149 686 1 PB PDF

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 8

Serat Acitya – Jurnal Ilmiah

UNTAG Semarang

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN


DAN BONUS DEMOGRAFI
Munawar Noor
Email: mn10120@gmail.com
Program Studi Administrasi Publik UNTAG Semarang

ABSTRAK
Asumsi dasar untuk memahami bonus demografi adalah kondisi komposisi penduduk usia produktif (15-
64 tahun) lebih besar dibandingkan dengan penduduk usia non produktif (dibawah 15 dan di atas 65
tahun) dalam rentangan waktu tertentu. Idealnya, masyarakat dapat mengetahui apa bonus demografi
tersebut, yaitu dengan memahami posisi mereka dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, begitupun
dengan pemangku kebijakan dengan menyadari pentingnya mengeluarkan kebijakan-kebijkan yang dapat
men-support agar potensi-potensi yang dimiliki oleh penduduk-penduduk usia produktif tersebut optimal
dan maksimal. Harapannya adalah munculnya kesadaran akan peran strategis penduduk usia produktif,
terutama kaum muda sebagai ‘motor penggerak’ bangsa. Pada dasarnya ada syarat untuk dapat
memanfaatkan peluang bonus demografi yaitu , terwujudnya penduduk berkualitas dengan tersedianya
pendidikan yang baik, kemudian tersedianya layanan kesehatan yang baik, memiliki etos kerja, dan
kebijakan yang menopang usia produktif agar berdaya guna.
Logika berfikirnya adalah, bagaimana akan terciptanya penduduk berkualitas, sementara masih banyaknya
masyarakat yang tidak dapat mengenyam pendidikan secara merata pada tingkat jenjang yang tinggi
sebagai syarat untuk mendapatkan lapangan pekerjaan yang baik. Jika ada penyediaan fasilitas seperti
sekolah-sekolah, apakah sudah sebahagian besar dari rakyat Indonesia mampu untuk mengukutinya
terutama secara finansial karena masih mahalnya biaya sekolah atau peluang yang diberikan,termasuk
akses dan fasilitas yang memadai, terutama pada daerah-daerah terpencil atau perbatasan.
Dengan demikian, ketika bonus demografi adalah pembicaraan akan peluang yang dapat diambil dari
penduduk yang hanya satu kali dimiliki suatu bangsa, maka, perlu dukungan dari berbagai pihak yang
terkait lainnya, seperti masalah kependudukan, kesehatan, pendidikan, tenaga kerja bahkan agama. Oleh
karena itu perlu adanya gerakan bersama untuk mensosialisasikan, menemukan strategi dan
memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh bangsa Indonesia untuk meraih peluang bonus demografi ini.
Kata Kunci : Kebijakan, Kependudukan, Bonus Demografi. Peluang
Abstract
The basic assumption for understanding the demographic bonus is the condition of the composition of the
population of productive age (15-64 years) is greater than the population of non-productive age (below 15
and above 65 years) within a certain time span. Ideally, the public can find out what the demographic
bonus, namely to understand their position in the life of the nation, as well as with stakeholders to realize
the importance of issuing of policies that can support that potential possessed by the inhabitants of the
productive age optimum and maximum. The hope is the emergence of an awareness of the strategic role
of productive age population, especially young people as the 'motor' of the nation. Basically there is a
requirement to be able to take advantage of opportunities demographic bonus that is, the realization of
qualified people with the availability of good education, and the availability of good health care, work
ethic, and policies that support the productive age so powerful. The logic of thinking is, how will the
creation of quality population, while there are many people who can not get an education evenly at a high
level levels as a condition for getting a good job. If there is provision of facilities such as schools, are
already largely of people of Indonesia were able to take, especially financially, because of the expensive
cost of school or given opportunities, including access and adequate facilities, especially in remote areas
or border. Thus, when the demographic bonus is the talk of the opportunities that can be taken from a
population of only one possessed of a nation, then, need the support of other interested parties, such as the
issues of population, health, education, employment and even religion. Hence the need for joint movement
to socialize, find strategies and maximize the potential of the Indonesian nation to seize the opportunity of
this demographic bonus.
Keywords: Policy, Population, Demographic Bonus. Chance

