BAB : 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak awal permulaan sejarah umat Islam, agama sudah terdapat pada semua lapisan
masyarakat dari seluruh tingkat kebudayaan.[1] Dari segi tingkatan kebudayaan, agama
merupakan universal cultural. Salah satu prinsip teori fungsional menyatakan bahwa segala
sesuatu yang tidak berfungsi akan lenyap dengan sendirinya. Karena sejak dulu hingga sekarang,
agama dengan tangguh menyatakan eksistensinya . Berarti ia mempunyai dan memerankan
sejumlah peran dan fungsi di masyarakat. Dewasa ini kehadiran agama semakin dituntut untuk
terlibat secara aktif di dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi umat manusia.
Agama tidak boleh dijadikan sekedar lambang kesalehan atau berhenti sekedar disampaikan
dalam khotbah, melainkan secara konsepsional, menunjukkan cara-cara yang paling efektif
dalam memecahkan masalah. Tuntutan terhadap agama seperti itu dapat dijawab manakala
pemahaman agama yang selama ini banyak menggunakan pendekatan teologis
normatif dilengkapi dengan pemahaman agama yang menggunakan pendekatan lain yang secara
oprasional konseptual dapat memberikan jawaban terhadap masalah yang timbul.
Disamping itu juga pada masa sekarang, ketika umat Islam sedang menghadapi
tantangan dari kehidupan dunia dan budaya modern, studi keislaman menjadi sangat urgen.
Disisi lain disadari atau tidak bahwa saat ini umat Islam masih berada dalam posisi marginal
(pinggiran) dan lemah dalam segala aspek kehidupan sosial budaya, dan harus berhadapan
dengan dunia modern yang serba maju dan semakin canggih. Dalam kondisi demikian umat
Islam dituntut untuk melakukan gerakan pemikiran yang diharapkan dapat menghasilkan konsep
pemikiran yang cemerlang dan operasional untuk mengantisipasi perkembangan dan kemajuan
tersebut. Oleh karena itu juga Studi Islam dituntut untuk membuka diri terhadap masuknya dan
digunakannya pendekatan-pendekatan yang bersifat objektif dan rasional, contohnya melalui
pendekatanFilosofi. Dengan demikian, Studi Islam akan berkembang dan mampu beradaptasi
dengan dunia modern serta mampu menjawab tantangan kehidupan dunia dan budaya modern.
Dan disamping itu juga melalui pendekatan tersebut kehadiran agama secara fungsional dapat
dirasakan oleh penganutnya. Namun sebaliknya tanpa mengetahui berbagai pendekatan tersebut,
agama akan menjadi sulit untuk difahami oleh masyarakat, tidak fungsional dan akhirnya
masyarakat mencari pemecahan masalah kepada selain agama. Ada berbagai pendekatan dalam
memahami agama meliputi pendekatan teologis, normatif, antropologis, sosiologis, psikologis,
kebudayaan dan pendekatan filosofis.. Maka untuk lebih jelasnya pemakalah akan membahas
salah satu dari pendekatan tersebut yaitu “ Pendekatan Filosofis dalam Studi Islam”.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Pendekatan Filosofis ?
2. Apa pengertian Studi Islam ?
3. Bagaimana Pendekatan Filosofis dalam Studi Islam ?
C. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui pengertian Pendekatan Filosofis
2. Mengetahui pengertian Studi Islam
3. Memahami Pendekatan Filosofis dalam Studi Islam
BAB II
PEMBAHASAN
2. Pengertian Filosofis
Secara etimologis, kata filsafat atau falsafah berasal dari bahasa Yunani, yakni dari
kata philo yang berarti cinta, suka, dan senang, serta kata sophia yang berarti pengetahuan dan
kebijaksanaan. Dengan demikian, philosophia berarti cinta, senang, atau suka kepada
pengetahuan, hikmah, dan kebijaksanaan.[5] Selain itu, filsafat dapat pula berarti mencari
hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat serta berusaha menafsirkan pengalaman-
pengalaman manusia. Dalam kamus umum Bahasa Indonesia, Poerwardaminta mengartikan
filsafat sebagai pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai sebab-sebab, asas-
asas, hukum dan sebagainya terhadap segala yang ada di alam semesta ataupun mengenai
kebenaran dan arti “adanya” sesuatu. Pengertian filsafat yang umumnya digunakan adalah
pendapat yang dikemukakan Sidi Gazalba. Menurutnya, filsafat adalah berfikir secara
mendalam, sistematik, radikal, dan universal dalam rangka mencari kebenaran, inti, hikmah atau
hakikat mengenai segala sesuatu yang ada. Orang yang cinta kepada pengetahuan atau
kebijaksanaan disebut philosophosatau dalam bahasa Arab failosuf (filosof).[6]
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat diketahui bahwa filsafat pada intinya berupaya
menjelaskan inti, hakikat atau hikmah mengenai sesuatu yang berada di balik obyek formanya.
