TINJAUAN PUSTAKA
5
Gambar 2.1 Three dimentional objective.
Sumber : Ervianto (2006:12).
6
yang telah ditentukan. Lebih jauh, manajemen proyek menggunakan pendekatan
sistem dan hierarki (arus kegiatan) vertikal dan horisontal”.
Jelas di sini tidak terlihat diperlukannya unsur-unsur prasarana (dalam arti
bangunan dan jalan) untuk memulai sebuah proyek.
Lebih jauh O‟Brien dalam Soeharto (1999) mengatakan manajemen proyek
adalah : Project management accours when managemet gives emphasis and
special attention to the conduct of non repetitive activities for the purpose of
meeting a single set of goals.
Sedang menurut Cleland berpendapat manajemen proyek adalah : Project is a
combination of human and non human resources pulled together in a
“temporary” organization to achieve a specific purpose.
Dari definisi tersebut terlihat bahwa konsep manajemen proyek mengandung
hal-hal pokok sebagai berikut :
1. Menggunakan pengertian manajemen berdasarkan fungsinya, yaitu
merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber
daya perusahaan yang berupa manusia, dan material.
2. Kegiatan yang dikelola berjangka pendek, dengan sasaran yang telah
digariskan secara spesifik. Ini memerlukan teknik dan metode
pengelolaan yang khusus, terutama aspek perencanaan dan pengendalian.
3. Memakai pendekatan sistem (System approach to management)
4. Mempunyai hierarki (arus kegiatan) horisontal disamping hierarki
vertikal. (Soeharto, 1999)
Manajemen proyek memiliki peran yang khusus dan berbeda dalam struktur
organisasi tradisional yang sangat birokratis dan tidak dapat dengan cepat
merespon perubahan lingkungan. Dalam sebuah studi dilaporkan bahwa
dibandingkan dengan negara Barat, kebanyakan perusahaan Indonesia masih
menganggap manjemen proyek sebagai alat yang baru; meskipun para manajer
proyek sudah ada di Indonesia. Selama beberapa tahun, istilah manajemen proyek
masih membingungkan beberapa orang, banyak manajer proyek Indonesia yang
kurang memiliki pengetahuan dan pengalaman bila dibandingkan dengan manajer
proyek dari negara Barat.
Dalam pendefinisian manajemen proyek selalu terdapat unsur-unsur :
7
1. Dilaksanakan dalam waktu tertentu.
2. Mempunyai tujuan yang jelas.
3. Manajemen proyek mengelola kegiatan yang tidak biasa dan tidak rutin
serta terasa asing. (Soeharto, 1999)
8
b. Menyusun rencana induk jangka panjang dan pendek.
c. Menyumbang strategi dan prosedur operasi.
d. Menyiapkan pendanaan serta standar kualitas yang diharapkan.
Manfaat dari fungsi perencanaan di atas adalah sebagai alat pengawas
maupun pengendalian kegiatan, atau pedoman pelaksanaan kegiatan, serta
sarana untuk memilih dan menetapkan kegiatan yang diperlukan.
2. Tahap Pengorganisasian / Organizing
Pengorganisasian adalah suatu tindakan mempersatukan kumpulan
kegiatan manusia, yang mempunyai pekerjaan masing-masing, saling
berhubungan satu sama lain dengan tata cara tertentu. Tindakan tersebut
antara lain berupa:
a. Membagi pekerjaan ke dalam tugas operasional.
b. Menggabungkan jabatan ke dalam unit yang terkait.
c. Memilih dan menempatkan orang-orang pada pekerjaan yang sesuai.
d. Menyesuaikan wewenang dan tanggung jawab masing-masing
personel.
Manfaat dari fungsi organisasi metupakan pedoman pelaksanaan fungsi,
pembagian tugas serta hubungan tanggung jawab serta delegasi
kewenangannya terlihat jelas.