121
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

1. PENDAHULUAN
Kebijakan Pembangunan kebijakan tidak lansung merupakan
Kependudukan Penduduk kebijakanya yang bersifat perantara.
Indonesia sebagian besar hidup di Contohnya memperluas
daerah pedesaan yang masih kesempatan mendapatkan
memiliki rasa kekeluargaan antar pendidikan,serta perluasan peluang
sesama, dengan empat ciri-ciri kerja yang secara tidak lansung
umum yaitu : jumlah penduduk menjadi perantara penghambat bagi
yang semakin bertambah, sebagian usia perkawinan.
besar penduduk berusia muda, Kebijakan Kependudukan adalah
persebaran penduduk tidak merata, kebijakan yang ditujukan untuk
sebagain besar penduduk berkerja mempengaruhi besar, komposisi,
di sektor pertanian. Pertumbuhan distribusi dan tingkat
penduduk dipengaruhi tiga faktor perkembangan penduduk. Alasan
yaitu semakin meningkatnya yang rasional mengapa diperlukan
kualitas kesehatan penduduk yang kebijakan kependudukan. Pertama,
terlihat dengan ditandai salah satu fungsi pemerintah adalah
berkurangnya angka kematian bayi, menciptakan kesejahteraan
pertumbuhana ekonomi yang masyarakat (tujuan paling mendasar
mendorong perbaikan gizi dari setiap kebijaka pembangunan).
masyarakat,kurangnya kesadaran Kedua, perilaku demografi
masyarakat akan pentingnya jumlah (demografi behavior) terdiri dari
pengendalian kelahiran. sejumlah tindakan individu. Ketiga,
Kebijakan kependudukan di tindakan tersebut merupakan usaha
Indonesia merupakan salah satu untuk memaksimalkan utilitas atau
bentuk upaya pemerintah yang kesejahteraan individu. Keempat,
tujuannya untuk mengatur kesejahteraan masyarakat tidak
pengendalian jumlah pertumbuhan selalu merupakan penjumlahan dari
penduduk dengan berusaha kesejahteraan individu. Kelima,
mempengaruhi tiga variabel utama oleh karena itu pemerintah
yaitu kelahiran (fertilitas), kematian mempunyai tanggung jawab untuk
(mortalitas) dan perpindahan berusaha mengubah situasi dan
penduduk (migrasi). Pemerintah kondisi sehingga mempengaruhi
telah merapkan beberapa kebijakan persepsi tentang kesejahteraan
kependudukan seperti individu dan pada akhirnya
melaksanakan program keluarga kesejahteraan masyarakat sama
berencana, pembatasan usia dengan penjumlahan dari
perkawinan, memberikan kesejahteraan individu.
penyuluhan kepada masyarakat. Peran Pemerintah dalam kebijakan
Kebijakan kependudukan kependudukan pada semua tahapan
bedasarkan sifat biasanya dibagi kebijakan mulai pembuatan
menjadi dua yaitu kebijakan kebijakan , pelaksanaan kebijakan,
lansung dan tidak langsung. penilaian kebijakan. Kuatnya peran
Kebijakan langsung merupakan negara dalam masalah
bentuk kebijakan yang langsung kependudukan menyebabkan
mempengaruhi tiga variabel utama, terproyeksinya masalah

