriteria hasil :
untuk ROM mencegah
1. Klien dapat
3. Ajarkan pada klien
resiko yang
menggerakkan
bagaimana
timbul
ektremitas dan
merubah posisi dan 3. Untuk melatih
bangun untuk
berikan bantuan klien
berjalan 4. Untuk
jika diperlukan
4. Dampingi dan mempercepat
bantu klien saat dalam proses
mobilisasi ambulasi
III. Ansietas Setelah dilakukan 1. Monitor Tanda- 1. Untuk
tindakan keperawatan tanda vital mengetahui
2. Identifikasi tingkat
3x24 jam klien dapat TTV klien
kecemasan klien 2. Untuk
mengontrol
3. Anjurkan klien
mengidentifika
kecemasannya dengan
untuk
si kecemasan
kriteria hasil :
menggunakan
klien
Klien mengungkapkan teknik relaksasi 3. Agar klien
dan menunjukkan tehnik 4. Dengarkan klien
merasa tenang
untuk mengontrol dengan penuh 4. Agar klien

kecemasan perhatian percaya dan


mengurangi
kecemasannya
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
KEPERAWATA
N
Dx. Hari/Tanggal/Jam Evaluasi
I. 26 april 2017 Implementasi S : klien mengatakan
1. Melakukan pengkajian nyeri secara
09.00 masih nyeri pada perut
komprehensif
H : Klien mengatakan masih nyeri
pada perut O : Klien nampak meringis
09.10 2. Mengajarkan klien tehnik relaksasi
H : klien kooperatif Skala nyeri 7
3. menganjurkan pada klien untuk
09.20
banyak istirahat A : masalah belum teratasi
H: klien kooperatif
4. mengkolaborasi dengan tenaga
medis pemberian obat analgetik P : intervensi dilanjutkan
10.30
H:
1. Mengkaji kemampuan klien dalam S : klien mengatakan
II 26 april 2017
mobilisasi sedikit mengangkat tangan
11.00
H : Klien mengatakan sedikit dan kakinya
mengangkat tangan dan kakinya
11.10 2. Mengajarkan pada klien dan latih
O : klien nampak
klien untuk ROM
H : klien kooperatif mengangkat kaki dan
3. Mengajarkan pada klien bagaimana tangannya
11.20
merubah posisi dan berikan bantuan Klien nampak belum bisa
jika diperlukan mobilisasi
H : merubah posisi klien miring kiri
dan kanan
11.30 4. Mendampingi dan bantu klien saat A : masalah belum teratasi
mobilisasi
H : klien belum bisa mobilisasi P : intervensi dilanjutkan
III 26 april 2017 1. Memonitor Tanda-tanda vital S : klien mengatakan
H : TD :130/90, nadi : 90x/menit, masih khawatir terhadap
12.00
pernapasan : 22x/menit, suhu : 36,0 penyakitnya
12.15
0
C
2. Mengidentifikasi tingkat kecemasan
O : klien nampak khawatir
klien
12.25 TD :130/90, nadi :
H : klien mengatakan masih
90x/menit, suhu : 36,0 0C,
khawatir terhadap penyakitnya
3. Meganjurkan klien untuk pernapasan 22x/menit
menggunakan teknik relaksasi
12.30 H : klien kooperatif
4. Mendengarkan klien dengan penuh A : masalah belum teratasi
perhatian
H : klien mengatakan kapan bisa
P : intervensi dilanjutkan
pulih
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
KEPERAWATA
N
Dx. Hari/Tanggal/Jam Evaluasi
I. 27 april 2017 Implementasi S : klien mengatakan
1. Melakukan pengkajian nyeri secara
08.45 masih nyeri pada perut
komprehensif
H : klien mengatakan masih nyeri
pada perut O : Skala nyeri 5
08.50 2. Mengajarkan klien tehnik relaksasi
H : klien kooperatif
3. menganjurkan pada klien untuk A : masalah belum teratasi
09.00
banyak istirahat
H: klien kooperatif
4. mengkolaborasi dengan tenaga P : intervensi dilanjutkan

