Anda di halaman 1dari 8

Brief CIFOR memberi informasi mengenai

topik terkini di bidang penelitian kehutanan


secara ringkas, akurat, dan telah melalui proses
pencermatan oleh mitra bestari.

No. 70, Mei 2014 cifor.org

Verifikasi legalitas kayu di Indonesia dan usaha


kehutanan skala kecil
Pelajaran dan opsi kebijakan
Krystof Obidzinski, Ahmad Dermawan, Agus Andrianto, Heru Komarudin dan Dody Hernawan

Pesan penting:
•• Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) Indonesia merupakan tonggak utama Kesepakatan Kemitraan Sukarela (VPA) antara
Indonesia dan Uni Eropa yang menawarkan berbagai peluang untuk para produsen kayu Indonesia untuk mendapat keuntungan
dari peningkatan akses pasar ke pasar eko-sensitif utama.
•• Kemajuan berarti telah dicapai dengan penerapan standar SVLK di antara perusahaan kehutanan dan industri kayu skala besar
dan ada prospek bagus bahwa kepatuhan penuh di sektor skala besar dapat dicapai pada akhir tahun 2014.
•• Namun, bagi usaha kecil dan menengah (UMK) ada tantangan yang cukup besar dalam mendorong penerapan SVLK. Alasan
utamanya adalah besarnya jumlah perusahaan skala kecil – kira-kira lebih dari 700.000 perusahaan sejenis di Indonesia yang
mempekerjakan sampai 1,5 juta orang.
•• Tantangan mendasar UMK lainnya dengan mengadopsi SVLK adalah bahwa banyak dari perusahaan tersebut tidak memenuhi
persyaratan dasar legalitas bisnis.
•• Lambatnya proses verifikasi legalitas juga disebabkan karena biaya sertifikasi yang tinggi, ketidakcocokan antara persyaratan SVLK
dengan strategi penghidupan petani hutan rakyat; terbatasnya pemahaman di kalangan usaha perkayuan skala kecil mengenai
kebutuhan dan manfaat SVLK, dan terbatasnya kapasitas lembaga verifikasi untuk melaksanakan verifikasi SVLK.
•• Opsi-opsi kebijakan yang ditawarkan antara lain: i) mengembangkan program bantuan pada tingkat kabupaten atau provinsi
untuk memastikan terpenuhinya legalitas; ii) menyederhanakan prosedur pengajuan SVLK dan memfasilitasi pinjaman berbunga
rendah untuk petani kayu dan unit-unit industri pengolahan kayu skala kecil; iii) meninjau berbagai kebijakan mengenai izin
pemanfaatan atau pemungutan kayu bagi pengelola hutan dan industri skala kecil agar pemenuhan prasyarat legalnya tidak
terlalu rumit; iv) mengintensifkan penyebaran informasi mengenai SVLK dan prosedur kepatuhan yang mudah diikuti; dan v)
meningkatkan jumlah dan kapasitas lembaga verifikasi legalitas kayu.

Pendahuluan
Untuk meredam pembalakan liar dan mengamankan peluang dasar yang kokoh legalitas ekspor kayu Indonesia ke Eropa dan
perdagangan kayu khususnya di pasar Eropa, Pemerintah tempat lain di dunia. Ada kemajuan nyata dalam implementasi
Indonesia telah menegosiasikan sebuah Kesepakatan SVLK terutama bagi perusahaan-perusahaan kehutanan skala
Kemitraan Sukarela (VPA) dengan Uni Eropa yang pada akhirnya besar dan berorientasi ekspor. Namun, capaian di sektor
ditandatangani pada bulan September 2013 (Uni Eropa dan kehutanan skala kecil yang berorientasi pasar domestik masih
Republik Indonesia 2011, The Jakarta Post 2013). Secara prinsip, rendah. Padahal, ada lebih dari 700.000 unit usaha skala kecil
melalui kemitraan VPA dan sistem verifikasi legalitas kayu (SVLK), terkait produk kayu, kertas dan mebel yang mempekerjakan
produk kayu akan diidentifikasi dan diverifikasi, dipantau dan hampir 1,5 juta orang (BPS 2011). Adalah penting untuk
dipastikan asal usulnya sehingga kayu-kayu yang diekspor ke Uni mengetahui penyebab lambatnya verifikasi SVLK bagi
Eropa berasal dari sumber-sumber legal. perusahaan skala kecil, dan merumuskan langkah-langkah untuk
mengatasinya.
Keputusan untuk masuk dalam VPA dengan Eropa dan
menerapkan sistem verifikasi legalitas kayu (SVLK) merupakan Antara tahun 2011 sampai 2013, CIFOR dan berbagai lembaga
komitmen pemerintah Indonesia dalam mewujudkan mitra seperti Institut Pertanian Bogor (IPB), Badan Penelitian dan
pengelolaan hutan yang lebih baik, sehingga akan terbangun Pengembangan Kehutanan dan sejumlah lembaga kehutanan
2
No.
No. 70
20
Mei 2014

daerah melakukan penelitian di Kalimantan Timur, Papua dan Sampai Desember 2013, kira-kira 837 industri pengolahan kayu
Jawa Tengah. Berdasarkan berbagai temuan dari ketiga daerah ini, telah menjalani proses sertifikasi SVLK, 629 di antaranya telah
tulisan ini menyajikan pelajaran yang didapat dan rekomendasi disertifikasi (Kementerian Kehutanan dalam Sugiharto 2014,
aksi kebijakan untuk memajukan implementasi SVLK di Indonesia. lihat Tabel 1. Pada waktu bersamaan, 819 unit usaha terdaftar
sebagai eksportir pada situs Sistem Informasi Legalitasi Kayu
(SILK, 2014a). Ekspor kayu terus meningkat dan melampaui
Sistem Verifikasi Legalitas Kayu volume yang diekspor pada tahun 2012, sehingga menepiskan
Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) merupakan dasar untuk kekhawatiran kurangnya pasokan kayu yang terverifikasi legal
kemitraan VPA. VPA telah ditandatangani pada bulan September (Ditjen BUK 2013). Namun, masih banyak yang harus dilakukan
2013, dan begitu diratifikasi oleh kedua belah pihak kayu- untuk memastikan bahwa semua pelaku memenuhi persyaratan
kayu yang disertifikasi SVLK akan secara otomatis dianggap legalitas dan tenggat.
legal menurut Peraturan Kayu Uni Eropa (EUTR) yang berlaku
efektif pada tanggal 3 Maret 2013 (Buckrell dan Hoare 2011,
Uni Eropa dan Republik Indonesia 2011, The Jakarta Pos 2013). Pelajaran dari temuan penelitian dan
SVLK merupakan skema pemberian sertifikat bersifat wajib bagi opsi kebijakan
sektor usaha kehutanan yang mulai diberlakukan setelah adanya
sertifikasi Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL). Informalitas di sektor skala kecil
Kegiatan penebangan kayu dan industri kayu skala kecil sangat
Kementerian Kehutanan menetapkan peraturan dan menata informal karena sejumlah faktor. Beberapa di antaranya terkait
kelembagaan terkait SVLK. Hal ini mencakup: peraturan mengenai dengan kurangnya pengetahuan mengenai prosedur resmi untuk
jenis usaha kehutanan yang wajib memiliki sertifikat SVLK, pendaftaran usaha. Usaha skala kecil informal berkembang karena
persyaratan untuk memenuhi standar legal, panduan untuk tingginya kebutuhan kayu lokal dan terbatasnya pasokan kayu
mengevaluasi kinerja usaha kehutanan, masa berlakunya sertifikat, legal untuk memenuhinya. Jumlah industri pengolahan kayu
dan tenggat waktu yang pada awalnya ditetapkan1 Januari 2014 skala kecil yang kami catat di dua kabupaten sampel di Provinsi
bagi industri kayu skala kecil dan menengah untuk memperoleh Kalimantan Timur hampir dua kali dari perusahaan yang terdaftar.
sertifikat SVLK. Pada akhir tahun 2013, Menteri Perdagangan Di kabupaten sampel di Provinsi Papua, kegiatan penebangan
menunda penerapan SVLK bagi usaha kecil dan menengah kayu skala kecil dan industri mengandalkan bahan baku kayu dari
dan menetapkan 1 Januari 2015 sebagai tenggat waktu yang sumber-sumber informal. Di beberapa kabupaten di Jawa, jumlah
baru. Perusahaan-perusahaan berskala besar tetap diwajibkan industri pengolahan kayu skala kecil tanpa izin hampir tiga kali
melengkapi dokumen V-legal pada 1 Januari 2013. jumlah industri yang memiliki izin (Astana et al. 2014; Putri 2013).

Sektor skala besar telah menunjukkan kemajuan dalam Kondisi tersebut tidak serta menjadi pertanda ketidakpatuhan
mengadopsi SVLK. Hal ini didorong oleh ketentuan Menteri atau kesengajaan industri kayu skala kecil dalam melanggar
Perdagangan yang mensyaratkan produk kayu olahan yang boleh ketentuan peraturan. Dalam banyak kasus hal ini terjadi
diekspor adalah yang berasal dari eksportir dan industri serta karena terbatasnya pemahaman mengenai persyaratan untuk
produsen yang bersertifikat SVLK. Sekalipun ada kemajuan di mendaftarkan usaha mereka dan ketidakpahaman terhadap
kalangan usaha skala kecil dalam mendapatkan sertifikasi SVLK, prosedur yang harus diikuti. Dalam beberapa kasus, ada
masih banyak yang harus dilakukan untuk memastikan semua kesengajaan pelaku usaha untuk melakukan tindakan melanggar
usaha berskala kecil mendapatkan sertifikat SVLK, bahkan dalam hukum untuk menghindari beban pajak dan berbagai tanggung
sertifikasi kelompok sekalipun. jawab administratif lainnya.