122
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

kependudukan hanya sebagai kebijakan yang terjadi di masa


tanggung jawab monopoli depan akan mengalami perubahan
pemerintah saja. Tetapi ketika yang bersifat visioner. Misalnya
terjadi banyak perubahan sebagai kebijakan keluarga berencana
dampak globalisasi seperti sebagai bentuk pengendalian
penerapan otonomi daerah fertilitas sudah dipertanyakan
menyebabkan lembaga-lembaga keefektifannya pada masa sekarang
diluar pemerintah seperti DPR, dan masa depan. Seberapa besar
DPRD, LSM, Partai Politik skala keterlibatan dan aspirasi
memiliki peran yang semakin besar. pemerintah propinsi,
Ini berarti peran dan orientasi kabupaten/kota dapat ikut
pemerintah yang mendominasi arah mewarnai perumusan dan
dan proses kebijakan kependudukan pelaksanaan kebijakan
akan menjadi berubah. Oleh karena kependudukan.
itu , perlu pengkajian ulang Permasalahan
terhadap kebijakan Pembangunan mobilisasi(perpindahan) juga
kependudukan untuk mengubahnya mengalami hal yang sama, artinya
kearah yang lebih responsif dengan perubahan yang mendasar juga
kondisi riil di lapangan dan diperlukan dalam hal ini, sementara
kondisis masa depan. itu penulis kurang yakin bahwa
Perubahan kebijakan kependudukan pemerintah mampu mengatasi
seiring dengan perubahan indikator semua masalah kependudukan yang
–indikator kependudukan. Pada terjadi masa yang akan datang.
tahun1971-1080 diperkirakan Walaupun begitu, perubahan
terjadi peningkatan penduduk kebijakan kependudukan harus
sebesar 2,32% pertahun sedangkan dilakukan dengan memahami
tahun1995-2000 BPS mengenai isu-isu dan masalah
memperkirakan terjadi kependudukan yang terkait.
pertumbuhan sebesar 1,50% Beberapa isu yang harus
pertahun. Penurunan ini terjadi diperhatikan pemerintah sebelum
karena fertilitas mengalami membuat kebijakan kependudukan
penurunan menjadi sebesar 2,78% diantaranya sebagai berikut:
dari sebelumnya sebesar 5,20%. 1. Visi, misi dan arah
Angka kematian bayi juga pembangunan kependudukan
mengalami penurunan dari harus jelas. Pemerintah
145(1971) menjadi 51(1997). merubah orientasi kebijakan
Perubahan tersebut menjadi kabar kependudukan kuantitas
baik untuk menjadi dasar dalam menjadi orientasi kualitas baik
menyusun kebijakan baru. Namun dalam proses implementasi
hal itu belum cukup sebab masih program maupun hasil yang
banyak indikator-ondikator diharapkan. Dalam perubahan
kependudukan lainnnya yang kebijakan ini perlu
berindikasi negatif. Perubahan menempatkan hak asasi
kebijakan kependudukan manusia sebagai titik penting
seharusnya dilakukan secara total dan bagian yang tidak dapat
dan mendasar. karena masalah dipisahkan dari kebijakan
kependudukan dan lingkup kependudukan. Kebijakan

123
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

penurunan mortalitas erat mengambil alih tugas dan


kaitannya dengan hak asasi wewenang yang selama ini
manusia, hak mobilitas dan hak belum menjadi tanggungjawab
memiliki kehidupan layak. pusat.
Oleh sebab itu , untuk 5. Beberapa isu lama yang bersifat
menunjang keberhasilan multidimensi dalam lingkup
pembangunan nasional, dalam kebijakan kependudukan
menangani permasalahan (masalah perempuan, penduduk
penduduk, pemerintah tidak usia lanjut dan penduduk
saja mengarahkan pada upaya miskin) masih berkelanjutan.
pengendalian jumlah penduduk Oleh karena keterbatasan penulis,
tapi juga menitikberatkan pada sebenarnya masih banyak
peningkatan kualitas sumber permasalahan kependudukan yang
daya manusianya. ada, tetapi tulisan dapat menjadi
2. Masyarakat (penduduk) sebagai wacana dan bahan pertimbangan
target group sering tidak dalam mengambil kebijakan
mengetahu arah dan tujuan dari kependudukan.
program yang dilaksanakan
pemerintah, terutama yang
berkaitan dengan hak 2. PEMBAHASAN
memperoleh informasi
kebijakan, program dan hasil. 2.1. Bonus Demografi
Informasi kebijakan Bonus demografi adalah
kependudukan biasanya hanya peluang (window of
berada dalam lingkup opportunity) yang dinikmati
pemerintah, akademisi dan suatu negara sebagai akibat
LSM. Pada era demokrasi dan dari besarnya proporsi
informasi ini sudah seharusnya penduduk produktif (rentang
masyarakat juga mengetahui usia 15-64 tahun) dalam
berbagai informasi evolusi kependudukan yang
kependudukan terlebih lagi dialaminya. Di Indonesia
mengenai informasi kebijakan fenomena ini terjadi karena
yang mengenai diri mereka proses transisi demografi
sebagai target group. yang berkembang sejak
3. Masalah kelembagaan dalam beberapa tahun lalu
penyususnan dan pelaksanaan dipercepat oleh keberhasilan
kebijakan kependudukan sering kebijakan kependudukan
terjadi perubahan menyebabkan menurunkan tingkat fertilitas,
kebingungan pada lembaga- meningkatkan kualitas
lembaga pemerintah di daerah. kesehatan dan suksesnya
4. Keserasian kebijakan dan program-program
program harus dialksanakan pembangunan sejak era Orde
baik dipemerintah pusat Baru hingga sekarang.
maupun pemerintah daerah, Keberhasilan program (KB)
terutama kesiapan sumber daya selama berpuluh tahun
di daerah dan kemampuan sebelumnya telah mampu
birokrasi di daerah untuk menggeser penduduk berusia
di bawah 15 tahun (anak-

124
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

anak dan remaja) yang ketergantungan kita adalah


awalnya besar di bagian 51,3% (lihat grafik). Bonus
bawah piramida penduduk demografi tertinggi biasanya
Indonesia ke penduduk didapatkan angka
berusia lebih tua (produktif ketergantungan berada di
15-64 tahun). Struktur rentang antara 40-50%, yang
piramida yang menggembung berarti bahwa 100 orang usia
di tengah semacam ini produktif menanggung 40-50
menguntungkan, karena orang usia tidak produktif.
dengan demikian beban
ketergantungan atau
dukungan ekonomi yang
harus diberikan oleh
penduduk usia produktif
kepada penduduk usia anak-
anak (di bawah 15 tahun) dan
tua (di atas 64 tahun) menjadi
lebih ringan.
Kemudian muncul parameter
yang disebut rasio
ketergantungan (dependency
ratio), yaitu rasio yang
menunjukkan perbandingan (Sumber : Yuswoady)
antara kelompok usia Kalau dipilah ke dalam kelompok
produktif dan non produktif. desa dan kota, maka angka
Rasio ini sekaligus ketergantungan di perkotaan sudah
menggambarkan berapa mencapai angka 46,6%, artinya
banyak orang usia non sudah masuk dalam rentang masa
produktif yang hidupnya keemasan bonus demografi.
harus ditanggung oleh Sementara untuk pedesaan masih
kelompok usia produktif. bertengger di angka 56,3%. Yang
Semakin rendah angka rasio juga menarik dari data tersebut
ketergantungan suatu negara, adalah bahwa sekitar 34% dari
maka negara tersebut makin masyarakat kita berada di rentang
berpeluang mendapatkan usia muda (15-35 tahun) yang
bonus demografi. Menurut sangat produktif. Kaum muda
guru besar demografi harapan bangsa inilah yang akan
Universitas Indonesia (Prof. menjadi engine of growth yang
Dr Sri Moertiningsih akan mendorong pertumbuhan
Adioetomo), Indonesia sudah ekonomi Indonesia lebih kencang
mendapat bonus demografi lagi. Oleh karena itu kesempatan
mulai 2010 dan akan seabad sekali ini harus dapat
mencapai puncaknya sekitar dimanfaatkan sebaik mungkin
tahun 2020 hingga tahun dengan meningkatkan kualitas
2030. Berdasarkan data BPS SDM melalui berbagai kebijakan
hasil sensus penduduk tahun pembangunan kependudukan.
2010 angka rasio

125
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

2.2. Implementasi dan angka kematian, tingkat


Kebijakan Kependudukan pendidikan, angka
kemiskinan).
dengan momentum Bonus 3) Berkaitan dengan mobilitas
Demografi penduduk (tingkat migrasi
Melaksanakan misi pembangunan yang mempengaruhi
nasional yaitu mewujudkan bangsa persebaran penduduk antar
yang memiliki daya saing wilayah, antar pulau, antar
mempunyai tiga sasaran pokok perkotaan dan perdesaan).
yaitu meningkatkan : Indeks 4) Keempat adalah data dan
Pembangunan Manusia (IPM), informasi penduduk.
Indeks Pembangunan Gender ( IPG 5) Kelima adalah penyerasian
) dan Penduduk Tumbuh kebijakan kependudukan.
Seimbang.(PTS ). Sasaran ini Keberhasilan pembangunan
menunjukkan bahwa fokus kependudukan dalam rangka
pembangunan penduduk adalah dari menurunkan angka fertilitas dan
sisi kualitas dan kuantitas, dan peningkatan usia harapan hidup
institusi yang paling dekat yang selama ini telah menghasilkan
selama ini telah bergerak pada transisi demografi yang ditandai
fungsi itu adalah BKKBN. Tugas dengan menurunnya angka
penyerasian dan harmonisasi kelahiran dan kematian serta
kebijakan tentunya berfungsi peningkatan angka harapan hidup.
mengkoordinasikan sektor-sektor Hal tersebut telah mengubah
yang memikliki fungsi untuk struktur umur penduduk, yakni
mencapai sasaran seperti menurunnya proporsi penduduk
pengendalian jumlah dan laju usia di bawah 15 tahun yang diikuti
pertumbuhan penduduk, sektor dengan meningkatnya proporsi
pendidikan,sektor kesehatan, penduduk usia produktif (15-64
pemberdayaan perempuan dan anak tahun) dan meningkatnya proporsi
serta pemuda. Kebijakan penduduk usia tua (65 tahun ke
Pembangunan Kependudukan atas) secara perlahan. Kondisi
diletakkan dalam konteks tersebut menyebabkan angka
pembangunan Sumber Daya ketergantungan menurun yang
Manusia (SDM) yang mencakup disebut dengan bonus demografi
pembangunan manusia sebagai (Window of Opportunity) yang
subyek dan obyek, yaitu menjadi landasan untuk memicu
pembangunan yang mencakup pertumbuhan ekonomi. Bonus
seluruh siklus kehidupan manusia demografi (jendela peluang)
(life cycle approach). Secara garis tersebut diperkirakan akan terjadi
besar Kebijakan Pembangunan hanya sekali saja dalam sejarah dan
Kependudukan meliputi lima aspek waktunya sangat pendek, yaitu
penting, yaitu : sekitar 5 tahun dari tahun 2020-
1) Berkaitan dengan kuantitas 2025 (Proyeksi Penduduk
penduduk (jumlah, struktur dan berdasarkan SUPAS,2005), dengan
komposisi, laju pertumbuhan, syarat angka kelahiran dapat
pesebaran) dikendalikan.
2) Berkaitan dengan kualitas
penduduk (status kesehatan

126
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

2.3. Indikator 2005 menjadi 73,7 thn pada


Kependudukan (Antara 2025
b. Menurunnya Angka Kematian
Harapan dengan Bayi (AKB) dari 32,3 per 1.000
Kenyataan) KH thn 2005 menjadi 15,5 per
Indikator kependudukan berasarkan 1.000 KH thn 2025
Komponen Demograsfi meliputi c. Menurunnya Angka Kematian
(jumlah, distribusi, komposisi, Ibu dari 262 per 100.000 KH thn
kelahiran (fertilitas), kematian 2005 menjadi 74 per 100.000
(mortalitas), perpindahan ) KH thn 2025
migrasi).Sedangkan Komponen d. Menurunnya prevalensi gizi
Non-Demografi meliputi kurang pada balita dari 26% thn
(kesejahteraan, ketenagakerjaan). 2005 menjadi 9,5% thn 2025
Harapan salah satu dari 11 Prioritas Sasaran RPJMN Tahun 2010-2014
Nasional Kabinet Indonesia Bersatu :
II (2009-2014) dengan titik berat a. UHH menjadi 72,0 tahun pd thn
pembangunan kependudukan 2014
bidang kesehatan melalui b. AKB menjadi 22/24/26 per
pendekatan preventif yaitu 1.000 KH pd thn 2014
peningkatan kesehatan masyarakat c. AKI menjadi 117,7 per 100rb
dan lingkungan (perluasan KH pd thn 2014
penyediaan air bersih, pengurangan d. Kurang gizi pd balita menjadi
wilayah kumuh) secara keseluruhan 15% pd th 2014
dapat meningkatkan angka harapan Tantangan Kabinet Kerja
hidup dari 70,6 tahun pada 2009
Jokowi :
menjadi 72,0 tahun pada 2014 dan
1. Gap yang besar atara situasi
pencapaian keseluruhan sasaran
sekarang dengan target 2015
Millenium Development Goals
2. Demografi: komitment
(MDGs) tahun 2015
terhadap Program KB
Pelaksanaan Program Kesehatan
3. Krisis multidimensi
Preventif Terpadu (pemberian
berkepanjangan: kemiskinan
imunisasi dasar kepada 90% balita
dan kemelaratan absolut
pada 2014; Penyediaan akses
4. Degradasi lingkungan ; global
sumber air bersih yang menjangkau
warming, , air bersih, bencana
67% penduduk dan akses terhadap
5. Desentralisasi fiskal
sanitasi dasar berkualitas yang
(kesehatan)
menjangkau 75% penduduk
6. Leadership, Komitmen,
sebelum 2014; Penurunan tingkat
Governance : Pusat dan Daerah,
kematian ibu saat melahirkan dari
Partai Politik dan Stakeholder
307 per 100.000 kelahiran pada
2008 menjadi 118 pada 2014, serta
BAHAN BACAAN
tingkat kematian bayi dari 34 per
Biro Pusat Statistik, (1997), Estimasi
1.000 kelahiran pada 2008 menjadi
Fertilitas, Mortalitas dan Migrasi.
24 pada 2014)
Hasil Survei PendudukAntar Sensus
Sasaran RPJP Tahun 2005-2025 :
(SUPAS) 1995, Seri: S3, Biro Pusat
a. Meningkatnya Umur Harapan
Statistik, Jakarta,
Hidup (UHH) dari 69 thn pada

127
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah
UNTAG Semarang

Davis, Kingsley & Judith Blake, Demografi Fakultas Ekonomi


(1974), Struktur Sosial dan Universitas Indonesia, Jakarta,
Fertilitas, Lembaga
Hull, Terence H. & Valerie J.
Kependudukan Universitas
Hull, (1976) Hubungan Antara
Gadjah Mada, Yogyakarta,
Status Ekonomi dan Fertilitas,
Faturochman, (2001), Reorientasi Lembaga Kependudukan
Kebijakan Kependudukan, Universitas Gadjah Mada,
Adytya Media, Yogyakarta Yogyakarta,
Freedman, Ronald, (1983), Teori- Robinson, Warren C. & Sarah F.
teori Penurunan Fertilitas: Harbison, (1993) Menuju Teori
Suatu Tinjauan, Pusat Fertilitas Terpadu, Pusat
Penelitian dan Studi Penelitian dan Studi
Kependudukan Universitas Kependudukan Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta, Gadjah Mada, Yogyakarta,
1983
Singarimbun, Masri, (1978)
Hatmadji, Sri Harijati (1981) Kependudukan. Liku-liku
“Fertilitas” dalam Dasar- Penurunan Kelahiran, LP3ES
Dasar Demografi, Lembaga dan Lembaga Kependudukan
UGM, Yogyakarta,

128

Anda mungkin juga menyukai