Filsafat mencari sesuatu yang mendasar, asas, dan inti, hakikat, atau hikmah mengenai sesuatu
yang terdapat di balik yang bersifat lahiriah.
Kegiatan berfikir untuk menemukan hakikat itu dilakukan secara mendalam. Louis O.
Kattsof mengatakan bahwa kegiatan kegiatan kefilsafatan ialah merenung. Akan
tetapi, merenung bukanlah melamun, juga bukan berfikir secara kebetulan yang bersifat untung-
untungan, melainkan dilakukan secara mendalam, radikal, sistematis dan universal.[7] Berfikir
secara filosofis juga selanjutnya dapat digunakan dalam memenuhi ajaran agama, dengan
maksud agar hikmah, hakikat atau inti dari ajaran agama dapat dimengerti dan dipahami secara
seksama.
Dengan demikian dapat difahami bahwa pengertian pendekatan filosofis adalah upaya
pendekatan agama melalui ilmu filsafat. Berfikir secara filosofis, dapat digunakan dalam
memahami ajaran agama agar hikmah, hakikat atau inti dari ajaran agama dapat dimengerti dan
difahami secara seksama.[8] Atau dengan kata lain pendekatan Filosofis adalah melihat suatu
permasalahan dari sudut tinjauan filsafat dan berusaha untuk menjawab dan memecahkan
permasalahan itu dengan menggunakan metode analisis.[9]
Dari penjelasan di atas pemakalah dapat mengambil kesimpulan bahwa pendekatan
filosofis adalah suatu upaya untuk memahami kerangka agama secara mendalam, sistemik,
radikal dan universal dalam rangka mencari kebenaran, inti, hikmah atau hakikat mengenai
segala sesuatu yang ada. Pendekatan filosofis ini juga sebenarnya sudah banyak dilakukan oleh
para ahli. Buku berjudul Hikmah At-tasyri’ wa Falsafatuhu yang ditulis oleh Muhammad Al-
Jurjawi berupaya mengungkapkan hikmah yang terdapat dibalik ajaran-ajaran agama Islam.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Pendekatan adalah cara/sudut pandang atau paradigm yang terdapat dalam suatu
bidang ilmu untuk menemukan suatu kebenaran yang ilmiah yang selanjutnya digunakan dalam
memahami agama.
2. Filsafat adalah berfikir secara mendalam, sistematik, radikal, dan universal dalam rangka
mencari kebenaran, inti, hikmah atau hakikat mengenai segala sesuatu yang ada.
3. Pendekatan filosofis adalah suatu upaya untuk memahami kerangka agama secara mendalam,
sistemik, radikal dan universal dalam rangka mencari kebenaran, inti, hikmah atau hakikat
mengenai segala sesuatu yang ada.
4. Studi Islam adalah pengkajian tentang ilmu-ilmu keislaman, adapun yang dimaksud ilmu-ilmu
keislaman adalah pengkajian yang tidak hanya pada aspek-aspek normatif dan dogmatis, tetapi
juga pengkajian menyangkut aspek sosiologis.
5. Pendekatan filosofis dalam studi Islam itu artinya mengkaji dan memahami Islam dan ajaran-
ajarannya dengan menggunakan disiplin Ilmu Filsafat. Dimana pendekatan filosofis
menggunakan pikiran. Dalam mempelajari ilmu-ilmu Islam itu diperlukan pikiran menyelesaikan
permasalahan-permasalahan dan persoalan Islam. Untuk mencari secara hakikat, inti, kebenaran,
keutamaan dan kebijakan tentang segala sesuatu maka diperlukanlah berpikir secara sistematis,
mendalam, radikal, spekulatif dan universal.
DAFTAR PUSTAKA
Armai Arief, Pengantar Ilmu Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002
Adeng Muchtar Ghazali, Ilmu Perbandingan Agama, Bandung: Pustaka Setia, 1984
Ahmad Taufik, dkk, Metodologi Studi Islam, Jawa Timur: Bayumedia, 2004
Muhaimin, dkk, Kawasan dan Wawasan Studi Islam, Jakarta: Kencana, 2005