3. Tahap Actuating / pelaksanaan.
Fungsi ini ditekankan pada hubungan dan kegiatan langsung para
organisasi, sementara perencanaan dan pengorganisasian lebih bersifat
asbtrak atau tidak langsung, adapun tindakan yang dilakukan dalam fungsi
actuating adalah:
a. Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan.
b. Berkomunikasi secara efektif
c. Mendistribusikan tugas, wewenang, dan tanggung jawab.
d. Memberikan pengarahan, penugasan dan motifasi
e. Berusaha memperbaiki pengarahan sesuai petunjuk pengawasan.
Manfaat dari fungsi pelaksanaan ini adalah terciptanya keseimbangan
tugas, hak dan kewajiban masing - masing bagian dalam organisasi, dan
9
mendorong tercapainya efisiensi serta kebersamaaan dalam bekerja sama
untuk tujuan bersama.
4. Controlling / Pengendalian
Pengendalian merupakan tindakan pengukuran kualitas dan evaluasi
kinerja. Tindakan ini juga diikuti dengan perbaikan yang harus diambil
terhadap terhadap penyimpangan yang terjadi, khususnya di luar batas-
batas toleransi. Tindakan tersebut meliputi:
a. Mengukur kualitas hasil
b. Membandingkan hasil terhadap standar kualitas.
c. Mengevaluasi penyimpangan yang terjadi.
d. Memberikan saran-saran perbaikan.
e. Menyusun laporan kegiatan.
Manfaat dari fungsi pengendalian adalah memperkecil kemungkinan
kesalahan yang terjadi dari segi kualitas, kuantitas, biaya maupun waktu.
10
meliputi penyesuaian jenis, kapasitas, kemampuan dan kondisi alat yang
akan digunakan pada kegiatan tersebut.
5. Gambar kerja, digunakan untuk beberapa bagian konstruksi yang
memerlukan gambar kerja selain dari gambar rencana, untuk mempermudah
perlaksanaan.
6. Kontinuitas pelaksanaan pekerjaan, pada bagian ini adalah bagian yang
terpenting dalam perencanaan sebuah proyek. Hal ini dikarenakan faktor
kontinuitas ini harus dijamin terhadap kelangsungan pelaksanaan.
Selain dari rencana kerja, penjabaran elemen-elemen pekerjaan perlu juga di
perhitungkan dalam proses awal, dikarenakan untuk mengoptimalkan tujuan
proyek serta penentuan elemen pekerjaan secara detail. Perincian elemen-elemen
pekerjaan dalam proyek konstruksi biasa disebut juga Work Breakdown Structur
atau WBS. Bisa dikatakan pula “WBS adalah bagan perincian pekerjaan yang
meliputi perlengkapan, tugas-tugas dan data yang dihasilkan dari usaha-usaha
teknik proyek selama pengembangan dan pelaksanaan, dan mendefinisikan
program secara menyeluruh” (Ervianto, 2004; 70).
Pada umumnya pula bentuk dari WBS seperti halnya sebuah piramida
semakin ke bawah akan semakin terperinci terhadap kegiatan-kegiatan yang lebih
kecil. Dan kegiatan kecil inilah yang merupakan hal paling penting yang berisikan
bagian terperinci dari pekerjaan dengan perlengkapan, data, atau tugas yang akan
dikerjakan. Begitu pula penyusunannya perlu juga diperhatikan beberapa hal
untuk dijadikan pedoman, sebagai berikut (Ervianto, 2004; 70) :
1. Susunan WBS dibuat bertingkat menurut ketelitian spesifikasi pekerjaan.
2. Susunan WBS dibuat atas dasar penguraian yang di gambarkan secara logis.
3. Jumlah tingkat hierarki sesuai dengan kebutuhan tingkat pengelolaannya.
4. Jumlah elemen pekerjaan tiap hierarki sesuai dengan kebutuhan
pengelolaannya.
5. Setiap elemen WBS diberi nomor, dengan penomoran yang sesuai dengan
tingkat hierarkinya.
6. Elemen pekerjaan dalam WBS merupakan pekerjaan yang terukur.
11
Gambar 2.3 Contoh WBS untuk pekerjaan rumah
Sumber: Santosa (2009:61).