10.30 medis pemberian obat analgetik


H:
1. Mengkaji kemampuan klien dalam S : klien mengatakan
II 27 april 2017
mobilisasi dapat mengangkat tangan
11.00
H : klien mengatakan dapat dan kakinya
mengangkat tangan dan kakinya
11.15 2. Mengajarkan pada klien dan latih
O : klien nampak
klien untuk ROM
H : klien kooperatif mengangkat kaki dan
3. Mengajarkan pada klien bagaimana tangannya dan bangun
11.20
merubah posisi dan berikan bantuan dengan bantuan
jika diperlukan Klien nampak belum bisa
H : klien dapat miring kiri dan
mobilisasi
kanan dan bangun dengan bantuan
11.30 4. Mendampingi dan bantu klien saat
mobilisasi A : masalah belum teratasi
H : Klien nampak belum bisa
mobilisasi P : intervensi dilanjutkan
III 27 april 2017 1. Memonitor Tanda-tanda vital S : klien mengatakan bisa
H : 120/70, nadi 78x/menit, mengatasi rasa
12.00
pernapasan : 18x/menit, suhu : 36,0 khawatirnya
12.15
0
C
2. Mengidentifikasi tingkat kecemasan
O : klien nampak bisa
klien
12.20 mengatasi rasa
H : klien mengatakan bisa
kecemasannya
mengatasi rasa khawatirnya
3. Meganjurkan klien untuk TD :120/70, nadi :
12.30 menggunakan teknik relaksasi 78x/menit, pernapasan :
H : klien kooperatif
4. Mendengarkan klien dengan penuh 18x/menit, suhu : 36,0 0C
perhatian
H : klien mengatakan merasa A : masalah teratasi
tenang

P : intervensi dihentikan
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
KEPERAWATA
N
Dx. Hari/Tanggal/Jam Evaluasi
I. 28 april 2017 Implementasi S : klien mengatakan nyeri
komprehensif
1. Melakukan pengkajian nyeri secara berkurang
09.15 H : klien mengatakan nyeri
berkurang
O : Skala nyeri 2
09.20 2. Mengajarkan klien tehnik relaksasi
H : klien kooperatif
3. menganjurkan pada klien untuk
A : masalah teratasi
09.30 banyak istirahat
H: klien kooperatif
4. mengkolaborasi dengan tenaga P : intervensi dilanjutkan
medis pemberian obat analgetik
10.30 H:
1. Mengkaji kemampuan klien dalam S : klien mengatakan dapat
II 28 april 2017
mobilisasi bangun sendiri dari tempat
11.00 H : klien mengatakan dapat bangun
tidur
dari tempat tidur
11.15 2. Mengajarkan pada klien dan latih
klien untuk ROM O : klien nampak bangun
H : klien kooperatif dari tempat tidur
3. Mengajarkan pada klien bagaimana
klien mulai berjalan
11.30 merubah posisi dan berikan bantuan
dengan bantuan
jika diperlukan
H : klien kooperatif
4. Mendampingi dan bantu klien saat A : masalah teratasi
mobilisasi
11.45 H : klien mulai berjalan dengan
P : intervensi dilanjutkan
bantuan
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari bahasa
Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan “berada di luar
tempat yang semestinya”. Apabila pada kehamilan ektopik terjadi abortus atau pecah,
dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita hamil tersebut maka kehamilan ini disebut
kehamilan ektopik terganggu.
Gejala dan tanda kehamilan ektopik terganggu sangat berbeda-beda; dari
perdarahan yang banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya gejala
yang tidak jelas sehingga sukar membuat diagnosanya. Gejala dan tanda tergantung pada
lamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus atau ruptur tuba, tuanya kehamilan, derajat
perdarahan yang terjadi dan keadaan umum penderita sebelum hamil. Perdarahan
pervaginam merupakan tanda penting kedua pada kehamilan ektopik terganggu.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC.
Doengoes, Marylin E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Pedoman Untuk
Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai