Anda di halaman 1dari 37

PERMASALAHAN BENCANA

GUNUNG MELETUS DI INDONESIA

MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Kesehatan dan Penanggulangan Bencana
yang Dibina oleh bapak Drs. I Wayan Sumberatha., M. Si dan
bapak Agung Mulyo Setiawan., S.Pd, M.Si

Oleh :
Ariska Fatmaningrum (170351616527)

Kiki Ari Damayanti (170351616530)

Silvi Nur Rahayu (170351616535)

Kelompok 4/Offering C

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PRODI PENDIDIKAN IPA
September 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan,
rahmat, dan lindungan-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah
Kesehatan dan Penanggulangan Bencana yang berjudul “Permasalahan Bencana
Gunung Meletus di Indonesia” dengan baik tanpa suatu halangan apapun.
Selesainya makalah ini, tentunya mendapat dukungan dari Drs. I Wayan
Sumberatha., M. Si dan Agung Mulyo Setiawan., S.Pd, M.Siselaku dosen
pembimbing mata kuliah dosen mata kuliah Kesehatan dan Penanggulangan
Bencana yang telah memberikan arahan, sehingga makalah ini selesai pada waktu
yang tepat.
Dengan sepenuh hati, kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak
memiliki kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat
kami harapkan. Semoga tulisan ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca.

Malang, 18 September 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2

1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2

BAB II

PEMBAHASAN ..................................................................................................... 4

2.1 Pengertian ................................................................................................. 4

2.2 Skema Terjadinya Tsunami ...................................................................... 5

2.3 Penyebab terjadinya Tsunami ................................................................ 10

2.4 Permasalahan Bencana Tsunami Di Indonesia ...................................... 12

2.5 Cara Penanggulangan Bencana Tsunami Di Indonesia .......................... 15

2.6 Cara Menghadapi Tsunami Pada Pra-Saat-Pasca Bencana Tsunami ..... 16

2.7 Tindakan Kesehatan Pada Pra-Saat-Pasca Bencana Tsunami ................ 16

BAB III

PENUTUP ............................................................................................................. 32

3.1 Kesimpulan ................................................................................................. 32

3.2 Saran ............................................................................................................ 32

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 33

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bencana alam apapun bentuknya memang tidak diinginkan. Sayangnya
kejadian pun terus saja ada. Berbagai usaha tidak jarang dianggap maksimal
tetapi kenyataan sering tidak terelakkan. Masih untung bagi kita yang
mengagungkan Tuhan sehingga segala kehendak-Nya bisa dimengerti, meski
itu berarti derita.

Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah istilah yang dapat
didefinisikan sebagai suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud
cair atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah
permukaan bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil
akumulasi material yang dikeluarkan pada saat dia meletus.
Gunung berapi terdapat dalam beberapa bentuk sepanjang masa
hidupnya. Gunung berapi yang aktif mungkin berubah menjadi separuh aktif,
istirahat, sebelumakhirnya menjadi tidak aktif atau mati. Bagaimanapun
gunung berapi mampu istirahat dalam waktu 610 tahun sebelum berubah
menjadi aktif kembali. Oleh itu, sulit untuk menentukan keadaan sebenarnya
daripada suatu gunung berapi itu, apakah gunung berapi itu berada dalam
keadaan istirahat atau telah mati.
Gunung meletus terjadi akibat endapan magma di dalam perut bumi
yangdidorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Dari letusan-letusan
seperti inilah gunung berapi terbentuk. Letusannya yang membawa abu dan
batu menyembur dengan keras sejauh radius 18 km atau lebih, sedang lavanya
bisa membanjiri daerah sejauh radius 90 km. Letusan gunung berapi bisa
menimbulkan korban jiwa dan harta benda yang besar sampai ribuan
kilometer jauhnya dan bahkan nbis mempengaruhi putaran iklim di bumi ini .

1
Magma adalah cairan pijar yang terdapat di dalam lapisan bumi
dengan suhu yang sangat tinggi, yakni diperkirakan lebih dari 1.000 °C.
Cairan magma yang keluar dari dalam bumi disebut lava Suhu lava yang
dikeluarkan bisa mencapai 700-1.200 °C. Letusan gunung berapi yang
membawa batu dan abu dapat menyembur sampai sejauh radius 18 km atau
lebih, sedangkan lavanya bisa membanjiri sampai sejauh radius 90 km. Tidak
semua gunung berapi sering meletus. Gunung berapi yang sering meletus
disebut gunung berapi aktif.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari gunung berapi?
2. Bagaimana sebaran Gunung berapi di Indonesia?
3. Bagaimana pembentukkan Gunung Api, tipe-tipe letusan, struktur serta
busur yang ada di Indonesia ?
4. Bagaimana skema terjadinya bencana gunung berapi?
5. Apa penyebab tejadinya bencana gunung meletus?
6. Bagaimana permasalahan bencana gunung berapi di Indonesia?
7. Bagaimana penanggulangan bencana gunung berapi di Indonesia?
8. Bagaimana cara untuk menghadapi bencana gunung berapi pada pra-saat-
pasca bencana?
9. Bagaimana tindakan kesehatan pada pra-saat-pasca bencana gunung
berapi?
10. Bagaimana dampak yang ditimbulkan dari adanya bencana gunung
berapi ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari gunung berapi.
2. Untuk mengetahui sebaran Gunung berapi di Indonesia.
3. Untuk mengetahui pembentukkan Gunung Api, tipe-tipe letusan, struktur
serta busur yang ada di Indonesia.
4. Untuk mengetahui skema terjadinya bencana gunung berapi.
5. Untuk mengetahui penyebab tejadinya bencana gunung meletus.
6. Untuk mengetahui permasalahan bencana gunung berapi di Indonesia.

2
7. Untuk mengetahui penanggulangan bencana gunung berapi di Indonesia.
8. Untuk mengetahui cara menghadapi bencana gunung berapi pada pra-saat-
pasca bencana.
9. Untuk mengetahui tindakan kesehatan pada pra-saat-pasca bencana
gunung berapi.
10. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan akibat adanya bencana
gunung berapi ?