WBS sangatlah penting hal ini juga disertai kegunaannya yang sangat
diperlukan dalam pengendaliannya. Ketelitian dan kelengkapan dalam WBS
menunjang proses pelaksanaan. Hal ini ditunjukkan pada tiga manfaat utama yang
di uraikan Ervianto pada bukunya (2004; 62-63) :
1. Selama analisis WBS manajer fungsional dan personel lain yang akan
mengerjakannya diidentifikasi sekaligus terlibat. Persetujuan mereka
terhadap WBS akan membantu memastikan tingkat akurasi dan kelengkapan
pendefinisian pekerjaan dan mendapatkan komitmennya terhadap proyek.
2. WBS akan menjadi dasar penganggaran dan penjadwalan. Dalam setiap
paket pekerjaan ditentukan biaya penyelesaiannya. Jumlah secara
keseluruhan paket pekerjaan ditambah ongkos kerja tidak langsung akan
menjadi biaya total proyek. Sedangkan waktu penyelesaian tiap paket
pekerjaan berguna untuk penjadwalan. Dari penganggaran dan penjadwalan
ini nantinya ukuran kemajuan proyek dan penggunaan biaya bisa di ukur.
3. WBS menjadi alat kontrol pelaksanaan proyek.
12
dari pertanyaan bagaimana melaksanakan pekerjaan tersebut. Metode
pelaksanaaan merupakan kombinasi art, knowledge, dan pengalaman.
Penggunaan metode yang tepat, praktis, cepat dan aman sangat membantu dalam
penyelesaian pekerjaan. Sehingga target waktu, waktu lainnya, mutu dan zero
accident dapat tercapai. Untuk menentukan metode pelaksanaan suatu proyek
maka factor-faktor berikut perlu dipertimbangkan:
1. Biaya
2. Waktu
3. Teknologi yang tersedia.
13
3. Biaya merakit dan memasang peralatan utama. Terdiri dari pondasi
struktur penyangga, isolasi, dan pengecatan.
4. Pipa. Terdiri dari pipa transfer, pipa penghubung antara peralatan,
dan lain-lain.
5. Alat-alat listrik dan instrumen. Terdiri dari gardu listrik, motor
listrik, jaringan distribusi, dan instrumen.
6. Pembangunan gedung perkantoran, pusat pengendalian operasi
(control room), gudang, dan bangunan sipil lainnya.
7. Fasilitas pendukung, seperti utility dan offsite. Terdiri dari
pembangkit uap, pembangkit listrik, fasilitas air pendingin, tangki,
dan dermaga.
8. Pembebasan tanah. Biaya pembebasan tanah seringkali dimasukkan
ke dalam biaya langsung.
b. Biaya Tidak Langsung
Biaya tidak langsung (indirect cost) adalah pengeluaran untuk
manajemen, supervisor, dan pembayaran material serta jasa untuk
pengadaan bagian proyek yang tidak akan menjadi instalasi atau produk
permanen, tetapi diperlukan dalam proses pembangunan proyek. Biaya
tidak langsung meliputi antara lain:
1. Gaji tetap dan tunjangan bagi tim manajemen, gaji dan
tunjangan bagi tenaga bidang engineering, inspektor, penyedia
konstruksi lapangan, dan lain-lain.
2. Kendaraan dan Peralatan Konstruksi. Termasuk biaya
pemeliharaan, pembelian bahan bakar, minyak pelumas, dan
suku cadang.
3. Pembangunan Fasilitas Sementara. Termasuk perumahan
darurat tenaga kerja penyediaan air, listrik, fasilitas komunikasi
sementara untuk konstruksi, dan lain-lain.
4. Pengeluaran Umum. Butir ini meliputi bermacam keperluan
tetapi tidak dapat dimasukkan ke dalam butir yang lain, seperti
small tools, penggunaan sekali pakai (consumable), misalnya
kawat dan las.
14
5. Laba Kontinjensi, Kontinjensi dimaksudkan untuk menutupi
hal-hal yang belum pasti.
6. Overhead, butir ini meliputi biaya untuk operasi perusahaan
secara keseluruhan, terlepas dari ada atau tidak adanya kontrak
yang sedang ditangani. Misalnya, biaya pemasaran, advertensi,
gaji eksekutif, sewa kantor, telepon, atau komputer.
7. Pajak, pungutan / sumbangan, biaya perijinan, dan asuransi.
Berbagai macam pajak, seperti PPN, PPh, dan lainnya atas
hasil operasi perusahaan.
2. Analisa Biaya Total Proyek
Untuk menentukan biaya suatu unit pekerjaan sebagai bagian dari kegiatan
proyek, dilakukan estimasi biaya berdasarkan analisis harga satuan
pekerjaan. Harga satuan pekerjaan tersebut hanya berdasarkan upah dan
bahan sebagai biaya langsung (direct cost) yang dihitung untuk suatu item
pekerjaan dalam satuan volume. Untuk biaya tidak langsung (indirect
cost) seperti over head ataupun adanya pekerjaan penggunaan peralatan
dan subkontraktor dapat dihitung 10% dari biaya item pekerjaan tersebut
(Husen, 2009 : 102).
15
aspek yang menyangkut pekerjaan secara keseluruhan baik dalam penjadwalan
alat, penjadwalan bahan, penjadwalan tenaga kerja dan penjadwalan biaya.
Berikut adalah manfaat penyusunan dan batasan dalam menentuka
penjadwalan pelaksanaan proyek.
1. Penyusunan Jadwal Pelaksanaan Proyek
Jadwal pelaksanaan proyek berguna untuk menentukan waktu dan urutan
kegiatan – kegiatan proyek, dan dibuat berdasarkan daftar perincian
kegiatan. Peringkat manajemen yang berupa jadwal ini menunjukkan
kapan suatu kegiatan harus dimulai dan diselesaikan, serta memberikan
landasan dalam penyususunan sistem monitoring dan pelaporan secara
terus menerus.
Penjadwalan proyek meliputi kegiatan menetapkan jangka waktu kegiatan
proyek yang harus diselesaikan, bahan baku, tenaga kerja, serta waktu
yang dibutuhkan oleh setiap aktifitas.
Secara umum penjadwalan mempunyai manfaat sebagai berikut:
a. Memberikan pedoman terhadap unit pekerjaan / kegiatan mengenai
batas-batas waktu untuk mulai dan akhir dari masing-masing tugas.
b. Memberikan sarana bagi manajemen untuk koordinasi secara
sistematis dan realistis dalam penentuan alokasi prioritas terhadap
sumber daya dan waktu.
c. Memberikan sarana untuk menilai kemajuan pekerjaan.
d. Menghindari pemakaian sumber daya yang berlebihan, dengan
harapan proyek dapat selesai sebelum waktu yang ditetapkan.
e. Memberikan kepastian waktu pelaksanaan pekerjaan.
f. Merupakan sarana penting dalam pengendalian proyek. (Husen, 2009:
133-134).
2. Batasan dalam Penjadwalan Proyek
Menurut (Husen 2009 : 147) ada dua jenis batasan (constraints) yang
harus diperhatikan dalam penjadwalan proyek, batasan ini berpengaruh
terhadap waktu kerja dari suatu kegiatan, yaitu:
a. Logical constraint, yaitu batasan yang diakibatkan oleh hubungan antar
kegiatan.
16
b. Resources constraint, yaitu batasan yang diakibatkan oleh ketidak
tersediaan sumber daya.
2.5.1 Barchart
Barchart adalah sekumpulan aktifitas yang ditempatkan dalam kolom
vertikal, sementara waktu ditempatkan dalam baris horizontal. Waktu mulai dan
selesai setiap kegiatan beserta durasinya ditunjukkan dengan menempatkan balok
horizontal di bagian sebelah kanan dari setiap aktifitas. Perkiraan waktu mulai dan
selesai dapat ditentukan dari skala waktu horizontal pada bagian atas bagan.
Panjang dari balok menunjukkan durasi dari aktifitas dan biasanya aktifitas-
aktifitas disusun berdasarkan kronologi pekerjaannya. (Callahan,1992 pada
Widiasanti dan Lenggogeni,2013:77-78)
Barchart atau Gant chart digunakan secara luas sebagai teknik penjadwalan
dalam konstruksi. Hal ini karena Barchart memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
1. Mudah dalam pembuatan dan persiapannya.
2. Memiliki bentuk yang mudah dimengerti.
3. Bila digabungkan dengan metode lain, seperti Kurva S, dapat dipakai lebih
jauh sebagai pengendalian biaya. (Widiasanti dan Lenggogeni, 2013 :78)
Dalam pembuatan barchart sendiri bisa dilakukan dengan cara manual
dengan Microsoft Excel atau dengan otomatis dengan aplikasi Microsoft
Project. Dalam pembuatan barchart itu sendiri memerlukan beberapa data
meliputi Work Breakdown Struktur, durasi dari setiap pekerjaan, bobot
pekerjaan dan urutan-urutan pekerjaan untuk dapat mengetahui beberapa durasi
total dalam sebuah proyek
17
Gambar 2.4 Contoh Barchart Pekerjaan Rumah Sederhana
Sumber: Widiasanti dan Lenggogeni (2013 : 150)
18
Gambar 2.5 Contoh Kurva S Pekerjaan Pondasi
Sumber: http://www.ilmusipil.com/cara-membuat-kurva-s
19
Dari berbagai keuntungan penggunaan Network sebagai perencanaan
tersebut, maka jelaslah bahwa Network sangat membantu manajemen untuk
menyusun perencanaan.
Untuk setiap kegiatan harus diketahui kegiatan pendahuluannya
(predecessor) dan kegiatan berikutnya (successor). Untuk membentuk jaringan
kerja harus diketahui hal-hal sebagai berikut:
1. Semua kegiatan yang ada dalam suatu proyek.
2. Durasi atau waktu untuk kegiatan dalam proyek.
3. Ketergantungan atau keterkaitan antar kegiatan.
Ada beberapa hal-hal yang perlu diperhatikan sebagai data penyusunan
network planning:
1. Perlu data lengkap mengenai bagian-bagian pekerjaan yang meliputi
seluruh proyek.
2. Telah diketahui taksiran waktu untuk setiap kegiatan.
3. Bila terdapat beberapa tahap kegiatan dan masing-masing memiliki
“event” atau kegiatan yang berurutan, perlu ditetapkan mana mendahului
satu dengan lainnya.
4. PDM (Precedence Diagram Method)
Penyajian metode PDM ini secara grafis, PDM merupakan salah satu
penjadwalan yang menunjukkan visualisasi dari rencana kerja proyek yang
digambarkan dalam bentuk:
1. Segi empat sebagai kegiatan
20
EST
a b LST
1 Kegiatan
c 2 Durasi
TF
21
2.6 Kebutuhan Sumberdaya
Menurut (Ervianto 2004 : 83), sukses dan tidaknya proyek konstruksi
tergantung dari efektifitas penggunaan sumber daya. Perencanaan sumber daya
yang cermat dapat membantu terselenggaranya proyek efektif dan efisien.
Adapun tujuan penjadwalan sumber daya menurut (Husen : 146) adalah untuk
memastikan jumlah dan jenis sumber daya yang akan digunakan dan akan tersedia
bila dibutuhkan.
Pelaksanaan proyek, diperlukan dukungan sumber daya yang efektif, sumber
daya yang digunakan selama proses pelaksanaan suatu konstruksi bangunan
terdiri dari 5M, yaitu man, material, machine, money, dan method.
Dalam proyek konstruksi, rencana kebutuhan sumber daya sangat dibutuhkan
dalam penyelesaian pelaksanaan proyek untuk mencapai target yang diinginkan.
22
daya yang tersedia, kemudian menggunakannya dengan baik agar dapat
digabungkan dengan cara yang paling efisien untuk menghasilkan proyek
yang diinginkan.
Salah satu sumber daya yang terpenting yang harus tersedia pada saat
melaksanakan kegiatan proyek adalah peralatan konstruksi. Berbagai jenis dan
ukuran peralatan yang hendak digunakan harus tersedia yang tentunya
disesuaikan dengan kebutuhan dilapangan.
Bila peralatan konstruksi dipilih secara tepat, digunakan secara efisien
serta dioperasikan dan dipelihara secara benar maka akan memungkinkan
kepala proyek untuk melaksanakan suatu proyek dengan waktu yang
direncanakan dengan penggunaan biaya yang minimal.
23