Tabel 1. Kemajuan SVLK (terhitung sampai Desember 2013)


Sertifikasi Lulus Tidak lulus Dalam proses Jumlah
No Luas (ha) No Luas (ha) No Luas (ha) No Luas (ha)
PHPL-HT 32 3.745.939 21 755.183 53 4.501.122
PHPL-HA 92 10.475.872 20 910.763 15 1.147.370 127 12.534.005
PHPL-KPH 6 157.890 6 157.890
VLK-HT 42 1.460.675 42 1.460.675
VLK-HA 23 1.658.060 23 1.658.060
VLK-Hutan rakyat 72 40.523 4 1.500 76 42.023
VLK-Industri 629 27 181 837
Sumber: Kementerian Kehutanan dalam Sugiharto (2014)
3
No. 70
Mei 2014

Lemahnya pengendalian pengangkutan kayu dan


industri kayu skala kecil •• Kementerian Kehutanan seharusnya menerapkan evaluasi
kinerja P2LHP dan P3KB tidak hanya berdasarkan target
Dengan diberlakukannya SVLK, perusahaan harus memastikan kerja dan jumlah produksi tetapi juga memperhatikan aspek
bahwa mereka menggunakan kayu hanya dari sumber legal. integritas, komitmen dan disiplin. Sebaiknya diterapkan
Namun, tingkat pengendalian pengangkutan kayu dari hutan sistem insentif dan diinsentif terkait kinerja pejabat pengesah
ke industri tetap rendah. Hal ini sebagian disebabkan oleh dan pemeriksa.
lemahnya penegakan sangsi oleh pejabat yang berwenang di
tingkat kabupaten/provinsi terhadap pelanggaran prosedur
pengangkutan kayu yang terungkap. Ada banyak peluang Sebagian besar industri kayu skala kecil tidak
penyalahgunaan dokumen sehingga perbedaan antara jumlah memiliki surat-surat yang lengkap
kayu sebenarnya yang diangkut atau diolah dengan apa yang Sebagian besar industri kayu skala kecil sering kali melakukan
dilaporkan dalam dokumen dianggap sebagai hal yang wajar. kegiatan usaha dengan izin atau surat legal lainnya yang mereka
miliki secara tidak lengkap. Verifikasi SVLK mensyaratkan sejumlah
Solusi dan pilihan kebijakan: dokumentasi termasuk sertifikat kepemilikan tanah atau letter C/
girik dari desa, bukti hak pemanfaatan kayu, bukti kepemilikan
•• Pemeriksaan legalitas kayu dan keterlacakannya perlu kayu yang sah, nomor pendaftaran pajak, dan izin-izin lainnya.
dilakukan secara periodik oleh pejabat tingkat kabupaten dan Penelitian kami di Papua dan Kalimantan Timur menunjukkan
harus dapat diakses secara publik bahwa banyak depot kayu di kota-kota yang melakukan usaha
•• Hasil pemeriksaan oleh Pejabat Pengesah Laporan Hasil dengan perizinan yang tidak lengkap.
Penebangan (P2LHP) dan Pejabat Pemeriksa Penerimaan
Kayu Bulat (P3KB) memastikan legalitas kayu bulat dan Solusi dan pilihan kebijakan:
rantai produk kayu. Laporan pemeriksaan seharusnya dapat
diakses publik. •• Pejabat pemerintah kabupaten perlu memfasilitasi
pendaftaran perusahaan kayu skala kecil yang belum memiliki

Kayu dari hutan rakyat dengan SKSKB Cap KR diangkut dengan truk menuju industri penggergajian kayu. Foto oleh Heru Komarudin.
4
No.
No. 70
20
Mei 2014

dokumen perizinan lengkap. Beberapa pemerintah kabupaten •• Mempromosikan sertifikasi berkelompok sebagai sarana untuk
telah berupaya untuk membuat proses pendaftaran usaha menjaga agar biaya per unit usaha menjadi minimum. Untuk
bebas biaya. itu, Kementerian Kehutanan dapat memanfaatkan sumber
•• Ketentuan pemenuhan persyaratan legalitas usaha tetap harus daya keuangan BLU untuk mendukung proyek sertifikasi
diterapkan secara tegas, namun disertai dengan sosialisasi berkelompok dan donor (WB, IFC, EC dll.) dapat menyediakan
yang cukup dari instansi terkait, sehingga pelaku usaha kecil dana proyek-proyek yang mendukung sertifikasi kelompok.
dan menengah secara bertahap dapat memenuhi ketentuan •• Kementerian Kehutanan dan para donor harus juga
hukum yang berlaku dan terhindar dari kendala-kendala yang mendukung secara finansial inisiatif kelompok-kelompok
tidak perlu. petani atau perusahaan yang anggotanya secara gotong
•• Khusus untuk di Provinsi Papua, untuk menyederhanakan royong menanam pohon tambahan atau melakukan
penerbitan dan pengendalian izin penggergajian untuk kegiatan inisiatif lain dalam mencari dana guna menutupi
industri skala kecil, pemerintah provinsi harus secara konsisten biaya sertifikasi.
mendelegasikan wewenang tersebut kepada pemerintah
kabupaten untuk menerbitkan izin industri dengan kapasitas di
Ketidakcocokan antara verifikasi legalitas kayu
bawah 2.000m3 per tahun.
dengan strategi penghidupan para petani hutan
rakyat
Terbatasnya pasokan kayu legal Salah satu ciri utama hutan rakyat di Jawa adalah bahwa pohon-
Terbatasnya pasokan kayu legal yang kontinyu menciptakan pohon ditanam di atas lahan milik pribadi dengan luasan kurang
peluang terjadinya kegiatan ilegal, yang pada gilirannya dari satu hektar dan tanpa surat sertifikat tanah. Pengambilan
menghambat penerapan SVLK. Selain berkurangnya tingkat keputusan bersifat otonom, dan kayu tidak selalu menjadi sumber
produksi kayu yang berasal dari perusahaan-perusahaan IUPHHK- utama pendapatan keluarga (Dharmawan et al. 2013). Pemilik
HA dan IUPHHK-HT serta belum tercapainya target produksi dari hutan menggunakan pola yang disebut ‘tebang butuh’ yakni
hutan tanaman rakyat HTR, terbatasnya kayu legal juga diakibatkan pohon ditebang hanya ketika keluarga membutuhkan uang
belum optimalnya pemanfaatan kayu yang berasal dari IPK dan dalam keadaan mendesak. Dengan pola tersebut, pohon tidak
pemegang izin kayu masyarakat, seperti kasus di Kalimantan Timur dipanen secara teratur dan tidak ada volume produksi bulanan
dan Papua yang ditemukan dalam penelitian ini. atau tahunan yang dapat diprediksi. Semua tergantung pada
kebutuhan keluarga. Para petani menjual tegakan (pohon berdiri)
Solusi dan Pilihan kebijakan: dan penebangan dan pengangkutan kayu dilakukan sepenuhnya
oleh pedagang pengumpul (Putri 2013).
•• Pemerintah daerah perlu memastikan bahwa kayu-kayu yang
berasal dari hasil pembukaan lahan untuk pembangunan di Dalam konteks di mana kayu bukan sumber utama pendapatan,
luar kehutanan (misal untuk pertambangan di Kabupaten kayu dipanen secara sporadis, dan pengangkutan kayu bukan
Berau, Kalimantan Timur) dapat dimanfaatkan oleh industri tanggung jawab petani, sertifikasi SVLK dengan biayanya yang
pengolahan kayu kecil dan menegah. besar menjadi sebuah tantangan. Hal ini karena pendapatan
•• Kementerian Kehutanan, Pemerintah Daerah Provinsi Papua dari kayu bervariasi dan tidak dapat diprediksi tetapi biaya SVLK
dan pemerintah kabupaten setempat perlu berkoordinasi dan signifikan dan harus dibayar. Sampai Desember 2013, baru 10
memastikan bahwa izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu kelompok petani di Jawa memperoleh sertifikasi SVLK atau PHPL
masyarakat adat (IUPHHK-MHA) dapat segera beroperasi dan (javacertifiedwood.com 2014). Sejauh ini, SVLK kurang mendapat
berproduksi, dengan mengutamakan aspek kesejahteraan respon petani hutan rakyat, pedagang kayu dan penggergajian
masyarakat adat dan kelestarian sumberdaya hutan. kecil di Jawa. Hal ini karena harga kayu lokal tidak ditentukan oleh
adanya sertifikat, tetapi oleh kualitas dan volume kayu. Apabila
verifikasi legalitas kayu seperti SVLK menuntut biaya transaksi
Biaya sertifikasi SVLK tinggi tinggi sementara keuntungan finansialnya bagi pengelola hutan
Mengacu pada ketentuan yang berlaku, biaya verifikasi legalitas rakyat tidak signifikan, hal ini dapat menjadi kontra-produktif bagi
kayu SVLK diperkirakan sekitar Rp30–114 juta (US$3,000–$11,000) pengembangan hutan rakyat.
per verifikasi, tergantung dari jenis dan ukuran bisnis dan lokasinya.
Ini jumlah yang besar untuk usaha skala kecil. Biaya sertifikasi Solusi dan pilihan kebijakan:
kelompok juga masih dianggap cukup tinggi oleh pelaku usaha
kehutanan skala kecil, sehingga inisiatif sertifikasi kelompok belum •• Kementerian Kehutanan perlu mendukung program
direspon secara positif oleh usaha kecil mengingat besarnya biaya penyuluhan bagi pengelolaan hutan rakyat (mungkin
(Dharmawan et al. 2013, Astana et al. 2014). bekerjasama dengan universitas dan/atau LSM) yang akan
menargetkan unit-unit pengelola hutan rakyat per kelompok
Solusi dan pilihan kebijakan: atau desa. Melalui kegiatan tersebut, penduduk diberikan
pemahaman atas manfaat tambahan yang akan diperoleh
•• Lembaga verifikasi harus bersedia membuka kantor di daerah dari berbagai usaha mereka – dari penanaman, pemeliharaan,
untuk menekan biaya perjalanan. pemanenan sampai distribusi dan pemasaran (lihat Kotak 1).
5
No. 70
Mei 2014

Kotak 1. Sertifikasi kelompok bagi pengrajin mebel: pelajaran dari Jepara


Sekitar 90% industri mebel di Indonesia terdiri atas usaha kecil dan menengah (UMK). Di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah,
kontribusi industri mebel mencakup kira-kira 27% dari ekonomi kabupaten tersebut. Ada kira-kira 15.000 perusahaan mebel
di kabupaten tersebut yang mempekerjakan sampai dengan 200.000 orang. Pada tahun 2009, perusahaan-perusahaan ini
mengekspor produk bernilai 120 juta dolar AS. Masalah yang mereka hadapi adalah ketidakseimbangan kekuatan di sepanjang
rantai nilai yang mengakibatkan produsen kayu dan industri skala kecil memperoleh keuntungan yang kecil, kualitas produk
buruk, dan ketidakpastian masa depan usaha mereka.

Untuk memperbaiki situasi para produsen skala kecil, CIFOR melakukan penelitian aksi bersama dengan pemerintah kabupaten
dan asosiasi industri mebel setempat. Proyek tersebut fokus pada pembangunan berbagai skenario untuk meningkatkan
keuntungan industri skala kecil melalui tindakan kolektif. Melalui proyek ini CIFOR memperkuat Asosiasi Pengrajin Kecil Jepara
(APKJ). Difasilitasi oleh proyek tersebut, APKJ berpartisipasi dalam beberapa pameran mebel untuk mendapatkan pembeli baru
dan mengembangkan keterampilan pemasaran. APKJ juga dibantu dengan mempelajari sumber-sumber baru bahan mentah
dengan memperkenalkannya dengan petani kecil produsen kayu jati.

Proyek ini memberikan berbagai kesempatan pelatihan mengenai berbagai acara pameran mebel, kewirausahaan bagi kaum
perempuan, dan membantu membangun sebuah portal pemasaran untuk mereka yang ingin membeli mebel secara online di
www.javamebel.com. Sejak April 2012, APKJ telah menjadi koperasi dan saat ini telah mendapatkan sertifikat SVLK.

Tingkat informalitas di Industri penggergajian skala kecil sering terkait dengan ketidakpahaman untuk memenuhi ketentuan yang
berlaku. Foto oleh Heru Komarudin.
6
No.
No. 70
20
Mei 2014

•• Untuk merespon terhadap sistem ‘tebang butuh’, untuk industri skala kecil di Kalimantan Timur dan Papua. Dengan
Kementerian Kehutanan melalui BLU dapat menyediakan perkembangan seperti ini, untuk membuat seluruh industri kecil
‘kredit tunda tebang’ atau dana pinjaman yang memungkinkan memiliki sertifikat SVLK pada akhir 2014 akan menjadi target yang
para petani tidak menebang ketika mereka sedang sangat sulit dicapai.
membutuhkan (uang), tetapi menunggu sampai pohonnya
lebih besar sehingga nilai komersialnya lebih besar. Program Solusi dan pilihan kebijakan:
kredit yang sudah ada sebaiknya dikaji efektifitasnya.
•• Para petani kayu di luar Jawa menghadapi permasalahan •• Jumlah lembaga verifikasi harus ditingkatkan
serupa dalam skema HTR (Hutan Tanaman Rakyat). BLU •• Peningkatan jumlah lembaga verifikasi dapat dilakukan,
seharusnya menyediakan kredit murah dengan jangka misalnya dengan pemberian insentif dalam bentuk
waktu pengembalian yang lebih panjang agar petani percepatan proses pemberian izin bagi pihak-pihak yang
memperpanjang rotasi kayu. Dengan ukuran kayu yang lebih berminat mendirikan lembaga verifikasi. Pemerintah dapat
besar, para petani HTR, yang saat ini menjual balok kayu pula menerapkan sistem regionalisasi sehingga lembaga
mereka ke pabrik pulp dan serpihan kayu, diharapkan dapat verifikasi dapat tersebar ke seluruh provinsi.
menjual kayu dengan harga yang lebih tinggi. •• Kementerian juga perlu menyederhanakan berbagai prosedur
bagi perusahaan skala kecil untuk mengajukan permintaan
bantuan keuangan ke Badan Layanan Umum (BLU) untuk
Kesadaran mengenai SVLK masih terbatas mendanai verifikasi legalitas kayu beserta penilikannya.
Tingkat pemahaman mengenai SVLK di sektor kayu skala kecil
dan diantara pejabat kehutanan provinsi/kabupaten masih
relatif rendah, bahkan di daerah-daerah produsen kayu penting
seperti Kalimantan Timur dan Papua. Di provinsi Jawa Tengah Kesimpulan
pengetahuan mengenai SVLK semakin meningkat. Mewajibkan semua pelaku usaha kehutanan di Indonesia untuk
memenuhi persyaratan SVLK sepenuhnya merupakan keputusan
Solusi dan Pilihan kebijakan: pemerintah yang cukup strategis. Namun, ada tantangan yang
signifikan yang harus diselesaikan sebelum sasaran kebijakan
•• Para donor dan Kementerian Kehutanan dapat menyediakan bisa dicapai. Meskipun kemajuan dengan verifikasi SVLK di sektor
sumberdaya untuk lebih intensif menyebarkan informasi besar/menengah signifikan, verifikasi legalitas kayu di sektor
mengenai SVLK melalui siaran radio FM, TV, cetak, dan skala kecil tertinggal di belakang dan jauh lebih sulit untuk
media sosial diimplementasikan.
•• Sosialisasi tentang SVLK diperluas ke berbagai kabupaten
yang merupakan lokasi banyak industri skala kecil. Biaya Hambatan-hambatan utamanya yang dihadapi sektor usaha
pelaksanaan sosialisasi tersebut dapat dibebankan kepada kehutanan skala kecil antara lain banyaknya jumlah unit usaha
anggaran Kementerian Kehutanan dan para donor. yang harus dinilai, status mereka yang sebagian besar adalah
•• Industri kayu skala besar yang mempunyai keterkaitan informal, tingginya biaya sertifikasi SVLK, ketidakcocokan antara
dengan usaha kecil harus membantu produsen skala kecil sertifikasi SVLK dengan sistem ekonomi rumah tangga petani
dalam memahami dan melaksanakan SVLK seperti yang kayu, dan masih terbatasnya pengetahuan mengenai kebijakan
telah diamanatkan dalam Peraturan Menteri Kehutanan No. SVLK dan implikasinya.
45/012. Kementerian Kehutanan harus menindaklanjuti dan
memastikan implementasinya. Dinas kehutanan tingkat Solusi dan opsi-opsi kebijakan untuk menangani masalah tersebut
provinsi dan kabupaten dapat meminta perusahaan- diantaranya: i) mengembangkan program bantuan di tingkat
perusahaan berpartisipasi dalam lokakarya atau sosialisasi kabupaten atau provinsi bagi UMK agar mereka memenuhi
tentang SVLK bagi usaha kecil dan masyarakat di sekitar perizinan; ii) menyederhanakan prosedur pengajuan SVLK dan
wilayah usaha mereka masing-masing. memfasilitasi pinjaman berbunga rendah untuk petani hutan
rakyat (dan juga masyarakat pengelola hutan di luar Jawa) dan
unit-unit industri pengolahan kayu skala kecil; iii) meninjau
Kapasitas terbatas dari lembaga verifikasi SVLK kembali berbagai kebijakan mengenai izin pemanfaatan kayu
Salah satu dari berbagai tantangan utama dalam memajukan skala kecil agar tersedia sistem yang legal dan yang tidak terlalu
verifikasi SVLK di sektor skala kecil ialah terbatasnya jumlah rumit bagi pengelola hutan dan industri kayu skala kecil; iv)
lembaga verifikasi. Sampai Januari 2014, ada 14 lembaga mengintensifkan penyebaran informasi mengenai SVLK dan
verifikasi legalitas kayu di Indonesia (SILK 2014b). BPS (2011) prosedur kepatuhan yang mudah diikuti; dan v) meningkatkan
memperkirakan jumlah perusahan kecil di sektor perkayuan jumlah dan kapasitas lembaga verifikasi legalitas kayu.
sebesar 700.000, atau kira-kira 27,5% dari usaha mikro dan kecil
di negara ini. Dari jumlah ini, di Jawa Tengah sejauh ini baru 189 Upaya mendorong verifikasi legalitas kayu di sektor skala kecil
industri pengolahan kayu dan 10 kelompok petani hutan rakyat tidak akan mudah dan akan memerlukan waktu, tetapi dengan
yang telah mendapat sertifikasi SVLK (javacertifiedwoo.com kemauan dan sumberdaya yang ada, upaya tersebut dapat
2014). Sejauh ini belum ada sertifikat SVLK yang telah diterbitkan membuahkan hasil. Berbagai tindakan untuk memecahkan
7
No. 70
Mei 2014

permasalahan di atas diharapkan akan mengurangi risiko reputasi


Ucapan Terima Kasih
SVLK, meningkatkan jaminan legalitas kayu dan meningkatkan Kami mengucapkan terima kasih kepada Komisi Eropa yang
pasokan kayu yang terverifikasi legal di Indonesia. telah memberikan dukungan dana untuk penelitian ini (PRO-
FORMAL: Policy and regulatory options for recognising and better
Untuk informasi lebih jauh, lihat: Obidzinski, K. Dermawan, A., integrating the domestic timber sector in tropical countries in
Andrianto, A. Komarudin, H. Hernawan, D. dan Fripp, E. 2014. the formal economy (Ref. 220243). Kami juga berterima kasih
Timber legality verification system and the Voluntary Partnership kepada mitra penelitian dari Institut Pertanian Bogor (IPB),
Agreement in Indonesia: the challenges of the small-scale forestry Dr. Arya Hadi Dharmawan dan Dr. Bintang Simangunsong,
sector. CIFOR Working Paper. Bogor. Indonesia. beserta tim penelitian mereka. Demikian juga, kami ingin
mengucapkan terima kasih kepada Dr. Satria Astana dan tim
penelitian pada Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan,
Kementerian Kehutanan. Kami menyampaikan penghargaan
kepada Bapak Zulfikar Adil, Direktur Eksekutif Badan Revitalisasi
Referensi Industri Kehutanan (BRIK) yang telah memberikan pandangan-
Astana, S., Obidzinski, K., Riva, W.F., Hardiyanto, G., Komarudin, H. pandangannya mengenai implementasi sistem verifikasi legalitas
dan Sukanda. 2014. Implikasi biaya dan manfaat sistem verifikasi kayu, yang sangat bermanfaat bagi tulisan-tulisan kami. Ucapan
legalitas kayu terhadap sektor perkayuan skala kecil (segera terima kasih juga kami sampaikan kepada para pejabat kehutanan
diterbitkan dalam Jurnal Analisis Kebijakan). dan para mitra pada Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan,
BPS. 2011. Profil industri mikro dan kecil 2010. Badan Pusat Kementerian Kehutanan di Jakarta dan pada Dinas Kehutanan
Statistik, Jakarta, Indonesia. Provinsi dan Kabupaten di Berau, Blora, Kutai Timur, Jayapura,
Buckrell, J. dan Hoare, A. 2011. Controlling illegal logging: Nabire, Samarinda, Semarang, Wonogiri dan Wonosobo.
Implementation of the EU Timber Regulation. Royal Institute of
International Affairs, London.
Dharmawan, A. H., Mardyaningsih, D. I., dan Wiyanti, N. I. 2013.
Analysis of smallholding forest livelihood system: Timber
certification and its socio-economic impacts (Case studies Peraturan perundangan terkait sistem
of three regencies of Central Java Province of Indonesia). verifikasi legalitas kayu
Center for Agriculture and Rural Development Studies, Bogor Peraturan Menteri Kehutanan No. P.38/Menhut-II/2009 tentang
Agrcultural University, Bogor, Indonesia. standar dan pedoman penilaian kinerja pengelolaan hutan
Ditjen BUK, 2013. Kebijakan PHPL–VLK menuju manajemen hutan produksi lestari dan verifikasi legalitas kayu pada pemegang izin
tanaman kelas dunia. Presentasi pada Lokakarya Evaluasi Kinerja atau pada hutan hak.
IUPHHK-HTI, 27 Maret 2013, Jakarta, Indonesia. Peraturan Menteri Kehutanan No. P.68/Menhut-II/2011 tentang
Javacertifiedwood.com. 2014. Produk kayu bersertifikat/Certified perubahan atas Peraturan Menteri Kehutanan No. P.38/
wood products. http://javacertifiedwood.com/component/ Menhut-II/2009 tentang standar dan pedoman penilaian kinerja
fabrik/list/1?resetfilters=0&Itemid= (viewed January 31, 2014). pengelolaan hutan produksi lestari dan verifikasi legalitas kayu
Putri, E. I. K. 2013. Value chain of smallholding forest timber pada pemegang izin atau pada hutan hak.
trade: Can certification improve the justice for market actors: Peraturan Menteri Kehutanan No. P.45/Menhut-II/2012 tentang
Case studies in Blora, Wonosobo and Wonogiri. Center for perubahan kedua atas Peraturan Menteri Kehutanan No. P.38/
Agriculture and Rural Development Studies, Bogor Agricultural Menhut-II/2009 tentang standar dan pedoman penilaian kinerja
University, Bogor, Indonesia. pengelolaan hutan produksi lestari dan verifikasi legalitas kayu
SILK. 2014a. Daftar eksportir. Sistem Informasi Legalitas Kayu. pada pemegang izin atau pada hutan hak.
http://silk.dephut.go.id/index.php/info/exporters (diakses pada Peraturan Menteri Kehutanan No. P.18/Menhut-II/2013 tentang
11 April 2014). informasi verifikasi legalitas kayu melalui portal sistem informasi
SILK. 2014b. Daftar LVLK. http://silk.dephut.go.id/index.php/info/ legalitas kayu (SILK) dan penerbitan dokumen V-Legal.
lvlk (diakses pada 25 Februari 2014) Peraturan Menteri Kehutanan No. P.42/Menhut-II/2013 tentang
Sugiharto. 2014. Jangan persulit hutan rakyat. AgroIndonesia Vol perubahan ketiga atas Peraturan Menteri Kehutanan No. P.38/
IX No. 479, 7-13 January. P. 4. Menhut-II/2009 tentang standar dan pedoman penilaian kinerja
The Jakarta Post 2013. RI, EU sign agreement on legal timber pengelolaan hutan produksi lestari dan verifikasi legalitas kayu
trade. 30 September. http://www.thejakartapost.com/ pada pemegang izin atau pada hutan hak.
news/2013/09/30/ri-eu-sign-agreement-legal-timber-trade.html Peraturan Menteri Kehutanan No. P.13/Menhut-II/2013 tentang
Uni Eropa dan Republik Indonesia. 2011. FLEGT Voluntary standar biaya penilaian kinerja pengelolaan hutan produksi
Partnership Agreement between Indonesia and the European lestari dan verifikasi legalitas kayu.
Union: Briefing Note. http://ec.europa.eu/europeaid/what/ Peraturan Menteri Perdagangan No. 64/M-DAG/PER/10/2012
development-policies/intervention-areas/environment/ tentang ketentuan ekspor produk industri kehutanan.
forestry_intro_en.htm Peraturan Menteri Perdagangan No. P.81/M-DAG/PER/12/2013
tentang perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan No.
8
No.
No. 70
20
Mei 2014

64/M-DAG/PER/10/2012 tentang ketentuan ekspor produk Peraturan Direktur Jendera Bina Usaha Kehutanan No. P.5/
industri kehutanan. VI-BPPHH/2013 tentang pedoman persetujuan hak akses atau
Peraturan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan No. P.8/ nota kesepahaman dalam penyediaan dan pelayanan informasi
VI-BPPHH/2011 tentang standar dan pedoman penilaian tentang verifikasi kayu melalui portal sistem informasi legalitas
kinerja pengelolaan hutan produksi lestari (PHPL) dan verifikasi kayu (SILK).
legalitas kayu (VLK).

Penelitian ini dilaksanakan oleh CIFOR sebagai bagian dari Program Penelitian CGIAR pada Hutan,
Pohon dan Wanatani (CRP-FTA). Program kolaboratif ini bertujuan untuk meningkatkan pengelolaan
dan pemanfaatan hutan, wanatani, dan sumber daya genetis pohon yang mencakup lanskap dari
hutan sampai ke lahan budidaya. CIFOR memimpin CRP-FTA melalui kemitraan dengan Bioversity
International, CIRAD, International Center for Tropical Agriculture dan World Agroforestry Centre.

cifor.org blog.cifor.org

Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (CIFOR)


CIFOR memajukan kesejahteraan manusia, konservasi lingkungan dan kesetaraan melalui penelitian yang
membantu membentuk kebijakan dan praktik kehutanan di negara berkembang. CIFOR adalah anggota
Konsorsium CGIAR. Kantor pusat kami berada di Bogor, Indonesia, dengan kantor wilayah di Asia, Afrika dan
Amerika Latin.

Anda mungkin juga menyukai