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Gunung Berapi


Gunung berapi adalah istilah untuk sistem fluida panas(batuan cair
atau lava) yang memanjang dari kedalaman bumi hingga ke permukaan
bumi, termasuk endapan material yang dimuntahkan ketika meletus. Istilah
gunung meletus juga digunakan untuk menamai pembentukan gunung api
es dan gunung api lumpur. Gunung api es terbentuk didaerah yang
memiliki iklim salju, sedangkan gunung api lumpur terbentuk didaerah
yang tidak memiliki iklim salju. Gunung berapi banyak terdapat di daerah
cincin api pasifik, yakni garis bertemunya dua lempeng tektonik.
Gunung berapi dapat berada dalam beberapa fase sepanjang
keberadaannya. Gunung berapi aktif suatu saat dapat berada dalam
keadaan separuh aktif, istirahat, atau mati. Sulit untuk menentukan sebuah
gunung sedang berada pada suatu kondisi tertentu karena sebuah gunung
api bisa beristirahat hingga 610 tahun kemudian akif kembali.
Ketika sebuah gunung berapi meletus, magma yang berada dalam
dapur akan keluar sebagai lahar atau lava. Selain oleh lava, kehancuran
yang dipicu oleh gunung meletus dapat juga disebabkan oleh: Aliran lava,
letusan gunung berapi, aliran lumpur, abu, kebakaran hutan, gas beracun,
gelombang tsunami, dan gempa bumi (Suharno,2006)
Letusan gunung api adalah merupakan bagian dari aktivitas vulkanik
yang dikenal dengan istilah " erupsi ". Hampir semua kegiatan gunung api
berkaitan dengan zona kegempaan aktif, sebab berhubungan dengan batas
lempeng. Pada batas lempeng inilah terjadi perubahan tekanan dan suhu
yang sangat tinggi sehingga mampu melelehkan material sekitarnya yang
merupakan cairan pijar ( magma ). Magma adalah cairan pijar yang
terdapat di dalam lapisan bumi dengan suhu yang sangat tinggi, yakni
diperkirakan lebih dari 1.000 °C. Cairan magma yang keluar dari dalam

4
bumi disebut lava. Suhu lava yang dikeluarkan bisa mencapai 700-
1.200 °C. Letusan gunung berapi yang membawa batu dan abu dapat
menyembur sampai sejauh radius 18 km atau lebih, sedangkan lavanya
bisa membanjiri sampai sejauh radius 90 km.
Bencana yang ditimbulkan oleh gunung berapi adalah letusan gunung
berapi atau erupsi, karena saat terjadi erupsi gunung berapi tersebut
mengeluarkan lava panas, awan panas atau dikenal dengan wedus gembel,
gas beracun dan lahar dingin (Bronto,2001)

2.2 Sebaran Gunung Berapi di Indonesia


Air panas acapkali terdapat disekitar gunung api, oleh karena panas
gunung api merambat kedalam air tanah. Dalam perjalannya ke permukaan
air yang panas tersebut melarutkan berbagai mineral yang berguna untuk
kesehatan. Air panas yang keluar dapat dipergunakan untuk pengobatan
berbagai macam penyakit antara lain koreng sampai kolesterol, tetapi
sebelum berendam di air panas gunung api harus tetap waspada akan
kandungan racun yang ada.
Berikut merupakan sebaran gunungapi yang ada di Indonesia :
Jumlah gunung api aktif = 129 bh
Jumlah gunung api yang meletus dalam 400 th terahkir = 70 bh
Luas daerah yang terancam = 16.670 km
Jumlah jiwa yang terancam = 5.000.000 orang
Letusan gunung api dapat merubah jalannya sejarah dan
mempengaruhi kebudayaan manusia, misalnya Gunung Merapi di Jawa
Tengah yang meletus hebat pada tahun 1806, telah memporak -
porandakan kerajaan mataram. Semua anggota kerajaan meninggal dunia.
Dalam musibah itu dapat mengalihkan letak kerajaan dan menjadikan
kerajaan yang baru, demikian letusan Gunung Kelud. Banyak peninggalan
kejayaan masa lalu terkubur dalam batuan gunung api, candi - candi
banyak di gali di sekitar Gunung Merapi, Gunung Kelud juga merupakan
saksi bisu sejarah kerajaan Majapahit.Selain peranan penting diatas
gunung api juga mendorong IPTEK di Indonesia. Penyebaran gunung api

5
di Indonesia merentang sepanjang 700 Km dari Aceh sampai di Sulawesi
utara melalui Bukit barisan, Pulau Jawa, Nusa Tenggara dan
Maluku.Sejumlah 129 buah gunung api ini bergantian meletus sepanjang
sabuk gunung api ini dan menewaskan hampir 5 juta penduduk yang
bermukim di sekitar daerah bahaya. Letusan gunung api dapat berupa
awan pijar, bom pijar, pasir, debu dan lahar serta gas - gas beracun.
Pada umumnya suatau daerah yang terancam bahaya gunung api di
seluruh Indonesia dapat di perkirakan oleh jawatan Vulkanologi. Berikut
jumlah prakiraan jumlah penduduk yang terancam oleh gunung api. Dari
gambaran di atas tampak bahwa Pulau Jawa memiliki gunung api
terbanyak dan bila hal ini di bandingkan dengan luas Pulau Jawa yang
hanya 7 % dari seluruh dataran Indonesia serta jumlah penduduknya yang
padat yaitu lebih kurang 70 % dari seluruh penduduk Indonesia, maka
dapat di fahami bahwa tingkat bahaya gunung api di Pulau Jawa relatif
lebih besar.
Berikut adalah sebaran tipe gunung api yang berada di Indonesia:
Daerah Tipe - A Tipe – B Tipe - C Jumlah
Sumatera 13 12 6 21
Jawa 21 9 5 35
Lombok 2 - - 2
Sumbawa 1 - - 1
Flores 2 - - 2
Laut Banda 16 3 5 24
Sulawesi 8 1 - 9
Kep. Seribu 6 2 5 13
Halmahera 5 - - 5
5 2 - 7

Penyebaran Gunung Api di Indonesia menurut beberapa peneliti pada


tahun 2008:
Sumatra : 30 buah
Jawa : 35 buah

6
Bali dan Nusa Tenggara: 30 buah
Maluku : 16 buah
Sulawesi : 18 buah
Jumlah : 129 buah
(Tyas,2008)

Sebaran Gunung Api Berdasarkan Tektonik Lempeng :


Lempeng tektonik adalah segmen keras kerak bumi yang disokong
oleh magma di bawahnya. Disebabkan ini maka lempeng tektonik ini
bebas untuk menggesek satu sama lain.
Pergerakan antara lempeng tektonik ini tidak berjalan secara
perlahan-lahan. Sebaliknya pergeseran antara tanah dan batu yang
membentuk lempeng tektonik menyebabkan pergeseran itu berjalan
tersentak-sentak. Pergerakan inilah yang menyebabkan terjadinya gempa
bumi.
Daratan dan juga dasar lautan akan secara perlahan-lahan dibawa
ke arah kedudukan baru apabila lempeng beralih. Batas lempeng ditandai
oleh lingkaran gempa bumi dan rangkaian gunung berapi.

Signifikansi relatif masing-masing mekanisme

7
Gambar 1. Pergerakan lempeng berdasar pada data satelit GPS
NASA JPL. Vektor di sini menunjukkan arah dan magnitudo
gerakan,(Gatot Sulistyanto, 2009).

Lempeng-lempeng utama

Gamabar 2. Peta lempeng-lempeng tektonik, (Gatot Sulistyanto, 2009)

Lempeng-lempeng tektonik utama yaitu:


 Lempeng Afrika, meliputi Afrika - Lempeng benua
 Lempeng Antarktika, meliputi Antarktika - Lempeng benua
 Lempeng Australia, meliputi Australia (tergabung dengan Lempeng
India antara 50 sampai 55 juta tahun yang lalu)- Lempeng benua
 Lempeng Eurasia, meliputi Asia dan Eropa - Lempeng benua
 Lempeng Amerika Utara, meliputi Amerika Utara dan Siberia timur
laut - Lempeng benua
 Lempeng Amerika Selatan, meliputi Amerika Selatan - Lempeng benua
 Lempeng Pasifik, meliputi Samudera Pasifik - Lempeng samudera
Lempeng-lempeng penting lain yang lebih kecil mencakup
Lempeng India, Lempeng Arabia, Lempeng Karibia, Lempeng Juan de
Fuca, Lempeng Cocos, Lempeng Nazca, Lempeng Filipina, dan Lempeng
Scotia.
Pergerakan lempeng telah menyebabkan pembentukan dan
pemecahan benua seiring berjalannya waktu, termasuk juga pembentukan

8
superkontinen yang mencakup hampir semua atau semua benua.
Superkontinen Rodinia diperkirakan terbentuk 1 miliar tahun yang lalu
dan mencakup hampir semua atau semua benua di Bumi dan terpecah
menjadi delapan benua sekitar 600 juta tahun yang lalu. Delapan benua ini
selanjutnya tersusun kembali menjadi superkontinen lain yang disebut
Pangaea yang pada akhirnya juga terpecah menjadi Laurasia (yang
menjadi Amerika Utara dan Eurasia), dan Gondwana (yang menjadi benua
sisanya).
Berdasarkan konsep tersebut pemunculan gunungapi dapat dibagi menjadi
5 yaitu :
1. Gunung api yang muncul di pemekaran kerak tengah
samudera.
2. Gunung api di daerah pemekaran kerak benua,
3. Gunung api di daerah penunjaman kerak samudera dibawah
kerak samudera.
4. Gunung api di daerah penunjaman kerak benua dibawah
kerak benua.
5. Gunung yang muncul sebagai akibat penipisan samudera.

9
Gambar 3. Dareah persebaran gunung api di Indonesia,
(Simkim&siebert,1994).

Gambar 4. Cincin Api pasifik, (Simkim&siebert, 1994).

2.3 Pembentukan Gunung Berapi, Tipe-Tipe Letusan, Struktur Serta


Busur yang Ada Di Indonesia
Gunungapi terbentuk sejak jutaan tahun lalu hingga sekarang.
Pengetahuan tentang gunungapiberawal dari perilaku manusia dan
manusia purba yang mempunyai hubungan dekat dengan gunungapi. Hal
tersebut diketahui dari penemuan fosil manusia di dalam endapan vulkanik
dansebagian besar penemuan fosil itu ditemukan di Afrika dan Indonesia
berupa tulang belulangmanusia yang terkubur oleh endapan vulkanik.

Sebagai contoh banyak ditemukan kerangka manusia di kota


Pompeii dan Herculanum yangterkubur oleh endapan letusan G. Vesuvius
pada 79 Masehi. Fosil yang terawetkan baik padaabu vulkanik berupa

10
tapak kaki manusia Australopithecus berumur 3,7 juta tahun di
daerahLaetoli, Afrika Timur. Penanggalan fosil dari kerangka manusia
tertua, Homo babilisberdasarkan potassium-argon (K-Ar) didapat umur
1,75 juta tahun di daerah Olduvai.Penemuan fosil yang diduga sebagai
manusia pemula Australopithecus afarensis berumur 3,5juta tahun di
Hadar, Ethiopia, dan penanggalan umur benda purbakala tertua yang
terbuat darilava berumur 2,5 juta tahun ditemukan di Danau Turkana,
Afrika Timur. Perkembangan benda-benda purba dari yang sederhana
kemudian meningkat menjadi benda-benda yang disesuaikan dengan
kebutuhan sehari-hari, seperti pemotong, kapak tangan dan lainnya,
terbuat dariobsidian yang berumur Paleolitik Atas. (Magetsari,1998)

Gunungapi terbentuk pada empat busur, yaitu busur tengah benua,


terbentuk akibat pemekarankerak benua; busur tepi benua, terbentuk
akibat penunjaman kerak samudara ke kerak benua;busur tengah
samudera, terjadi akibat pemekaran kerak samudera; dan busur dasar
samuderayang terjadi akibat terobosan magma basa pada penipisan kerak
samudera.

Gambar 5. Penampang yang memperlihat kan batas lempeng utama


dengandenganpembentukan busurgunungapi. (Modifikasi dari Krafft,
1989)

11
2.4 Skema Terjadinya Bencana Gunung Berapi

Gambar 6. Gunung Berapi yang Sedang Meletus. (Departemen


Kesehatan, 2006)

Fenomena letusan gunung merapi tidak serta merta terjadi begitu


saja. Akan tetapi sebelum terjadi letusan, terdapat beberapa hal yang
menandai proses terjadinya gunung meletus. Berikut beberapa proses
proses terjadinya gunung meletus dari penyebab awal hingga letusan
terjadi.
1. Struktur Tanah Mulai Rapuh
Proses terjadinya gunung meletus yang pertama adalah rapuhnya
struktur tanah di sekitar gunung. Oleh karena itu, menjaga struktur
tanah disekitar gunung berapi adalah sebuah kewajiban dengan cara
mempertahankan pepohonan tetap hidup disekitar kaki gunung. Ketika
jumlah pohon di sekitaran gunung berapi sangat sedikit maka akan
membuat struktur tanah menjadi sangat rapuh baik bagian luar
maupun dalam.
2. Terjadi Gempa Bumi
Gempa bumi sendiri adalah sebuah bencana alam, sama hal nya
dengan gunung meletus. Namun gempa bumi adalah sebuah bencana
yang mampu melahirkan bencana lainnya.

12
Getaran yang dihasilkan oleh gempa bumi mampu mempengaruhi
strutur tanah bumi. Karena getaran yang sangat keras menyebabkan
dinding dalam retak.
3. Terjadi Peningkatan Suhu di Dalam Perut Bumi
Suhu panas dalam bumi ini, saking panasnya mampu melelehkan
semua batuan-batuan di dalam perut bumi menjadi magma, karena
suhu panas lah batuan-batuan yang menyususun struktur lapisan bumi
itu meleleh. Melelehnya batuan tersebut terbentuklah gas dan
tercampur bersama magma karena dalam bentuk gas maka ia memiliki
massa atau berat yang lebih ringan hingga sedikit demi sedikit
terdorong untuk keluar dari perut bumi ke permukaan.
4. Meningkatnya Volume Magma
Awal mula proses terjadinya gunung meletus adalah karena magma
yang berada di perut bumi, buat kalian yang ngga tahu magma itu apa,
magma adalah batu yang berbentuk cairan dan terbentuk akibat suhu
panas yang ada di perut bumi. Proses terdorongnya sendiri di
karenakan massa magma yang ringan mendapat dorongan dari batuan-
batuan berat.
5. Munculnya Gaya Sentripetal di Dalam Kawah Gunung
Gaya sentripental adalah gaya yang bekerja pada benda yang bergerak
melingkar dengan arah selalu menuju pusat lingkaran. Gaya
sentripental berfungsi untuk mengubah arah gerak benda tanpa
mengubah besar kecepatan linearnya. Lalu apa hubunganya dengan
gunung berapi? Gaya sentripetal yang terjadi didalam kawah mampu
membuat magma terus menerus meluap sehingga mempercepat proses
terjadinya gunung meletus. Tekanan yang terjadi dalam proses
terjadinya gunung meletus tersebut menyebabkan erupsi sehingga
magma meluap keluar dari mulut gunung atau yang biasa kita sebut
gunug meletus. (Departemen Kesehatan, 2006)

Itulah lima proses terjadinya gunung meletus. Jadi dapat kita


simpulkan bahwa Letusan gunung itu sendiri terjadi karena endapan magma

13
yang terjadi didalam perut bumi yang mendapat tekanan dan menghasilkan
gaya sentripetal mendapat dorongan dari gas dalam bumi yang bertekanan
tinggi sehingga letusan terjadi. Tapi ini tidak terjadi disemua gunung berapi,
letusan hanya akan terjadi ketika gunung berapi tersebut masih aktif, beda
halnya dengan yang sudah tidak aktif lagi.
Selain terdapat skema terjainya gunung berapi berikut terdapat
skema mengenai peringan gunung berapi yang dinyatakan oleh Geologi
Kementrian ESDM, yaitu:
1. AWAS
-Merupakan tanda gunung berapi yang segera atau sedang meletus atau
terdapat keadaan kritis yang membuat bencana.
-Sebuah letusan pembukaan diawali dengan abu dan asap.
-Letusan sangat mungkint terjadi pada waktu 24 jam.
Tindakan:
-Wilayah yang terancam bahaya sangat dianjurkan untuk dikosongkan
atau melakukan evakuasi.
-Melakukan koordinasi secara harian.
-Piket penuh.
2. SIAGA
-Merupakan tanda gunung berapi sedang bergerak menuju arah letusan
atua timbulnya bencana.
-Meningkatnya intensif aktivitas seismik
-Seluruh data menjelaskan bahwa kegiatan bisa segera berlanjut ke
letusan atau mengarah pada keadaan yang bisa membuat terjadinya
bencana.
-Apabila tren peningkatan terus berlanjut, letusan bisa terjadi dalam
waktu 2 minggu.
Tindakan:
-Melakukan sosialisasi pada area atau wilayah yang terancam.
-Menyipan sarana darurat.
-Melakukan koordinasi harian.
-Piket penuh.

14
3. WASPADA
-Terdapat aktivitas apapun bentuknya.
-Adanya kenaikan aktivitas pada level diatas normal.
-Meningkatnya aktivitas seismik dan terjadi vulkanis lainnya.
-Sedikut perubahan aktivitas yang disebabkan oleh aktivitas magma,
tektonik dan hidrotermal.
Tindakan:
-Melaksanakan penyuluhan atau sosialisasi.
-Menilai suatu bahaya.
-Mengecek sarana.
-Melaksanakan piket terbatas.
4. NORMAL
-Tidak adanya gejala aktivitas tekanan magma.
-Level aktivitas dasar.
Tindakan:
-Mengamati secara rutin.
-Melakukan survei dan penyelidikan. (Direktorat Jenderal Bina
Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI, 2006)

2.5 Penyebab Terjadinya Bencana Gunung Meletus


1. Pada batas lempeng terjadi perubahan tekanan dan suhu yang sangat tinggi
sehingga mampu melelehkan material sekitarnya yang merupakan cairan
pijar ( magma ).
2. Kegiatan gunung berapi menyebabkan zona kegempaan aktif di
sekitarnya.
3. Erupsi gunung berapi yang memuntahkan lava dan awan panas hingga
mencapai suhu di atas 1000○C
4. Lahar yang tertampung di kantong-kantong sekitar kawah gunung, jika
terjadi hujan akan menyebabkan banjir lahar dingin. (Sarimo, 2006)

15
2.6 Permasalahan Bencana Gunung Berapi Di Indonesia
Alam memang selalu menyimpan pesonanya, termasuk juga
gunung berapi di Indonesia. Gunung berapi selain menyimpan keindahan
dengan pesona alamnya dapat juga menjadi bencana bagi manusia. Letusan
atau erupsi gunung berapi menimbulkan berbagai bencana, tidak hanya area
sekitar letusan. Bahaya dari debu vulkanik juga sangat berbahaya bagi
kesehatan manusia. Berikut adalah gunung berapi yang ada di Indonesia:

1. Gunung Merapi

Gambar 7. Gunung Merapi (Tranggono, 2004)


Gunung Merapi adalah gunung berapi yang terletak di perbatasan
antara Jawa Tengah dan Yogyakarta. Gunung ini merupakan salah satu
gunung api teraktif di Indonesia. Erupsi terjadi dalam kurun waktu 2-5
tahun sekali. Letusan kecil terjadi tiap 2-3 tahun dan yang lebih besar terjadi
10 -15 tahun sekali. Rangkaian letusan pada bulan Oktober dan November
Tahun 2010 merupakan letusan terbesar sejak letusan tahun 1872 yang
memakan korban jiwa sebanyak 273 orang.

Gunung Merapi juga mengalami erupsi di tahun 2018, yaitu pada


hari Jumat, 11 Mei 2018. Suara gemuruh menyertai letusan setinggi 5.500
meter dan mengeluarkan abu vulkanik, pasir, serta material piroklatik.
Erupsi freatik terjadi setelah hampir 8 tahun Gunung Merapi tertidur.

16
Letusan ini terjadi secara tiba-tiba dan terlihat jelas asap dari puncak Merapi
karena langit yang begitu cerah.

2. Gunung Kelud

Gambar 8. Gunung Kelud (Koesoemadinata, 2011)


Gunung berapi yang ada di Jawa Timur ini merupakan salah satu
gunung berapi paling aktif setelah Gunung Merapi. Gunung Kelud
merupakan salah satu gunung berapi paling berbahaya karena letusannya
yang sering terjadi. Aktivitas letusan biasanya menghasilkan lahar
mematikan dan menyebabkan kematian.

3. Gunung Toba

Gambar 9. Gunung Toba (Bahari, 2009)

17
Gunung Toba yang berada di Sumatera Utara adalah gunung aktif
yang termasuk dalam kategori sangat besar. Gunung Toba tergolong ke tipe
gunung supervulkanik, karena Gunung Toba memiliki kantong magma yang
besar. Danau Toba yang sebegitu indahnya di Sumatera Utara, menyimpan
sejarah masa lampau dari letusan Gunung Toba yang sangat dahsyat.
4. Gunung Agung

Gambar 10. Gunung Agung Meletus (BNPB, 2016)


Gunung Agung yang terletak di Karangasem, Bali ini adalah
gunung berapi tertinggi di Pulau Bali. Gunung Agung tercatat beberapa kali
erupsi sejak tahun 1963. Gunung Agung telah dinyatakan meletus pada
Selasa (21/11) sekitar 17.05 WITA. Hanya saja, erupsi gunung api ini tidak
melontarkan lava atau awan panas.

Gunung Merapi juga mengalami erupsi di tahun 2018, yaitu pada


hari Jumat, 11 Mei 2018. Suara gemuruh menyertai letusan setinggi 5.500
meter dan mengeluarkan abu vulkanik, pasir, serta material piroklatik.
Erupsi freatik terjadi setelah hampir 8 tahun Gunung Merapi tertidur.
Letusan ini terjadi secara tiba-tiba dan terlihat jelas asap dari puncak Merapi
karena langit yang begitu cerah.

5. Gunung Tambora

18
Gambar 11. Gunung Tambora (BNPB, 2016)
Gunung strato vulkaknik yang berada di Pulau Sumbawa masih
berstatus aktif. Letusan Gunung Tambora yang sangat dahsyat terjadi pada
bulan April Tahun 1815. Letusan ini merupakan letusan gunung berapi
terbesar yang tercatat dalam sejarah

6. Gunung Sinabung

Gambar 12. Letusan gunung Gunung Sinabung (Tranggono, 2004)


Gunung api yang berada di Kabupaten Karo, Sumatera Ini
mendadak aktif kembali sejak Tahun 2010. Sebelumnya, gunung ini tercatat
belum pernah meletus sejak Tahun 1600. Letusan Gunung Sinabung terjadi
pada bulan Agustus dan September 2010. Semenjak itu Gunung Sinabung

19
kembali meletus pada Tahun 2013-2014, letusan ini melepaskan awan panas
dan abu vulkanik. Gunung Sinabung kembali meletus pada 21 Mei 2016
dengan mengeluarkan awan panas.

Pada tanggal 19 Februari 2018 yang lalu, asap panas dikeluarkan


oleh Gunung Sinabung dengan letusan setinggi 4,6 km selama 607 detik.
Suara gemuruh menyertai letusan dan awan panas bergerak ke arah selatan,
tenggara, maupun timur. Abu vulkanik dari Gunung Sinabung di Kabupaten
Tanah Karo, Sumatera Utara, sampai ke daerah Subulusssalam, Aceh,
sekitar 186 kilometer jauhnya.

7. Gunung Galunggung

Gambar 13. Gunung Galunggung (Koesoemadinata, 2011)

Gunung yang terletak di Tasikmalaya ini pernah meletus dengan


dahsyat pada tahun 1982, bahkan letusannya disertai dengan petir. Letusan
gunung Galunggung ini membuat 4.011 orang tewas dan ratusan desa rusak
dan hancur parah. Sekarang gunung ini masih aktif aman dan sering
dikunjungi banyak wisatawan.

8. Gunung Krakatau

20
Gambar 14. Gunung Krakatau (Rahman, Dhohir dan Tarsisius, 2000)

Cerita tentang dahsyatnya letusan Krakatau ini sudah sangat


terkenal. Krakatau meletus pada tahun 1883, tepatnya tanggal 26-27
Agustus. Dampak dari letusan ini dirasakan hingga Amerika dan Eropa.
Bahkan suara dentuman letusannya terdengar hingga ke Afrika dan
Australia. Tidak hanya mengeluarkan abu vulkanik dan lahar, tetapi akibat
dari letusan gunung ini yaitu tsunami. Korban dari letusan Krakatau ini
mencapai 36.000 orang. Setelah terjadi letusan, gunung ini tenggelam ke
dasar laut. Letusan Krakatau menjadi salah satu bencana alam terbesar di
dunia. Bayangkan saja betapa mengerikannya saat bencan tersebut terjadi.

9. Gunung Ijen

Gambar 15. Gunung Ijen (BNPB, 2016)

21
Gunung Ijen yang terletak di perbatasan Kabupaten Banyuwangi
dan Bondowoso mengeluarkan gas beracun saat mengalami erupsi tanggal
21 Maret 2018 yang lalu. Letupan kawah Ijen berlangsung selama 15 menit
sejak pukul 19.13 WIB. Sejak itu, jalur pendakian ke Gunung Ijen ditutup.
Sekitar 30 orang warga menjadi korban gas beracun. Warga sekitar daerah
Watu Capil, Margahayu, dan Kali Pait di Desa Kalianyar, Kecamatan Ijen,
Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur diungsikan agar tidak terpapar gas
beracun.

10. Gunung Soputan

Gambar 16. Gunung Soputan (BNPB, 2016)


Berita duka kembali menyapa pasca tsunami di Palu dan Donggala.
Gunung Soputan mengalami erupsi tanggal 03 Oktober 2018. Gunung ini
terdapat di daerah Minahasa, Sulawesi Utara mengalami erupsi dengan
kolom abu setinggi 4 Km dari puncak gunung. Bandara Sam Ratulangi tetap
beroperasi secara normal karena erupsi tidak menghalangi jalur
penerbangan bandara yang ada di kota Manado tersebut.
11. Gunung Gamalama

22
Gambar 17. Gunung Merapi (Rahman, Dhohir dan Tarsisius, 2000)
Setelah Gunung Soputan, erupsi Gunung Gamalama pun terjadi
pada tanggal 04 Oktober 2018, pukul 11.52 WIT. Gunung yang terletak di
daerah Ternate, Maluku Utara ini mengalami delapan kali gempa vulkanik
sejam sebelum erupsi. Erupsi ini menimbulkan kolom abu kelabu ke arah
barat laut setinggi kurang lebih 250 meter di atas puncak gunung.

2.7 Penanggulangan Bencana Gunung Berapi Di Indonesia


Upaya memperkecil jumlah korban jiwa dan kerugian harta benda akibat
letusan gunung berapi, tindakan yang perlu dilakukan :
1. Pemantuan
Aktivitas gunung api dipantau selama 24 jam menggunakan alat
pencatat gempa (seismograf). Data harian hasil pemantuan dilaporkan
ke kantor Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di
Bandung dengan menggunakan radio komunikasi SSB.Petugas pos
pengamatan Gunung Berapi menyampaikan laporan bulanan ke
pemda setempat.
2. Tanggap Darurat
Tindakan yang dilakukan oleh DVMG ketika terjadi peningkatan
aktivitas gunung berapi. Tindakan tersebut antara lain :
- Mengevaluasi laporan dan data
- Membentuk Tim Tanggap Darurat

23
- Mengirimkan Tim ke lokasi
- Melakukan pemeriksaan secara terpadu
3. Pemetaan
Peta kawasan rawan bencana gunung berapi dapat menjelaskan jenis
dan sifat bahaya gunung berapi, daerah rawan bencana, arah
penyelamatan diri, lokasi pengungsian, dan pos penggulangan
bencana
4. Penyelidikan
Penyelidikan gunung berapi menggunakan metoda Geologi,
Geofisika, dan Geokimia.Hasil penyelidikan ditampilkan dalam
bentuk buku, peta dan dokumen lainnya
5. Sosialisasi
Petugas melakukan sosialisasi kepada pemerintah Daerah serta
masyarakat terutama yang tinggal di sekitar gunung berapi.Bentuk
sosialisasi dapat berupa pengiriman informasi kepada Pemda dan
penyuluhan langsung kepada masyarakat (Yayasan IDEP, 2007)

2.8 Cara Menghadapi Bencana Gunung Berapi Pada Pra-Saat-Pasca


Bencana
Penanggulangan Pra Bencana Gunung Meletus
Beberapa persiapan yang harus dilakukan dalam menghadapi letusan
gunung api antara lain :
a. Mengenali tanda-tanda bencana, karakter gunung api dan ancaman-
ancamannya
b. Membuat peta ancaman, mengenali daerah ancaman, daerah aman
c. Membuat sistem peringatan dini
d. Mengembangkan Radio komunitas untuk penyebarluasan informasi
status gunung api
e. Mencermati dan memahami Peta Kawasan Rawan gunung api yang
diterbitkan oleh instansi berwenang
f. Membuat perencanaan penanganan bencana

24
g. Mempersiapkan jalur dan tempat pengungsian yang sudah siap dengan
bahan kebutuhan dasar (air, jamban, makanan, pertolongan pertama) jika
diperlukan
h. Mempersiapkan kebutuhan dasar dan dokumen penting
i. Memantau informasi yang diberikan oleh Pos Pengamatan gunung api
(dikoordinasi oleh Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi). Pos pengamatan gunung api biasanya mengkomunikasikan
perkembangan status gunung api lewat radio komunikasi.

Penanggulangan Saat Bencana Gunung Meletus


Penanganan yang harus di lakukan pada saat terjadi gunung meletus atau
becana.
a. Mengetahui lokasi bencana dari informasi yang di dapat, dan harus
memperhatikan hal-hal berikut.
b. Lengkapi semua informasi. Dan klasifikasi kebenaran berita
c. Bila benar berita di laporkan sesuai ketentuan (alur pelaporan)
d. Berita distribusikan untuk kordinasi dengan unit kerja terkait(persiapan
tim)
e. Puskodalmet di bentuk (aktifkan organisasi kerangka/ organisasi tugas
yang sudah ditetapkan saat preparednees)
f. Sistem Komunikasi memegang peran penting
g. Tugas pengendalian fasilitas dan logistic seperti :
-Mampu mengetahui dan menyiapkan kebutuhan semua unit kerja (
fasilitas Puskodal, fasilitas dan logistik di lapangan)
-Menyiapkan dan berkoordinasi dgn sektor lain dalam penyiapan
kebutuhan korban (RS lapangan, shektering pengungsi, jamban, air
bersih, transportasi tim dan korban)
-Mempu mengelola semua bantuan logistik dari hasil koordinasi atau
bantuan
h. Lokasi bencana tindakan yang harus di lakukan
-Lakukan seleksi korban
-Untuk memberikan prioritas pelayanan

25
-Gunakan Label / Tag
-Penyelamatan dan mengefaluasi korban maupun harta benda
-Memenuhi kebutuhan dasar
-Penyelamatan, serta pemulihan sarana dan prasarana
-Perlindungan dan pengurusan pengungsi
i. Yang sebaiknya dilakukan oleh setiap orang jika terjadi letusan gunung
api antara lain :
-Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah, aliran
sungai kering dan daerah aliran lahar
-Hindari tempat terbuka, lindungi diri dari abu letusan
-Masuk ruang lindung darurat
-Siapkan diri untuk kemungkinan bencana susulan
-Kenakan pakaian yang bisa melindungi tubuh, seperti baju lengan
panjang, celana panjang, topi dan lainnya
-Melindungi mata dari debu, bila ada gunakan pelindung mata seperti
kacamata renang atau apapun yang bisa mencegah masuknya debu ke
dalam mata
-Jangan memakai lensa kontak
-Pakai masker atau kain untuk menutupi mulut dan hidung
-Saat turunnya abu gunung api usahakan untuk menutup wajah dengan
kedua belah tangan.

Penanggulangan Pasca Bencana Gunung Meletus


Penyelenggaraan penanggulanagan bencana pada tahap pasca bencana
yaitu:
a. Rehabilitasi
1. Perbaikan lingkungan daerah bencana
2. Perbaikan prasarana dan sarana umum
3. Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat
4. Pemulihan social psikologis
5. Pelayanan kesehatan
6. Rekonsiliasi dan resolusi konflik

26
7. Pemulihan social ekonomi budaya
8. Pemulihan keamanan dan ketertiban
9. Pemulihan fungsi pemerintahan
10. Pemulihan fungsi pelayanan publik
b. Rekonstruksi
1. Pembangunan kembali prasarana dan sarana
2. Pembangunan kembali sarana social masyarakat
3. Pembangkitan kembali kehidupan social budaya masyrakat
4. Penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan
yang lebih baik
5. Partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan
duniausaha dan masyarakat
6. Peningkatan kondisi social, ekonomi, dan budaya
7. Peningkatan fungsi pelayanan public, dan
8. Peningkatam pelayanan utama dalam masyarakat. (Susilo, 2014)

2.9 Tindakan Kesehatan Pada Pra-Saat-Pasca Bencana Gunung Berapi


Bencana alam yang cukup beragam dan semakin tinggi intensitasnya,
Pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-Undang (UU) No 24 tahun
2007 tentang Penanggulangan Bencana. Dengan lahimya UU tersebut, terjadi
perubahan paradigma penanganan bencana di Indonesia, yaitu penanganan
bencana tidak lagi menekankan pada aspek tanggap darurat, tetapi lebih
menekankan pada keseluruhan manajemen penanggulangan bencana mulai
dari mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat sampai dengan rehabilitasi.
Berdasarkan UU No 24 tersebut, tahapan penyelenggaraan penanggulangan
bencana meliputi:
1. Prabencana
Pada tahapan ini dilakukan kegiatan perencanaan penanggulangan
bencana, pengurangan risiko bencana, pencegahan, pemaduan dalam
perencanaan pembangunan, persyaratan analisis risiko bencana, penegakan
rencana tata ruang, pendidikan dan peletahihan serta penentuan persyaratan

27
standar teknis penanggulangan bencana (kesiapsiagaan, peringatan dini dan
mitigasi bencana).
2. Tanggap darurat
Tahapan ini mencakup pengkajian terhadap lokasi, kerusakan dan sumber
daya, penentuan status keadan darurat, penyelamatan dan evakuasi korban,
pemenuhan kebutuhan dasar, pelayanan psikososial dan kesehatan.
3. Paskabencana
Tahapan ini mencakup kegiatan rehabilitasi (pemulihan daerah bencana,
prasarana dan sarana umum, bantuan perbaikan rumah, sosial, psikologis,
pelayanan kesehatan, keamanan dan ketertiban) dan rekonstruksi
(pembangunan, pembangkitan dan peningkatan sarana prasarana, termasuk
fungsi pelayanan kesehatan).
Penanggulangan masalah kesehatan merupakan kegiatan yang harus
segera diberikan baik saat terjadi dan paskabencana disertai pengungsian.
Upaya penanggulangan bencana perlu dilaksanakan dengan memperhatikan
hak-hak masyarakat, antara lain hak untuk mendapatkan bantuan pemenuhan
kebutuhan dasar, perlindungan sosial, pendidikan dan keterampilan dalam
penyelenggaraan penanggulangan bencana serta hak untuk berpartisipasi
dalam pengambilan keputusan. Sebagaimana tercantum dalam Pasal 53 UU
No 24 tahun 2007, pelayanan kesehatan merupakan salah satu kebutuhan
dasar yang harus dipenuhi pada kondisi bencana, di samping kebutuhan-
kebutuhan dasar lainnya seperti air bersih dan sanitasi, pangan, sandang,
pelayanan psikososial, penampungan dan tempat hunian.
Penanggulangan masalah kesehatan dalam kondisi bencana ditujukan
untuk menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan bagi korban akibat
bencana dan pengungsi sesuai dengan standar minimal. Secara khusus, upaya
ini ditujukan untuk memastikan:
1. Hindari tempat yang terkena hujan abu karena partikel-partikel dari abu
tersebut dapat merusak paru-paru
2. Hindari aliran sungai saat baru selesai erupsi gunung berapi

28
3. Saat kondisi telah aman, mulailah membersihkan atap rumah dari abu
vulkanik karena jika tertimbun di atap, dapat menjadi beban tambahan
yang berisiko merubuhkan rumah. Lakukan dengan hati-hati
4. Hindari menyalakan AC jika ruangan rumah belum bersih dari abu
vulkanik. Mesin mobil dapat rusak jika terkena paparan abu vulkanik,
sebisa mungkin menggunakan kendaraan lain saat keluar rumah.
5. Tetaplah waspada, pentingkan keselamatan diri dan keluarga, siapkan fisik
dan mental, lakukan segala persiapan dengan matang sebelum bencana
datang.
6. Terpenuhinya pelayanan kesehatan bagi korban bencana dan pengungsi
sesuai standar minimal
7. Terpenuhinya pemberantasan dan pencegahan penyakit menular bagi
korban bencana dan pengungsi sesuai standar minimal
8. Terpenuhinya kebutuhan pangan dan gizi bagi korban bencana dan
pengungsi sesuai standar minimal
9. Terpenuhinya kebutuhan papan dan sandang bagi korban bencana dan
pengungsi sesuai standar minimal.
Dalam upaya memaksimalkan peran jajaran kesehatan pada
penanggulangan bencana, termasuk didalarnnya Puskesmas, Kementerian
Kesehatan telah menerbitkan Surat Keputusan (SK) Menteri Kesehatan No.
145/Menkes/SK/112007 tentang Pedoman Penanggulangan Bencana Bidang
Kesehatan. Dokumen tersebut mengatur berbagai hal, termasuk kebijakan,
pengorganisasian dan kegiatan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh
masing-masing jajaran kesehatan. Dalam Kepmenkes tersebut juga
disebutkan bahwa pada prinsipnya dalarn penanggulangan bencana bidang
kesehatan tidak ada kebijakan untuk membentuk sarana prasarana secara
khusus. Upaya lebih difokuskan dengan memanfaatkan sarana dan prasarana
yang telah ada, hanya saja intensitas kerjanya ditingkatkan dengan
memberdayakan semua surnber daya pemerintah, masyarakat dan unsur
swasta terkait (Departemen Kesehatan, 2006).
Pengorganisasian sektor kesehatan dilakukan berjenjang mulai dari
tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota sampai dengan lokasi kejadian. Di

29
lokasi kejadian misalnya, penanggung jawab pelayanan kesehatan
penanggulangan bencana adalah Kepala Dinas Kabupaten/Kota, sedangkan
yang bertindak sebagai pelaksana tugas adalah Kepala Puskesmas di lokasi
kejadian. Selanjutnya, pelaksanaan kegiatan dikelompokkan pada fase
Prabencana, Saat bencana dan Paskabencana. Pada masing-masing fase
tersebut, telah dikelompokkan kegiatan-kegiatan yang perlu dilaksanakan
oleh Tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan.

2.10 Dampak yang ditimbulkan dari adanya bencana gunung berapi


Dampak negatif
Gunung berapi yang meletus tentu akan membawa material yang
berbahaya bagi organisme yang dilaluinya, Karena itu kewaspadaan mutlak
diperlukan. Berikut ini hal negatif yang bisa terjadi saat gunung meletus:
1. Tercemarnya udara dengan abu gunung berapi yang mengandung
bermacam-macam gas mulai dari Sulfur Dioksida atau SO2, gas
Hidrogen sulfide atau H2S, No2 atau Nitrogen Dioksida serta beberapa
partike debu yang berpotensial meracuni makhluk hidup di sekitarnya.
2. Dengan meletusnya suatu gunung berapi bisa dipastikan semua aktifitas
penduduk di sekitar wilayah tersebut akan lumpuh termasuk kegiatan
ekonomi.
3. Semua titik yang dilalui oleh material berbahaya seperti lahar dan abu
vulkanik panas akan merusak pemukiman warga.
4. Lahar yang panas juga akan membuat hutan di sekitar gunung rusak
terbakar dan hal ini berarti ekosistem alamiah hutan terancam.
5. Material yang dikeluarkan oleh gunung berapi berpotensi menyebabkan
sejumlah penyakit misalnya saja ISPA.
6. Desa yang menjadi titik wisata tentu akan mengalami kemandekan
dengan adanya letusan gunung berapi. Sebut saja Gunung Rinjani dan
juga Gunung Merapi, kedua gunung ini dalam kondisi normal
merupakan salah satu destinasi wisata terbaik bagi mereka wisatawan
pecinta alam.

30
Dampak positif
Selain dampak negatif, jika ditelaah, letusan gunung berapi juga
sebenarnya membawa berkah meski hanya bagi penduduk yang ada di
sekitar. Apa saja? Berikut uraiannya:
1. Tanah yang dilalui oleh hasil bulkanis gunung berapi sangat baik bagi
pertanian sebab tanah tersebut secara alamiah menjadi lebih subur dan
bisa menghasilkan tanaman yang jauh lebih berkualitas. Tentunya bagi
penduduk sekitar pegunungan yang mayoritas petani, hal ini sangat
menguntungkan.
2. Terdapat mata pencaharian baru bagi rakyat sekitar gunung berapi yang
telah meletus, apa itu? Jawabannya penambang pasir. Material vulkanik
berupa pasir tentu memiliki nilai ekonomis.
3. Selain itu, terdapat pula bebatuan yang disemburkan oleh gunung
berapi saat meletus. Bebatuan tersebut bisa dimanfaatkan sebagai bahan
bangungan warga sekitar gunung.
4. Meski ekosistem hutan rusak, namun dalam beberapa waktu, akan
tumbuh lagi pepohonan yang membentuk hutan baru dengan ekosistem
yang juga baru.
5. Setelah gunung meletus, biasanya terdapat geyser atau sumber mata air
panas yang keluar dari dalam bumi dengan berkala atau secara periodik.
Geyser ini kabarnya baik bagi kesehatan kulit
6. Muncul mata air bernama makdani yaitu jenis mata air dengan
kandungan mineral yang sangat melimpah
7. Pada wilayah vulkanik, potensial terjadi hujan orografis. Hujan ini
potensial terjadi sebab gunung adalah penangkan hujan terbaik
8. Pada wilayah yang sering terjadi letusan gunung berapi, sangat baik
didirikan pembangkit listrik (Badan Lingkungan Hidup, 2012)

31
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
Untuk mengantisipasi datangnya tsunami yang sampai saat ini belum
bisa diprediksikan dengan tepat kapan dan dimana akan terjadi maka dapat
dilakukan beberapa langkah sebagai berikut :
1. Selalu waspada dan memantau dengan aktif informasi tentang bahaya
tsunami dari pihak yang berwenang terhadap adanya potensi tsunami
terutama penduduk yang bermukim didekat pantai.
2. Menentukan tempat-tempat berlindung yang tinggi dan aman jika terjadi
tsunami.
3. Menyediakan persediaan makanan dan air minum untuk keperluan darurat
dan pengungsian.
4. Menyiapkan tas ransel yang berisi (atau dapat diisi) barang-barang yang
sangat dibutuhkan di tempat pengungsian seperti perlengkapan P3K atau
obat-obatan.

32
DAFTAR PUSTAKA

Badan Lingkungan Hidup, 2011. Kajian Dampak Erupsi Merapi.Yogyakarta :


Badan Lingkungan Hidup.

Bahari, Hamid. 2009. Ensiklopedi Gunung Berapi Sedunia. Jakarta :


Gramedia.
BNPB. 2016. Indonesia’s Disaster Risk Management Baseline Status Report
2015. BNPB: Jakarta.
Bronto, Sutikno. 2001. Vulkonologi. Yogyakarta : UGM.

Departemen Kesehatan. 2006. Penanggulangan Kegawatdaruratan sehari-hari &


bencana. Departemen Kesehatan RI: Jakarta.
Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI. 2006. Seri
PPGD. Penanggulangan Penderita Gawat Darurat / General Emergency
Life Support (GELS). Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu
(SPGDT). Departemen Kesehatan RI: Jakarta.
Gatot Sulistyanto, Iwan. 2009. Buku Sekolah Elektronik Geografi. Jakarta:
Departemen

Katili,J.A dan P. Marks. 1963. Geologi. Bandung : Kiat Madju.

Koesoemadinata.2011. Geomagz. Jakarta : Gramedia.


Magetsari, dkk. 1998. Geologi Fisik. ITB : Bandung

Rahman, Dhohir Taufik dan Tarsisius. 2000. Indonesia : Negara Bencana. Jakarta
: Yudhistira
Sarimo, Eko. 2006. Geografi Semester Genap. Surakarta: CV Citra Pustaka
Simkin T., and Siebert L. (1994). “Volcanoes of the world, 2nd edition.
Geoscience Press in association with the Smithsonian Institution.
Global Volcanism Program : Tuscon AZ.

Suharno. 2006. Geologi Untuk Geofisika. Lampung : Universitas Lampung.

Susilo, Ariyadi N. dan Rudiarto, Iwan. 2014. Analisis Tingkat Risiko Erupsi
Gunung Merapi Terhadap Permukiman di Kecamatan Kemalang,
Kabupaten Klaten. Fakultas Teknik : UNDIP.

33
Tranggono, Bambang. 2004. Geografi Semester Gasal. Klaten : CV Gema
Nusa.
Tyas,C. Dewayani. 2008.Gunung Meletus dan Antisipasinya.Semarang:CVAneka
Ilmu
Yayasan IDEP. 2007. Panduan Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat.
Bali: Yayasan IDEP.

34

Anda mungkin juga menyukai