Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Otitis media merupakan keadaan patologi umum dari telinga tengah dan
mukosa di belakang membran timpani. Telinga tengah adalah rongga yang berisi
tulang-tulang telinga yang terdiri dari malleus, incus, dan stapes, bersama dengan
tabung eustachius yang ditempatkan di anterior mengarah ke nasofaring, posterior ke
sel udara mastoid, lateral selaput timpani, dan secara medial ke telinga bagian dalam.
Struktur vital terdekat lainnya adalah otak dan meninges superior dan sinus sigmoid di
posterior, oleh sebab itu, infeksi telinga tengah dapat menyebar ke struktur sekitarnya
yang menyebabkan komplikasi penyakit yang serius. (Aljohani, et al, 2018)

Otitis media akut (OMA) merupakan inflamasi akut telinga tengah, yaitu ruang
di dalam telinga yang terletak antara membran timpani dengan telinga dalam, serta
berhubungan dengan nasofaring melalui tuba eustachius. Perjalanan OMA terdiri atas
beberapa aspek yaitu efusi telinga tengah yang akan berkembang menjadi pus oleh
karena adanya infeksi mikroorganisme, adanya tanda inflamasi akut, serta munculnya
gejala otalgia, iritabilitas, dan demam. (Nisa, 2017)

Otitis media terjadi karena adanya disfungsi tuba eustasius (TE). Fungsi normal
TE adalah membersihkan cairan telinga tengah dengan pergerakan mukosilier menuju
nasofaring, ventilasi, dan proteksi dari refluks nasofaring. Otitis media awalnya terjadi
karena kongesti dan edema pada mukosa nasal, nasofaring, dan tuba eustasius sebagai
akibat dari proses inflamasi disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas atau reaksi
alergi. Obstruksi dari isthmus tuba eustasius (bagian tersempit TE) mengganggu
pembersihan dan ventilasi telinga tengah. (Danishyar, 2018)

Gangguan pembersihan telinga tengah menyebabkan cairan telinga tengah


statis, gangguan ventilasi menyebabkan peningkatan tekanan negatif pada telinga
tengah sehingga sekresi telinga tengah terakumulasi (otitis media efusi) dan menjadi
media yang sangat baik untuk pertumbuhan bakteri atau virus dari infeksi sekunder
saluran pernafasan atas. Kolonisasi dan pertumbuhan mikroba pada telinga tengah
mengeluarkan cairan supuratif, dan disertai tanda inflamasi seperti membran timpani
yang menonjol dan merah, serta adanya cairan pada ruang telinga tengah yang
menandakan gejala dari otitis media akut. Otitis media efusi dapat muncul secara
spontan sebagai respon dari disfungsi tuba eustasius atau respon inflamasi setelah otitis
media akut. Efusi dapat bertahan beberapa minggu hingga bulan setelah OMA sembuh.
(Ramakrishnan,2007)

Penelitian yang dilakukan di Indonesia pada 6 wilayah besar Indonesia


(Bandung, Semarang, Balikpapan, Makasar, Palembang, Denpasar) didapatkan bahwa
otitis media sangat signifikan terjadi pada anak usia sekolah. Prevalensi kejadian OMA,
OME, dan Otitis media kronis secara berurutan adalah 5/1000, 4/100, dan 27/1000
anak. Prevalensi otitis media kronis pada daerah pedesaan adalah 27/1000 atau 2.7%
dan pada daerah perkotaan prevalensinya lebih rendah yaitu 7/1000 anak atau 0.7%.
Prevalensi otitis media kronis tertinggi di Indonesia adalah Bali dan Bandung
dibandingkan dengan daerah lainnya di Indonesia. Otitis media kronis aktif tertinggi
ditemukan pada pedesaan Bali usia 10-12 tahun sebanyak 23.5 per 1000 anak. Otitis
media kronis inaktif prevalensi tertinggi di pedesaan Bali anak usia 6-9 tahun sebanyak
62.9 per 1000 anak. Prevalensi timpanosklerosis tertinggi di pedesaan Bali anak usia
13-15 tahun sebesar 26 per 1000 anak. (Anggraeni, et al, 2014)
1.2. Rumusan Masalah

1.3. Tujuan Penelitian

1.4.Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Peneliti

1.4.2. Bagi Masyarakat

1.4.3. Bagi Institusi Pendidikan

1.4.4. Bagi Penelitian Selanjutnya


Daftar pustaka

Aljohani Z, Et Al. 2018. Otitis media causes and management. International Journal of
Community Medicine and Public Health. 5(9): 1-6.

Nisa, Rizqun. 2017. Kejadian Rinitis Alergi dengan Komplikasi Otitis Media Akut
pada Anak Usia 5 Tahun. Jurnal Medula Unila. 7(1): 54-59

Danishyar, A., John V. Ashurst. 2018. Otitis Media Acute [Internet]. National Center
for Biotechnology Information. (diakses pada 20 Juli 2019) Tersedia di:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470332/

Ramakrishnan K, Et al. 2007. Diagnosis and Treatment of Otitis Media. American


Academy of Family Physicians. 76(11): 1650-1658

Anggraeni, R, Et Al. 2014. Otitis Media in Indonesian Urban and Rural School
Children. The Pediatric Infectious Disease Journal. 33(10): 1010-1015

Anda mungkin juga menyukai